Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155558 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Krisma Adiwibawa
"ABSTRAK
Pilot merupakan pekerjaan dengan tingkat stres yang tinggi. Sebagai orang yang
memiliki tanggung jawab besar terhadap keselamatan penerbangan usaha untuk
mengurangi stres pada pilot perlu dilakukan karena dapat mengganggu kinerja
pilot. Psychological capital (PsyCap), yang terdiri dari self-efficacy, hope,
resiliency, dan optimism ditemukan berhubungan negatif dengan stres kerja
(Avey, Luthans, & Jensen, 2009). Di sisi lain, Cavanaugh, Boswell, Roehling, dan
Boudreau (2000) menemukan ada dua jenis stres kerja, yaitu stres kerja akibat
sumber stres yang menantang (challenge stressor) dan stres kerja akibat sumber
stres yang menghambat (hindrance stressor) yang disebut stres kerja dua dimensi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dan arah hubungan antara
PsyCap dan kedua dimensi dari stres kerja tersebut. Hasil penelitian ini
mendapatkan tidak ada hubungan yang signifikan antara PsyCap dan kedua
dimensi stres kerja. Meskipun demikian, komponen resiliency dari PsyCap
ditemukan memiliki hubungan negatif yang signifikan pada dimensi challenge
dan dimensi hindrance hindrance dari stres kerja

ABSTRACT
Pilot is a job with high stress level. As a personnel who has great responsibility
towards aviation safety, effort to reduce pilots’ stress needs to be done because
it can interfere with the pilots’ performance. Psychological capital (PsyCap),
which consists of self-efficacy, hope, esiliency, and optimism was found
negatively related to job stress (Avey, Luthans, & Jensen, 2009). On the other
hand, Cavanaugh, Boswell, Roehling, and Boudreau (2000) found there are two
types of job stress, stress caused by challenging stressors and stress caused
hindrance stressors, which is called two-dimensional job stress. This study
aimed to investigate the relationship and the direction of the relationship
between PsyCap and two dimensions of the job stress. The results of this study
showed that the relationship between PsyCap and both dimensions of job stress
was non-significant. However, resiliency as one component of PsyCap was
found to have a significant negative relationship with both dimension of job
stress."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57454
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Claudia Yosephine
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara perilaku inovatif dengan stres kerja pada karyawan perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi Tenaga Surya. 216 karyawan dari Perusahaan Tenaga Surya di Indonesia menjadi partisipan dalam penelitian ini. Perilaku inovatif diukur dengan menggunakan Innovative Work Behaviour Scale, Janssen (2000) yang terdiri dari tiga tahapan, yakni generalisasi ide, promosi ide, dan implementasi. Stres kerja diukur melalui Job Stress Scale yang dibuat dan dikembangkan oleh Parker dan DeCotiis (1983).
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan negatif dan signifikan antara perilaku inovatif karyawan dengan stres kerja pada karyawan Perusahaan Tenaga Surya (R = -0.329, n = 216, p<0.01). Selain itu, partisipan dalam penelitian ini memiliki skor perilaku inovatif yang tinggi dan stres kerja yang rendah.

This research was conducted to investigate the correlation between innovative work behaviour and job stress on Employees Solar Photovoltaic Energy Company 216 employee were completed all questionnaires of innovative work behaviour and job stress. Innovative work behavior was measured by Innovative Work Behavior Scale (IWB Scale) which was constructed by Janssen (2000) and consist of three stages of innovative work behavior, namely idea generation, championing or supporting idea, and implementation. Job stress was measured by Job Stress Scale which was constructed and developed by Parker and DeCotiis (1983).
