Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149757 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Imelda Meinar Sari
"ABSTRAK
Anak sebagai penerus bangsa hingga saat ini masih berada pada kondisi
memprihatinkan. Anak perlu disosialisasikan haknya agar mampu menyuarakan
aspirasi berkaitan dengan kepentingan dan kebutuhan mereka. World Vision
Indonesia (WVI) sebagai NGO yang fokus pada anak telah melakukan sosialisasi
hak anak melalui program anak sebagai wadah transfer nilai hak partisipasi.
Program yang dilakukan adalah kegiatan kelompok minat dan bakat (tari, futsal,
musik), pertemuan rutin Forum Anak, penyuluhan dan perayaan. Penelitian
kuantitatif ini dilakukan terhadap 94 anak dampingan WVI ADP Kebon Pala,
Jakarta Timur. Terdiri atas 50 anak yang mengikuti program WVI dan 44 anak
yang tidak mengikutinya dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Tujuannya untuk
mengetahui apakah ada perbedaan pengetahuan hak partisipasi dan partisipasi
dalam keluarga terhadap kedua kelompok. Hasil penelitian menunjukkan tingkat
pengetahuan hak partisipasi berbeda signifikan secara statistik pada α=0.05 (pvalue=
0.005) antara mengikuti program WVI dengan yang tidak mengikutinya.
Tingkat pengetahuan hak partisipasi yang mengikuti program WVI lebih tinggi
(76%) daripada yang tidak mengikutinya (48%). Partisipasi dalam keluarga
terdapat perbedaan signifikan secara statistik pada α=0.05 (p-value=0.025)
dimana partisipasi dalam keluarga yang mengikuti program WVI lebih tinggi
(64%) daripada yang tidak mengikutinya (41%). Hal ini menunjukkan perlunya
untuk menfasilitasi forum anak menjadi wadah sosialisasi hak anak termasuk hak
partisipasi.

ABSTRACT
As the next generation, children until now are still in poor condition. Children
need to be socialized to be able to express the aspirations of their rights related to
their interests and needs. World Vision Indonesia (WVI) as an NGO that focuses
on children had socialized child rights through program which transfer
participation rights values. The program is a interests and talent group (such as
dance, indoor soccer, music), Children's Forum regular meetings, education and
celebration. Quantitative research was conducted on 94 children assisted WVI
ADP Kebon Pala, East Jakarta. It consists of 50 children who attend the program
WVI and 44 children who did not follow within the past year. The goal is to
determine whether there are differences in knowledge and participation rights of
participation in the family of the two groups. The results showed different levels
of knowledge of the rights of participation are statistically significant at α = 0.05
level (p-value = 0.005) between children who attend the WVI program and
children that does not follow. The level of knowledge of rights WVI program
participation is higher (76%) than those not followed (48%). Participation in the
family show that there is a statistically significant difference at α = 0.05 level (pvalue
= 0.025) where participation in the family who attend the program WVI
higher (64%) than those not followed (41%). This suggests the need for a forum
to facilitate the child into socialization container children's rights including the
right of participation"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T42318
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ezra Bonita
"Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran implementasi program ASCA yang dijalankan oleh masyarakat layanan lembaga WVI di ADP Kebon Pala. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif Hasil penelitian menunjukkan adanya rangkaian kegiatan ASCA yang memiliki alur yang teratur dari pengenalan sampai pembagian keuntungan. Layanan keuangan yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan finansial keluarga. Implementasi ASCA tidak lepas dari adanya dominasi masyarakat sebagai pengurus dan penerima layanan ASCA yang menggambarkan terwujudnya konsep self-help groups.

