Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131294 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nyoman Sindhu Adiputra
"Pelaporan nilai kritis laboratorium merupakan salah satu indikator mutu yang sangat penting. Kegagalan melaporkan nilai kritis kepada DPJP akan menjadi sebab potensial untuk menimbulkan kejadian yang tidak diharapkan. Di Rumah Sakit Umum Pusat sanglah Denpasar tingkat pelaporan nilai kritis baru mencapai 15,8%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran pelaporan nilai kritis laboratorium berdasarkan parameter pemeriksaan, jenis pasien (rawat jalan dan rawat inap), area perawatan, sub laboratorium, dan waktu dalam satu hari dan untuk melihat implementasi manajemen dalam pelaporan nilai kritis tersebut. Ada variasi jumlah hasil kritis berdasarkan parameter, jenis pasien, ruang perawatan, sub laboratorium dan waktu dalam sehari. Implementasi manajemen dari pelaporan nilai kritis tidak dilakukan secara utuh.

Laboratory critical value reporting is one of important quality indicator. Failure to report critical values to care givers will be a potential cause of adverse events. In Sanglah Central General Hospital critical values reporting rate only reached 15.8%. The purpose of this study was to obtain an overview of laboratory critical values reporting based on parameters, patient type, treatment areas, sub-laboratory, time of the day and to see the management implementation of the critical value reporting. There were variations in the number of critical values based on parameters, patient type, treatment areas, sub-laboratory, and time of the day. Management implementation in the critical values reporting system is not executed comprehensively.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41693
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Lanang Suartana Putra
"ABSTRAK
Rumah sakit merupakan organisasi pelayanan jasa yang mempunyai kespesifikan dalam
hal sumber daya manusia. Salah satu strategi untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia adalah melalui mekanisme penilaian kinerja. Di RSUP Sanglah Denpasar belum
pernah dilakukan analisis mengenai sistem penilaian kinerja staf medik sehingga belum
diketahui bagaimana penilaian kinerja staf medik yang efektif. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menganalisa sistem penilaian kinerja staf medik di RSUP Sanglah
Denpasar. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, dengan melakukan
wawancara dan penelusuran dokumen. Analisa data dengan content analysis. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penilaian kinerja staf medik berdasarkan enam kriteria
penilaian belum berjalan dengan baik. Pedoman, instrument, indikator, serta kebijakan
penilaian perlu direvisi dan disempurnakan. Perlu dibentuk tim khusus untuk melakukan
penilaian kinerja staf medik di rumah sakit.

ABSTRACT
Hospital services is an organization that has specificity in terms of human resources. One
strategy to improve human resources quality is through performance appraisal
mechanisms. In Sanglah Hospital had not done an analysis of the performance appraisal
system of the medical staff. It is not known how the medical staff performance
assessment system are effective. The aim of this study was to describe the performance
appraisal system of the medical staff at Sanglah Hospital in Denpasar. This research was
a qualitative descriptive study, by conducting interviews and document review. Data
analysis with content analysis. The results showed that the medical staff performance
appraisal system based on six criterias have not been going well. Guidelines, instruments,
indicators, and assessment policy needs to be revised and refined. Need to set up a special
team to conduct performance appraiser in the hospital medical staff."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41948
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vrilia Adirasari
"ABSTRAK
Pada 29 November 2012 Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif menandatangani Nota Kesepakatan Bersama no
412/Menkes/SKB/XI/2012 dan NK/30/PW.202/MPEK/201 untuk mendukung
Wisata Kesehatan atau Health Tourism. Nota tersebut berlaku selama 2 tahun dan
akan berakhir pada November 2014. Indonesia menargetkan menjadi negara
tujuan medical tourism pada 2015. Untuk mengetahui implementasi medical
tourism saat ini, dilakukan analisis kualitatif dengan pendekatan studi kasus di
Wing Amerta Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Bali. Telah dilakukan
wawancara kepada 12 informan kemudian dilakukan analisis konten. Kecukupan
informan diperoleh dengan mekanisme “snow balling”. Validasi dengan
triangulasi melalui pengamatan dan tilik dokumen. Simpulan penelitian adalah
bahwa medical tourism sudah terlaksana di Wing Amerta Rumah Sakit Umum
Pusat Sanglah Bali sebagai proses alamiah. Tahapannya belum seperti pre dan
post prosedur diagram Deloitte 2008. Kajian implementasi yang mengacu pada
mekanisme sistem masih dalam tahap perencanaan. Membutuhkan dukungan
kebijakan, sarana, teknologi informasi, publikasi pemasaran dan otoritas
pelaksana. Program medical tourism di Bali telah dilaksanakan di beberapa
Rumah Sakit Swasta, antara lain Bali Royal Hospital dengan program unggulan
Bayi Tabung/ Fertilisasi In Vitro dan Bedah Plastik.