The results show that there was a negative and significant correlation between innovative work behavior and job stress on Employees Solar Photovoltaic Energy Company Surya (R = -0.329, n = 216, p<0.01). Besides, participant in this research had a high score on innovative work behavior and a low score on job stress.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46978
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hersa Aranti
"Berbagai penelitian telah mengasosiasikan tingkah laku merokok pada remaja dengan stres dan persepsi yang mereka miliki mengenai dampak dari perilaku merokok tersebut. Meskipun begitu, belum terdapat penelitian yang melihat peran persepsi dampak merokok dalam hubungan stres dan perilaku merokok. Dalam penelitian ini akan dilihat bagaimana kontribusi persepsi dampak merokok dalam hubungan antara tingkat stres dan intensitas merokok. Terdapat 3 alat ukur yang digunakan yaitu Perceived Stress Scale Cohen et al., 1983 , Stress Scale Dahlam, dalam Herwina 2006 , dan item-item untuk mengukur perception of smoking-related risk and benefits Halpern-Felsher et al., 2004; Song et al., 2008 . Dari 150 partisipan, ditemukan bahwa persepsi dampak merokok yang termasuk keuntungan berhubungan positif dengan intensitas merokok secara signifikan t 1,148 =4,75, p
Various studies have associated adolescents 39 smoking behavior to stress and perception related to the impact of the behavior. Even so, no study has examined the role of perception of smoking impact in the relation between stress and smoking behavior. In this study, the contribution of smoking impact perception in the relationship between stress level and smoking intensity will be examined. Three scales were used which were Perceived Stress Scale Cohen et al., 1983 , Stress Scale Dahlam, in Herwina, 2006 , and items to measure perception of smoking related risk and benefits Halpern Felsher et al., 2004 Song et al., 2008 . From 150 participants, this study found that perception of smoking impact related to benefit is positively related to smoking intensity significantly t 1,148 4,75, p"
2017
S66022
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Rina Jericho
"Jumlah tenaga kerja perempuan di Indonesia terus meningkat setiap tahun. Hal ini mulai menggeser peran gender tradisional menjadi egaliter sehingga memunculkan struktur keluarga baru, yaitu dual earner. Pasangan dual earner merupakan suami dan istri yang bekerja keduanya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan positif yang signifikan antara stres eksternal dan stres internal. Selain itu, penelitian ini ingin mengetahui apakah common dyadic coping dapat memoderasi hubungan stres internal dan stres eksternal. Partisipan penelitian merupakan 164 individu dari pasangan dual earner yang berusia di atas 20 tahun. Alat ukur yang digunakan adalah Multidimensional Stress Questionnaire For Couples (MSF-P) dan Dyadic Coping Inventory (DCI). Analisis data menggunakan analisis korelasi dan regresi untuk melihat efek moderasi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara stres eksternal dan stres internal (r=0.742, p<0.01, one tailed). Selain itu, hubungan keduanya dimoderasi oleh common dyadic coping secara signifikan (b = 0.11, 95% CI [0.02, 0.19], t = 2.55, p<0.05). Hasil ini dapat dijadikan acuan intervensi mengenai common dyadic coping untuk meminimalisasi tingkat stres eksternal dan internal pada pasangan dual earner.

The number of female workers in Indonesia continues to increase every year. This has begun the shift of traditional gender role to egalitarian gender role which gives a rise to a new family structure, namely the dual earner. Dual earner couples are husband and wife who both work. The aim of this study is to assess whether there is a significant positive relationship between external stress and internal stress. Aside from that, this study aims to the role of common dyadic coping in moderating the relationship between external stress and internal stress. Participants of this study are 164 individuals of dual earner couple aged above 20 years. Measuring instruments in this study are Multidimensional Stress Questionnaire For Couples (MSF-P) dan Dyadic Coping Inventory (DCI). The datas were analyzed using correlation analysis and regression analysis to assess the moderation effect. Results indicated that there is a significant positive relationship between external stress and internal stress (r=0.742, p<0.01, one tailed). Furthermore, that relationship is moderated by common dyadic coping significantly (b = 0.11, 95% CI [0.02, 0.19], t = 2.55, p<0.05). These results can be used as a reference for interventions regarding common dyadic coping to minimize external stress and internal stress levels in dual earner couple."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alula Aurelia Alfediar
"enelitian ini bertujuan untuk melihat peran Supportive Dyadic Coping sebagai moderator dalam hubungan stres eksternal dan stres internal pada pasangan dengan usia pernikahan 1-5 tahun di Indonesia. Diketahui tingkat perceraian di Indonesia meningkat. Hal ini dikarenakan pasangan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri terhadap satu sama lain, terutama pasangan dengan usia pernikahan 1-5 tahun yang membutuhkan banyak penyesuaian. Penelitian dilaksanakan pada 128 partisipan WNI yang berusia minimal 20 tahun yang sudah menikah dengan memiliki usia pernikahan 1-5 tahun. Alat ukur yang digunakan adalah Multidimensional Stress Questionnaire for Couple Dyadic Coping Inventory (DCI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan positif yang signifikan antara stres eksternal dan stres internal serta adanya efek moderasi supportive dyadic coping (SDC) terhadap hubungan stres eksternal dan stres internal. Implikasi penelitian ini adalah dapat menjadi acuan bagi konselor pernikahan/psikolog agar dapat menggunakan strategi supportive dyadic coping (SDC) sebagai strategi dyadic coping yang paling sesuai dengan kriteria partisipan yaitu pasangan yang sudah menikah dengan usia pernikahan 1-5 tahun di Indonesia dalam mengatasi stres eksternal dan stres internal.

