Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 206240 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dina Indriyanti
"Pelayanan kesehatan yang bermutu saat ini sudah menjadi tuntutan semua pihak, termasuk masyarakat sebagai pengguna jasa, dengan era globalisasi, bertambahnya golongan masyarakat yang mampu, berpendidikan, dan menguasai informasi, masalah mutu pelayanan menjadi tuntutan mutlak. Adapun faktor yang dominan mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas adalah sumber daya manusia, baik yang terlibat dalam manajemen maupun pelayanan. Keluhan (complain) dari pelanggan merupakan indikator dari kurangnya kualitas pelayanan akibat sistem manajemen yang kurang baik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik pelanggan dan upaya manajemen mutu fokus pada pelanggan dengan tingkat kepuasan pasien rawat inap di Puskesmas DTP Kabupaten Bogor tahun 2014. Metode penelitian adalah kuantitatif bersifat analitik deskriptif dengan desaincross sectional. Dengan populasi adalah seluruh pasien rawat inap dan unsur manajemen di Puskesmas DTP Kabupaten Bogorpada tahun 2014. Sampel pada penelitian ini adalah pasien rawat inap sebanyak 181 orang dan 50unsur manajemen di Puskesmas DTP dari 10 Puskesmas DTP.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara karakteristik pasien dengan tingkat kepuasan pelanggan, ada hubungan yang bermakna antara upaya manajemen mutu fokus pada pelanggan dengan tingkat kepuasan pasien rawat inap di Puskesmas DTP Kabupaten Bogor tahun 2014, terdapat perbedaan yang bermakna terhadap skor rerata kepuasan diantara pasien di Puskesmas yang menerapkan upaya manajemen mutu fokus pada pelanggan dan yang tidak menerapkan upaya manajemen mutu fokus pada pelanggan.
Penulis menyarankan agar pihak manajemen Puskesmas meningkatkan dimensi fokus pada pelanggandan proses terkait pelanggan. Kedua dimensi tersebutbelum dilaksanakan secara maksimal dalam penerapanupaya manajemen mutu fokus pada pelanggan. Manajemen Puskesmasuntuk memperhatikan dimensi tangibledan responsivenesssebagai dimensi mutu pelayanan dengan tingkat kepuasan terendah.Melaksanakan survey kepuasan pelanggan secara berkala dengan tools yang sesuai dengan kekhususan Puskesmas agar mendapatkan gambaran kepuasan pelanggan terkini.

Quality health services is now becoming the demands of all parties, including the public as service users, with the era of globalization, increasing social groups capable, educated, and control of information, quality of service issues become an absolute requirement The dominant factor affecting the quality of health services at the health center are human resources, both of which are involved in the management and care. Complaints (complaints) from customers is an indicator of the lack of quality of service due to poor management system.
This study aims to determine the relationship between customer characteristics and quality management efforts focus on providing customers with the level of patient satisfaction in the Puskesmas DTPin Bogor District 2014. Quantitative research method is descriptive analytic cross-sectional design. With a population is the entire patient care and management elements in the Puskesmas DTPin Bogor District 2014. Samples in this study were inpatients as many as 181 people and 50 elements in the management of the Puskesmas DTPfrom 10 health centers With Nursing.
The results showed that there is no relationship between the characteristics of patients with levels of customer satisfaction, there is a significant association between quality management efforts focus on providing customers with the level of patient satisfaction in Bogor Regency DTP health centers in 2014, there is a significant difference in mean scores between patient satisfaction The Health Center is implementing a quality management efforts focus on the customer and are not implementing a quality management efforts focuson the customer and not implementing quality management efforts focus on the customer.
