Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132977 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tri Sutrisno
"Munculnya teknologi ultrasonik baru seperti phased array, mulai menggeser fungsi ultrasonik konvensional dalam mendeteksi cacat material. Penelitian ini fokus untuk memaksimalkan fungsi pengukuran cacat las ultrasonik konvensional seperti nilai panjang, lebar, tinggi, kedalaman, dan posisi cacat. Data diilustrasikan dalam tampilan C-scan dan B-scan. Data ultrasonik konvensional dibandingkan dengan hasil ultrasonik phased array. Tujuannya untuk memperoleh kelebihan dan kekurangan keduanya. Metode pengukuran ultrasonik konvensional menggunakan metode beam boundary dan maximum amplitude, sedangkanphased array menggunakan metode sectorial scanning.Pengujian dilakukanpada plat ukuran 200x100 mm, tebal 13 mm, lebar lasan 26 mm danpipa panjang 203 mm, diameter luar 114 mm, lebar lasan 15 mm. Kedua hasil menyimpulkan bahwa ultrasonik konvensional lebih baik dalam hal akurasi pengukuran panjang dan kedalaman cacat, sedangkan phasedarray memiliki keunggulan pada penggambaran dan perekaman data.

New technology ultrasonic such as phased array, began to change the function of a conventional ultrasonic to detect defects in the material. This research focused on maximizing the function of a conventional ultrasonic to measure welding defect such us length, width, height, depth, and the position of defects. The data were illustrated in C-scan and B-scan image. The data of conventional ultrasonic were compared with phased arrays results. The purpose was to obtain the advantages and disadvantages of both. Methods applied in conventional ultrasonic testing were beam boundary and maximum amplitude, where as the method in phased array was sectorial scanning. The testing was conducted by using a sample in plat and pipe. The dimension of the plat was 200×100 mm, thickness 13 mm, and cap width weld of 26 mm. The length of pipe was203 mm, outside diameter of 114 mm and cap width weld of 15 mm. The results showed that ultrasonic conventional is better i nterms of length and depth measurement, mean while phased array has the advantages on the imaging and recording the data.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56472
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Supomo
"Pada saat ini patent sensor kemiringan dari tahun 1965 s/d 2009 menggunakan metoda: element, ball, diffracting, dan electrode.
Pada Tesis ini dilakukan rancang bangun suatu prototip sensor kemiringan dengan menggunakan metoda matrix array photodiode dengan sarana cairan sebagai pengaturan penyinaran.
Dengan susunan matrik 8 baris x 8 kolom dapat dipergunakan untuk mendeteksi perubahan sudut kemiringan yang linier dari 20o sampai 50o dengan resolusi 5o, respon 14.298 μS serta arah posisi kemiringan kanan, kiri, depan, dan belakang dapat ditentukan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27886
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
M. Darsono
"Antena array mikrostrip dengan polarisasi lingkaran dirancang untuk mendukung generasi masa depan dari sistem komunikasi satelit Quasi ?Zenith pada orbit satelit geosynchronous yang akan diluncurkan pada tahun 2008 oleh negara Jepang. Untuk memperoleh nilai gain tinggi antena dibuat terdiri dari empat elemen dengan bentuk patch radiator segitiga samasisi identik yang disusun seri dengan menggunakan sistem pencatu array linier. Pada penelitian ini substrat yang digunakan TLY-5-0310-CH/CH dengan ketebalan 0,8 mm dan konstanta dielektrik 2,2. Antena dirancang untuk bekerja pada frekuensi quasi zenith, sedangkan untuk merancang ukuran patch radiator model segitiga sama sisi menggunakan analisis teori Cavity Model dengan frekuensi resonansi 2,62 GHz. Untuk sistem pencatuan pada perancangan antena elemen tunggal menggunakan catu coupler hybrid.Konsep antena array merupakan pengembangan dari antena elemen tunggal patch radiator segitiga samasisi dengan hasil polarisasi lingkaran ke arah kiri atau LHCP ( Left Handed Circular Polarized ). Untuk sistem pencatu antena array menggunakan catu tunggal array linier. Antena dirancang melalui proses simulasi dan pengukuran setelah proses pabrikasi.