This study aims to examine the role of Supportive Dyadic Coping as a moderator in the relationship between external stress and internal stress in couples with 1-5 years of marriage in Indonesia. It is known that the divorce rate in Indonesia is increasing. This is because couples have difficulty adjusting to each other, especially couples with a marriage age of 1-5 years which requires a lot of adjustment. The study was conducted on 128 Indonesian participants who were at least 20 years old who were married with a marriage age of 1-5 years. The measuring instruments used were the Multidimensional Stress Questionnaire for Couples (MSF-P) and the Dyadic Coping Inventory (DCI). The results showed that there was a significant positive relationship between external stress and internal stress and the moderating effect of supportive dyadic coping (SDC) on the relationship between external stress and internal stress. The implication of this study is that it can be a reference for marriage counselors/psychologists to be able to use the supportive dyadic coping (SDC) strategy as a dyadic coping strategy that best fits the criteria of participants, namely married couples with a marriage age of 1-5 years in Indonesia in overcoming external stress and internal stress."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Maura Saputra
"Telah diketahui bahwa stres merupakan salah satu faktor risiko terjadinya Temporomandilbular Disorders (TMD). Namun selama ini belum ada studi pada individu dengan stres kerja tinggi (misalnya akuntan).
Tujuan: Penelitian bertujuan untuk menentukan ada atau tidaknya hubungan antara intensitas dan frekuensi stres kerja dengan terjadinya TMD pada usia produktif.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode potong lintang yang dilakukan pada 116 akuntan berusia 21-50 tahun di Jakarta. Subjek diminta mengisi dua jenis kuesioneir, yang pertama adalah Kuesioner Job Stress Survey (JSS) untuk mendiagnosis tingkat intensitas dan frekuensi stres kerja, yang kedua adalah Indeks Diagnostik TMD untuk mendiagnosis TMD. Kemudian dilakukan tabulasi silang antara tingkat intensitas dan tingkat frekuensi stres kerja dengan terjadinya TMD.
Hasil penelitian: Hasil uji Fisher’s Exact menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara intensitas stres kerja dengan terjadinya TMD pada usia produktif (p = 0,003). Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara frekuensi stres kerja dengan terjadinya TMD pada usia produktif (p = 0,032).
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara intensitas stres kerja dan frekuensi stres kerja dengan terjadinya TMD pada usia produktif.

It is known that stress is one of the risk factor for Temporomandibular Disorders (TMD). But study on person with high level of job stress (for example accountants) has not been done.
Objectives: The aim of this study was to know the relationship between intensity and frequency of job stress and the occurrence of TMD in productive age.
Methods: A cross sectional study was performed towards 116 accountants aged 21-50 in Jakarta. The subjects were asked to fill two kinds of questionnaire, the first was Job Stress Survey questionnaire (JSS) to examine the intensity and frequency level of job stress, the other was TMD Diagnostic Index to assess the TMD. A cross tabulation was done between the intensity level and also the frequency level of job stress and the TMD occurrence.
Results: Fisher’s Exact test result showed that there was relationship between intensity of job stress and the occurrence of TMD in productive age (p = 0,003). Chi square test result showed that there was relationship between frequency of job stress and the occurrence of TMD in productive age (p = 0,032).
Conclusion: There is relationship between intensity and frequency of job stress and the occurrence of TMD in productive age.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lu Lu Nurrahiimah Assyahidah
"[Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara optimisme dan stres pada mahasiwa penerima beasiswa Bidikmisi di Universitas Indonesia. Optimisme dalam penelitian ini didefinisikan sebagai sebagai keyakinan umum bahwa akan terjadi sesuatu yang baik (Schieier & Carver, 1985). Stres dalam penelitian ini merupakan keadaan yang muncul ketika individu merasa bahwa ia tidak dapat secara memadai mengatasi tuntutan yang ditunjukkan pada dirinya atau merasakan adanya ancaman terhadap dirinya (Lazarus, 1966). Life Orientation Test-Revised (Carver & Scheier, 1988) dan Perceived Stress Scale (Scheier, Carver, & Bridges, 1994) digunakan untuk mengukur optimisme dan stres mahasiswa. Dalam penelitian ini mengambil sebanyak 258 mahasiswa Bidikmisi UI dari angkatan 2014 sampai 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan dan negatif antara optimisme dan stres pada mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi.
