Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 202184 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sihombing, Herdiana Christanty
"Tesis ini membahas mengenai hipertensi pada supir bus AKAP di Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten tahun 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kejadian hipertensi, faktor-faktor yang berhubungan, serta dan faktor dominan darikejadian hipertensi dikalangan supir bus AKAP. Faktorfaktor tersebut mencakup faktor yang tidak dapat dimodifikasi maupun yang dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi adalah umur dan riwayat penyakit hipertensi dalam keluarga. Sementara, faktor yang dapat dimodifikasi yaitu kegemukan, olahraga, merokok, profil lipid, konsumsi alkohol, dan pola makan. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. Penelitan dilakukan secara kuantitatif dengan desain potong lintang (cross sectional) . Penelitian ini selama bulan April-Juli 2014. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 310 orang.
Hasil penelitian menunjukkan 31,9% supir bus AKAP mengalami hipertensi. Maka terdapat hubungan antara umur, kadar kolesterol total, kadar trigliserida, IMT, persen lemak perut, persen lemak tubuh, konsumsi alkohol, dan konsumsi buah. Hasil analisis multivariat, umur, kolesterol total, trigliserida, konsumsi alkohol masuk dalam model akhir multivariat, dimana konsumsi alkohol sebagai faktor dominan protektif terhadap hipertensi. Konsumsi alkohol dalam jumlah sedang dapat meningkatkan HDL yang mengurangi resiko hipertensi.

This thesis discusses the hypertension in AKAP bus drivers in West Java, Jakarta and Banten in 2013. Purpose of this study is to describe the incidence of hypertension, associated factors, and the dominant factors of hypertension among AKAP bus drivers. These factors include factors that are not modifiable and modifiable. Factors that can not be modified are age and family history of hypertension. Meanwhile, factors that can be modified, namely obesity, exercise, smoking, lipid profile, alcohol consumption, and diet. Hypertension or high blood pressure is a blood vessel disorder that results in the supply of oxygen and nutrients carried by the blood to the inhibited tissues that need it. Research conducted by the quantitative cross-sectional design (cross-sectional). This research during the month of April to July 2014. Samples in this study amounted to 310 people.
The results showed 31.9% had hypertension AKAP bus driver. So there is a relationship between age, total cholesterol, triglycerides, BMI, percent abdominal fat, percent body fat, alcohol consumption, and the consumption of fruit. Results of multivariate analysis, age, total cholesterol, triglycerides, alcohol consumption included in the final multivariate models, where the consumption of alcohol as a dominant protective factor against hypertension. Moderate alcohol consumption may increase HDL reduces the risk of hypertension."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41934
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Mukhlidah Hanun
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan determinandeterminan terkait profil lipid darah berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 pada kelompok umur 18-59 tahun. Desain penelitian Cross Sectional dengan sampel 21.055 orang. Data dianalisis dengan analisis multivariat Regresi Logistik Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur, jenis kelamin, status perkawinan, obesitas sentral, merokok, dan aktivitas fisik berhubungan dengan kadar kolesterol total. Jenis kelamin, status perkawinan, merokok, aktivitas fisik, pola konsumsi makanan berlemak/berkolesterol/gorengan, dan konsumsi kopi berhubungan dengan kadar kolesterol HDL. Umur, jenis kelamin, status perkawinan, obesitas sentral, merokok, dan aktivitas fisik berhubungan dengan kadar kolesterol LDL. Umur, jenis kelamin, status perkawinan, obesitas sentral, merokok, stres, dan pola konsumsi kopi berhubungan dengan kadar trigliserida. Umur menjadi determinan utama pada kadar kolesterol total, kadar kolesterol LDL, dan kadar trigliserida. Sedangkan determinan utama pada kadar kolesterol HDL adalah obesitas sentral. Disarankan kepada masyarakat usia 18-59 tahun untuk menjaga gizi seimbang, meningkatkan aktivitas fisik, dan berhenti merokok untuk menjaga agar terhindar dari obesitas sentral yang berdampak kepada profil lipid darah tidak normal.