Hasil simulasi dan pengukuran untuk perancangan antenna elemen tunggal diperoleh pergeseran nilai, antara lain : bandwidth return loss sebesar 2,56% , bandwidth VSWR sebesar 0,16% dan bandwidth axial ratio sebesar 0,3% , tetapi masih bekerja pada frekuensi quasi zenith. Untuk perancangan antenna array linier dengan empat elemen hasil simulasi dan pengukuran mengalami pergeseran nilai juga. Hasil simulasi dan pengukuran Bandwidth return loss sebesar 2,87% , bandwidth VSWR sebesar 0,46 % dan bandwidth axial ratio sebesar 0,6 %. Hasil pengukuran parameter gain antenna array diperoleh 10,6 dB mengalami peningkatan sebesar 75 % terhadap antenna alemen tunggal.

Array mikrostrip antenna with designed circular polarization to support next generation from Quasi Zenith communication satellite system on geosynchronous orbit to be launched in the year 2008 by Japan. Antenna consisted of four element with form equilateral triangular patch radiator of equal composed by series with using system feeding of linear array. At this research to use TLY-5-0310-CH/CH substrate type has thickness 0,8 mm and dielectrical canstant 2,2. Antenna by design in operation frequency range quasi zenith, for size measure of patch radiator use analysis of theory of Cavity Model. with resonance frequency 2,62 GHz. For the feeding system in design single element antenna with using coupler hybrid. The Concept of array antenna represent development from single element of trilateral patch radiator antenna with result of circular polarization up at left or LHCP ( Left Handed Circular Polarized ). At array antenna using the fed system of array linear. Antenna designed by through process of simulation and measurement after manufacturing process.
Result of simulation and measurement for the design single element antenna by obtain the shift value for : return loss bandwidth 2,56% , VSWR bandwidth 0,16% , and axial ratio bandwidth 0,3%, but its operation frequency range in quasi zenith. For the design of array linear antenna of four element having shift value ,too. Result of simulation and measurement for : return loss bandwidth 2,87% , VSWR bandwidth 0,46 % and axial ratio bandwidth 0,6 %. The result measurement of gain parameter of array antenna by obtain 10,6 dB, it?s ascended on single element antenna 75%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T23264
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iskandar Fitri
"Beberapa penelitian pada antena mikrostrip slot lebar dan slot sempit telah dirancang untuk memperlebar bandwidth. Perancangan antena mikrostrip slot dengan menggunakan elemen peradiasi tunggal telah diperoleh dengan lebar bandwidth yang bervariasi dari 0,7 GHz sampai 8,8 GHz. Dalam kasus perancangan antena mikrostrip array terdapat beberapa penelitian yang menghasilkan karakteristik wideband. Perancangan antena array dengan menggunakan 64 elemen folded flat dipole menghasilkan bandwidth sebesar 8 GHz pada rentang frekuensi 8 ? 16 GHz. Perancangan antena array yang menggunakan model log periodic short-circuited patch memiliki bandwidth 6,1 GHz pada rentang frekuensi 0,9 ? 6 GHz. Sejauh yang penulis ketahui, belum terdapat penelitian pada antena mikrostrip slot untuk slot tunggal dan konfigurasi array yang dicatu secara gandeng elektromagnetik dengan menggunakan jaringan impedansi multi tuning stub untuk memperlebar bandwidth.