This study was aimed to describe implementation of program ASCA what was executed by client of organization WVI in ADP Kebon Pala. This study used qualitative method and descriptive approach. Result of this study show that ASCA’s activity has well-regulated process. The financial service could be used for the family financial needs. Implementation of ASCA couldn’t be separated from domination of community as boards and customer of ASCA that describing realization self-help groups’ concept."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S46413
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shanti Sasmitaningsari
"Meski populasi anak Indonesia menempati sepertiga dari keseluruhan populasi masyarakat Indonesia, kenyataan menunjukkan bahwa selama ini pemerintah lebih memusatkan pembangunan pada bidang ekonomi dan infrastruktur tanpa mempertimbangkan unsur kepentingan terbaik anak dalam pengambilan keputusan. Ini disebabkan rendahnya akses anak-anak terhadap pengambilan keputusan. Padahal suara anak berpotensi mengubah masa depan Indonesia. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan metode perolehan data berupa FGD dan in-depth interview. Melalui teori komunikasi partisipatif, partisipasi dan pemberdayaan anak, penelitian ini menggali dampak komunikasi partisipatif yang diimplementasikan dalam setiap fase program pembangunan RPTRA (Ruang Publik Terpadu Ramah Anak) Kembangan terhadap pemberdayaan anak.
Hasil temuan menunjukkan bahwa meski pola komunikasi partisipatif ideal (Pemberdayaan) tidak terjadi di setiap fase program, namun potensi pemberdayaan anak tetap terjadi pada tataran ideal, yakni Youth-Adult Shared Control Participation Types: Pluralistic. Kualitas keterlibatan serta konsistensi pengambil kebijakan dan NGO pendamping untuk selalu menerapkan "kesetaraan" menjadi faktor kunci dalam pemberdayaan anak, yang terepresentasikan lewat kepercayaan diri untuk berani memutuskan solusi terbaik suatu persoalan sosial serta komitmen untuk melakukan aksi nyata bagi persoalan tersebut.

Although the population of Indonesian children occupied one-third of the entire population in Indonesia, the fact shows that the government focuses more on the development of the economy and infrastructure all this time, without examining the best interests of the children?s element in decision making. This is due to lack of children's access toward decision making. Whereas potentially, the voice of children changes the future of Indonesia. This is a qualitative research by using data acquisition methods such as Focus Group Discussions and in-depth interview. These studies explore the impacts of participatory communication toward children's empowerment which are theoretically assessed in Participatory Communication and Youth Participation and Empowerment. The analysis is conducted on the participatory communication's approach pattern that comes to pass between the Government of DKI Jakarta (as the policy maker) and the Jakarta Children Forum (as the most affected party) in each phase (assessment, strategy design, implementation, and evaluation) of the RPTRA (Ruang Publik Terpadu Rumah Anak) Kembangan's development program.
The findings show that despite the ideal participatory communication patterns do not occur in every phase of the program, however the possibilities of children?s empowerment still occur at the ideal level, namely Youth-Adult Shared Control Participation Types: Pluralistic. The quality of the involvement with consistency of policy makers and NGO companion to always apply "equality" become the key factors in the children empowerment, which is represented through the confidence to be courageous to decide the best solution of a social issue and a commitment to perform concrete action toward the issue.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T46573
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novilia
"Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keikutsertaan dalam Program Keluarga Berencana di Indonesia (Analisis Data Susenas dan Potensi Desa 2005) Penduduk yang berkualitas merupakan salah satu modal dasar dalam pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan. Akan tetapi pertumbuhan penduduk yang sangat cepat, tingkat fertilitas yang tinggi dan persebaran penduduk yang tidak merata di Indonesia tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas. Program Keluarga Berencana adalah salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah untuk mengatasi pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melalui keberadaan program KB diharapkan dapat mewujudkan keluarga yang sejahtera, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas sumbet daya manusia Indonesia. Dalam jangka pendek program KB memang dirasakan kecil manfaatnya, tapi sesungguhnya secara jangka panjang program KB memberikan kontribusi yang signifikan pada keluarga sebagai bagian dari proses pembangunan bangsa dan negara.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data Susenas tahun 2005, dengan mengambil sampel ibu-ibn rumah tangga berstatus menikah yang berusia antara 15 tahun sampai dengan 49 tahun dan pernah menggunakan/memakai slat/cara KB. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari beberapa variabel bebas yang diujikan, variabel lokasi tempat tinggal, umur ibu, usia kawin perlama, pendidikan ibu, jumlah anak lahir hidup yang dimiliki, suku, kondisi pekeljaan dan kondisi ekonomi, posyandu dan polindes berpengaruh secara signifikan terhadap keikutsertaan ibu-ibu dalam ber-KB di Indonesia. Sementara variabel anggaran, rumah sakit bersalin, puskcsmas dan pustu tidak berpengaruh terhadap keikutsertaan dalam ber-KB di Indonesia.

