Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127059 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aghazi Agustanzil
"Kurangnya gizi pada anak dan remaja masih menjadi masalah yang mendunia, khususnya vitamin A yang memiliki peran yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan. Indonesia masih termasuk dalam negara dengan penduduk yang memiliki angka kecukupan gizi vitamin A yang kurang. Ini bisa disebabkan selain kondisi ekonomi mereka, tapi juga karena kurangnya pengetahuan mengenai manfaat vitamin A.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi mengenai nutrisi terhadap pengetahuan vitamin A pada sekelompok remaja. Sasaran penelitian ini adalah siswa - siswi di pesantren Tapak Sunan, Condet, Jakarta Timur dengan usia 14-19 tahun. Sebanyak 68 siswa berpartisipasi dalam penelitian ini. Data diperoleh melalui kuesioner yang diisi sebelum dan setelah diberikan edukasi nutrisi. Informasi yang didapat kemudian diuji dengan menggunakan metode Wilcoxon dan McNemar.
Hasil penelitian menunjukan bahwa edukasi nutrisi yang diberikan berpengaruh cukup signifikan dengan nilai post-test. Uji statistik Wilcoxon menunjukan bahwa pemberian edukasi memiliki peran yang signifikan dengan perubahan nilai post-test. Uji statistik McNemar juga menunjukan adanya perubahan nilai yang signifikan sebelum dan setelah pemberian edukasi (p = 0.006).
Kesimpulannya: Edukasi nutrisi yang diberikan cukup efektif dalam meningkatkan pengetahuan remaja tentang vitamin A.

The lack of nutrition amongst children and adolescence is still a worldwide problem, especially vitamin A that plays an important role in process of growth and development. Indonesia is listed as one of the country with low recommended dietary allowance of vitamin A. This can be cause not only by their economic status, but also the lack of knowledge about the benefit of vitamin A.
This research is conducted to learn the effect of nutritional education towards the knowledge of vitamin A in a group of adolescent. The research is done to a group of students in pesantren Tapak Sunan, Condet, East Jakarta with age range of 14-19 years. A number of 68 students participated in this research. Data is collected by questionnaire that is given before and after the nutritional education. The information that is obtained was then tested using the Wilcoxon and McNemar method.
The result of the research shows that the nutritional education that was given has a significant effect towards the post-test score. Data analysis using Wilcoxon shows that the nutritional education has a significant role in the changes of post-test level of knowledge (p = < 0.001). McNemar data analysis also revealed significant changes before and after the provision of education (p = 0.006).
Conclusion: The nutritional education that was given is effective in increasing the knowledge of adolescent about vitamin A.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Florence Low
"Defisiensi zat besi pada anak dan remaja dapat mengakibatkan penuruanan fungsi kognitive dan psikomotor. Salah satu cara yang efektif untuk mencegah terjadinya defisiensi zat besi adalah dengan memberikan edukasi gizi terutama pada anak usia sekolah. Tujuan dari studi ini adalah mengevaluasi efek dari edukasi gizi terhadap peningkatan pengetahuan tentang zat besi pada siswa-siswi di Pesantren Tapak Sunan. Studi ini menggunakan desain pre-experimental dengan intervensi pre-post. Data dikumpulkan dari hasil penilaian kuesioner pre dan post-test. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 20.0.
Hasil studi menunjukkan bahwa setelah pemberian edukasi, terdapat peningkatan bermakna pada pengetahuan siswa-siswa secara menyeluruh (uji t berpasangan, p<0.001). Akan tetapi, berdasarkan jenis kelamin, tidak ada perbedaan bermakna pada peningkatan pengetahuan (uji t tidak berpasangan, p>0.05). Uji one-way ANOVA juga menunjukkan perbedaan tidak bermakna pada peningkatan pengetahuan berdasarkan jenjang sekolah. Berdasarkan hasil ini, dapat disimpulkan bahwa pemberian edukasi gizi bermanfaat meningkatkan pengetahuan tentang zat besi pada siswa-siswi di Pesantren Tapak Sunan.