Penelitian ini mengacu pada perancangan sebelumnya yang menggunakan slot lebar untuk meningkatkan lebar bandwidth antena. Peningkatan lebar bandwidth dihasilkan dengan menggunakan model saluran pencatu mikrostrip berbentuk seperti garpu. Model pencatuan tersebut telah terbukti dapat meningkatkan bandwidth sebesar 1,4 GHz pada jarak frekuensi dari 1,6 GHz sampai 3 GHz. Pada penelitian ini dilakukan perancangan antena mikrostrip slot lebar menggunakan model saluran pencatu mikrostrip berbentuk seperti garpu yang ditambahkan batang penyesuaian pada saluran masukan. Setelah diperoleh hasil yang sesuai antara simulasi dan pengukuran pada antena mikrostrip slot tunggal, kemudian dikembangkan perancangan antena mikrostrip dengan dua slot menggunakan simulasi menggunakan setting yang sama dalam piranti lunak seperti pada perancangan slot tunggal. Selanjutnya dikembangkan juga untukperancangan antena mikrostrip slot array dengan empat slot dan delapan slot. Pada kasus delapan slot menggunakan tiga model konfigurasi saluran pencatu. Model pertama yaitu menggunakan jaringan saluran catu paralel dengan satu cabang pembagi untuk dua, empat dan delapan slot. Model kedua yaitu menggunakan jaringan saluran catu paralel dengan dua cabang pembagi untuk delapan slot. Model ketiga adalah menggunakan jaringan saluran catu paralel secara planar untuk delapan slot. Sehingga dari macam-macam model konfigurasi array pada antena mikrostrip slot dapat diketahui konfigurasi yang paling baik performansinya dilihat dari segi pelebaran bandwidth.
Dari hasil penelitian ini diperoleh bandwidth yang lebar pada perancangan antena mikrostrip slot tunggal sebesar 3,8 GHz. Untuk antena mikrostrip dua slot array hanya menghasilkan 5,85 GHz dengan menggunakan konfigurasi jaringan model pertama. Pengembangan selanjutnya dilakukan perancangan pada antena mikrostrip empat slot array menghasilkan bandwidth sebesar 6,15 Ghz yang menggunakan konfigurasi saluran catu paralel model pertama. Pelebaran bandwidth diperoleh seiring dengan bertambahnya jumlah slot. Sehingga penggunaan delapan slot array dengan konfigurasi saluran pencatu model pertama dapat menghasilkan bandwidth yang lebih lebar dari empat slot array yaitu sebesar 11,77 GHz. Pada kasus delapan slot, jika menggunakan model jaringan pencatu dengan dua cabang pembagi menghasilkan bandwidth sebesar 9,27 GHz dan dengan jaringan pencatu planar menghasilkan bandwidth 9,74 GHz. Sehingga bandwidth yang paling lebar dicapai pada perancangan antena mikrostrip delapan slot array menggunakan jaringan saluran catu paralel dengan satu cabang pembagi. Hal ini disebabkan karena pada delapan slot array ini memiliki jumlah saluran catu mikrostrip bentuk garpu yang paling banyak. Sehingga memberikan efek kopling yang paling besar pada slot antena. Pada akhirnya memberikan peningkatan bandwidth yang paling lebar.

Several reaserchs to use microstrip slot antenna with wide and narrow slot have designed for bandwidth enhancement. Design of microstrip slot antenna by using single element radiator has been obtained with variation bandwidth from 0,7 GHz to 8,8 GHz. In cases of microstrip array antenna, there are several design for achievement of wideband characterization. Design of array antenna using 64 element of folded flat dipole has bandwidth of 8 GHz in frequency range from 8 GHz to 16 GHz. Antenna design with log periodic short-circuited patch has bandwidth of 6,1 GHz in the range of 0,9 ? 6 GHz. So far, there is not yet any reaserch of microstrip slot antenna for single slot and array model that is fed by coupling electromagnetically using impedance network with multi tuning stub for broaden of bandwidth.
The research refer to previous design which used of wide slot for enhancement the antenna bandwidth. The wider bandwidth is achived by use model of microstrip feedline like fork. The feedline had proved that it could enhance bandwidth of 1,4 GHz in frequency range from1,6 GHz to 3 GHz. In this research it had been conducted the design of wide slot microstrip antenna used to microstrip feedline like fork that added tuning stub at input of microstrip line. After the results of simulation and measurement was very well obtained for single slot of microstrip antenna, it has been developed the design of microstrip slot antenna array with two slots by using the same setting in software as like as in design of single slot. After that, the microstrip slot array antennas with four and eight elements are developed. In case of eight slots was used three configuration models of feeding line was developed. The first model use parallel feed line network with one branch devider for cases of two, four and eigth slots. The second model use the parallel feed line network with two branches devider for case of eight slot. The third model use planar feed line network for case of eight slot. From all kind of array configuration models in microstrip, slot antennas could find the best configuration for the antenna performance from the view of bandwidth and the antenna size. The compact antenna size is used to mobile communication device and low production cost.