The author suggested that health centers improve the management dimensions of customer focus and customer-related processes. Both of these dimensions has not been fully implemented in the application of quality management efforts focus on the customer. Management Health Center to pay attention and responsiveness as a tangible dimension of service quality dimensions with the lowest satisfaction levels. Carry out customer satisfaction surveys on a regular basis with the appropriate tools to get an idea of the specificity of the health center in order to recent customer satisfaction.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42699
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudhaputra Tristanto
"Pada era globalisasi dan persaingan bebas dalam bidang pelayanan kesehatan saat ini pihak pengelola pelayanan kesehatan dituntut untuk meningkatkan kualitas pelayanannya. Di Kabupaten Lampung Utara pemanfaatan puskesmas sebesar 45,2%. Oleh Yudha,dkk, di Puskesmas Banjit tahun 1997 menghasilkan angka dengan kepuasan pasien sebesar 87%. Survai pendahuluan dilakukan bulan Maret 2002 di 4 puskesmas didapatkan 68% responden tidak puas terhadap layanan petugas. Sayang sekali data diatas, belum secara spesifik menggali tentang data kepuasan pasien terhadap layanan kesehatan di Kabupaten Lampung Utara.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat kepuasan dan mutu layanan balai pengobatan serta bagaimana hubungan kepuasan dan mutu layanan setelah dlcontrol dengan karakteristik pasien, yaitu : jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan pengetahuan. Penelitian ini dilakukan melalui analisis kuantitatif, dan pendekatan cross sectional untuk menganalisa korelasi antara faktor penyebab dan akibat melalui observasional-pengumpulan data sekaligus pada suatu saat pada 378 pasien balai pengobatan dari tanggal 22-25 April 2602 di 17 puskesmas Kabupaten Lampung Utara, guna mengetahui tingkat kepuasan pasien rawat jalan pada tahun 2002. Untuk memperoleh alasan ketidakpuasan yang timbul akibat proses pelayanan digunakan pendekatan kualitatif.
Hasil yang didapat menunjukkan tingkat ketidak kepuasan pasien sebesar 48,7%. Tingkat mutu layanan dimana yang menyatakan tidak ada tanggung jawab manajemen sebanyak 80,2%, sedangkan tidak ada proses penyerahan jasa sebanyak 50,5%. Pada uji bivariat dengan chi-quare didapat terdapat hubungan signifikan antara mutu layanan dengan tingkat kepuasan pasien balai pengobatan puskesmas di Kabupaten Lampung Utara tahun 2002, dimana pada faktor tanggung jawab manajemen variabel yang merupakan konfonder adalah pendidikan dan pekerjaan, sedangkan pada faktor proses penyerahan jasa variabel konfondennya jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan. Pada penelitian ini didapat indikator kepuasan yang diprioritaskan adalah : keterampilan pemeriksa, menerangkan cara minum obat yang akan diberikan, mengajak bila pasien sakit untuk berobat kembali.
Disarankan pada pembuat kebijakan pemerintah daerah dalam hal ini pihak dinas kesehatan Kabupaten agar : Mengadakan simulasi aplikasi pemeriksaan pasien sesuai dengan protap pelayanan standar minimal balai pengobatan puskesmas yang telah dibuat oleh Dinas kesehatan Kabupaten, mengadakan penyegaran bagi petugas balai pengobatan tentang perjalanan penyakit dan penatalaksanaan pengobatan sederhana serta tata cara pemberian obat-obatan di puskesmas, mengadakan penyegaran penyusunan program kerja puskesmas yang berorientasi pada kepuasan pelanggan, dan mengadakan survei berkala untuk pengukuran kepuasan pasien dengan periode waktu tertentu (misalnya setiap akhir tahun anggaran), sehingga diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga dapat digunakan sebagai batas perencanaan peningkatan mutu layanan dimasa yang akan datang.
Kepustakaan 92 (1979 - 2001)

Relationship between Service Quality and Patient Satisfaction at Puskesmas in the District of North Lampung 2002In the recent globalization and free-trade era, the health care manager requires improving the service quality in the health care. Community Health Center (Puskesmas) utilization in the District of North Lampung is 45,2%. Yudha et.al revealed that patient satisfaction in Puskesmas Banjit in 1997 was 87%. The preliminary survey that conducted in March 2002 in 4 Puskesmas showed that 68% of respondents not satisfied with the provider's service. Unfortunately, the data that mentioned above was not specifically explained yet about the patient satisfaction on service quality at Puskesmas in the District of North Lampung.
The aims of this study were to find the level of satisfaction among patients and the service quality of health center as well as to find the relationship between patient satisfaction and service quality after being controlled by characteristics of patients such as sex, education, occupation, and knowledge. This study used the quantitative analysis and cross sectional approach to analyze relationship between causal factor and effect factor through observation. Data collecting was conducted to 378 patients of health center on April 22-25, 2002 at 17 Puskesmas in the District of North Lampung. To gain the reasons among unsatisfied patients on the service process given, this study used the qualitative approach.
The results of this study showed that the level of satisfaction among patients was 48,7%. Based on the level of service quality stating the lack of management responsibility was 80,2%, while no availability of the process of service delivery was 50,5%. A Chi-square test revealed the availability of significance between service quality and the level of patient satisfaction at Puskesmas in the District of North Lampung. As confounder variables in the management responsibility factor were education and occupation, while confounder variables in the process of service delivery factor were sex, education, and occupation. This study also found that the indicators of satisfaction having priority to be done are health provider's skill, explanation how to take the medicines, and suggest doing the examination again if the patient were sick.