This study was conducted to determine the association between determinants of blood lipid profiles based on Riskesdas? data in 2013. This study used the cross sectional design methodology and 21.055 samples. Data analyzed by multivariate analysis Multiple Logistic Regression. The result of the statistical analysis is concluded that there is significant association of age, sex, marital status, central obesity, smoking, and physical activity with total cholesterol levels. And there are association of sex, marital status, smoking, physical activity, consumption of fatty foods, and coffee consumption with HDL cholesterol. And determinants of age, sex, marital status, central obesity, smoking, and physical activity associated with LDL cholesterol. And determinants of age, sex, marital status, central obesity, smoking, stress, and coffee consumption associated with triglyceride levels. Age becomes a major determinant on total cholesterol, LDL cholesterol, and triglyceride levels. While, the main determinant in HDL cholesterol levels is central obesity. This research suggested to people 18-59 years old to maintain balanced nutrition, increase physical activity, and stop smoking which can avoid from central obesity that can abnormal blood lipid profile.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devanda Novaddo Muhammad Abeyakmal
"Latar belakang: Dislipidemia merupakan keadaan kadar profil lipid tidak dalam rentang optimal yang saat ini banyak ditemukan pada masyarakat di Indonesia. Dislipidemia dipengaruhi oleh faktor genetik, pola hidup, atau penyakit lain yang sudah ada. Status sosioekonomi juga dapat mempengaruhi kesadaran dalam mengontrol dislipidemia. Hal ini dapat ditemukan pada masyarakat kampung kota yang cenderung rendah pengetahuan dan kesadarannya akan dislipidemia. Dislipidemia yang tidak ditangani berpotensi mengakibatkan kerusakan ginjal, sebagaimana yang disebutkan beberapa studi terdahulu bahwa adanya hubungan dislipidemia dengan penurunan fungsi ginjal. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan meneliti hubungan dislipidemia dengan penanda fungsi ginjal subjek dewasa yang tinggal di kawasan kampung kota Jakarta dan Tangerang.
Metode: Studi dilakukan dengan metode potong lintang pada subjek dewasa yang tinggal di kawasan kampung kota Jakarta dan Tangerang. Studi menggunakan data sekunder yang diambil pada September 2019-Maret 2020. Data subjek diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan.
Hasil: Dari 215 subjek yang dianalisis, didapatkan peningkatan kolesterol total sebanyak 43,7%; peningkatan trigliserida (TG) sebanyak 28,4%; penurunan high-density lipoproteins (HDL) sebanyak 15,3%; peningkatan low-density lipoproteins (LDL) sebanyak 64,7%; dan penurunan estimated glomerular filtration rate (eGFR) sebanyak 4,7% subjek. Hasil analisis menggunakan uji Fisher menemukan adanya hubungan antara peningkatan kolesterol total dengan penurunan eGFR (p=0,023).
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara dislipidemia berdasarkan peningkatan kolesterol total dan penurunan fungsi ginjal pada masyarakat yang tinggal di kampung kota Jakarta dan Tangerang, sedangkan TG, HDL, dan LDL tidak berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal.

Introduction: Dyslipidemia is the state of the lipid profile that is not in the optimal range which is currently found in many people in Indonesia. Dyslipidemia is affected by genetics, lifestyle, or certain comorbidities. Low socioeconomic status also could influence awareness in controlling dyslipidemia. It could be found in kampung kota people which have relatively low knowledge and awareness of dyslipidemia. Untreated dyslipidemia could potentially causes kidney damage, as mentioned by previous studies that dyslipidemia is correlated with decreased kidney function. Therefore, this research is conducted to examine the relationship between dyslipidemia and kidney function markers in adults who live in kampung kota in Jakarta and Tangerang.
Method: This study use cross-sectional design on adult subjects who live in kampung kota in Jakarta and Tangerang. This study used secondary data taken in September 2019-March 2020. Subjects’ data were selected based on defined inclusion and exclusion criteria.
Result: From the 215 subjects analyzed, there were found increased total cholesterol in 43.7%; increased triglycerides (TG) in 28.4%; decreased high-density lipoproteins (HDL) in 15.3%; increased low-density lipoproteins (LDL) in 64.7%; and decreased estimated glomerular filtration rate (eGFR) in 4.7% subjects. Analysis using Fisher’s test found an association between increased total cholesterol and decreased eGFR (p=0.023).
Conclusion: There is an association between dyslipidemia, based on increased total cholesterol, and decreased kidney function in people who live in kampung kota in Jakarta and Tangerang, meanwhile TG, HDL, and LDL are not associated with decreased kidney function.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhiya Surya Tarina
"Introduction: Dyslipidemia is condition where there is an imbalance of lipid levels in the body. This may result in increased levels of serum Total Cholesterol and Total Triglycerides, which may increase risks of metabolic diseases. Hibiscus sabdariffa Linn. is a plant known to comprise of several therapeutic properties. These properties include antihyperlipidemic, antioxidant, antihypertensive, etc. For years, this plant has been utilized as alternative treatment for several metabolic diseases, such as Obesity. Studies show how administration of this extract could decrease serum LDL and Triglyceride while increasing HDL, although the mechanisms are still unknown. This study aims to examine whether extracts of Hibiscus sabdariffa Linn. may decrease levels of serum Total cholesterol and Total Triglycerides in Male Sprague Dawley Rodents.
