Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 125165 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Devita
"Penggunaan pestisida oleh para petani di Desa Nunuk untuk tanaman di sawah mereka bukanlah sebuah hal yang baru. Hal ini sudah sejak lama dilakukan, bahkan berbagai program pengendalian hama terpadu yang bertujuan untuk mengurangi penggunaan pestisida kimia ini nampaknya tidak membawa banyak perubahan dalam praktik penggunaan pestisida oleh para petani ini. Hal ini bukannya tanpa alasan. Ada kesamaan dalam skema para petani yang melandasi terus dilakukannya praktik ini, skema kognitif yang membuat para petani berada pada kerangka dunia yang disederhanakan, yaitu mengenai bagaimana mereka sendiri membayangkan dunia ini semestinya?terutama terkait padi dan sawah. Ini adalah sebuah proses kognitif, yang kemudian menghasilkan variasi dalam perilaku petani memilih dan menggunakan pestisida. Penelitian skripsi yang melewati tidak kurang dari dua kali masa panen ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan connectionism sebagai kerangka analisisnya. Teknik pengumpulan datanya adalah dengan observasi dan wawancara mendalam kepada para informan di sebuah desa yang menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

Pesticide usage by farmers in Nunuk Village is not a new thing. This has been going on for a long time, even the integrated pest management programs with the objective of diminishing chemical pesticides usage among farmers seem to have no significant influence in changing farmers pesticide practices. This isn't without reason. There's a similarity in their schemas which makes this practice continue, a cognitive scheme which makes the farmers exist in such a simplified world, that is about how they imagine what this world should be-mainly about paddy and their rice fields. This, including the various practices in selecting and using pesticides, is a cognitive process. This research which was undertaken through not less than two harvests season uses qualitative method with connectionism as the analytical framework. The data has been collected through observation and in-depth interviews with the informants in a village which administratively is a part of Indramayu district, West Java.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S57577
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Nika Rustia
"Pestisida golongan organofofat banyak digunakan oleh petani sayuran. Pestisida ini dapat menghambat aktivitas enzim cholinesterase dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan faktor risiko berdasarkan tiga jalur pajanan utama (inhalasi, ingesti, absorpsi) dan lama pajanan pada petani penyemprot sayuran terhadap penurunan aktivitas enzim cholinesterase. Penelitian ini juga bertujuan mengetahui besarnya residu senyawa organofosfat pada air kali, air sumur, dan sayuran (sawi dan tomat).
Penelitian dilakukan pada Gabungan Kelompok Tani Kelurahan Campang tahun 2009 menggunakan studi analitik observasional dengan desain crosssectional. Dari pengambilan sampel secara simple random sampling, didapatkan jumlah sampel sebanyak 56 petani penyemprot. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pengukuran cholinesterase pada darah menggunakan The Livibond Cholinesterase Test Kit AF267, sedangkan pengukuran residu organofosfat pada air dan sayur menggunakan kromatografi gas dengan detektor ECD.
Hasil temuan penelitian menunjukan proporsi kejadian keracunan yang tinggi, yaitu 100% dengan 71,4% keracunan ringan dan 28,6% keracunan sedang. Persentase faktor risiko yang tinggi ditemukan pada petani yang tidak memiliki kebiasaan memakai masker (78,6%) saat menyemprot, tidak memiliki kebiasaan memakai sarung tangan (80,4%) saat menggunakan pestisida, dan kebiasaan mengkonsumsi sayuran hasil pertanian setempat (100%). Hasil uji bivariat menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna pada semua faktor risiko berdasarkan lama pajanan (lama menyemprot per minggu, lama bekerja sebagai petani penyemprot, dan waktu terakhir menyemprot), jalur pajanan inhalasi (kebiasaan memakai masker), jalur pajanan absorpsi (kebiasaan memakai sarung tangan, pakaian panjang, sepatu boot, dan kebiasaan mandi setelah menyemprot), dan jalur pajanan ingesti (kebiasaan mengkonsumsi sayuran hasil pertanian dan kebiasaan mencuci tangan setelah menyemprot) terhadap penurunan aktivitas cholinesterase dalam darah petani yang diteliti.
