Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 209087 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sihite, Lucyana Margareth
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara resiliensi dan nilai pada pengungsi Halmahera di Bitung. Menurut Connor dan Davidson (2003) resiliensi adalah kualitas personal yang memampukan seseorang untuk berjuang menghadapi kesulitan. Pengertian nilai menurut Schwartz (2006) adalah tujuan abstrak yang ingin dicapai dan memiliki tingkat kepentingan yang bervariasi dan digunakan sebagai prinsip dasar yang menuntun kehidupan seseorang. CD-RISC 10 (Connor Davidson Resilience Scale 10 Items) dipakai untuk mengukur resiliensi sedangkan PVQ (Portrait Value Questionnaire) untuk mengukur nilai. Partisipan dalam penelitian adalah 58 orang pengungsi dari Halmahera yang saat ini tinggal di Bitung, Sulawesi Utara. Hasil penelitian terhadap resiliensi menunjukkan terdapat perbedaan resiliensi yang signifikan antara laki-laki dan perempuan. Untuk nilai, ditemukan perbedaan yang signifikan pada nilai security, hedonism dan power antara laki-laki dan perempuan. Selain itu, ada hubungan yang signifikan antara resiliensi dengan nilai security, conformity dan tradition. Tiga urutan nilai yang paling penting adalah security, tradition, conformity dan benevolence sedangkan tiga nilai yang kurang penting adalah power, hedonism dan achievement. Nilai security, tradition dan conformity sebagai nilai yang berhubungan secara signifikan dengan resiliensi pengungsi Halmahera di Bitung sebaiknya dijaga dan dikembangkan untuk menjaga dan meningkatkan resiliensi mereka.

This research is intended to find out the description of resilience, values and the relationship between resilience and values of IDPs from Halmahera who lives in Bitung, North Sulawesi. Connor and Davidson (2003) theorized that resilience embodies the personal qualities that enable one to thrive in the face of adversity. The Values Theory defines values as desirable, trans-situational goals, varying in importance that serves as guiding principles in people’s lives (Schwartz, 2006). This research used CD-RISC 10 (Connor-Davidson Resilience Scale 10 Items) to measure resilience and PVQ (Portrait Values Questionnaire) to measure values. Participants of this research are 58 IDPs who live in Bitung, North Sulawesi. The results show that there are significant differences between males and females n resilience. There are significant differences of security, hedonism and power values between males and females. There are significant relationships between resilience and security, between resilience and conformity and between resilience and tradition values. Furthermore, the most important values of IDPs from Halmahera in Bitung are security, tradition, benevolence and conformity while the most unimportant values are power, hedonism and achievement. Security, tradition and conformity as some values which have significant relationship with resilience should be kept and developed among IDPs to enhance their resilience. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56798
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jane Nurhanifah
"Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki peran religiositas sebagai moderator hubungan antara resiliensi dan subjective well-being pada penduduk miskin di Jakarta. Hasil penelitian pada 181 partisipan (114 laki-laki, 67 perempuan) menunjukkan bahwa effect size pada analisis regresi sederhana sebesar 15,3%, dan dilanjutkan dengan melakukan analisis regresi moderasi menjadi sebesar 22,1%. Hal ini menunjukkan bahwa religiositas dapat memperkuat hubungan resiliensi dan subjective well-being pada penduduk miskin di Jakarta. Hasil penelitian ini menambah pengetahuan mengenai peran religiositas sebagai moderator hubungan resiliensi dan subjective well-being.

This study is aimed to investigate the role of religiosity as a moderator of the relationship between resilience and subjective well-being of the poor in Jakarta. The results of the study on 181 participants (114 males, 67 females) showed that the effect size in the simple regression analysis was 15.3%, and the result followed by moderation regression analysis was 22.1%. This shows that religiosity could strengthen the relationship between resilience and subjective well-being of the poor in Jakarta. The results of this study enhance the knowledge of the role of religiosity as a moderating variable of the relationship between resilience and subjective well-being."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reivich, Karen
New York: Broadway Books, 2002
155.24 REI r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Viola
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang resiliensi dan tipe nilai serta melihat hubungan antara kedua variabel tersebut pada anak jalanan peserta didik nonformal. Gambaran resiliensi yang dipakai merujuk pada tiga karakteristik resiliensi Grotberg (2005), yaitu I Am, I Have, dan I Can. Skor resiliensi diperoleh dengan menggunakan alat ukur CD-RISC 10 item. Gambaran tipe nilai merujuk pada 10 tipe nilai dasar Schwartz (2012), yaitu universalism value, benevolence value, power value, self direction value, stimulation value, hedonism value, achievement value, security value, tradition value, dan conformity value.Gambaran tipe nilai diperoleh dengan menggunakan alat ukur Portrait Values Questionnaire (PVQ) 40 item. Penelitian ini dilakukan di wilayah Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Depok, dan Tangerang. Partisipan penelitian berjumlah 111 orang dan 3 orang diantaranya diwawancara secara mendalam. Rentang usia partisipan berkisar mulai dari 12 hingga 18 tahun. Melalui penelitian ini didapatkan tiga hasil penelitian.Pertama, anak jalanan peserta didik nonformal memiliki karakteristik dan kemampuan resiliensi yang baik.Kedua, tipe nilai yang paling penting pada anak jalanan peserta didik nonformal adalah conformity value, sedangkan power value berada di urutan terendah.Ketiga, terdapat hubungan positif yang signifikan antara resiliensi dengan security value, universalism value, stimulation value dan self direction value.