The recommendations for the policy maker of district government, especially for the Health District, are to conduct simulation of examination for patient based on the minimal standard operational procedure of Puskesmas, to review Puskesmas program planning that focused on the customer satisfaction, and to conduct a periodic survey (at the end of the fiscal year) so it could determine the factors related to the patient satisfaction. And it is hoped that they could be used to improve the service quality in the future.
References: 92 (1979-2001)"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 9279
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salahuddin
"Kepuasan mempengaruhi minat beli ulang atau minat berkunjung kembali pelanggan ke tempat pelayanan jasa yang sama (Ziethaml, Parasuraman dan Berry, 1990). 'Menurut Barnes (2003) pembelian· u ang. perekomendasian konsumen kepada orang lain dan peningkatan jumlah pembelian adalah bentuk loyalitas yang dapat d itunjukkan oleh konsumen.
Penelitian Abdurrahman (2002) menemukan bahwa minat pasien mengunjungi kembali ke Puskesmas yang sama disebabkan pelayanan yang mereka dapatkan amat memuaskan. Kotler dan Keller (2007) mengatakan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam hal minat beli, yaitu faktor budaya, faktor sosial factor pribadi dan factor psikologis.
Berdasarkan data laporan tahunan yang diperoleh dari P.uskesmas Calang, jumlah kunjungan pasien rawat jalan umum pada tahun 2006 berjumlah 27468 orang dan 23985 pada tahun 2007 ini menunjukkan terjadi penurunan kunjungan pasien rawat jalan umum ke Puskesmas Calang sebanyak 12,68%, hal ini diduga disebabkan belum maksimalnya pelayanan kesehatan yang diberikan oleh petugas petugas kepada pasien di unit rawat jalan umum puskesmas calang."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T20946
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Hendarto
"Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan ayat 2 pasal 57 beserta penjelasannya menyatakan, dalam menghadapi era globalisasi dan kompetisi yang tidak bisa dibendung lagi, Puskesmas harus menyusun strategi yang . tepat untuk melaksanakan fungsi sosialnya yaitu ,memperhatikan kebutuban pelayanan kesehatan golongan masyarakat yang kurang mampu dan tidak semata-mata mencari keuntungan. Anggaran pemerintah yang terserap untuk pengadaan obat di Puskesmas adalah yang paling dominan, serta proses penyembuhan pasien dari penyakit yang diderita sangat ditentukan oleh obat, telah menarik minat peneliti untuk mengetahui mutu pelayanan obat di Puskesmas dan hubungannya dengan pengetahuan penggunaan obat pasien dan kepuasan pasien. Karena sudah ada peneliti lain yang mengamatii mutu pelayanan di balai pengobatan Puskesmas, maka penelitian ini di fokuskan kepada mutu proses pelayanan obat di kamar obat Puskesmas.
Penelitian dilakukan dengan menganalisis data primer menggunakan metode cross sectional, dengan sampel adalah pasien rawat jalan pada bulan April 1998 yang diambil secara purposif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, mutu proses pelayanan obat dengan menggunakan delapan faktor mutu proses pelayanan yaitu, kata pendahuluan, informasi jenis obat, jumlah obat, cara minum, dosis, saran kembali, uji faham dan kesempatan untuk bertanya, ternyata mutu proses pelayanan obat di kamar obat Puskesmas masih cukup rendah. Hal ini terlihat dari perhitungan prosentase mutu proses pelayanan obat yang memberikan basil mean = 51,9 dan median = 62,5 dan hipotesis peneliti yang terbukti hanya faktor kunjungan ke Puskesmas, baik hubungan dengan pengetahuan penggunaan obat pasien maupun dengan kepuasan pasien. Sedangkan hasil analisis hubungan antara mutu proses pelayanan obat dengan pengetahuan penggunaan obat pasien memberikan hasil berbanding terbalik.
Berdasarkan penelitian penulis menyarankan, bahwa dalam upaya meningkatkan mutu proses pelayanan that di kamar obat Puskesmas sebaiknya:
1. Memperlakukan pasien yang pertama kali berobat ke Puskesmas dengan mutu pelayanan yang lebih ditingkatkan lagi, terutama bagi petugas kamar obat pads scat menjelaskan tata cara penggunaan obat.