Pada sawi dan tomat ditemukan residu profenofos sebesar masing-masing 0,0004 dan 0,0057. Pada air sumur dan air kali tidak terdeteksi adanya residu organofosfat. Kebiasaan tidak memakai alat pelindung diri terutama sarung tangan dan masker pada petani penyemprot di Kelurahan Campang dapat memperbesar risiko keracunan. Untuk menekan angka keracunan, dibutuhkan peran pemerintah untuk memberikan pendidikan dan pelatihan mengenai bahaya pestisida, cara penyemprotan yang aman, dan bantuan keringanan alat pelindung diri. Selain itu, pemantauan residu pada lingkungan secara berkala juga perlu dilakukan untuk mencegah meluasnya kejadian keracunan pada masyarakat.

Organophosphate pesticides are commonly used by vegetable farmers. This pesticide group can inhibit blood cholinesterase in human body. This study wants to find association between risk factors which based on pathway to body (inhalation, dermal absorption, and ingestion) and length of exposure. This study also wants to measure OP pesticide residues in crops (tomato and mustard green, well, and river).
The study targeted mainly in the farmer community in Kelurahan Campang with analytic-observational study and cross-sectional design. There were 56 farmers which selected through simple random sampling. Data collection was carried out by interview, blood cholinesterase was measured using The Livibond Cholinesterase Test Kit AF267, and residues were analyzed by Gas chromatography with ECD detector. The result of this study showed that there were 100% sample with organophosphate poisonings, divided into 71.4% over-exposure probable and 28.6% serious-over exposure. High percentage of risk factors found in farmers which did not wear masker while spraying (78.6%), did not wear gloves while using pesticide (80.4%), and consumed crops everyday (100%).
The findings of the study indicated that there are no statistically significant association between risk factors which are based on exposure time (spraying time a week, last time spraying, and year of working as pesticide sprayer), inhalation portal entry (mask use), dermal absorption portal entry (gloves use, protective clothes use, boot shoes use, and take a bath after spraying), and ingestion portal entry (consume crops and wash hand after spraying) with poisoning level (over-exposure probable and serious-over exposure).
Profenofos (one of organophosphate active substance) residue was found in tomato and mustard green (0.0057 ppm and 0.0004 ppm). There is no organophosphate residue in well and river detected. Unprotected behavior among farmers, especially gloves and mask, could increase pesticide poisoning risk. Farmers need to be educated and trained how to use pesticide safely and get free personal protective equipment. Pesticide residue monitoring frequently need to be held to prevent poisoning spread in society.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hamka L.
"ABSTRAK
Pestisida merupakan masukan teknologi yang penting dan merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dalam sistem pertanian dewasa ini, khususnya dalam bidang perlindungan tanaman pangan. Berbagai keuntungan dari penggunaan pestisida telah mendorong masyarakat menggunakan pestisida sampai ke pelosok-pelosok desa.
Begitu pula di Kecamatan Baraka, Sulawesi Selatan, penggunaan pestisida pada kegiatan pertanian sudah memasyarakat; bahkan dapat dikatakan bahwa petani di Kecamatan Baraka, Sulawesi Selatan sudah sangat tergantung pada penggunaan pestisida pada kegiatan pertanian.
Telah disadari bahwa di samping keuntungan-keuntungan dari penggunaan pestisida pada kegiatan pertanian, telah banyak pula menimbulkan dampak negatif, baik terhadap kesehatan maupun terhadap lingkungan secara keseluruhan. Tidak ada pestisida yang betul-betul aman; namun dengan penggunaan yang tepat, dampak negatif yang ditimbulkannya dapat dikurangi. Dampak negatif dari penggunaan pestisida diperparah oleh rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan petani tentang penggunaan pestisida secara aman pada kegiatan pertanian. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan petani tentang penggunaan pestisida secara aman pada kegiatan pertanian.
Keberhasilan suatu program penyuluhan sangat ditentukan oleh ketepatan dalam memilih metode penyuluha. Tidak ada satu metode penyuluhan yang secara mutlak dikatakan baik. Suatu metode yang dianggap cocok diterapkan pada kelompok masyarakat tertentu belum tentu cocok pula diterapkan pada kelompok masyarakat lainnya dengan karakteristik yang berbeda.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penyuluhan dengan menggunakan metode ceramah, metode dialog, dan metode diskusi kelompok dapat meningkatkan pengetahuan petani tentang penggunaan pestisida secara aman pada kegiatan pertanian di Kecamatan Baraka, Sulawesi Selatan; juga untuk mengetahui perbedaan tingkat efektivitas penyuluhan antara yang menggunakan metode ceramah, metode dialog, dan metode diskusi kelompok.