Method: This study is a secondary data research that is based on data collected in an experimental research using rodents as subjects. The rodents are 6-10 weeks of age and are then separated into groups of 6. The groups are Control, Obese, HSE200, and HSE400. The independent variable was the dosage of the extract administered of Hibiscus Sabdariffa (HSE) which are 200mg/kgBW/day and 400 mg/KgBW/day. The dependent variable was the concentration of Total Triglyceride and Total Cholesterol post HSE administration of the rats. Blood samples will be taken before and after administration of the extract, which will then be processed through a reagent sampling using CHOD-PAP for Cholesterol and GPO-PAP for Triglyceride. The concentration will then be calculated, and the results is statistically analyzed using SPSS20 software. The results of each group of pre-post HSE administration for both Total Cholesterol and Total Triglyceride will be tested using ttest, while the results of post HSE administration will be tested using One-Way Anova.
Results: There is no significant difference in Total Cholesterol pre and post HSE administration using t-test or One Way Anova (P=0.892). There is a significant difference in the t-test results of Obese group (P=0.040) and HSE200 groups (P=0.010) of Total Triglyceride, but there was no significant difference in the One-Way Anova analysis of post HSE administration (P=0.159).
Conclusion: The HSE potentially lowers serum LDL-c while at the same time increasing serum HDL-c. Meanwhile, HSE promotes beta oxidation and inhibit lipogenesis, thus the Total Triglyceride levels In the serum will decrease.

Latar Belakang: Dislipidemia adalah kondisi di mana ada ketidakseimbangan kadar lipid dalam tubuh. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan kadar Kolesterol Total dan Trigliserida Total serum, yang dapat meningkatkan risiko penyakit metabolik. Hibiscus sabdariffa Linn. adalah tanaman yang diketahui terdiri dari beberapa sifat terapeutik. Sifat-sifat ini termasuk antihyperlipidemic, antioksidan, antihipertensi, dll. Selama bertahun-tahun, tanaman ini telah digunakan sebagai pengobatan alternatif untuk beberapa penyakit metabolisme, seperti Obesitas. Studi menunjukkan bagaimana pemberian ekstrak ini dapat menurunkan LDL dan serum trigliserida sambil meningkatkan HDL, meskipun mekanismenya masih belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ekstrak Hibiscus sabdariffa Linn. dapat menurunkan kadar serum Total kolesterol dan Total trigliserida pada Tikus Pria Sprague Dawley.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian data sekunder yang didasarkan pada data yang dikumpulkan dalam penelitian eksperimental menggunakan tikus sebagai subyek. Hewan pengerat berusia 6-10 minggu dan kemudian dipisahkan menjadi kelompok 6. Kelompok tersebut adalah Kontrol, Obes, HSE200, dan HSE400. Variabel independen adalah dosis ekstrak yang diberikan Hibiscus Sabdariffa (HSE) yaitu 200mg/kgBB/hari dan 400mg/KgBW/hari. Variabel dependen adalah konsentrasi Total Trigliserida dan Kolesterol Total setelah pemberian HSE pada tikus. Sampel darah akan diambil sebelum dan setelah pemberian ekstrak, yang kemudian akan diproses melalui reagen sampling menggunakan CHOD-PAP untuk Kolesterol dan GPO-PAP untuk Trigliserida. Konsentrasi kemudian akan dihitung, dan hasilnya dianalisis secara statistik menggunakan perangkat lunak SPSS20. Hasil dari masing-masing kelompok pemberian HSE pra-post untuk Kolesterol Total dan Total Trigliserida akan diuji menggunakan ujit, sedangkan hasil administrasi post HSE akan diuji menggunakan One-Way Anova.
Hasil: Tidak ada perbedaan signifikan dalam Total Kolesterol sebelum dan sesudah pemberian HSE menggunakan uji-t atau One Way Anova (P = 0,892). Ada perbedaan yang signifikan dalam hasil uji-t dari kelompok Obesitas (P = 0,040) dan kelompok HSE200 (P = 0,010) dari Total Trigliserida, tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan dalam analisis One-Way Anova dari administrasi pasca HSE (P = 0,159).