2. Memberikan perhatian yang lebih terhadap keberadaan protap pelayanan obat di Puskesmas, baik bagi Kepala Puskesmas terlebih lagi bagi petugas kamar obatnya.
3. Penyusunan protap pelayanan obat yang dilakukan oleh Gudang Farmasi Kabupaten yang bekerjasama dengan Subsi Kefarmasian Dinas Kesehatan Kabupaten yang sesuai dengan kebutuhan, dan melakukan sosialisasi dari isi protap tersebut ke Puskesmas.
4. Melakukan penelitian lanjutan bagi peneliti berikutnya, terutama dalam mengkaji hal-hal yang belum sempat diamati oleh peneliti.

As mentioned on the 57th sectioned of the 2' verse of the Law Number 23, year 1992 and its explanation, in order to facing the global and competitive era, the Public Health Center must be provide the most favor strategy in implementing its social function that is to provide health care for the lower level class of community and not only thinking how to make a profit. Government budget for medicine supply in the Public Health Center is a dominant, and the patients curing was certainly depending on the medicine, so the author was interested to find out the process of the medicine care quality in the Public Health Center and its relation with the knowledge of employing medicine and the patient satisfaction. Since the other researcher has already do the same research in Service Quality in the Public Heath Center, so this research would like to focus on the process of medicinal care quality in Public Health Center.
The study was taken by analyze primary data, with cross sectional method, and sample is out-patient on April 1998 get a purposif method. The study found that the process of medicine care employing quality with use eight factor that are : introduction, medicine type information, regimen dose - route information, propose for come back, test for comprehension and opportunity to . asking, was resulting that the process of medicine care quality at the Public Health Center is a low. This fact was represent by the calculate of the process of medicine care employing quality which give the yield of mean is 51.9 and median is 62.5. The author's hypothesis was only proved on the factor of visit to the Public Health Center, both for the relationship with knowledge of employing medicine and patient satisfaction, whereas the relationship between the process of medicine care quality with the knowledge of employing medicine analysis is in-equivalent.
Recommendations of the study areas follows :
1. Enhance the quality of promote process of medicine care employing quality for the first visit patient.
2. Give more attention on a standard operating procedure of the process of medicine care employing.
3. Provide and socialized standard operating procedure for the Public Health Centers.
4. Make the following study, especially for the other factors.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Tamimi Budhiasih
"Latar Belakang: Meningkatnya angka keluhan pelanggan dan terjadinya insiden di fasilitas pelayanan kesehatan akan menimbulkan dampak yang merugikan baik untuk pelanggan maupun petugas. Penerapan keselamatan pasien harus berjalan beriringan dengan mutu pelayanan guna meningkatkan kepuasan pelanggan. Oleh karena itu, Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) Puskesmas Kecamatan Setiabudi perlu memastikan bahwa penerapan Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien telah dilaksanakan dengan optimal sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien.
Metode: Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan pendekatan semi kuantitaf dan kualitatif observasional. Besar sampel untuk data kuesioner sebanyak 126 orang yang diambil secara acak pada pasien di unit layanan kesehatan Puskesmas Kecamatan Setiabudi dan 6 petugas untuk data in depth interview.
Hasil: Tim PMKP Puskesmas Kecamatan Setiabudi sudah dibentuk pada tahun 2017 untuk menerapkan standar keselamatan pasien dan untuk akreditasi puskesmas. Berdasarkan kuesioner, pada konsep kualitas pelayanan yang mendapatkan skor terendah yaitu tangible 84,9%, hasil berbeda didapatkan berdasarkan observasi keluhan pelanggan terbanyak berasal dari responsiveness. Pada dimensi kualitas pelayanan, skor terendah berdasarkan kuesioner dan observasi mengindikasikan hasil yang sama yaitu prosedur administrasi 84,9%. Sedangkan rata - rata pencapaian 6 sasaran keselamatan pasien Januari - Juni 2019 sebagai berikut: ketepatan identifikasi pasien di laboratorium sebanyak 95,45%, peningkatan komunikasi efektif di UGD / layanan 24 jam sebanyak 90,50%, pencapaian 100% terjadi pada peningkatan keamanan obat yang harus diwaspadai, kepastian tepat prosedur, tepat lokasi, dan tepat pasien pada kesehatan gigi dan mulut, pengurangan risiko infeksi pelayanan kesehatan, dan pengurangan risiko pasien jatuh. Penilaian ini serupa dengan yang disampaikan oleh informan dalam hasil in depth interview.