From these research, the wide bandwidth in design of single microstrip slot antenna is 3,8 Ghz is obtained. Microstrip slot antenna with two slot array provide 5,85 GHz which use first model of network configuration. The next development is designed of microstrip slot antenna with four array that produce the bandwidth of 6,15 GHz that use the first model of feeding line configuration. The wider bandwidth is obtained with more added number of slot. By using eight slots array with first model feeding line configuration, it has been produce wider bandwidth than four slots is 11,77 GHz. In the case of eight slot, the antenna use network feeding model with two branch divider has wider bandwidth than four slots array is 11,77 GHz. In the case of eight slots by using of network feeding model with two branch divider, the slots have the bandwidth of 9,74 GHz. The wider bandwidth achieved at design of eight microstrip slot array antenna use parallel feed line network with one branch devider. This case caused that in eigth slots array has more microstripline feed like fork than others. It had given stronger coupling effect to slots antenna. Finally, it had given incresing widest the bandwidth antenna.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
D1207
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Karimah
"Pada jaringan seluler, diperkirakan lebih dari 50% layanan telepon dan lebih dari 70% layanan data berasal dari penggunaan di dalam ruangan. Femtocell, atau yang juga disebut home base station, merupakan access point pada jaringan seluler yang menghubungkan perangkat seluler standar dengan jaringan operator seluler menggunakan Digital Subscriber Line (DSL), koneksi kabel pita lebar fiber optik, maupun teknologi nirkabel. Antena untuk femtocell ini dirancang untuk bekerja pada frekuensi 2,3 GHz -2,4 GHz pada VSWR <2, memiliki impedance bandwidth sebesar 100 MHz, dan memiliki gain tinggi. Beberapa antena satu elemen yang sama disusun agar mendapatkan gain yang cukup tinggi. Hasil pengukuran parameter S11 antena satu elemen menunjukkan antena memiliki bandwidth sebesar 380 MHz pada rentang frekuensi 2,06-2,44 GHz. Hasil pengukuran antena susun memiliki bandwidth sebesar 380 MHz pada rentang frekuensi 2,08-2,46 GHz.

In cellular networks, it is estimated that more than 50% calls and over 70% of data services occur indoors. Femtocells, also known as home base station, are cellular network access points that connect standard mobile devices to a mobile operator’s network using residential Digital Subscriber Line (DSL), cable broadband connections, optical fibres or wireless last-mile technologies. This femtocell antenna is designed to work at frequency 2,3-2,5 GHz for VSWR <2, have 100 MHz Impedance bandwidth, high gain. Several identic single element antenna is arrayed to achieve high gain. From S11 parameter measurement single element has 320 MHZ bandwidth at frequency 2,12-2,47 GHz. From S11 parameter measurement array antenna has 380 MHz bandwidth at frequency 2,08-2,46 GHz."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55351
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Anak Agung Putri Ratna
"Dewasa ini pemakaian pemrosesan dengan sistem paralel semakin meningkat terutama untuk proses yang memerlukan kecepatan perhitungan yang tinggi. Pada sistem multiprosesor, yaitu salah satu sistem pada proses paralel, peranan jaringan interkoneksi atau jaringan penghubung sangat penting untuk menghubungkan sejumlah sumber daya yang ada dengan sejumlah prosesor. Ada beberapa Jenis jaringan penghubung yang digunakan pada sistem multiprosesor, diantaranya adalah sistem shared bus. Jaringan penghubung ini dapat berupa single shared bus dan multiple shared bus. Pada penelitian ini akan dilakukan perbandingan analisa dan simulasi dari unjuk kerja jaringan penghubung yang menggunakan single shared bus dan multiple shared bus, dimana unjuk kerja yang diukur adalah waktu tunda antrian rata-rata, waktu rata-rata response sistem, throughput jaringan dan utilisasi sumber daya. Unjuk kerja jaringan penghubung dengan multiple shared bus secara analisis didapatkan dengan pendekatan ke jaringan penghubung dengan single shared bus."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Yan, Shefeng
"This book describes the background and technology of array signal modeling. It presents the concept and formulation of beamformers and discusses several commonly used array performance measures. It also introduces two traditional types of beamformers: delay-and-sum and optimum beamformers.