Kesimpulan: HSE berpotensi menurunkan serum LDL-c sementara pada saat yang sama meningkatkan serum HDL-c. Sementara itu, HSE mempromosikan oksidasi beta dan menghambat lipogenesis, sehingga kadar Trigliserida Total dalam serum akan menurun.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yolla Permata
"Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan perubahan kadar trigliserida (TG) serum postprandial setelah 2 jam dan 4 jam pemberian konsumsi satu butir telur omega-3 dibandingkan dengan telur ayam biasa. Penelitian ini merupakan studi eksperimental dengan desain cross over, alokasi acak, tersamar tunggal yang dilakukan terhadap individu sehat berusia 19-24 tahun di FKUI Jakarta, bulan September 2013. Berdasarkan kriteria penelitian, didapat 24 orang subyek yang dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 12 orang. Data yang diperoleh meliputi sebaran dan karakteristik subyek, asupan lemak, karbohidrat, kolesterol dan polyunsaturated fatty acid (PUFA), serta kadar TG serum awal, 2 jam dan 4 jam postprandial. Analisis data menggunakan uji t berpasangan dan Wilcoxon. Median usia subyek penelitian adalah 21 tahun dan sebagian besar subyek penelitian ini adalah laki-laki yaitu 15 orang dari total 24 orang. Rerata IMT subyek termasuk ke dalam kategori normal untuk Asia Pasifik. Asupan karbohidrat antar kedua kelompok pada periode run in tidak berbeda bermakna (p = 0,30) begitupun pada periode wash out (p = 0,44). Asupan lemak subyek kedua kelompok pada periode run in tidak berbeda bermakna (p = 0,74) dan pada periode wash out juga tidak berbeda bermakna (p = 0,85). Asupan kolesterol pada subyek melebihi jumlah anjuran dan jumlah asupan PUFA di bawah nilai anjuran. Perubahan kadar TG serum 2 jam postprandial pada kelompok perlakuan telur omega-3 yaitu -2,79±13,86 mg/dL sedangkan pada kelompok kontrol telur ayam biasa 4,38±10,07 mg/dL. Terdapat perbedaan yang bermakna antar kedua kelompok (p = 0,03). Perubahan kadar TG serum 4 jam postprandial antar kedua kelompok juga terdapat perbedaan bermakna (p = 0,04) yaitu pada kelompok perlakuan 0,00(-38-57) mg/dL dan pada kelompok kontrol 6,00±13,25 mg/dL. Dari penelitian ini disimpulkan pengaruh konsumsi satu butir telur omega-3 lebih baik dibandingkan satu butir telur ayam biasa terhadap kadar TG serum postprandial.

The objective of this study was to evaluate the change of 2 and 4 hours postprandial triglycerides serum after given an omega-3 egg compared with an ordinary egg in healthy young adult. This is an experimental, randomized, single blind, cross over study on healthy young adult 19-24 years of age in FKUI Jakarta, September. By study criteria, 24 subjects were randomly allocated to one of two groups, 12 subjects for each group. Data collected in this study consist of subject distribution and characteristic, intake of carbohydrate, fat, cholesterol, polyunsaturated fatty acids (PUFA) and triglycerides serum, that were assessed before treatment, 2 hours and 4 hours after. The statistical analyses used dependent t-test and Wilcoxon. Median of age in subject is 21 years and 15 subjects of the study are male . BMI of study subjecst is in normal category for Asia Pacific. The carbohydrate intakes between both groups in 'run in period' are not significantly different (p = 0.30) and also in 'wash out period' (p = 0,44). Intakes of fat between both groups are also not significantly different in 'run in period' (p = 0,74) and 'wash out period' (p = 0,85). Cholesterol intake in both groups was higher than recommendation, and PUFA lower than recommendation. Changes of 2 hours postprandial triglycerides serum in omega-3 group (treatment) is -2,79±13,86 mg/dL and in ordinary egg group (control) is 4,38±10,07 mg/dL. There is significantly different in both groups (p = 0,03). Changes of 4 hours postprandial triglycerides serum in both groups is also significantly different (p = 0,04) which is in treatment group is 0,00(-38-57) mg/dL and in control group is 6,00±13,25 mg/dL. The conclusion from this study is the effect of an omega-3 egg consumption is better than an ordinary egg consumption on postprandial TG serum."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hamamah Gustiani
"Lengkeng (Dimocarpus longana) merupakan tanaman yang sedang dibudidayakan di Indonesia. Tanaman lengkeng banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan, obat dan kosmetik, serta industri lainnya. Biji lengkeng merupakan salah satu sumber minyak nabati yang belum diketahui sifat fisiko-kimianya, sehingga pemanfaatan biji lengkeng belum maksimal dan hanya merupakan limbah pertanian. Pada penelitian ini, minyak biji lengkeng diperoleh dari ekstraksi menggunakan metode sokhletasi dengan pelarut nonpolar n-heksana. Hasil ekstraksi berupa minyak berwarna jingga kecoklatan diproses kembali untuk menghasilkan minyak lebih murni dengan penetralan dan dekolorisasi, sehingga diperoleh minyak lengkeng berwarna kuning. Minyak hasil ekstraksi tanpa dan dengan pemurnian tersebut dianalisis sifat fisiko-kimianya. Komposisi asam lemak penyusun trigliserida dari minyak biji lengkeng hasil pemurnian diketahui dengan peralatan kromatografi gas. Komposisi asam lemak dari minyak biji lengkeng adalah asam linoleat 26,73 %; asam oleat 22,08 %; asam linolenat 8,59 %; asam palmitat 19,78 %; asam stearat 3,41 %; asam kaprilat 0,48 %; asam laurat 0,18 %; asam miristat 0,09 %; dan asam kaprat 0,06 %."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30421
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sugeng Wiyono
"Saat ini Indonesia tengah mengalami transisi demografi dan transisi epidemiologi. Beberapa cirinya antara lain di satu sisi terjadi penurunan angka kematian bayi dan anak karena penyakit infeksi, namun dipihak lain karena kemajuan bidang ekonomi dan meningkatnya pelayanan kesehatan maka terjadi peningkatan jumlah populasi penduduk tua.