Simpulan: Penerapan sasaran keselamatan pasien saat ini sudah cukup optimal dan mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Namun dari segi kualitas pelayanan masih terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki yaitu ketanggapan, bukti fisik, dan prosedur administrasi. Pemberian pelayanan prima kepada pelanggan akan memenuhi harapan pelanggan sehingga tercapainya kepuasan pelanggan.

Background: The increasing number of customer complaints and the occurrence of incidents in health care facilities will have an adverse impact on both customers and officers. The implementation of patient safety must go hand in hand with service quality to increase customer satisfaction. Therefore, the Quality Improvement and Patient Safety Team of the Setiabudi Sub-district Health Center needs to ensure that the implementation of Quality Improvement and Patient Safety has been carried out optimally in accordance with Regulation of the Minister of Health No. 11 of 2017 concerning Patient Safety.
Method: The design of this study is cross sectional with a semi-quantitative approach and qualitative observational. The sample size for the questionnaire data was 126 people obtained randomly from patients at the Setiabudi Sub-district Health Center health service unit and 6 officers for data in depth interviews
Result: The Quality Improvement and Patient Safety Team of the Setiabudi Sub-district Health Center was established in 2017 to implement patient safety standars and for accreditation of health centers. In its implementation, the concept of service quality from the questionnaire which obtained the lowest score, namely tangible of 84.9%, while a different results obtained from the observation approach of customer complaints which mostly came from the responsiveness. On the dimensions of service quality, the lowest score of the questionnaire and observation indicates the same results which came from administrative procedures 84,9%. While the average achievement of 6 patient safety goals January - June 2019 is as follows: identifying patients correctly in the laboratory of 95.45%, improving an effective communication in the ER / 24 hour service of 90.50%, achieved 100% occurs in improving the safety of high alert medications in pharmacy, ensuring right-site, right-procedure, and right-patient in dental and oral health, reducing the risk of health care-associated infections in the ER / 24 hour service, and reducing the risk of patients harmed from falls in the maternity room. This assessment is similar to that conveyed by informants in the results of in depth interviews.
Conclusion: The implementation of the patient safety goals is quite optimal and improving from the previous year. However, in terms of service quality, there are still potentials for improvement, which are responsiveness, tangible, and administrative procedures. Providing excellent service for customers will satisfy customers, thus the customer satisfaction is achieved.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52694
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adam Wahyudi
"Dalam menuju target pencapaian MDG?s pada tahun 2015, peran puskesmas sangatlah penting, puskesmas sebagai institusi terdepan tidak hanya pemberi pelayanan kesehatan saja, tetapi juga melaksanakan berbagai program kesehatan untuk mempercepat pencapaian MDG?s tersebut . Beberapa hasil penelitian menunjukkan masih adanya ketidakpuasan yang dialami pasien terhadap mutu pelayanan kesehatan di puskesmas terutama pelayanan kesehatan di unit rawat jalan. Oleh karena itu dalam aplikasinya, puskesmas harus memperhatikan mutu pelayanan kesehatan yang diberikannya agar kepuasan pasien dapat terpenuhi. Indeks Kepuasan Masyarakat pada tahun 2012 di Puskesmas Cikampek hanya berada pada nilai indeks 78.91 yang artinya puskesmas masih harus meningkatkan mutu pelayanannya agar kepuasan pasien dapat tercapai, karena dengan tercapainya kepuasan pasien maka akan memberikan nilai tambah yang positif bagi Puskesmas Cikampek sendiri, sehingga pada akhirnya puskesmas dapat menjadi pilihan bagi masyarakat untuk memelihara kesehatannya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara karakteristik pasien dengan persepsinya terhadap mutu pelayanan rawat jalan di Puskesmas Cikampek Kabupaten Karawang pada tahun 2014. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian adalah pasien yang telah mendapatkan pelayanan rawat jalan dan setelah dilakukan penghitungan sampel didapatkanlah sebanyak 96 responden dengan ditambah 15% maka total responden adalah 111 responden, dengan kriteria responden yang telah berumur 16 tahun dan merupakan pasien rawat jalan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara pendidikan pasien dengan persepsinya terhadap dimensi mutu assurance pada pelayanan rawat jalan di Puskesmas Cikampek, dimana prosentase responden yang puas dengan pelayanan rawat di Puskesmas Cikampek adalah 45.2 % responden dan 54.8 % responden tidak puas dengan pelayanan rawat jalan puskesmas Cikampek.