Penelitian ini bersifat eksperimental, yaitu dengan menggunakan rancangan yang disebut pretest postest control group design. Dalam hal ini, ada tiga kelompok yang diberikan penyuluhan (kelompok metode ceramah, kelompok metode dialog, dan kelompok metode diskusi kelompok) dan satu kelompok yang tidak diberikan penyuluhan (kelompok kontrol). Keempat kelompok tersebut sama-sama diberikan pretes dan pastes.
Berdasarkan hasil analisis data, disimpulkan: Pertama; penyuluhan dengan menggunakan metode ceramah, metode dialog, dan metode diskusi kelompok dapat meningkatkan pengetahuan petani tentang penggunaan pestisida secara aman pada kegiatan pertanian di Kecamatan Baraka, Sulawesi Selatan. Kedua; penyuluhan dengan menggunakan metode diskusi kelompok ternyata lebih efektif dibanding dengan penyuluhan dengan menggunakan metode dialog. Namun demikian, tidak ada perbedaan tingkat efektivitas penyuluhan antara yang menggunakan metode ceramah dengan yang menggunakan metode dialog dan antara yang menggunakan metode ceramah dengan yang menggunakan metode diskusi kelompok.

ABSTRACT
Extension On Safe Pesticide Usage In Agriculture In The Sub district of Baraka, South Sulawesi (A Comparative Study on the Effectiveness Level of Lecture, Dialog, and Group Discussion Methods)Pesticide is an important technology input and an integral part of present agricultural system, especially in the protection of crop plants. Various advantages of pesticide usage have encouraged its massive usage even to remote villages. This is also true in sub district of Baraka, South Sulawesi where pesticide usage in agriculture has been widely socialized, even it can be said that the farmers in sub district of Baraka, South Sulawesi depend highly on the pesticide usage in their agricultural undertakings.
It is obvious that beside of the advantages of pesticide usage in agriculture, there are also many negative impacts, both on human health and on the environment. There is no pesticide, which is entirely safe; but with appropriate usage, negative impact can be mitigated. The negative impact of pesticide usage is worsening by the low education level and lower knowledge of the farmers concerning safe usage method of pesticides. Therefore, there is a need for more extension to increase the farmer?s knowledge for safe pesticide usage. The success of an extension program depends highly on the appropriateness of method selected. Yet, there is no single extension method, which is absolutely good. A method, which is considered suitable to be applied to certain community may not necessarily suitable for other community with different characteristics The research was intended to evaluate whether lecture, dialog and group discussion extension method can increase the farmers knowledge on safe pesticide usage method in agriculture, in sub district of Baraka, South Sulawesi; and to identify the effectiveness of level differences of extension among lecture, dialog, and group discussion methods.
The research was experimental in nature, using a there were three groups, which provided with extensions (lecture group, dialog group and group discussion method) and one group, which were not provided with extension (control group). All of the groups were provided with pretest and posttest.
Based on the data analysis of the result, it is concluded that: First; extension with lecture, dialog, and group discussion method increased the farmers knowledge on the safe pesticide usage in sub district of Baraka, South Sulawesi. Second; extension with group discussion method turned out to be more effective as compared with dialog method. However, there is no difference in the effectiveness level of extension between dialog and lecture method and between lecture and group discussion method.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pesticide transport and transformation were modeled in soil column from the soil surface to goundwater zone..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Iryanthy Makangiras
"Latar Belakang : Sektor pertanian merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Semakin meningkatnya usaha sektor pertanian juga menyebabkan peningkatan penggunaan pestisida. Kenyataannya, umumnya masyarakat tidak menyadari gejala gangguan kesehatan yang dialaminya merupakan keracunan pestisida karena gejala tidak spesifik, namun secara kronis dapat menimbulkan penyakit, salah satunya gangguan neurologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gangguan neurologi yang disebabkan karena pajanan kronis pestisida dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada petani.