Chapter 1 includes background information on array processing, while Chapters 2 and 3 discuss the DFT-based frequency-domain implementation of a broadband beamformer and the design of subband beamformers for frequency-domain broadband beamformers. Chapter 4 presents the FIR-based, time-domain implementation of the broadband beamformer, where the FIR beamformer is designed by separately designing the subband beamformers and the corresponding FIR filters. The techniques for optimal design of the FIR beamformer are developed in Chapter 5, and Chapters 6 and 7 focus on the modal beamforming problem for circular arrays for the frequency-domain modal beamformer and the time-domain modal beamformer. Lastly, the final chapters present frequency-domain and time-domain modal beamformers for spherical arrays."
Singapore: Springer Nature, 2019
e20507099
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
New York : McGraw-Hill, 1981
621.381 7 TEC d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sefni Gusmira
"Proporsi penyakit hipertensi di Depok tahun 2002 adalah 57,4%. Puskesmas telah melakukan terapi terhadap penyakit
ini dengan memberikan antihipertensi. Selain obat yang biasa diberikan dokter (konvensional), ternyata banyak pasien
mengkonsumsi tanaman yang berkhasiat obat (obat bahan alam). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek
terapi antihipertensi kombinasi konvensional-bahan alam terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi di 5 Puskesmas
di Depok. Penelitian yang didesain kohort retrospektif ini menggunakan sampel pasien hipertensi yang datang ke
Puskesmas. Pasien yang bersedia ikut penelitian sebanyak 123 pasien, dan dikelompokkan dalam kelompok terapi
konvensional (74 orang) dan terapi kombinasi konvensional-bahan alam (49 orang). Sebagian besar pasien hipertensi
yang datang ke Puskesmas wilayah Depok adalah perempuan, usia 50-59 tahun, menikah, berasal dari suku Betawi,
berpendidikan rendah, tidak bekerja/ibu rumah tangga, berpenghasilan rendah dan menderita hipertensi tahap II.
Penurunan tekanan darah diastolik pada kelompok terapi kombinasi konvensional-bahan alam lebih baik dibandingan
kelompok terapi konvensional, sebaliknya penurunan tekanan darah sistolik lebih baik pada kelompok terapi
konvensional dibandingkan kelompok terapi kombinasi konvensional-bahan alam. Namun tidak ada perbedaan
bermakna antara keduanya (p>0,05). Kontinuitas penggunaan obat mempengaruhi tekanan darah sistolik (p<0,05).
Penelitian ini menunjukkan bahwa belum terlihat jelas pengaruh penggunaan obat bahan alam yang digunakan
bersamaan dengan obat konvensional dalam menurunkan tekanan darah.
Evaluation on Conventional Antihypertension Use and Natural-Conventional Combination on Patient with
Hypertension. The proportion of hypertensive disease in Depok city was 57.4% in 2002. Primary health centers had
given antihypertensive medication. In addition to the drugs commonly given by a doctor (conventional), many patients
took medicinal plants (natural medicine). This study aimed to evaluate the effects of combination therapy of
convensional-herbal on blood pressure in hypertensive patients in five primary health centers in Depok. This
retrospective cohort study used samples of hypertension patients who came to primary health centers. Patients who were
willing to join the study were 123 patients and grouped in to conventional therapy group (74 people) and combination
of conventional-herbal therapy group (49 people). The majority of hypertensive patients who came to the health centers
area of Depok were women, aged 50-59 years old, married, came from ethnic Betawi, less educated, unemployed/
housewives, low income and suffering from hypertension stage II. Combination therapy of convensional-herbal had
better effect on diastolic and convensional therapy had better effect on systolic. However, no significant difference
between them (p>0.05). The continuity of treatment affected systolic blood pressure (p<0.05). This study showed that
had not seen clearly influence of herbal that is used combination with conventional drugs in lowering blood pressure."
Universitas Indonesia, 2012
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>