In towards the achievement of MDG targets by 2015, the role of health center is important, as the health center is not only a leading institution health care providers alone, but also carry out various programs health to accelerate the achievement of the MDG's. puskesmas responsible for the development of health in the working area, so that existence is still very much needed by the community. In its application, health centers should pay attention to the quality of health services that it provides, that patient satisfaction can be met. Cikampek health center should attention to patient satisfaction because it is the achievement of satisfaction patients it will provide added value to the health center positive Cikampek itself, which in turn can be a health center for the community choice to maintain his health.
The purpose of this research is to know relationship of patient characteristics with perceptions of the quality of ambulatory care Cikampek health center street in Karawang district. This study is quantitative research. As for the sample in the study is patient who has received outpatient services, and obtained as much 111 respondents with a simple random sampling technique.
Results of the study shows that there is a relationship between the perception of patient education the quality of outpatient services at the health center with the percentage ikampek 45.2% of patients with ambulatory care health centers and 54.8% Cikampek patients are not satisfied with the service Cikampek outpatient health center.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S57568
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jajang Prihata
"Tesis ini membahas tentang kepuasan pelanggan melalui lima dimensi kepuasan (tangibles, reliability, responsiveness, assurance, emphaty) dan minat untuk memanfaatkan kembali pelayanan kesehatan di Puskesmas Dengan Tempat Perawatan (DTP) Kabupaten Cirebon. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Data diolah melalui analisis univariat, bivariat, multivariat, dan dengan menggunakan diagram kartesius.
Hasil penelitian menyarankan bahwa pihak Puskesmas harus lebih meningkatkan lagi kualitas pelayanan, khususnya pada dimensi tangibles terutama aspek kelengkapan dan kebersihan peralatan di Puskesmas, penataan dan kebersihan gedung Puskesmas, kebersihan dan kenyamanan ruang tunggu pasien dan ruang perawatan, serta kebersihan kamar mandi.

The study focussed into the costumer satisfaction on 5 aspects (tangibles, reliability, responsiveness, assurance, emphaty) and willingness to re-function the public health services in Puskesmas (community health centre) equipped with care unit (DTP) in Cirebon district. This research used quatitative method with cross sectional approach. The data was processed with univariate, bivariate and multivariate analysis using Caretesius diagram.
The reasercher suggests that Puskesmas should improve the service quality, in particular the tangibles aspect, especially the aspects of medical equipment cleanness and availability, Puskesmas building management and cleanness, patient waiting room and care unit room cleanness and comfort, and also bathroom's cleanness.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T28441
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Enny Mainiarti
"Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator untuk melihat mum pelayanan kesehatan. Puskesmas merupakan tempat pelayanan kesehatan publik yang saat ini dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat. Rendahnya kcpuasan pasien menggambarkan kualitas pelayanan belum maksimal dan belum sesuai dengan standar, sehingga harus diperbaiki. Kepuasan pasien dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya karakteristik pasien sendiri Serta biaya yang ada untuk mendapatkan pelayanan tersebut.
Penclitian ini dilakukan di enam Puskesmas DTP di Kabupaten Bekasi dan dua Puskesmas DTP di Kota Bckasi. Penelitian ini bertujuan untuk mclihat perbandingan tingkat kepuasan pasien Puskesmas DTP di Kabupatcn dan Kota Bekasi, melihat karakteristik pasien pengguna jasa pelayanan Puskesmas, serta mclihat faktonfaktor karakteristik mana yang berhubungan dengan tingkat kcpuasan pasien. Disain penelitian adalah cross sectional pada 480 responden. Dilakukan selarna 3 bulan dari Februari sampai April 2007.
Secara keseluruhan kamkteristik pasien di kedua tempat diatas adalah sama, perbedaannya ada pada tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan pendapatan pasien. Tingkat kepuasan pasien di Kabupaten Bekasi (gratis) 2,14 kali lebih rendah dibandingkan tingkat kepuasan pasien di Kota Bekasi (bayar). Jumlah pasien yang puas di Kota Bekasi 64,2% sementara di Kabupaten Bekasi 45,5%. Tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor-faktor karakteristik pasien dengan tingkat kepuasan di kedua tempat diatas, serta tidak ada faktor-faktor karakteristik yang menjadi faktor konfonding.