Iron deficiency in children and adolescent could cause deficit in cognitive performance and lower psychomotor function. Nutritional education about dietary iron targeted at school-age children is one of the effective approaches to prevent iron deficiency. The aim of this study is to evaluate the effect of nutritional education on the improvement of knowledge about dietary iron among students in Pesantren Tapak Sunan. This study used pre-experimental design with pre-post intervention. Data was collected from scoring result of pre and post-test questionnaire. Analysis of data was conducted using SPSS ver 20.0 programme.
Result of the study showed that after receiving education, there was significant improvement of knowledge among all students by 21 points (paired sample t-test, p<0.001). Meanwhile, there was no significant difference in the improvement of knowledge between each gender (independent t-test, p> 0.05). One-way ANOVA analysis also showed insignificant difference in the improvement of knowledge among three different levels of grades (p> 0.05). In conclusion, nutritional education is effective in improving the knowledge about health aspects of dietary iron on students in Pesantren Tapak Sunan.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Keiko Yolanda Gunardi
"Prevelansi penduduk Indonesia yang tidak mendapatkan angka kebutuhan kalsium yang cukup pada masa tumbuh kembang masih relatif tinggi. Anak usia sekolah dan remaja khususnya adalah yang berisiko tinggi pada keadaan ini. Penyebabnya tidak hanya dikarenakan latar belakang status ekonomi mereka saja, namun juga dikarenakan kekurangan informasi mengenai betapa pentingnya mengkonsumsi kalsium di kehidupan sehari-hari.
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi nutrisi terhadap pengetahuan kalsium pada murid-murid di sebuah pesantren di Jakarta Timur, tahun 2011. Metode penelitian ini menggunakan pre-post intervention design. Sebanyak 67 murid berusia remaja berpartisipasi di dalam penelitian ini, dibagi menjadi dua kategori yaitu 34 murid laki-laki dan 33 murid perempuan. Data diperoleh dengan mengisi kuesioner yang dibagikan sebelum edukasi dan setelah penyampaian edukasi (pretest dan posttest).
Hasil penelitian yang diperoleh menggunakan SPSS version 21 dan data dianalisa menggunakan McNemar test dan Wilcoxon test menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara edukasi yang telah diberikan dengan nilai posttest. Hasil McNemar test menunjukan tidak signifikan (p = 0.304) dan Wilcoxon test juga menunjukan hasil yang insignifikan (p = 0.379).

The prevalence of Indonesian population who do not get proper calcium intake during their growth and development period is high, in which school-aged children and adolescence are at greatest risk for this condition. Not only due to their economical background, but also it may be caused by their insufficiency of information regarding the importance of calcium consumption in daily lives.
This research aims to evaluate the effect of nutritional education towards the calcium knowledge among pesantren student located in East Jakarta, in the year of 2011. The research method that is used is the pre-post intervention design. Approximately 67 students were divided into two categories, male and female students (34 male students & 33 female students) were given two questionnaires before the nutritional education (pre-test) and after the education (post-test).
The results from the examination were processed by using SPSS version 21, then the data were analyzed using McNemar study and Wilcoxon test. From the results, we can conclude that there is no significant difference between the score of pre-test and post-test. McNemar study shows no significant relationship (p = 0.304), and Wilcoxon test also shows not significant results (p = 0.379).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arum Wijayanti
"Pendahuluan: Latar belakang budaya merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi pendidikan seseorang, termasuk pendidikan kesehatan gigi. Siwak (Salvadora persica) dikenal sebagai alat pembersih mulut yang berasal dari Arab kuno dan memiliki nilai budaya agama Islam. Selain itu, menurut beberapa penelitian, siwak memiliki kandungan antibakteri yang berfungsi untuk membunuh bakteri yang menyebabkan bau mulut (halitosis).
Tujuan Penelitian: Untuk menganalisis perubahan parameter halitosis yaitu kadar Volatile Sulfur Compounds (VSC), Bleeding on Probing (BOP) dan tongue coating setelah penggunaan siwak pada santri usia 11-13 tahun di pesantren Tapak Sunan Jakarta.