ABSTRAK
On 29th November 2012, Ministry of Health and Ministry of Tourism and Creative
Economics signed the Memorandum Of Understanding number
412/Menkes/SKB/XI/2012 and NK/30/PW.202/MPEK/201 to support medical
tourism or health tourism. There were twelve (12) informan have been asked.
Observation and reviewing documents were done for triangulation. Study showed
that the medical tourism has been implemented in Wing Amerta of Sanglah
General Hospital as a natural process. This medical tourism did not suit as pre
and post procedure of medical tourism from Deloitte 2008 diagram. The process
is still on the planning stage. It needs regulation support, information technology
resources, publication support and authority good will. In Bali there are private
hospitals which have medical tourism as their main services, one of them is Royal
Bali Hospital choose In Vitro Fertilization and Plastic Surgery as their prime
services."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Susanto Kosasih
"The Clinical Pathology laboratory of the Dharmais Cancer hospital, a government owned institution, has a service of excellence in cancer diagnostic field which needs a wide variety of reagents, of about 347 items. It has been noted that there is not a good planning system of logistic that can provide the laboratory an optimal supply of reagents. The main problem in reagents supply is that they often do not come according to the ordered time with the consequence of too much delay of laboratory tests. The existence of 100 items of unused goods or non-moving items in one year has resulted as a very high stock at the beginning as well as at the end of the one month period compared to the supply within that period. All these facts lead the laboratory to problems which effects the service of the laboratory and will further also influence the overall quality of the hospital. A model of planning and stock system is introduced to overcome the above condition. This operational research model is supposed to group the reagents according to their use, value of investment and value of importance of the reagents. The planning is done through an ABC-index critical analysis which includes utility index, EOQ (economic order quantity), ROP (reorder point) and prediction of total investment needed.
The survey done from January to December 1998, using the ABC analysis system, shows as many as 247 items of reagents, consisting of A-group (numbers of items : 62 = 25.1%, numbers of use : 860 = 70.2%), B-group (numbers of items : 86 = 34.8%, numbers of use : 245 = 20%), and C-group (numbers of items : 99 = 40.1%, numbers of use : 121 = 9.8%). The frequency of ordering the reagents varies from 20 days, 30 days and 90 days in accordance to the need, packing of the reagents and policy of the hospital. It is suggested to delete the 100 non-moving items from the list of reagent stock as since they add up the cost of the laboratory.
This study concludes that ABC-index analysis, setting the EOQ, ROP and prediction of value of investment can be a way towards a good model of planning and optimizing the reagents supply at the Clinical Pathology laboratory of the Dharmais Cancer hospital. An intensive training of this model for the involved laboratory staff will be necessary for the practice and use of it.

Laboratorium Patologi klinik RS Kanker Dharmais (RSKD) merupakan RS Pemerintah dengan unggulan pelayanan diagnostik spesialistik kanker yang membutuhkan reagensia dengan jumlah cukup besar, yaitu sekitar 347 item. Permasalahan yang timbul di Laboratorium Patologi Klinik adalah permintaan barang sering tidak sesuai dengan realisasinya. Di lain pihak stock awal dan akhir reagensia yang tinggi dibandingkan yang berjalan setiap bulannya, hal ini sangat mengganggu operasional Laboratorium Patologi Klinik yang dapat menimbulkan permasalahan tertundanya pelayanan Laboratorium Patologi klinik yang dapat mempengaruhi mutu dan citra rumah sakit. Oleh karena itu dirasakan perlu membuat suatu model perencanaan dan sistem persediaan dengan cara riset operasional yang dapat memilah-milah reagensia menurut pemakaian, investasi dan nilai kepentingannya suatu reagensia. yaitu Analisis ABC indeks kritis dengan indeks pemakaian, mencari EOQ (economic order quantity), ROP (reorder point) serta prakiraan jumlah investasi yang dibutuhkan.
Hasil penelitian dengan cara analisis ABC dari pemakaian pada bulan Januari 1998 - Desember 1998 terdapat 247 item reagensia, terbagi dalam kelompok A terdiri dari 62 item barang (25,1 %) dengan jumlah pemakaian 860 (70,2 %), kelompok B terdiri dari 86 item barang (34,8%) dengan jumlah pemakaian 245 (20 %) dan kelompok C terdiri dari 99 item barang (40,1%) dengan jumlah pemakaian 121 (9,8%). Terdapat 100 item barang yang tidak bergerak selama 1 tahun. Untuk dapat melaksanakan pemesanan reagensia pada sistem ini dilakukan penyesuaian waktu pesan sesuai 20 hari, 30 hari dan 90 hari, sesuai dengan kondisi kebutuhan, kemasan reagensia dan kebijakan RSKD.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa analisis indeks ABC dan mencari EOQ, ROP serta prakiraan jumlah investasikan adalah cara untuk mendapatkan model perencanaan dan mengoptimalisasikan di Laboratorium patologi Klinik RSKD. Saran yang dianjurkan adalah mengeluarkan 100 item yang tidak bergerak dari stock reagensia dan pelatihan yang intensif untuk pelaksana yang akan menjalankan model ini."
2001
T3635
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vrilia Adirasari
"Pada 29 November 2012 Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menandatangani Nota Kesepakatan Bersama no 412/Menkes/SKB/XI/2012 dan NK/30/PW.202/MPEK/201 untuk mendukung Wisata Kesehatan atau Health Tourism. Nota tersebut berlaku selama 2 tahun dan akan berakhir pada November 2014. Indonesia menargetkan menjadi negara tujuan medical tourism pada 2015. Untuk mengetahui implementasi medical tourism saat ini, dilakukan analisis kualitatif dengan pendekatan studi kasus di Wing Amerta Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Bali. Telah dilakukan wawancara kepada 12 informan kemudian dilakukan analisis konten. Kecukupan informan diperoleh dengan mekanisme "snow balling". Validasi dengan triangulasi melalui pengamatan dan tilik dokumen.
Simpulan penelitian adalah bahwa medical tourism sudah terlaksana di Wing Amerta Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Bali sebagai proses alamiah. Tahapannya belum seperti pre dan post prosedur diagram Deloitte 2008. Kajian implementasi yang mengacu pada mekanisme sistem masih dalam tahap perencanaan. Membutuhkan dukungan kebijakan, sarana, teknologi informasi, publikasi pemasaran dan otoritas pelaksana. Program medical tourism di Bali telah dilaksanakan di beberapa Rumah Sakit Swasta, antara lain Bali Royal Hospital dengan program unggulan Bayi Tabung/ Fertilisasi In Vitro dan Bedah Plastik.