Hasil studi indeks massa tubuh di dua belas kota besar di Indonesia (1996) bahwa prevalensi overweight mencapai 16-22.5% dan 4% diantaranya menderita obesitas. Obesitas mencerminkan kandungan lemak tubuh. Lemak tubuh yang berhubungan dengan penyakit jantung koroner adalah lemak tubuh yang spesifik terdapat didalam rongga perut. Selain obesitas, untuk deteksi penyakit jantung- koroner sering diukur melalui kadar kolesterol. Gambaran kadar kolesterol dapat dilihat dari beberapa temuan, antara lain oleh penelitian Tim Monica Jawa Tengah (1996) yakni rata-rata Kolesterol Total sebesar 204.0 mg/dl. Sementara penelitian di Yogyakarta (1996) diperoleh rata-rata kadar Kolesterol Total sebesar 201.9 mg/dl, rata-rata kadar Kolesteol LDL sebesar 128.1 mg/dl dan rata-rata kadar Kolesterol HDL sebesar 52.6 mg/dl.
Untuk mengetahui kandungan lemak secara spesifik yang terdapat didalam rongga perut dapat dilihat dari nilai rasio lingkar pinggang-lingkar pinggul/waist to hip ratio. Selanjutnya oleh penulis berasumsi bahwa lemak yang terkandung didalam rongga perut berhubungan dengan kadar kolesterol.
Dalam penelitian ini diperoleh nilai rata-rata rasio lingkar pinggang-pinggul (RLPP) sebesar 0.86 dengan standar deviasi 0.06. Jika dikelompokkan berdasarkan Bray, maka 8.5% responden laki-laki termasuk kategori RLPP risiko (>0.95) dan 64.3% responden perempuan termasuk kategori RLPP risiko (0.80).
Responden memiliki rata rata Kolesterol Total sebesar 208.37 mg/dl, dan rata-rata Kolesterol LDL sebesar 136.48 mg/dl dengan standar deviasi sebesar 37.52 mg/dl, serta rata-rata Kolesterol HDL sebesar 44.80 dengan standar deviasi 10.42 mg/dl.
Rasio lingkar pinggang pinggul secara bermakna berhubungan dengan Kolesterol Total. Kadar Kolesterol Total meningkat sejalan dengan meningkatnya nilai RLPP setelah dikontrol oleh IMT dan Umur. RLPP, IMT dan Umur secara bermakna berkontribusi sebesar 11.00% tehadap kadar Kolesterol Total. Kontribusi RLPP sebagai variabel independen utama dalam persamaan terhadap Kolesterol Total sebesar 29.0%.
Rasio lingkar pinggang pinggul secara bermakna berhubungan dengan Kolesterol LDL. Kadar Kolesterol LDL meningkat sejalan dengan meningkatnya nilai RLPP setelah dikontrol oleh IMT dan Umur. RLPP, IMT dan Umur secara bermakna berkontribusi sebesar 6.10% tehadap kadar Kolesterol LDL. Kontribusi RLPP sebagai variabel independen utama dalam persamaan terhadap Kolesterol LDL sebesar 26.2%.
Rasio lingkar pinggang pinggul secara bermakna berhubungan dengan Kolesterol HDL. Kadar Kolesterol HDL menurun sejalan dengan meningkatnya nilai RLPP setelah dikontrol oleh umur dan merokok . RLPP, umur dan merokok secara bermakna berkontribusi sebesar 11.00% tehadap kadar Kolesterol HDL. Kontribusi RLPP sebagai variabel independen utama dalam persamaan terhadap Kolesterol HDL sebesar 46.0%.
Peningkatan 1 unit RLPP meningkatkan 51.0 mg/dl Kolesterol Total, peningkatan 1 unit IMT meningkatkan 2.49 mg/dl Kolesterol Total, peningkatan 1 unit Umur meningkatkan 0.72 mg/dl Kolesterol Total. Peningkatan 1 unit RLPP meningkatkan 16.95 mg/dl Kolesterol LDL, peningkatan 1 unit IMT meningkatkan 1.65 mg/dl Kolesterol LDL, peningkatan 1 unit Umur meingkatkan 0.61 mg/dl Kolesterol LDL. Peningkatan 1 unit RLPP menurunkan 17.75 mg/dl Kolesterol HDL, dan merokok dapat menurunkan 5.80 mg/dl Kolesterol HDL.
Berdasarkan temuan tersebut selanjutnya direkomendasikan untuk dilakukan pemasaran sosial sebagai wahana kampanye untuk skrining lemak dalam rongga perut melalui pengukuran lingkar pinggang dan lingkar pinggul. Penyuluhan menurunkan berat badan bagi individu yang mengalami kegemukan dan penyuluhan berhenti merokok serta mencegah merokok. Juga perlu dilakukan penelitian lanjutan secara analitik dengan rancangan kasus kontrol khusus bagi penderita kegemukan.