Metode :Penelitian menggunakan desain cross sectional dengan besar sampel 119 orang yang diambil dengan cluster random sampling. Penelitian di Desa Cibeurem, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat yang dilaksanakan dari bulan Mei 2016 sampai Juli 2016. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara, anamnesis dan pemeriksaan fisik. Tugas kerja, penggunaan alat pelindung diri, hygiene perorangan, keluhan petani, pemeriksaan kekuatan otot, pemeriksaan sensibilitas dan pemeriksaan refleks adalah variable yang diteliti.
Hasil :Prevalensi neuropati perifer sebesar 56,3 . Proporsi petani dengan nilai intensitas pajanan tinggi sebesar 50,4 . Intensitas pajanan pestisida pada petani tidak berhubungan secara bermakna terhadap neuropati perifer. Faktor-faktor lain yang meningkatkan risiko terhadap neuropati perifer yaitu : usia OR : 2,05, IK95 0,98-4,29 , status gizi p = 0,131 , tingkat pendidikan OR : 0,67, IK95 0,32 ndash;1,38 . Faktor lain seperti diabetes mellitus, penyakit jantung dan penyakit hipertensi tidak dapat dianalisis.
Kesimpulan dan saran :Intensitas pajanan tinggi terhadap pestisida berisiko lebih tinggi dibanding intensitas pajanan rendah terhadap neuropati perifer walau tidak berhubungan secara statistik. Bila menemukan keluhan neuropati yang diduga berhubungan dengan pestisida, petani diharapkan segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekatKata Kunci :Neuropati perifer, intensitas pajanan pestisida, skoring Sulistomo

Background The agricultural sector is the most demanding labour. Pesticides are used simultaneously by the increasing of the agricultural production. The fact in the community all this time is generally not aware of the health problems they experienced symptoms of pesticide poisoning because the symptoms are not specific , but in chronic can cause serious illness , one of that is neurological disorders . This study aims to determine the neurological disorder caused by chronic exposure to pesticides and the factors that influence the farmers.
Method: This study was designed as a cross sectional study with 119 farmers as the respondents taken by cluster random sampling. The study was conducted since May to July 2016 in Cibeureum village, Kertasari subdistrict, Bandung district, West Java province. Data was collected by interview and physical examination. Variables studied were work tasks, personal protective equipments usage, habitual personal hygiene, complaints of farmers, muscle strength examination, examination of sensibility and reflex examination.
ResultsTotal prevalence of peripheral neuropathy event was 56,3 . The proportion of the farmers with high intensity of pesticide exposure was 50,4 . The intensity of pesticide exposure was not significantly related peripheral neuropathy event. Other factors that increase the risk for peripheral neuropathy were age OR 2,05, IK95 0,98 4,29 , nutritional status p 0,131 , level of education OR 0,67, IK95 0,32 - 1,38 . The other factor like, dibates mellitus, heart disease, hypertension can not be analyzed.
Conclusion High intensity of pesticide exposure increased the risk of peripheral neuropathy event, even was not significantly related peripheral neuropathy event. When you find the alleged complaint neuropathy associated with pesticides, farmers are expected to immediately went to the nearest health facility Key words peripheral neuropathy, intensity of pesticide exposure, Sulistomo scoring"
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T58669
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqy Fauzi
"Instensifikasi pertanian merupakan langkah peningkatan produk pertanian, seperti pengolahan lahan pertanian dan pembasmian hama atau penyakit pada tanaman. Pestisida dapat membasmi hama dalam waktu singkat namun berisiko buruk terhadap kesehatan dan lingkungan. Penggunaan pestisida pada lahan pertanian dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, dan perilaku petani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan perilaku petani dalam penggunaan pestisida serta memprediksi berapa banyak asupan cabai, kubis, dan kentang yang dikonsumsi petani menimbulkan risiko gangguan kesehatan di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. Penelitian ini menggunakan disain cross sectional dengan pendekatan analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL). Sampel penelitian ini sebanyak 105 responden petani dan penyemprot tanaman menggunakan pestisida. Responden dipilih menggunakan metode purposive sampling. Berdasarkan hasil univariat, 93% berpengetahuan kurang baik, 68% bersikap baik, dan 63% berperilaku kurang baik. Berdasarkan hasil bivariat, bahwa faktor tingkat pengetahuan berhubungan signifikan dengan nilai risiko (RQ) gangguan kesehatan (p = 0,042; OR = 1,69). Hasil ini menunjukkan perlunya penyuluhan tentang penggunaan pestisida dan pengawasan aktivitas petani agar risiko gangguan kesehatan dapat dicegah.