;This correlational research was conducted to find the correlation between optimism and stress in college students with Bidikmisi scholarship at University of Indonesia. Optimisme is defined as general belief that something good will happen (Schieier & Carver, 1985) and Stress in this study is defined as a condition that arises when an individual feels that they can not adequately cope with the demands indicated on them or feel any threat against themselves (Lazarus, 1966) . Life Orientation Test-Revised (Scheier, Carver, & Bridges, 1994) and the Perceived Stress Scale (Cohen and williamson, 1988) was used to measure optimism and stress students. In this study as many as 258 students that received the Bidikmisi scholarsip in University of Indonesia was asked to partisipate. The results showed that there is a significant and negative correlation between optimism and stress on Bidikmisi scholarship recipients in UI.
;This correlational research was conducted to find the correlation between optimism and stress in college students with Bidikmisi scholarship at University of Indonesia. Optimisme is defined as general belief that something good will happen (Schieier & Carver, 1985) and Stress in this study is defined as a condition that arises when an individual feels that they can not adequately cope with the demands indicated on them or feel any threat against themselves (Lazarus, 1966) . Life Orientation Test-Revised (Scheier, Carver, & Bridges, 1994) and the Perceived Stress Scale (Cohen and williamson, 1988) was used to measure optimism and stress students. In this study as many as 258 students that received the Bidikmisi scholarsip in University of Indonesia was asked to partisipate. The results showed that there is a significant and negative correlation between optimism and stress on Bidikmisi scholarship recipients in UI.
, This correlational research was conducted to find the correlation between optimism and stress in college students with Bidikmisi scholarship at University of Indonesia. Optimisme is defined as general belief that something good will happen (Schieier & Carver, 1985) and Stress in this study is defined as a condition that arises when an individual feels that they can not adequately cope with the demands indicated on them or feel any threat against themselves (Lazarus, 1966) . Life Orientation Test-Revised (Scheier, Carver, & Bridges, 1994) and the Perceived Stress Scale (Cohen and williamson, 1988) was used to measure optimism and stress students. In this study as many as 258 students that received the Bidikmisi scholarsip in University of Indonesia was asked to partisipate. The results showed that there is a significant and negative correlation between optimism and stress on Bidikmisi scholarship recipients in UI.
]"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59019
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisa Fatia Dewi
"and Maternal Stress in Low Socioeconomic Status Family.Research from 2008 to 2013 in United States showed contradictory results regarding the relationship between maternal negative emotion and children emotion regulation. The objective of this study was to investigate the relationship between young children emotion regulation and maternal stress in low SES family. The measurement of maternal stress was using stress subscale of Depression, Anxiety, and Stress Scale 21-items (DASS-21) and young children emotion regulaton was measured by mother perception using Emotion Regulation Checklist (ERC). The respondents (n=122) were low SES mothers with children aged 3-6 years old living in Jadetabek. They asked to fill in 4 points likert scale questionnaire. The result showed that there is a significant relationship between young children emotion regulation and maternal stress in low SES family. Negative correlation (-) means that the higher maternal stress, the lower young children emotion regulation. The study also found that more educated mother support better regulation emotion development in young children, and maternal employment status is also associated with the level of stress they experienced.

pada Keluarga dengan Status Sosial Ekonomi (SSE) Rendah.Penelitian dari tahun 2008 hingga 2013 di Amerika Serikat menunjukkan hasil yang kontradiktif mengenai hubungan antara emosionaibu dan perkembangan regulasi emosi anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara regulasi emosi anak usia dini dan stres ibu pada keluarga dengan SSE rendah. Pengukuran stres pada ibu menggunakan subskala stres dari Depression, Anxiety, and Stress Scale 21-items (DASS-21) dan regulasi emosi anak usia dini diukur melalui persepsi ibu dengan menggunakan Emotion Regulation Checklist (ERC). Seluruh partisipan (n=122) merupakan ibu dengan SSE rendah yang memiliki anak usia 3-6 tahun di wilayah Jadetabek yang diminta untuk mengisi kuesioner dengan rentang 4 pilihan skala likert. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara regulasi emosi anak usia dini dan stres ibu pada keluarga dengan SSE rendah. Nilai korelasi ditemukan memiliki arah negatif (-) yang menandakan bahwa semakin tinggi stres yang dialami ibu, maka semakin buruk regulasi emosi anak. Ditemukan pula hasil lanjutan yang membuktikan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan ibu menunjang perkembangan regulasi emosi anak yang baik, serta status pekerjaan ibu juga berhubungan dengan tingkat stres yang dialaminya."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S60301
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nendra Yelena Sarina
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara stres akademis dengan psychological well being pada mahasiswa tahun pertama Universitas Indonesia. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 122 mahasiswa tingkat pertama berusia 17-20 yang sedang menempuh semester dua di Universitas Indonesia. Pengukuran psychological well-being menggunakan alat ukur Ryff?s Psychological Well- Being Scale (1995) yang telah diadaptasi oleh Yorike dan rekan-rekan payung penelitian psychological well-being tahun 2011. Pengukuran stres akademis menggunakan alat ukur Student-Life Stress Inventory yang dikembangkan oleh Gadzella (1994) dan telah diadaptasikan ke dalam konteks bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil penghitungan korelasi Pearson Product Moment, diperoleh hubungan yang negatif dan signifikan antara stres akademis dan psychological well -being pada mahasiswa tahun pertama Universitas Indonesia. Semakin tinggi skor stres akademis yang dimiliki maka semakin tinggi skor psychological wellbeing, begitu pula sebaliknya.