Dari Importance and Pewrmance Anabvsis unsur yang harus diperhatikan di Kabupaten Bekasi adalah jadwal perikasa dokter tiap hari tepat waktu, obat diresepkan tersedia di Puskesmas, petugas segera memenuhi keinginan pasien serta dokter menjadi pendengar yang baik bagi pasien. Sementara itu di Kota Bekasi unsur-unsur yang hams diperhatikan adalah ruang rawat inap, sarana kamar mandi/WC, keberadaan petugas di mang rawat inap/jalan, ruang tunggu, suasana lingkungan, lantai dalam/luar ruangan, pelayanan oleh dokter, obat yang diresepkan tersedia di Puskesmas. -Iasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh Dinas Kcsehatan Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi dalam mengambil kebijakan serta Puskesmas DTP di Kabupatzh dan Kota Bekasi dalam meningkatkan kualitas pelayanan.

The patient's satisfaction was one of the indicators to see the quality of the health service. The community health centre was the place of the health service of the public at this time used by all social stratums. The low level of the patients satisfaction depicted the quality of the service was not yet maximal and did not yet be in accordance with the standard, so as to have to be improved. The patient satisfaction could be affected by many factors, for example the characteristics of the patient personally as well as the available cost to get this service.
This research was carried out in six inpatient facility in the Bekasi Regency and two inpatient facilities in the Bekasi City. This research aimed at seeing the level comparison of patient satisfaction of the inpatient facility in the Regency and the Bekasi City, saw the characteristics of the user's patient in community health centre service, as well as saw what characteristics factor that was connected with the level of the patients satisfaction. 'Ihe design of the research was cross sectional to 480 respondents. Carried out for 3 months hom February to April 2007.
On the whole the characteristics of the patient in the two places above was same, its difference was in the level of education, the work kind and the income ofthe patient. The level of the patient?s satisfaction in the Bekasi Regency (ti-ee) 2.14 times was lower compared with the level ofthe patient?s satisfaction in the Bekasi City (paid). The number of patients who was satisfied in the Bekasi City 64, 2% now in the Bekasi Regency 45, 5%. There is no relation that was significant between characteristics factors ofthe patient and the level of satisfaction in the two places above, as well as did not have characteristics factors that became the factor confounding.
From Importance and Performance Analysis the element that must be paid attention to in the Bekasi Regency was the doctor schedule right on time, prescription medicine was available in the community health centre, the ofiicial immediately filled the patients wish as well as the doctor to become listeners who were good for the patient. In the meantime in the Bekasi City elements that must be paid attention to were space inpatient facilities, bathroom means/the Toilet, the existence of the official in room, the waiting room, the atmosphere of the environment, the floor in/outside the room, the service by the doctor, prescription medicine was available in the community health centre. From this research, we recommended for District Health Service of Bekasi Regency and Bekasi City in taking the policy, inpatient facility in the Regency and the Bekasi City in increasing the quality ofthe service.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34560
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Wayan Sudiartini
"Skripsi ini membahas tentang Analisis Pemanfaatan ruang bersalin oleh ibu bersalin di Puskesmas DTP Citeureup Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini adalah penelitian kuantitaif dengan desain penelitian cross sectional. Data Penelitian diperoleh dengan instrumen kuisioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 34,5% responden memanfaatkan Ruang Bersalin Puskesmas sebagai tempat persalinan. Berdasarkan uji bivariat menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara komponen predisposing, komponen enabling dan komponen need dengan pemanfaatan Ruang Bersalin.

This thesis discusses the Utilization Analysis by mother's delivery room at the health center maternity DTP Citeureup Bogor regency of West Java Province. The Study was a quantitative study with cross sectional research design. The research data obtained by questionnaire instruments.
The results showed that 34,5% of respondents utilize health center maternity room as aplace of birth. Based on bivariate test showed no significant relationship between the components of predisposing, enabling and component parts need to use Delivery Room.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ellya Niken Prastiwi
"Selama tahun 2003 - 2005 jumlah kunjungan meningkat namun tidak seimbang dengan laju pertumbuhan penduduk dan pada tahun 2006 jumlah kunjungan pasien bayar ke Puskesmas Wisma Jaya mengalami penurunan. Indikator keberhasilan fungsi puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama antara lain melalui cakupan pelayanan dan kepuasan pasien. Pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh masyarakat dipengaruhi oleh faktor kebutuhan terhadap sarana pelayanan kesehatan yang bermutu. Kepuasan paéien bayar atas mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas Wisma Jaya mempengaruhi pola perilaku pasien bayar selanjutnya untuk mengambil tindakan dengan berniat melakukan kunjungan ulang atau sebaliknya.