Material dan Metode: Metode dalam penelitian ini adalah experimental research dengan subjek penelitian santri usia 11-13 tahun sebanyak 25 orang. Pengukuran parameter halitosis dilakukan sebelum dan sesudah pemakaian siwak selama 10 hari melalui pendidikan kesehatan gigi. Gas VSC diukur menggunakan alat “Oralchroma” dan skor organoleptik. Pengukuran BOP dilakukan dengan probing pada sulkus gingiva di 6 permukaan pada semua gigi. Pengukuran tongue coating dilakukan dengan menilai area lapisan putih pada permukaan lidah lalu diklasifikasikan. Pengolahan data dilakukan secara statistik dengan uji Paired T Test ( p< 0,05 sebagai level signifikan).
Hasil: Terjadi penurunan kadar rata-rata VSC total sebanyak 75% setelah pemakaian siwak. Jumlah subjek yang memiliki skor 1 organoleptik meningkat menjadi 36% yang disertai dengan penurunan jumlah subjek dengan skor 4. Terjadi penurunan nilai rata-rata BOP dan skor tongue coating berurutan sebanyak 57,7% dan 26% setelah penggunaan siwak. Analisis statistik terhadap seluruh parameter halitosis sebelum dan sesudah penggunaan siwak dengan paired-t-test memperlihatkan perbedaan yang bermakna (p<0,05).
Kesimpulan: Terjadi penurunan parameter halitosis sebelum dan sesudah penggunaan siwak pada santri usia 11-13 tahun di pesantren Tapak Sunan Jakarta.

Introduction: Cultural background is one of important factors that influences education, including dental health education. Siwak (Salvadora persica), an oral cleansing tool which came from ancient Arab has Islamic cultural values. Many researches concluded that siwak contains antibacterial agent which has function to kill bacteria causing oral malodor (halitosis).
Objective: The purpose of this study was to analyze halitosis parameters change which consisted of Volatile Sulfur Compounds (VSC), Bleeding on Probing (BOP) and tongue coating after using siwak at 11-13 year old students in Tapak Sunan Boarding School.
Materials and methods: This study used experimental research method and 25 students in the age group of 11-13 year old became subjects of this study. Halitosis parameters measurements were taken before and after using 10 days siwak usage and through dental health education. OralChroma and organoleptic score were used to measure the VSC. Probing on six sites of gingival sulculs of each tooth was used to measured BOP. Classification of tounge coating was performed by observing the presence of white coating on the tongue surface. Statistical analysis was performed using Paired-t Test with p<0.05 as the level of significance.
Results: Approximately 75% reduction of total VSC concentration was observed after siwak usage. Number of subjects with score 1 in organoleptic assessment for halitosis was also increased by 36%. Followed by reduction of BOP and tongue coating score by 57.7% and 26% respectively. Statistical analysis of those parameters showed significant differences before and after siwak usage.
Conclusion: Siwak usage sucessfully decreased all halitosis parameters of the 11-13 years old students in Tapak Sunan Boarding School.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2010
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Alfiani Mar Atussalehah
"Jumlah kasus risiko stunting di Indonesia pada tahun 2008 adalah 33 2 dari total jumlah anak di Indonesia tahun 2011 dinyatakan sepertiganya tergolong stunting Stunting merupakan kurang gizi yang kronis terjadi sejak dalam kandungan dan awal kelahiran sehingga dapat teridentifikasi pada usia tertentu Dampak dari stunting adalah produktifitas menjadi rendah ketika dewasa sehingga berpengaruh pada kemajuan bangsa
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalensi risiko stunting dan hubungannya dengan usia dan jenis kelamin guna menentukan tindakan untuk menangani masalah tersebut Rancangan penelitian ini adalah studi cross sectional Data yang dikumpulkan pada tanggal 19 Januari 2011 di Pesantren Tapak Sunan Condet berupa data antropometri tinggi badan anak usia 3 9 tahun Data selanjutnya dianalisis untuk mengetahui hubungan usia dan jenis kelamin dengan risiko stunting Hasilnya menunjukkan dari 50 subjek 28 laki laki dan 22 perempuan 4 anak berisiko stunting yakni usia 3 6 tahun sebanyak 1 anak 2 3 dan usia 7 9 tahun 3 anak 42 9 2 laki laki 7 1 dan 2 perempuan 9 1
Berdasarkan uji chi square disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan risiko stunting p 0 001 namun tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan risiko stunting p 0 801 Adanya hubungan antara usia dengan resiko stunting karena pada usia 3 9 tahun terdapat perlambatan pertumbuhan sehingga kemungkinan untuk munculnya risiko stunting yang telah terjadi sejak dalam kandungan atau lahir lebih teridentfikasi.