The Relationship between Waist to Hip Ratio and Cholesterol Levels among Adult Population in Surakarta City 1996Now days, Indonesia has been in transition period both in demography and epidemiology. Several signs are identified, for example in one hand, among children, the infant mortality rate and infections diseases decrease but in another hand the prospect to have a long life in the old population improve because of better economics and health services.
The results of body mass index studies from twelve big cities in Indonesia (1996) show that the prevalence of overweight was ranged 16-22.5% and 4% for obesity. Obesity reflects the body fat contained in the body. The body fat that related to coronary heart diseases is body fat, specifically found in stomach hollow. Besides obesity, the blood cholesterol level is commonly used for early detecting of coronary heart diseases.
The study in cholesterol levels has been reported in several areas, e.g. MONICA research team 1996 found that the average total cholesterol in Central lava was 204.0 mg/dl and in Yogjakarta (1996) was 201.9 mg/dl whereas the average of LDL cholesterol and HDL cholesterol were 128.1 mg/dl and 52.6 mg/dl, respectively in Yogjakarta area.
The ratio of waist to hip specifically describes the fat level in stomach hollow. This study is aimed to evaluate the relationship between fat in stomach hallow and the level of cholesterol using total cholesterol, LDL cholesterol and HDL cholesterol.
This study found that the average of waist and hip ratio (RLPP) among the population aged 25-64 years was 0.86 ± 0.06. The result also shows that based on Bray's classification, 8.5% was categorized as population at risk in man (more than 0.95) and for women was 64.3% (more than 0.80). In addition, the total cholesterol level was208.37 ± 40.67mg/dl, LDL cholesterol was 136.48 + 37.52 mg/dl and HDL cholesterol was 44.80 ± 10.42mg/dl.
The relationship between RLPP and Total cholesterol is statistically significant. Increasing total cholesterol is likely increases RLPP controlled by BMI and age. The contribution of RLPP, BMI and age to total cholesterol are 11.0%. Independently, RLPP as a main variable contributes 29.0% to total cholesterol.
RLPP is significant correlated to the LDL cholesterol. Increasing LDL cholesterol is likely increases RLPP controlled by BMI and age. The contribution of RLPP, BMI and age to LDL cholesterol are 6.1%. RLPP as a main variable contributes 25.2% to LDL cholesterol, independently.
In HDL cholesterol found that HDL is statistically significant to RLPP. Increasing LDL is likely increases RLPP controlled by age and smoking status. The contribution of RLPP, age, and smoking status to HDL cholesterol are 11.0%. RLPP as a main variable contributes 46.0% to HDL cholesterol, independently.
Interestingly, this study suggested that the increase of 1 unit RLPP would increase 51.0 mg/dl of total cholesterol. The increase of 1 unit of IMT would increase 2.49 mg/dl of total cholesterol and the improvement of 1 unit of age would increase 0.72 mg/dl of total cholesterol. For LDL cholesterol, 1 unit RLPP would increase 16.95 mg/dl of LDL cholesterol. The increase of 1 unit of IMT would increase 1.65 mg/dl of LDL cholesterol and the improvement of 1 unit of age would increase 0.61 mg/dl of LDL cholesterol. For HDL, 1 unit RLPP would decrease 17.75 mg/dl of HDL cholesterol. The increase of 1 unit of smoking status would decrease 5.8mg/d1 of HDL Cholesterol.