Instensification agriculture is a step improvement of agricultural products, such as processing of agricultural land and eradication of pests or plant diseases. Pesticides can eradicate the pest in a short time but bad risk to health and the environment. The use of pesticides on agricultural land is affected by the knowledge, attitudes, and behavior of farmers. This study aims to determine knowledge, attitudes, and behaviors of farmers in the use of pesticides and to predict how much intake of chili, cabbage, and potatoes are consumed by the farmer raises the risk of health problems in the district Cikajang, Garut. This study used cross sectional design with environmental health risk analysis approach (ARKL). The research sample of 105 respondents of farmers and crop spraying using pesticides. Respondents were selected using the method of purposive sampling. Based on the results of the univariate, 93% less knowledgeable good, 68% to be good, and 63% misbehave. Based on the results of the bivariate, that factors significantly associated with the level of knowledge of the value of risk (RQ) health problems (p = 0.042; OR = 1.69). These results show the need for education about the use of pesticides and supervision of the activities of farmers to the risk of health problems can be prevented. that the knowledge level factors significantly associated with the risk value (RQ) health problems (p = 0.042; OR = 1.69). These results show the need for education about the use of pesticides and supervision of the activities of farmers to the risk of health problems can be prevented. that the knowledge level factors significantly associated with the risk value (RQ) health problems (p = 0.042; OR = 1.69). These results show the need for education about the use of pesticides and supervision of the activities of farmers to the risk of health problems can be prevented."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zuraida Zulkarnain, supervisor
"Penelitian ini membahas tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat keracunan pestisida pada petani di Desa Srimahi Bekasi Utara pada tahun 2011. Tujuan penelitian ini didasarkan hubungan antara faktor internal dan faktor eksternal terhadap tingkat keracunan pestisida pada petani di Desa Srimahi, Bekasi Utara pada tahun 2011. Desain penelitian yang digunakan adalah studi Cross sectional dengan menggunakan Data Sekunder dari Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekes Kemenkes Jakarta II pada tahun 2011. Analisa data dilakukan dengan uji Fischer Exact. Populasi dan sampel penelitian adalah semua petani di Desa Srimahi, Bekasi Utara pada tahun 2011.
Hasil untuk tingkat keracunan pestisida pada petani Desa Srimahi sebesar 6,1%. Variabel umur, lama bekerja, pendidikan, jenis kelamin, pengetahuan, sikap, prosedur, penggunaan APD (Alat Perlindungan diri), dan kontak yang lama dengan tingkat keracunan pestisida menunjukkan tidak ada hubungan. Walaupun begitu petani harus mewaspadai adanya keracunan pestisida pada saat musim penggunaan pestisida.

This study explored about the factors which associated with the poisoning rate of pesticides in the Srimahi Village?s farmers, North Bekasi in 2011. The purpose of this study is based on the discovery of the relation between the internal factors and the external factors to the poisoning rate of pesticides in Srimahi village, North Bekasi in 2011. The research design used is The Cross Sectional using the Secondary Data of Departement of Public Health, Poltekes Jakarta II in 2011. The data analyzing was performed by fischer exact. The study population and sampel study were all farmers in Srimahi Village,North Bekasi in 2011.