The prevalence of stunting risk in Indonesia on 2008 is 33 2 while in 2011 of all children in Indonesia one third of them is classified as stunted Stunting is a chronic nutrition disorder which happened since pregnancy and new born baby that caused stunting can be detected in any period age Stunting lowers the children productivity after they grow into adults and affects the national development
The aim of this research is to know the prevalence of stunting risked children and its relation with age and sex so the problem can be solved This research used cross sectional design The data which was collected on 19 January 2011 is an anthropometric data in this term body height from children aged 3 9 years old Then the data was analyzed to determine the relation between the age cluster and sex with stunting risk From 50 children 28 boys and 22 girls observed the result shows that 4 children are at risk of stunting one's 3 6 years old age cluster child 2 3 and three's 7 9 years old age cluster children 42 9 besides that 2 boys 7 1 and 2 girls 9 1 are at risk of stunting
By using chi square test we can conclude that there is a significant association between age cluster and risk of stunting p 0 001 but there isn't any significant association between sex and risk of stunting p 0 801 The relationship of age and stunting risked in 3 9 years old is caused by the children growth deceleration in that period is easier to be identified.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deon Raditya Hibbattino
"Anemia merupakan salah satu sindrom yang menjadi salah satu masalah kesehatan yang paling umum di dunia. Anemia dapat terjadi pada setiap orang termasuk remaja usia 13-18 tahun. Salah satu kelompok masyarakat yang rentan terhadap anemia adalah santri pondok pesantren. Masalah pola makan sering dijumpai sehingga dapat mempengaruhi status gizi santri tersebut. Penelitian ini merupakan studi cross sectional dengan menggunakan pengukuran indeks massa tubuh dan kadar hemoglobin dalam darah dari santri Pesantren Tapak Sunan tahun 2011. Pengukuran indeks massa tubuh dikonversi menjadi status gizi berdasar acuan standar antropometri penilaian status gizi anak Kementerian Kesehatan Indonesia, sedangkan kadar hemoglobin akan dikonversi menjadi status anemia menggunakan batasan anemia dari WHO. Dari penelitian didapatkan prevalensi anemia sebesar 25,5% dengan tingkat prevalensi pada status gizi baik sebesar 16% dan prevalensi anemia pada gizi lebih sebesar 9,5%. Data dianalisis dengan menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan nilai kemaknaan p=0,397. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara status gizi dengan terjadinya anemia pada santri pesantren tersebut.

Anaemia is a syndrome which occur wideworld and become one of the common health problem around the world. Everyone can suffer anaemia include adolescent aged at 13-18 years old. One of the society member whose at risk to develop anaemia is students of pesantren, they tend to ignore their needs include the needs to eat healthy food. This problem can influence their nutritional status. This study is a cross-sectional study using measurement of body mass index and the concentration of haemoglobin in blood from student of Pesantren Tapak Sunan in 2011. The measurement of body mass index will be converted to nutritional status based on anthropometric assessment of child nutrition standards of Indonesian Ministry of Health, while the concentration of haemoglobin in blood will be converted to anaemic status according to WHO cut-off point. Result show that 25.5% subjects with anaemia and 16% subjects with anaemia have good nutritional status while 9.5% subjects with anaemia have excess nutritional status. Data is analyzed with chi-square and obtained p=0.397 which means that the relationship between nutritional status and anaemia prevalence in the student of pesantren doesnt have a significant means.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Girry Al Farisy
"Di Indonesia, prevalensi anemia di masyarakat sebesar 14,8%. Anak usia sekolah merupakan salah satu kelompok masyarakat yang memiliki resiko tinggi terkena anemia sehingga dapat berdampak pada kemampuan siswa di sekolah. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional yang bertujuan untuk mengetahui prevalensi anemia dan hubungannya dengan asupan zat besi pada anak usia sekolah (13-18 tahun). Data didapatkan dari 90 subyek yang merupakan santri pondok pesantren menggunakan kuesioner food records untuk mengetahui asupan zat besi dan skrining Hb menggunakan alat ukur Hb digital untuk mengetahui status anemia. Dari penelitian didapatkan prevalensi anemia sebesar 33,33% dan 98,89% subyek dengan asupan zat besi kurang. Data kemudian dianalisis menggunakan uji Fisher's Exact Test dan didapatkan p=1,00 yang berarti tidak ada hubungan bermakna antara status anemia dengan asupan zat besi.