The qualified population is one of foundation capital on Sustainable development. Yet, accelerating of grown over population, high fertility and the dissemination population in Indonesia are not balancing with advanced quality. The Family Planning Program is one of govemment effort for handling of grown over population. Family planning program hopefully will make the safety family and finally would improve the quality of human resources in Indonesia. Actually, in spite of the family planning program felt insignificance contribution in short time, but in the long time family planning program will give significant contribution to family as a part of national development.
This research is using of National Socio - Economic Survey (Susenas) and Village Potencies (Potdes) 2005 data’s. Samples of this research are marriages couple woman which age is 15 to 49 years old, and has had I ever/ in use contraception. The independent variables which put to the test is location (urban/rural), mothers age, age of first marriage, mother’s education, number of alive child, ethnic group, activity, economy condition, Integrated Servicing Post (posyandu) and polindes are influential to the factoring of family planning program participation of marriage couples woman in Indonesia. While, the family planning program budget, bear a child hospital, puskesmas and Assign Puskesmas (Pustu) have no influential.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T33818
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Rina Paramitha
"Program Ruang Publik Terpadu Ramah Anak di Kota Administrasi Jakarta Timur mulai dilaksanakan pada tahun 2015 dengan RPTRA Cililitan sebagai RPTRA pertama. Program ini bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak anak agar anak dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal. Namun setelah hampir tiga tahun berjalan, terdapat beberapa masalah seperti fasilitas RPTRA yang dianggap minim di beberapa lokasi. Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi program Ruang Publik Terpadu Ramah Anak di Kota Administrasi Jakarta Timur studi kasus RPTRA Cililitan, Kebon Pala Berseri, dan Permata Intan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivist dengan teknik pengumpulan data kualitatif melalui wawancara mendalam, observasi dan studi literatur. Dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi, peneliti menggunakan teori Edward III. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua faktor yang berpengaruh secara signifikan dalam implementasi Program RPTRA di Kota Administrasi Jakarta Timur studi kasus RPTRA Cililitan, Kebon Pala Berseri, dan Permata Intan. Namun terdapat faktor yang tidak berpengaruh, seperti belum terdapatnya Buku Pedoman Pengelolaan di beberapa RPTRA di Jakarta Timur, termasuk Cililitan dan Permata Intan, dan belum terdapatnya Standard Operational Procedurs SOP yang baku di Program RPTRA.

The Child Friendly Integrated Public Space Program RPTRA in East Jakarta Administrative City was started in 2015 with RPTRA Cililitan as the first one. This program aims to guarantee the fulfillment of children 39 s rights so that children can live, grow, develop, and participate optimally. But after almost three years running, there are some problems such as RPTRA with minimal facilities in some locations. Based on these problems, this study aims to explain the factors that affect the implementation of Child Friendly Integrated Public Space Program RPTRA in East Jakarta Administration City Case of RPTRA Cililitan, Kebon Pala Berseri, and Permata Intan.