The major purposes of this studywere to get an overview of resilience and type of values as well as to determine the relationship between the two variables on the street children of nonformal learners. The definition of resilience refered to the three characteristics of resilience from Grotberg (2005), which were: I Am, I Have, and I Can. Resilience score wasmeasured by the Connor Davidson Resilience Scale 10 items measurement. Type of values refered to the typology of Schwartz’s 10 basic values (2012), whichwere: universalism value, benevolence value, power value, self-direction value, stimulation value, hedonism value, achievement value, security value, tradition value, and conformity value. Valueswere measured bythe Portrait Values ​​Questionnaire (PVQ) 40 items measurement. Thisstudy was conducted in North Jakarta, Central Jakarta, East Jakarta, South Jakarta, Depok and Tangerang. In all, 111persons, age 12 to 18 years old participated in the studyand 3 persons were interviewed in depth. Through this study, the three research results. First, street children of nonformal learners had resilience capability and showed the characteristic of resilience. Second, the most important type of values in the street children of nonformal learners was conformity value, while the power value was in the lowest order. Third, there was significant positif relationship between the resilience and the security value, Universalism value, self-direction and stimulation value.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55149
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syalva Fuzi Annisya
"Mahasiswa sering dihadapkan dengan permasalahan akademik maupun non akademik saat berada di fase emerging adulthood dan tidak jarang mahasiswa memiliki masalah kesehatan mental pada fase tersebut. Dibutuhkan kemampuan resiliensi yang baik agar mahasiswa mampu menjalani dan melewati segala macam tantangan hidup. Hadirnya cinta dan kasih sayang orangtua yang tepat ditemukan dapat meningkatkan kemampuan resiliensi mahasiswa. Dalam penelitian ini, analisis statistik pearson product-moment correlation, simple regression, dan multiple regression digunakan untuk melihat hubungan antara parental love language dengan resiliensi mahasiswa serta mengetahui lebih lanjut variabel parental love language secara umum sekaligus dimensinya (word of affirmation, quality time, act of service, giving gifts, dan physical touch) dalam memprediksi resiliensi mahasiswa. Sebanyak 289 mahasiswa Indonesia berusia 18-25 tahun yang masih menjalin kontak hubungan aktif dengan kedua atau salah satu pihak dari orangtua (Ayah atau Ibu) diuji dengan menggunakan alat ukur Parental Love Language (Pohan dkk., 2021) dan Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC 10) (Fathanah, 2014). Hasil penelitian menunjukan hubungan yang signifikan dan positif antara parental love language secara umum dan dimensi word of affirmation, acts of service, quality time, dan giving gifts dengan resiliensi mahasiswa. Selain itu, ditemukan bahwa parental love language secara umum dapat memprediksi resiliensi mahasiswa terlebih pada dimensi word of affirmation, acts of service, dan physical touch.