In Indonesia, the prevalence of anemia in the community is 14.8%. School-age children is a group of community who are in high risk of anemia which may affect their ability in school. This study uses cross-sectional design to measure the prevalence of anemia and its relation with iron intake in school-age student (13-18 years old). Data were obtained from 90 subjects from an Islamic boarding school using food records questionnaires to measure the iron intake and hemoglobin screening using a digital measuring device to determine the status of anemia. The result shows that the prevalence of anemia was 33,33% while the amount of subject with lack of iron intake was 98,89%. Data were analyzed using Fisher's Exact Test test and obtained p = 1.00, which means there is no significant difference between anemia status and iron intake.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rizal Hidayatullah
"Indonesia merupakan salah satu negara yang memilki penduduk dengan status gizi rendah. Data Riskesdas menunjukkan bahwa 13,3% anak laki-laki dan 10,9% anak perempuan berada dalam status gizi kurang. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui apakah status gizi tersebut berhubungan dengan asupan lemak yang dikonsumsi. Penelitian ini dilakukan pada kelompok remaja yang berusia 13-18 tahun. Quesioner food-record diisi oleh responden selama 3 hari dalam 1 minggu yaitu dari tanggal 15 Januari 2011 sampai 22 Januari 2011 digunakan untuk mengetahui asupan lemak dan data pengukuran Indeks Massa Tubuh digunakan untuk menentukan status gizi. Responden dalam penelitian ini berjumlah 90 orang. Dari 90 responden tersebut, terdapat 1 (1,1%) responden dengan status gizi kurang, 64 (71,1%) responden dengan status gizi cukup, dan 25 (27,8%) responden dengan status gizi lebih. Dengan uji Kolmogorov-Smirnov, didapatkan hasil bahwa dalam penelitian ini tidak ditemukan hubungan antara asupan lemak dengan status gizi (p=0,736).

Malnutrition continues to be a primary cause of ill health and mortality among children in developing countries like Indonesia. Riskesdas showed that 13.3% males and 10.9% females under 18 years of age in Indonesia were under-nutrition. In the present study, an attempt was made to find the prevalence of under-nutrition among school children 13-18 year age group and its association with fat intake. Nutritional status of the children was assessed by measuring Body Mass Index (BMI) and their fat intake for three day (Januari 15-22, 2011) was recorded using food-record questionnaire. A total 90 students were randomly selected from the study area. Among 90 students, 1.1% students were found to be undernutrition, 71.1% normal, and 27.8% overnutrition. There was no significant difference (Kolmogorov-Smirnov p>0.05) between prevalence of under-nutrition and fat intake. It was concluded that the prevalence of under-nutrition among school children 13-18 year age group was not associated with fat intake."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eli Novi
"Anemia merupakan salah satu masalah utama di Indonesia Prevalensi anemia di Indonesia cukup tinggi terutama pada anak usia dibawah 5 tahun Pada umumnya prevalensi anemia lebih tinggi pada anak perempuan dibandingkan dengan anak laki laki Anemia memberikan dampak pada proses tumbuh kembang anak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi anemia dan faktor faktor yang berhubungan pada anak usia 3 9 tahun Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional Penelitian dilakukan di Pesantren Tapak Sunan Condet pada tanggal 19 januari 2011 Sampel pada penelitian ini adalah anak usia 3 9 tahun Pemilihan sampel dilakukan dengan total sampling dengan total sampel yang didapat yaitu 51 anak Data yang digunakan adalah data primer yaitu usia jenis kelamin dan kadar hemoglobin Variabel terikat yaitu anemia dan variabel bebas yaitu usia dan jenis kelamin Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada anak usia 3 9 tahun sebesar 25 5 dengan rincian pada anak usia 3 6 tahun sebesar 25 dan pada anak usia 7 9 tahun sebesar 28 6 sementara prevaleni anemia pada anak perempuan sebesar 39 1 dan anak laki laki sebesar 14 3 Berdasarkan uji statistik dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara usia dengan anemia Fisher p 1 000 tetapi terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan anemia Chi square p 0 043 Prevalensi anemia pada penelitian ini masih tinggi Oleh karena itu untuk mengurangi prevalensi tersebut perlu dilakukan upaya perbaikan gizi terhadap anak dengan memberikan zat gizi mikro seperti vitamin A vitamin B9 vitamin B12 dan zat besi