The result for the poisoning rate of pesticides represent the prevalence rate of the poisoning rate of 6,1%. Statistical test result showed there is no association between age, educational level, length of work, sex, knowledge, attitudes, procedures, the using of PPE (Personal Protection Equipment), and prolonged contact to the pesticide?s poisoning level. Even farmers should be aware of pesticide use during the season.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Nurfallah
"Hasil cholinesterase serta survey tentang persepsi, pengetahuan, personal hygiene, penggunaan APD yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi tahun 2005 terhadap 200 petani didapatkan hasil rata rata 40,50 % petani dengan keracunan berat, rata rata 75,50 % pelani memiliki persepsi buruk, rata rata 76,00 % petani memiliki pengetahuan buruk rata rata 83,00 % petani dengan personal hygiene buruk, rata rata 71,00 % petani berperilaku buruk dalam menggunakan APD.Tesis ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara faktor - faktor yang mempengaruhi persepsi risiko dalam mengelola pestisida dengan tingkat keracunan pestisida pada petani sayunan yang meliputi : faktor internal (pengetahuan, perilaku penggunaan alat pelindung diri, perilaku higiene perorangan, masa kerja ), faktor eksternal (penyuluhan/pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja, budaya keselamatan dan kesehatan kerja dan frekuensi kontak dengan pestisida), tingkat keracunan pada petani dan persepsi risiko.Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif (descriptive research) adaiah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang diteliti dengan pendekatan cross-sectional study.
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi persepsi yaitu ; pengetahuan dalam mengelola pestisida; perilaku penggunaan APD ; perilaku personal hygiene ; budaya keselamatan dan kesehatan kerja sedangkan yang tidak berkorelasi yaitu : masa kerja petani ; penyuluhan /pelatihan K3 dan frekuensi kontak. Disamping itu faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi risiko yang diterima (tingkat keracunan pestisida) yaitu ; pengetahuan rnengelola pestisida ; perilaku penggunaan alat pelindung diri perilaku personal hygiene; frekuensi kontak; budaya K3, sedangkan yang tidak mempengaruhi risiko yang diterima yaitu : masa kerja petani ; pelatihan K3 serta tidak ada korelasi antara persepsi petani dengan tingkat keracunan/risiko yang diterima petani. Kesimpulan : ada 3 variabei faktor internal yang berkorelasi dengan persepsi ( pengelahuan ,perilaku penggunaan APD , perilaku personal hygiene ), ada 1 variabel faktor eksternal yang berkorelasi dengan persepsi petani yaitu : budaya K3 , ada 3 variabel faktor internal yang berkorelasi dengan risiko yang diterima (pengetahuan ,perilaku penggunaan APD , perilaku personal hygiene ), ada 2 varibel faktor eksternal yang berkorelasi dengan tingkat keracunan/risiko (frekuensi kontak dan budaya K3).

Result from previous study on conducted by Public health service Bekasi District year in 2005 among 200 farmers indicated that the majority of the farmers ( 40,50 %) had a severe pesticide poisoning level. Based on the study, the majority of the farmers have poor perception( 75,50 %), low level of knowledge (76,00 %), poor personal hygiene ( 83,00 %) and poor safe behavior towards the use of personal protective equipment (PPE) ( 71,00 %).The aim ofthe study is to evaluate correlation between factors that influencing the vegetable farmer risk perception in pesticide handling whit the levei of pesticide poisoning. The factors that influencing the risk perception of the vegetable farmer including internal factors ( Knowledge, safe behavior towards the use of PPE, personal hygiene, work period) ; external factors (OHS training, safety culture and frequency of contact with pesticide), level of poisoning in the farmer and risk perception. The type of research design used in the study was a descriptive research which describing on a particular object or condition without any treatment manipulation. The approach used in the study was based on cross sectional.
Resulth suggested that internal external factors which influencing risk perception including knowledge on pesticide handling, the use of PPE , personal hygiene, OHS culture were not correlated with work period., OHS training and frequency of contact. Furthermore internal and external factor which influencing the level of risk accepted by the farmer (level of pesticide poisoning) were : knowledge on pesticide handling, safe behavior towards the use of PPE, personal hygiene, frequency of contact, OHS culture. In addition, factors that were not influencing the level of risk were : work period and OHS training. There were also no correlation between farmers risk perception with thc level of risk accepted (level of pesticide poisoning). In conclusion, there were 3 variable derived from internal factors that correlated with risk perception ( knowledge on pesticide handling, safe behavior on the use of PPE and personal hygiene). There was one variable derived from external factor which was correlated with farmers risk perception (safety culture). There 3 variable derived from internal factors which was correlated with of risk accepted (knowledge on pesticide handling, safe behavior on the use of PPE and personal hygiene). There 3 variable derived from internal factors which was correlated with level of risk (level of pesticide poisoning): frequency of contact and OHS culture.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lusiana Rumintang
"ABSTRAK
Tesis ini mengaji variasi interpretasi, praktik, dan transmisi pengetahuan kesehatan kerja yang dilakukan oleh laki-laki sebagai suami dan perempuan sebagai istri atau janda Kampung Monggor, Kabupaten Pandeglang. Fokus kajian ini adalah variasi dalam menginterpretasi dan mentransmisikan pengetahuan kesehatan kerja. Sebelum mengikuti pelatihan kesehatan kerja, pasangan suami-istri dan janda di Kampung Monggor sudah melakukan perlindungan diri ketika bekerja dengan pestisida walau tanpa memerhatikan kesehatan bagi diri dan lingkungan. vegIMPACT mengadakan pelatihan kesehatan kerja dan memperkenalkan musuh alami dan penggunaan alat pelindung diri APD terstandar kesehatan kerja untuk menimbulkan kesadaran mengenai risiko penyemprotan pestisida di lahan terhadap kesehatan petani. Interpretasi, praktik, dan transmisi yang beragam dari pasangan suami-istri dan janda muncul karena adanya keyakinan diri, jenis hama, relasi kekuasaan, relasi sosial, dan kondisi sosial.