Students in the emerging adult phase frequently face academic and non-academic problems, and mental health issues are not uncommon. Students must have strong resilience skills in order to face and overcome various life challenges. The presence of appropriate parental love language was found to increase students' resilience abilities. In this study, Pearson product-moment correlation, simple regression, and multiple regression were used to examine the relationship between parental love language and student resilience and to discover more about parental love language variables in general as well as their dimensions (words of affirmation, quality time, acts of service, giving gifts, and physical touch) in predicting student resilience. Parental Love Language Scale (Pohan dkk., 2021) and the Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC 10) (Fathanah, 2014) were used to assess 289 Indonesian students aged 18 to 25 who were still in active contact with both or one of their parents (father or mother). The results reveal a significant and positive relationship between parental love language in general, as well as the dimensions of word of affirmation, acts of service, quality time, and gift giving, with student resilience. Furthermore, parental love language in general has been found to predict student resilience, particularly in the dimensions of words of affirmation, acts of service, and physical touch."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nazla Hanan Rafifah
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah terdapat hubungan antara perilaku latihan fisik dan resiliensi pada mahasiswa tingkat akhir. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Sebanyak 153 mahasiswa tingkat akhir menjadi partisipan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) yang mengukur resiliensi dan kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti untuk mengukur perilaku latihan fisik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara perilaku latihan fisik dan resiliensi pada mahasiswa tingkat akhir (r= 0,107, p > 0,05). Penelitian berikutnya diharapkan dapat lebih mendalami faktor-faktor lainnya untuk pengembangan penelitian terkait perilaku latihan fisik dan resiliensi.

This research aims to investigate the potential correlation between exercise behavior and resilience among university final-year students. This study used quantitative methodology with correlational design. A total of 153 final-year students participated in this study. A questionnaire developed by researchers was used to gauge exercise behavior and Connor Davidson Resilience Scale (CD-RISC) was employed to measure resilience. The study's findings show that among final-year college students, no significant and positive correlation between exercise behavior and resilience was found (r= 0.107, p > 0.05). The next research is expected to examine deeper into other factors for the development of studies related to exercise behavior and resilience."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifa Zahrah Shalihah
"Resiliensi dikaitkan dengan kemampuan narapidana untuk bangkit kembali dalam menghadapi tekanan selama masa pemenjaraan, sehingga mampu beradaptasi dengan menciptakan koping yang adaptif dan terhindar dari depresi. Tingginya depresi pada berakibat pada banyaknya kasus bunuh diri pada narapidana. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan resiliensi dan depresi pada narapidana pria dewasa di Lembaga Pemasyarakatan pada tahun 2023. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional survey yang melibatkan 160 narapidana pria dewasa di Lembaga Pemasyarakatan yang telah divonis dan telah menghabiskan setidaknya satu tahun di penjara sebagai syarat untuk penelitian ini. Mereka dipilih dengan menggunakan metode stratified random sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang telah divalidasi dan diuji menggunakan Center for Epidemiologic Studies Depression Scale (CES-D) untuk depresi dan Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) untuk resiliensi. Data dianalisis menggunakan IBM SPSS versi 22. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan antara resiliensi dan depresi di kalangan narapidana, dengan nilai p-value 0.014 melalui uji Chi-Square dengan arah korelasi negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat resiliensi, maka semakin rendah tingkat depresi. Temuan ini mengungkapkan bahwa resiliensi memberikan kontribusi positif bagi munculnya gejala depresi. Penelitian ini memberikan gambaran bagi Lembaga Pemasyarakata agar mempertimbankan program penguatan resiliensi sebagai upaya dalam mengurangi tingkat depresi.

Resiliensi dikaitkan dengan kemampuan narapidana untuk bangkit kembali dalam menghadapi tekanan selama masa pemenjaraan, sehingga mampu beradaptasi dengan menciptakan koping yang adaptif dan terhindar dari depresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan resiliensi dan depresi pada narapidana pria dewasa di Lembaga Pemasyarakatan pada tahun 2023. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional survey yang melibatkan 160 narapidana pria dewasa di Lembaga Pemasyarakatan yang telah divonis dan telah menghabiskan setidaknya satu tahun di penjara sebagai syarat untuk penelitian ini. Mereka dipilih dengan menggunakan metode stratified random sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang telah divalidasi dan diuji menggunakan Center for Epidemiologic Studies Depression Scale (CES-D) untuk depresi dan Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) untuk resiliensi. Data dianalisis menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan antara resiliensi dan depresi di kalangan narapidana, dengan nilai p-value 0.014 dengan arah korelasi negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat resiliensi, maka semakin rendah tingkat depresi. Temuan ini mengungkapkan bahwa resiliensi memberikan kontribusi positif bagi munculnya gejala depresi. Penelitian ini memberikan gambaran bagi Lembaga Pemasyarakatan agar mempertimbangkan program penguatan resiliensi sebagai upaya dalam mengurangi tingkat depresi."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Andini
"Pandemi COVID-19 merupakan fenomena yang memberikan dampak besar terhadap komunitas terutama sense of community (SOC) anggota komunitas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara SOC terhadap resiliensi komunitas di masa pandemi COVID-19. Penulis berhipotesis bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara SOC dan resiliensi komunitas sehingga komunitas yang resilien mampu beradaptasi selama pandemi. Pengambilan data menggunakan CCRAM dan SCI-2 kepada 165 partisipan yang merupakan anggota dari komunitas berbasis minat dan kegiatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan (r=0,737) antara SOC dan resiliensi komunitas pada komunitas berbasis minat dan kegiatan di masa pandemi COVID-19.