Anemia is a serious public health problem in Indonesia It is commonly affecting 1 to 4 years old children Generally prevalence of anemia is higher in girls than boys Anemia is negatively impacts children growth and develpoment This study aims to determine the prevalence of anemia and its associated factors This study used cross sectional survey The sample included 51 children aged 3 to 9 years old in Tapak Sunan Condet 2011 The data that used are age sex and hemoglobin concentration Dependent variable is anemia and independent variable are age and gender Result revealed that 25 5 of 3 to 9 years old chidren were anemia Anemia prevalence was lower in 3 6 years old children 25 than 7 9 years old children 28 6 The prevalence of anemia is higher in girls 39 1 than boys 13 9 Age of the children was not significantly associated with anemia Fisher p 1 000 Meanwhile sex of the children was significantly associated with anemia Chi square p 0 043 The control of anemia should be considered as serious health problem in Indonesia Micronutrient intake of children such as vitamin A vitamin B9 vitamin B12 and iron should be increased to overcome this problem"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdulla Emir Pramudya
"Wasting adalah suatu keadaan kekurangan gizi akut yang banyak terdapat di daerah dengan sosial ekonomi rendah yang dapat disebabkan oleh asupan nutrisi yang inadekuat dan adanya penyakit Di Indonesia prevalensi wasting pada tahun 2010 adalah 13 3 sementara prevalensi wasting di DKI Jakarta pada tahun 2010 adalah 11 3 Wasting dapat mengakibatkan berbagai permasalahan serius pada anak bahkan dapat meningkatkan risiko kematian anak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi anak berisiko wasting pada santri usia 3 9 tahun di Pesantren Tapak Sunan dan faktor faktor yang berhubungan Penelitian ini menggunakan desain cross sectional di Pesantren Tapak Sunan Jakarta Timur yang melibatkan 28 anak laki laki dan 22 anak perempuan Data diambil pada tanggal 19 Januari 2011 yaitu jenis kelamin usia tinggi badan dan berat badan Data dianalisis dengan program SPSS menggunakan uji Fischer Exact Test
Hasilnya menunjukkan prevalensi anak berisiko wasting di Pesantren Tapak Sunan adalah 12 Selain itu anak laki laki memiliki risiko wasting yang lebih besar dibandingkan dengan anak perempuan dan anak pada kelompok usia 3 6 tahun memiliki risiko wasting yang lebih besar dibandingkan dengan anak pada kelompok usia 7 9 tahun Tidak terdapat hubungan bermakna antara anak berisiko wasting dengan jenis kelamin p 0 160 demikian juga dengan kelompok usia p 0 616 Disimpulkan prevalensi anak berisiko wasting di pesantren Tapak Sunan tergolong cukup tinggi dan perlu mendapat perhatian.

Wasting is a malnutrition which can be found mostly in an area with low sosioeconomic level which can be caused by inadequate nutrition and disease The prevalence of wasting in Indonesia is 13 3 in 2010 In the same year the prevalence of wasting in DKI Jakarta is 11 3 Wasting can caused many serious problems for children Moreover it can increase the children's death risk
The goal of this study is to know the prevalence of wasting risk in students aged 3 9 years in Tapak Sunan boarding school and its related factors This study uses cross sectional design in Tapak Sunan Boarding School East Jakarta involving 28 boys and 22 girls The data was taken on 19th January 2011 by examining sex age height and weight The data was processed by SPSS using Fischer Exact Test
The result shows that the wasting risk prevalence in Tapak Sunan Boarding School is 12 In addition boys have a bigger risk for wasting than girls while the 3 6 years old children have a bigger risk for wasting than the 7 9 years old children There isn't any association between wasting risk and sex P 0 160 and there isn't any association between wasting risk and age cluster either P 0 616 In conclusion the children with wasting risk prevalence in Tapak Sunan Boarding School is high enough and needs a serious attention.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>