This research uses post positivist approach with qualitative data collection technique through in depth interview, observation and literature study. In analyzing the, the researcher uses Edward III theory. The results showed that there are two factors that significantly affect the implementation of RPTRA Program in East Jakarta Administration City case study RPTRA Cililitan, Kebon Pala Berseri, and Permata Intan. However, there are no influential factors, such as the absence of Management Manual in some RPTRA in East Jakarta, including Cililitan and Permata Intan, and the absence of Standard Operational Procedures SOP in this Program.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S67655
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masirul Afroh
"Prinsip partisipatif dalam pembangunan pedesaan melalui Dana Desa belum sepenuhnya tercapai. Studi terdahulu menunjukan bahwa partisipasi dalam pembangunan pedesaan dipengaruhi oleh modal sosial dan kapasitas aktor. Namun kedua hal tersebut tidak mempengaruhi partisipasi secara signifikan. Berbeda dengan studi terdahulu, penelitian ini bertujuan untuk melihat korelasi antara tingkat pengetahuan dan peran kepemimpinan kepala desa terhadap partisipasi masyarakat dalam program pembangunan yang menggunakan Dana Desa. Penelitian ini mengelaborasi persepsi masyarakat terhadap peran kepemimpinan kepala desa. Selain itu, penelitian ini juga melihat perbedaan pengaruh tingkat pengetahuan dan peran kepemimpinan kepala desa terhadap partisipasi berdasarkan kemampuan masyarakat untuk mengakses media informasi. Penelitian telah dilaksanakan menggunakan metode kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner kepada 189 masyarakat Desa Banjarharjo usia 17 hingga 60 tahun yang dipilih menggunakan teknik multistage random sampling. Hasil penelitian menunjukan apabila tingkat pengetahuan dan peran kepemimpinan kepala desa berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang menggunakan Dana Desa. Dimensi-dimensi tingkat pengetahuan juga berpengaruh positif terhadap tingkat partisipasi. Namun pada dimensi-dimensi peran kepemimpinan kepala desa, hanya dimensi berkeadilan yang paling berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat partisipasi. Hasil penelitian juga menunjukkan apabila terdapat perbedaan pengaruh akses media terhadap hubungan antara tingkat pengetahuan dan peran kepemimpinan dengan tingkat partisipasi pembangunan dalam model elaborasi spesifikasi.

Participation principle in a rural development program through Dana Desa have yet to be fully achieved. Previous study shows that social capital along with the actors skills hold a great influence towards community participation in a rural development. However, neither of them have a significant effect towards participation. Differ with previous study, this study aimed to determine the correlation between the community level of knowledge and the village leader role and its influence towards community participation in a rural development program using village funds. This study elaborate community’s perception towards leaders role. In addition to that, this study also aims to see how the correlation differs based on the community’s ability to access the media. This research was done using a quantitative method by distributing 189 questionnaire towards Banjarhajo ranging from 17-60 years old citizen that had been chosen using multistage random sampling technique. This study shows that, the level of knowledge and the village leader role held a great influence towards community participation in a development program, the knowledge level dimensions also shows a positive impact towards participation level. On the other hand, on the dimensions of the leadership role of the village head, only the dimension of fairness has the most significant effect on the level of participation. The results also show that there is a difference in the effect of media access on the relationship between the level of knowledge and leadership roles with the level of development participation in the specification elaboration model."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Musafaah
"Pria telah mengikuti program keluarga berencana (KB) sejak dahulu.
Metode pantang berkala dan kondom telah dikenal berabad-abad lalu,
tetapi sejak ditemukan kontrasepsi wanita, program KB pada pria seakan
diabaikan. Keikutsertaan pria dalam ber-KB masih sangat rendah jika
dibandingkan dengan Bangladesh, Pakistan, dan Nepal. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis keikutsertaan pria dalam ber-KB meliputi
keterpaparan media massa dan kontak informasi KB melalui media massa.
Penelitian ini menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2007 dengan pendekatan cross sectional terhadap
6.013 pria menikah usia 15 ? 54 tahun. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah two stage sampling. Analisis data menggunakan chi
square dan regresi logistik. Penelitian menunjukkan bahwa pria yang ter-
papar dengan media massa memiliki kecenderungan 2,12 kali lebih besar
untuk ber-KB daripada pria yang kurang terpapar dengan media massa.
Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa pria yang kontak informasi
KB melalui media massa memiliki kecenderungan 2,21 kali lebih besar un-
tuk ber-KB daripada pria yang tidak kontak informasi KB melalui media
massa. Penelitian ini menunjukkan pria memiliki kecenderungan terbesar
untuk ber-KB apabila pria terpapar media massa dan mendapatkan infor-
masi KB melalui media massa dengan OR yang terbesar = 2,77.
known centuries ago. Since contraception for women was found, men fami-
ly planning program was likely ignored. The involving of men in family plan-
ning in Indonesia is still lower than Bangladesh, Pakistan, and Nepal. The
objective of this study is to analyze the credencial factor of men participa-
tion in family planning through mass media exposure and contact informa-
tion.This study used Indonesia Demografic and Health Survey (IDHS) 2007
data used cross-sectional study and 6.013 married men aged 15 ? 54 years
old as participants. Sampling method used is two stage sampling. Data was
analyzed by chi square and logistic regression. The research showed that
men who were exposed mass media 2,12 times more involved in family
planning than men who were not exposed mass media and men who were
contact information in family planning through mass media 2,21 times more
participating in family planning than men who were not. The result showed
that men have the highest possibility to participate in family planning if ex-
posed by mass media and contacted to family planning information through
mass media with biggest OR = 2,77."
Universitas Lambung Mangkurat Kalimantan Selatan, Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran, 2012
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gregorius Raka Bramahesa
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi program Perlindungan Anak “Pengasuhan Dengan Cinta” milik Wahana Visi Indonesia yang berbasis oleh LEAP dan mengujinya menggunakan konsep keberlanjutan dimana lebih spesifik akan menggunakan partisipasi dan capacity building. Dengan menggunakan metode kualitatif dan teknik wawancara mendalam, penelitian ini dilakukan menggunakan tiga alat analisis (gap analysis, means-ends, dan main categorial analysis) dan SWOT analysis untuk mendapatkan gambaran menyeluruh dari perencanaan hingga pelaksanaan program. Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan program ini secara prosedural sudah menunjukan kesesuaian dengan tahapan dan pedoman LEAP, dimana analisis dimensi evaluasi memperlihatkan kesesuaian yang baik meskipun melalui gap analysis masih ditemukan gap yang cukup besar. Berikutnya secara substantif, partisipasi terlihat sangat rendah di tiap tahapan (perencanaan, implementasi, dan monitoring evaluasi) yang kemudian juga berimplikasi kepada rendahnya capacity building. Sehingga, penelitian ini menemukan bahwa meskipun sudah sesuai dengan pedoman LEAP, program ini belum mengusung keberlanjutan untuk membangun komunitas. Dalam menjawab kondisi ini, lewat analisa potensi dan hambatan, peneliti merekomendasikan digitalisasi program yang dapat memperluas edukasi pelatihan pola asuh disiplin positif dan peningkatan kompetensi dan tanggung jawab anggota PATBM sesuai dengan tujuan perlindungan anak.