Penelitian ini bertujuan membuktikan adanya hubungan kepuasan pasien bayar tcrhadap mutu pelayanan dengan minat kunjungan ulang ke Puskesmas Wisma Jaya Kota Bekasi Tahun 2007. Desain penelitian merupakan penelitian analilik dengan pcndekatan cross sectional, yang dilakukan di Puskesmas Wisma Jaya Kota Bekasi. Data dikmnpulkan dengan responden adalah pasien bayar (219 responden) yang berkunjung ke Puskesmas Wisma Jaya Kota Bekasi pada tahun 2007 dengan tehnik consequtive sampling quota. Analisis data menggunakan analisis univariat, bivariat dengan uji chi square dan multivariat dengan Kepuasan pasicn bayar mampu meningkatkan minat pasien bayar untuk mclakukan kunjungan ulang ke Puskesmas Wisma Jaya. Perlunya Pcmcrintah Kota dan Dinas Kesehatan Kota Bekasi mengunakan indikator bcrupa cakupan pelayanan dan kepuasan pasien untuk menilai keberhasilan kinexja puskesmas melalui fungsi puskcsrnas scbagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Serta rnemprioritas pcrnbangunan fisik, menjaga kebersihan dan penambahan sumber daya manusia khususnya Puskesmas Wisma Jaya sesuai urutan nilai terendah kepuasan perlu menjadi perhatian semua pihak yang terkait. uji regresi logistik ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi responden yang berminat melakukan kunjungan ulang ke Puskesmas Wisma Jaya sebesar 93,2%, proporsi responden yang puas terhadap pelayanan kesehatan Puskesmas Wisma Jaya sebesar 53,0%, tersedianya tempat parkir merupakan faktor kepuasan pasien bayar yang memiliki nilai terendah. Ada hubungan yang bermakna antara kepuasan pasien bayar dengan minat kunjungan ulang ke Puskesmas Wisma Jaya setelah mengendalikan variabel-variabel penganggu (variabelpendidikan dan variabel pengeluaran). Kepuasan pasien bayar mempunyai peluang 8,2 kali untuk berminat melakukan kunjungan ulang ke Puskesmas Wisma Jaya sebesar.
Kepuasan pasien bayar mampu meningkatkan minat pasien bayar untuk mclakukan kunjungan ulang ke Puskesmas Wisma Jaya. Perlunya Pcmcrintah Kota dan Dinas Kesehatan Kota Bekasi mengunakan indikator bcrupa cakupan pelayanan dan kepuasan pasien untuk menilai keberhasilan kinexja puskesmas melalui fungsi puskcsrnas scbagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Serta rnemprioritas pcrnbangunan fisik, menjaga kebersihan dan penambahan sumber daya manusia khususnya Puskesmas Wisma Jaya sesuai urutan nilai terendah kepuasan perlu menjadi perhatian semua pihak yang terkait.

During 2003 - 2005, number of customer visits increasing altough uneven with the population growth. Then in 2006, number of charged customer visits to Puskesmas Wisma Jaya had decreasing. Efficacy indicator of Puskesmas to its main function in providing public health services at the bottom level are scope of services type and customer satisfaction. Utilization of health service by society influenced by the need of qualified health service factor. Charged customer’s satisfaction to the quality of health services held by Puskesmas Wisma Jaya influencing their future behavior in having revisit or on the contrary.
This research aim to determine the relationship of charged customer’s satisfaction to the quality of health services and revisit interest at Puskesmas Wisma Jaya Bekasi, in year of 2007. Research designed as analytic description research with cross sectional approach. Research held at Puskesmas Wisma Jaya Bekasi. Data collected using consecutive sampling quota from 219 respondent who belong to charged customer whom visiting Puskesmas Wisma Jaya during 2007. Data analysis using univariat analysis, bivariat with chi-square test and multivariate analysis with multiple logistic regression test.
The result shows proportion of respondent who interest to revisit Puskesmas Wisma Jaya were 93,2 % in amount. The proportion of charged customer who satisfied with health services held by Puskesmas Wisma Jaya were 53,0 % in amount. The available of parking area become the charged customer’s satisfaction factor which has lowest score. There is significant relation between charged customer’s satisfaction with revisit interest after eliminating and controlling the dummy variable (respondent’s education and expenses). Satisiied charged customer have at 8,2 possibility to revisit Puskesmas Wisma Jaya in possibility value.
The satisfaction of charged customer has able to raise their interest in having revisit in the future. Local Government and Local Public Health Service need to use scope of service and customer satisfaction as indicator to asses the efficacy performance of each Puskesmas through their function in providing public health services at the bottom level. Also giving priority in physical development and addition of human resources especially Puskesmas Wisma Jaya on low scored satisfaction indicator.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T32073
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>