The objective of this research is to find the corelation between academic stress and psychological well-being among first-year college students in Universitas Indonesia . The participant for this research were 122 students aged 17-20 whose studied at the second term in Universitas Indonesia. Psychological well-being was measured with Ryff?s Psychological well-being Scale (1995) which was constructed by Carol D. Ryff and had been adapted to Indonesian context by Yorike and colleagues in 2011. Academic stress was measured with Student-Life Stress Inventory which constructed by Gadzella and had been adapted to Indonesian context. The coefficient of Pearson Product Moment correlation showed that there is negative and significant correlation between psychological well being and academic stress among first-year college students in Universitas Indonesia. The more academic stress suffered by first-year college students, the lower score of psychological well being they have and vice versa."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aldisa Ayu Pratiwi
"Stres dapat menyebabkan perubahan perilaku individu dan timbulnya gangguan kesehatan yang dapat menurunkan produktivitas kerja. Sebanyak 60% karyawan mengalami penurunan produktivitas kerja yang disebabkan oleh stres. Pengetahuan dan penelitian tentang hubungan stres dengan kadar glukosa darah di Indonesia masih sedikit dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah mencari hubungan antara stres dengan peningkatan kadar glukosa darah pada karyawan Fakultas Kedokteran Universitas X.
Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional, dengan teknik pengambilan sampel secara consecutive sampling. Sampel penelitian sebanyak 111 yang berasal dari karyawan FKUX. Studi ini menggunakan data primer berupa kadar glukosa darah subjek yang diperiksa langsung oleh peneliti dengan menggunakan glukosameter merk Nesco. Sedangkan, data stres didapatkan dari kuesioner SRQ20. Analisis statistik penelitian ini menggunakan uji Fisher, jika nilai p < 0,05 menunjukkan adanya hubungan antara kedua variabel.
Hasil analisis didapatkan sebanyak 71,4% karyawan yang mengalami gangguan stres memiliki kadar glukosa darah yang meningkat. Selain itu, hasil analisis statistik menunjukkan terdapat hubungan antara stres dengan kadar glukosa darah (p= 0,035). Stres fisik maupun psikologis akan menimbulkan reaksi yang sama di dalam tubuh berupa aktivasi fight or flight respone, sehingga timbul rangsangan sistem saraf autonomik dan pelepasan berbagai hormon seperti kortisol, epinefrin, glukagon dan hormon pertumbuhan yang mengakibatkan peningkatan glukoneogenesis di hati. Selain itu, efek epinefrin dapat menghambat sekresi insulin menyebabkan peningkatan glukosa darah.

Stress may lead to changes in individual behaviour and reduce worker`s productivity. As many as 60% of employees decreased work productivity due to stress during work. However, knowledge and study on the relationship between stress and blood glucose levels in Indonesia is still rarely done. The aim of this study was to find the relationship between stress and blood glucose levels in FMUX employees. This study used a cross-sectional, with consecutive sampling technique. As many as 111 staff of FKUX were taken as sample in this study.
This study uses primary data such as blood glucose levels directly examined by researchers using Nesco brand glukosameter. Meanwhile, the stress data obtained from the questionnaires SRQ20. The data were analysed by Fischer test, if the value of p <0,05, the study shows significant relationship between variables. There are 71,4% of employees who experience stress disorders have elevated blood glucose level.
Fisher test analysis results obtained Significancy value of 0.035 which states significant relation between stress and blood glucose levels. Stress may lead to activation of the autonomic nervous system and release hormones such as cortisol, epinephrine, glucagon, and growth hormone which causes an increase in blood glucose level. Furthermore, epinephrine may reduce insulin secretion which increase blood glucose level.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>