In conclusion, maintaining an ideal body weight, decreasing the rate of fat stomach hollow development and not smoking are the best way for preventing the increase of LDL cholesterol and the- decrease of HDL cholesterol. It can be recommended that routine assessment of waist and hip in normal population may be socialized as indices to control fat stomach hollow levels. In addition, non-formal education in relation to normal body weight and stop smoking as well as prevent smoking would be prioritized. Furthermore, it is recommended for further investigation using case-control with the same topic in regard to RLPP and cholesterol.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T9969
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Salah satu risiko terpenting dari penyakit jantung koroner adalah dislipidemia, antara lain hiperkolesterolemia atau tingginya kadar kolesterol-LDL darah. Fitosterol merupakan salah satu komponen makanan yang diketahui dapat menurunkan kolesterol darah, sehingga merupakan komponen dalam terapi diet untuk perbaikan pola hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efek fitosterol yang dilarutkan dalam susu rendah lemak pada subyek dengan hiperkolesterolemia ringan-sedang. Telah dilakukan uji klinik terbuka dengan 2 kelompok sejajar di Departemen Ilmu Gizi FKUI bulan Juni ? Nopember 2006. Masing-masing subyek dialokasikan secara acak untuk menerima konseling khusus dan susu yang mengandung 1,2 g fitosterol/hari (kelompok perlakuan) atau hanya menerima konseling khusus saja (kelompok kontrol) selama periode 6 minggu. Tidak ada perubahan kadar kolesterol total dan kolesterol-LDL serum yang bermakna pada kelompok kontrol setelah pengamatan selama 6 minggu (berturut-turut 218,3 ± 18,6 mg/dL menjadi 219,6 ± 24,3 mg/dL dan 164,7±21.,8 mg/dL menjadi 160,0±26,4 mg/dL). Sebaliknya, terdapat penurunan kadar kolestero total dan kolesterol-LDL yang bermakna pada kelompok perlakuan (p=0,01 dan p=0,004) setelah pengamatan selama 6 minggu (berturut-turut 233,5±24,6 mg/dL menjadi 211,2±30,3 mg/dL dan 176,9±23.9 mg/dL menjadi 153.8±23.7 mg/dL). Jumlah penurunan kadar kolesterol-LDL serum sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok perlakuan (22.4±27,9 mg/dL) lebih besar secara bermakna (p=0,024) dibanding dengan kelompok kontrol (4,7±17,2 mg/dL). Tidak ada perubahan bermakna pada kadar kolesterol-HDL dan trigliserida serum pada kedua kelompok. Walaupun tidak ada perbedaan bermakna dalam asupan zat gizi dari makanan, namun pada kelompok perlakuan didapatkan penurunan bermakna pada berat badan (p=0,000), indeks massa tubuh (p=0,000) dan lingkar perut (0,000). Disimpulkan bahwa penurunan kadar kolesterol total dan kolesterol-LDL pada kelompok subyek yang menerima konseling khusus dan susu yang mengandung fitosterol 1,2 g/hari selama 6 minggu secara bermakna lebih besar dibanding dengan kelompok subyek yang menerima konseling khusus saja.

Abstract
One of the most important risk factors for CHD is dyslipidemia, among others hypercholesterolemia or high LDL-cholesterol. Plant-sterols or phytosterols (PS) are among dietary factors known to lower blood cholesterol as part of therapeutic life-style changes diet. This study was aimed to evaluate the effect of PS properly solubilized in a-partly vegetable oil-filled low fat milk, on serum lipid levels in mild-moderate hypercholesterolemic subjects. Randomized, two-arm parallel control group trial was conducted at Department of Nutrition-University of Indonesia in Jakarta from June to November 2006. Each subject was randomly assigned to receive dietary life-style changes counseling plus 1.2 g phytosterol/day in low-fat milk (PS-group) or control group receiving the counseling alone for six weeks period. There were no significant changes of serum total and LDL-cholesterol of control group after a six week of dietary counseling (respectively 218.3 ± 18.6 mg/dL to 219.6 ± 24.3 mg/dL and 164.7±21.8 mg/dL to 160.0±26.4 mg/dL). There were a significant decreases of serum total and LDL-cholesterol (respectively p=0.01 and p=0.004) among subjects receiving PS after a six weeks observation period (respectively 233.5±24.6 mg/dL to 211.2±30.3 mg/dL and 176.9±24.7 mg/dL to 154.5±24.3 mg/dL). There was a significant difference in the LDL-lowering effects (p=0.024) among the PS-group after a six weeks (22.4±27.9 mg/dL) as compared to the control group (4.7±17.2 mg/dL). No significant changes were found on serum HDL-cholesterol and triglyceride levels in both groups. Although there was no significant difference found in daily nutrients intake between the-2 groups, however, significant reductions in body weight, body mass index and waist circumference were found only in the PS group (p=0.000; 0.000; 0.003, respectively). It is concluded that the lowering of total and LDL-cholesterol in those receiving life-style changes counseling plus 1.2 g PS daily for six weeks was significantly higher as compared to those of receiving counseling alone. "
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2008
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Akbar Pradikto
"Durian merupakan salah satu jenis buah yang terkenal dikalanagn masyarakat, termasuk di Indonesia. Banyak rumor yang berkembang dikalangan masyarakat bahwa konsumsi buah durian dapat meningkatkan level trigliserida dalam darah. Trigliserida sendiri adalah salah satu jenis lemak yang sangat penting badi tubuh dan berperan dalam berbagai sistem fisiologi dalam tubuh seperti pembentukan membrane sel, sumber energy, penyerapan vitamin A, D, E, K dan juga menjaga panas tubuh.
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan rumor tersebut dan memberikan informasi kepada masyarakat tentag pengaruh konsumsi durian terhadap kadar trigliserida darah.
Penelitian ini menggunaka metode experimental kepada tikus sebagai subjek. Data diambil pada bulan Juli 2012. Durian yang telah diencerkan diberikan kepada tikus melalui injeksi oral dengan 3 perlakuan berbeda, yaitu tikus diberi makan durian selama 1 minggu, 2 minggu dan 3 minggu, ditambah dengan sekelompok tikus yang diberi makan pelet biasa sebagai kontrol. Data diolah menggunakan SPSS .