The COVID-19 pandemic is a phenomenon that has a major impact on the community, especially the sense of community (SOC) of community members. This study aims to investigate the relationship between SOC and community resilience during the COVID-19 pandemic. Researchers hypothesize that there is a positive and significant relationship between SOC and community resilience therefore resilient communities are able to adapt during a pandemic. There are 165 participants who are members of community of practice and interest that was carried out using CCRAM and SCI-2. The results showed that there was a positive and significant relationship (r=0,737) between SOC and community resilience in community of practice and interest during the COVID-19 pandemic."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Shabrina Zatalini
"Pandemi COVID-19 mengubah dinamika hubungan antara manusia dan tempat melalui penerapan pembatasan sosial. Padahal, tempat merupakan hal yang krusial bagi komunitas untuk berkumpul dan berkegiatan. Hal tersebut mendorong pentingnya resiliensi bagi komunitas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara place attachment dan resiliensi komunitas di masa pandemi COVID-19. Pengukuran place attachment menggunakan alat ukur dari Williams dan Vaske (2003), dan resiliensi komunitas diukur dengan CCRAM-28. Penelitian ini merekrut 152 partisipan yang merupakan anggota komunitas berbasis minat dan kegiatan yang memiliki tempat berkumpul. Ditemukan bahwa place attachment berkorelasi secara positif dan signifikan terhadap resiliensi komunitas, dan berkontribusi sebesar 25,8% terhadap varians resiliensi komunitas. Masing-masing dimensi dari place attachment juga ditemukan berperan dalam memprediksi resiliensi komunitas.

The COVID-19 pandemic is changing the dynamics between people and places through the application of social distancing. Meanwhile, place is crucial for the community to gather and execute their activity. This encourages the importance of resilience for the community. This study aims to look at the relationship between place attachment and community resilience during the COVID-19 pandemic. Measurement of place attachment used a measurement tool from Williams and Vaske (2003), and community resilience was measured by CCRAM-28. This study recruited 152 participants who were members of an interest and activity-based community that had a collective gathering place. It was found that place attachment was positively and significantly correlated with community resilience, and contributed 25.8% to the variance of community resilience. Each dimension of place attachment was also found to predicts community resilience."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiyanto Harjo Semangun
"ABSTRAK
Analisa data Badan Pusat Statistik BPS terkait angka kemiskinan, kesejahteraan, dan pembangunan manusia untuk Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta DIY terdapat anomali. Angka kemiskinan yang tinggi tidak menghalangi DIY memiliki Indeks Kesejahteraan dan Indeks Pembangunan Manusia IPM nomor dua secara nasional setelah DKI Jakarta. Anomali tersebut juga terjadi dalam memotret dampak investasi pembangunan pada sektor pertanian di Kabupaten Sleman. Pengukuran melalui data Input-Output I-O Kabuapten Sleman dari tahun 2010 s.d 2015 menghasilkan bahwa sektor pertanian tidak menjadi sektor kunci karena koefesien backward linkage-nya lebih kecil dari satu, padahal Kabupaten Sleman menjadi salah satu lumbung padi di DIY dan lebih dari 43 wilayahnya adalah lahan sawah basah wed land . Hal tersebut terjadi karena unsur kearifan lokal tidak dianggap, padahal budaya menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan suatu pembangunan. Pengaruh kearifan lokal pada pembangunan sektor pertanian di Kabupaten Sleman sangat bermakna atau signifikan.

ABSTRACT
Data analysis of the Central Bureau of Statistics BPS on poverty, welfare and human development for the Special Province of Yogyakarta DIY is anomalous. A high poverty rate does not prevent DIY from having a second nationwide Human Development Index HDI after DKI Jakarta. The anomaly also occurs in analyzing the impact of development investment on the agricultural sector in Sleman District. Measurement through Input Output I O data from 2010 until 2015 resulted in the agriculture sector not being a key sector, because the backward linkage coefficient was smaller than one, as we know Sleman is one of the rice granaries in DIY and more than 43 of its area was wetland. This happens because the local wisdom is not considered, whereas culture becomes one of the determinants of the success of a development. The influence of local wisdom on agricultural development in Sleman Regency is very significant. "
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>