This study aims to evaluate Wahana Visi Indonesia LEAP based “Pengasuhan Dengan Cinta” program and test it out with sustainability concepts, especially participation and capacity building. Using qualitative methods and in-depth interview techniques, this research was conducted using three analytical tools (gap analysis, means-ends, and main categorial analysis) and SWOT analysis to obtain a comprehensive picture from planning until implementation. The result showed that procedurally, this program implementation had shown conformity to the stages and guidelines of LEAP, while the analysis of the evaluation dimension showed a good suitability, although through gap analysis there was still a large gap. Then substantively, very low participation across each stage (planning, implementation, monitoring evaluation) which then also implies into very low-capacity building. As such, this study found that even if the program is correct from LEAP perspective, it does not yet build sustainability for the community. To respond this condition, through potentials and barriers analysis, the researcher recommends digitalizing program to expand the reach of education on positive parenting and to increase PATBM competence and responsibilities in each member in accordance with the objectives of child protection.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Allusia Lidwina
"Berdasarkan Praturan Presiden No 111 Tahun 2013 tentang pasal 6 yang menyebutkan bahwa kepesertaan jaminan kesehatan bersifat wajib dan mencakup seluruh penduduk Indonesia. Dalam upaya pencaian Universal Health Coverage pada tahun 2019, baik badan usaha besar dan menengah paling lambat mendaftar 1 Januari 2015 sedangkan badan usaha mikro paling lambat mendaftar 1 Januari 2016. BPJS Kesehatan terus meningkatkan kepesertaannya, jumlah badan usaha di BPJS Kabupaten Bogor tercatat 1.470 kelompok badan usaha yang sudah terdaftar dan jumlah badan usaha yang belum mendatar tercatat 245.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempegaruhi keikutsertaan badan usaha dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional di wilayah kerja BPJS Kesehatan Kabupaten Bogor tahun 2017.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan tehnik wawancara mendalam kepada salah satu perwakilan badan usaha yang menangani jaminan kesehatan karyawan. Variabel yang diteliti mengunakan teori perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian yaitu modifikasi model teori Kolter dan Amstrong 2009, Kolter dan Keller 2009.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa keikutsertaan Badan Usaha menjadi peserta BPJS Kesehatan karena adanya peraturan wajib untuk mendaftar, premi lebih murah dan pelayanan yang diberikan komprehensif. Bagi badan usaha yang belum mendaftar merasa kurang puas dengan produk dan askes pelayanan kesehatan yang diberikan di fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.

Based on Peraturan Presiden No 111 Tahun 2013 Pasal 6 article 6 explain that membership of health insurence is a must for indonesian citizen. In order to achieve universal health coverage, large and middle scale company must register their membership in national health insurance by January 1 39 st, 2015 at the latest, while small company on January 1 39 st, 2016. BPJS Kesehatan has been increasing their membership, the companies which already become member of BPJS Kesehatan in Bogor Regency were recorded 1.470. But there are still 245 companies which are not become member yet.
The purpose of this research to know the factors influencing companies to become member of National Health Insurance programme in Bogor Regency in 2017.
This research using qualitative method by depth interview to each company representative who handle employee health insurance. As the variable of this research using the theory of consumer behaviour in making buying decision by Kotler and Amstrong 2009, Kotler and Keller 2009 modification theory.
The result of this research show that the company like to join BPJS Kesehatan because of the regulation state that membership is obligatory. Beside that, BPJS Kesehatan offering cheaper insurance premium and comprehensive services. But some companies which are not joining BPJS Kesehatan feel not satisfied with the product and health service access in BPJS Kesehatan health facilities.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69539
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The study aimed to review on access, control and networking strengthening of the Joint of Business Group (KUB) fishermen and fisherwomen in managing fisheries resources through Business Development Program of Mina Rural Area (BDPMRA). Descriptive qualitative approach is applied. Data collection is done through FGD, observations and in depth interviews to explore deeply the existing problems. The results showed the weaknesses of gender disaggregated data and monitoring system, lack of data based on the needs assessment, and no government affirmation lead to the lower level of women participation in access and control over BDPMRA program. In addition, the program still marginalizes vulnerable groups of the coastal communities. Nevertheless, the participation of the groups was symbolic at the beginning, it develops into advanced category under the assistance of the instructors or trainers, and finally it can be categorized into self help groups. Networking strengthening through BDPMRA still proceed to developed groups of fishermen and fisher women become independent. Optimizing program measured only by administrative values will result in no change in the position and status of fisherwomen. They are still vulnerable to be subordinated and marginalized community groups. The networking self group of fishenivomen and local entrepreneurs should be strengthened through the establishment of joint venture group that can be used as a learning medium to produce marketable commodities."
Yogyakarta: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta, 2016
360 MIPKS 40:3 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>