ABSTRACT
This thesis examines variations of interpretation, practice, and transmission of occupational health knowledge, which conducted by men as husbands and women as wives and widows in Monggor Kampong, Pandeglang Regency. This research is focused on the variations in interpreting and transmitting occupational health knowledge. Before joining the occupational health training, spouses and widows in Monggor Kampong have been doing personal protection while working with pesticides although without considering their personal health and the environment. vegIMPACT held the occupational health training and introduced health standardized personal protection equipment PPE to emerge the awareness on pesticide spraying risk in the farm to farmers rsquo health. Diversity in interpretation, practice, and transmission of knowledge emerged in spouses and widows from self confidence, types of pests, power relation, social relation, and social condition."
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Zamahsjari
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang efektivitas perlindungan pakaian kerja terhadap pemajanan pestisida bagi petani pengguna di lapangan, serta untuk mengetahui perbedaan risiko dari berbagai bagian tubuh terhadap pemajanan pestisida.
Hipotesis penelitian ini ada dua : (1) Terdapat beda daya lindung terhadap pemajanan pestisida antara bahan katun dengan bahan poliester, (2) Terdapat beda risiko diantara pelbagai bagian tubuh (tangan, kaki, dada) petani pengguna terhadap pemajanan pestisida di lapangan.
Penelitian yang dilakukan di satu desa yakni desa Pandansari kecamatan Sukoharjo kabupaten Lampung Selatan merupakan suatu percobaan lapangan (Field experiment) pada lahan tanaman kedelai dengan disain : Kelompok Ceiba- Kelompok Kendali yang dirandomisasi.

ABSRACT
The purpose of this study is to obtain information about, firstly the effectively of protective garment materials against pesticide-exposure among the farmers (applicators), and secondly: risk-difference among several body-parts of the farmers (applicators) to pesticide exposure during pesticide-usage in the agricultural-field.
There are 2 hypotheses:
1. The protection capacity of pure cotton material differs than of polyester material when applied as protective garment against pesticide-exposures.
2. There are risk-differences among several body-parts of pesticides applicator, i.e.: forearm, chest and thigh during application of pesticides in the field.
This study takes place in a village, namely desa Pandansari sub district of Sukoharjo district of South-Lampung. The design of this Field trial was: Experimental-group, control-group: randomized-subjects. The participants were 80 local--farmers, divided into same amount within each group. The experimental-treatment was the use of garment made of cotton (100 %) for the experimental-group and of polyester (100 %) for the control-group. The pesticide used was MATADOR 25 EC, a synthetic-Pyrethroid insecticide (generic name Lambda Cyhalothrine).
The main-results of this study were:
1. Pure cotton materials have more protection capacity than pure polyester materials.
2. The lower part of the body (thigh) tends to have greater risk than the upper parts (chest and forearm) during application of pesticide in the soybean cultivation.
3. The wind velocity has significant correlation with the pesticide-exposures.
Besides-some recommendations in accordance with policy﷓issues and operational-issues, also suggested to conduct further studies in order to have much more information about protective garment, i.e. it's design and the precise construction of textiles which will satisfy allof requirements.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>