Hasil menunjukan pada kelompok tikus kontrol mean trigliserida darah sebesar 184,073. Pada kelompk tikus yang diberikan makan durian hasilnya menunjukan pada tikus mingu 1 memiliki mean kadar trigliserida darah sebesar 138,423, pada tikus minggu 2 memiliki mean trigliserida darah sebesar 126,962, dan pada tikus minggu 3 memiliki mean kadar trigliserida darah sebesar 633,447. Dari hasil analisis SPSS hasil menunjukan bahwa data tidak signifikan.
Sebagai kesimpulan, terjadi penurunan kadar trigliserida darah pada tikus yang diberi makan hanya durian pada minggu 1 dan 2, sedangkan terjadi peningkatan kadar trigliserida darah pada tikus yang hanya diberi makan durian pada minngu 3, dengan korelasi positif.

Durian is one of popular fruits among people including in Indonesia. There is rumor spreading in societythat by consuming durian it can raise the blood triglyceride level. Triglyceride itself is a type of fat that very important which is very important for human body and has important roles in physiology system of our body like in cell membrane construction, energy sources, absorption of vitamin A, D, E, K and keep heat in our body.
This research's purpose is to prove that rumor and give the information to society about the effect of durian consumption on the blood triglyceride level.
This research uses experimental method with rats as subjects. These data was taken on July 2012. The diluted durian is given through oral injection to rats with 3 different variables, which are given durian for 1 week, 2 weeks, and 3 weeks, plus with a group of rats that was feed with ordinary rats food as a control group. The data is processed using SPSS.
The results show that from the control group rats the mean of blood triglyceride level is 184,073. In a group of rats that was fed with durian for 1 week the mean of blood triglyceride level is 138,423, in group of rats which was fed with durian for 2 weeks the mean of blood triglyceride level is 126,962, while in group of rats fed with durian for three weeks the mean of blood triglyceride level is 633,447. From the analyzing process using SPSS it shows that the results data is not significant.
In conclusion, there is a reduction of blood triglyceride level in groups of rats fed only by durian for 1 week and 2 weeks, while there is an elevation of blood triglyceride level of a group of rats fed only by durian for 3 weeks, with positive correlation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Ayu Aziiza
"Trigliserida memainkan peran utama sebagai sumber energi bagi tubuh manusia. Mereka sangat kaya akan energi. Trigliserida terdiri dari asam lemak dan gliserol. Gliserol mudah dikonversi menjadi glukosa untuk menyediakan energi. Spermatozoa mengandung mitokondria yang berbeda dari organel lain dari sel somatik. Mereka memiliki morfologi yang berbeda dan membutuhkan lebih banyak ATP daripada sel-sel lain. Spermatozoa dapat menggunakan substrat yang berbeda untuk mengaktifkan jalur metabolisme tergantung pada substrat yang tersedia. fleksibilitas ini sangat penting untuk proses pembuahan. Untuk mencapai pembuahan sukses, spermatozoa akan menghabiskan waktu yang lama selama transit di epididimal. Perubahan yang paling penting yang spermatozoa perlu capai adalah pengembangan motilitas progresif ke depan. Hal ini tergantung yang utama pada energi dan itu menjadi sangat penting, dan hanya ketika spermatozoa saat ejakulasi atau ketika mereka berada dalam media yang memberikan mereka lingkungan dan kesempatan untuk bergerak dan menjadi motil. Gerakan spermatozoa diciptakan oleh gerakan pemukulan dari flagella menggunakan energi dalam bentuk intraceluller ATP. Energi ini yang memberikan gerakan flagellar mengarah ke motilitas dan jika ada perubahan dalam gerakan karakteristik atau kehabisan bahan bakar, maka spermatozoa akan kehilangan energi untuk bergerak maju dan tidak bisa membuahi Telur.

Triglyceride play an important role as a source of energy in our body. They are made out of fatty acid and glycerol. Glycerol can be easily converted into glucose to provide energy. Sprematozoa contain mitochondria that is different from other organelle from somatic cell. They have a different morphology that needs a lot more ATP compared to other cells. Spermatozoa can also use other substrate to activate another methabolic pathway depends on which substrate are available. This flexibility is very important for fertilization process. To achieve a successful fertilization, spermatozoa will spend a long time in epididimal for transit. The most important development for the spermatozoa to achieve is progressive motility to the front and it depends a lot on energy. When spermatozoa is ejaculated or in a media or environment that allows them to move and become motile. The movement created by the spermatozoa is created by the beating from the flagella that uses energy I a form of intracellular ATP. This energy allows the spermatozoa to create movement from the flagella and become motile, but if there are different movement characteristic or run out of energy, the spermatozoa will loose its energy to move forward and are unable to fertilize the egg.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>