On 29th November 2012, Ministry of Health and Ministry of Tourism and Creative Economics signed the Memorandum Of Understanding number 412/Menkes/SKB/XI/2012 and NK/30/PW.202/MPEK/201 to support medical tourism or health tourism. There were twelve (12) informan have been asked. Observation and reviewing documents were done for triangulation.
Study showed that the medical tourism has been implemented in Wing Amerta of Sanglah General Hospital as a natural process. This medical tourism did not suit as pre and post procedure of medical tourism from Deloitte 2008 diagram. The process is still on the planning stage. It needs regulation support, information technology resources, publication support and authority good will. In Bali there are private hospitals which have medical tourism as their main services, one of them is Royal Bali Hospital choose In Vitro Fertilization and Plastic Surgery as their prime services."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T43014
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diashati Ramadhani Mardiasmo
"ABSTRAK
Pleural effusion occurs when abnormal pleural fluid accumulate within pleural cavity. The first step in pleural effusion evaluation is categorising pleural fluids into transudates and exudates using Light rsquo s Criteria, to determine differential diagnoses. Transudative pleural effusions occur when systemic factors influencing hydrostatic and oncotic pressures are imbalanced. Exudative pleural effusions occur due to local factors influencing increased vascular permeability. This research aims to describe profiles of pleural fluid analysed by Department of Clinical Pathology, Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital RSCM and investigate their diagnostic value.Data were collected between January August 2016 consecutively. In total, 199 pleural fluids were assessed 123 exudative, 72 transudative and 4 transudative exudative transitional pleural fluids. The samples comprised of 56.3 females and 43.2 males. The age ranged from 1 month to 83 years old, averaging at 45.3 years old. Malignancy was the most frequent etiology found 35.7 , followed by Infection 22.1 . Pleural fluids were predominantly yellow 51.7 . Compared to transudates, exudates were more likely to clot, mostly tested positive for Rivalta and appeared more turbid. WBC count, protein fluid, protein ratio, LDH fluid and LDH ratio of exudates were significantly higher than transudates. Exudates exhibited significantly lower glucose fluid levels. Bacteriologically, 13 samples yielded a positive culture.Profiles of transudative and exudative pleural fluids correlated with their respective clinical conditions, reflecting different underlying mechanisms, thus verifying Light rsquo s criteria. Diagnostic values of pleural fluid analyses towards its clinical diagnosis yielded Sensitivity of 66.7 , Specificity of 67.9 , Positive Predictive Value of 90.6 and Negative Predictive Value of 27.1.

ABSTRAK
Pada Pleura Effusi terdapat akumulasi cairan pleura abnormal pada rongga pleura. Langkah pertama pada algoritme pleura effusi adalah kategorisasi cairan pleura menjadi transudat dan eksudat untuk menentukan diagnosis differensial. Cairan pleura transudat ditemukan pada etiologi sistemik dimana terdapat ketidakseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik. Cairan pleura eksudat ditemukan pada etiologi lokal dimana terdapat peningkatan permeabilitas. Cairan transudat dan eksudat dapat dibedakan menggunakan kriteria Light rsquo;s. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan profil analisis cairan pleura di Departemen Patologi Klinik, Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo RSCM dan untuk menginvestigasi nilai diagnostik analisis cairan pleura.Penelitian ini menggunakan sampel cairan pleura dari Departemen Patologi Klinik yang dipilih antara bulan Januari-Agustus 2016 secara konsekutif. Sampel berjumlah 199; 72 transudat, 127 eksudat dan 4 peralihan transudate ke eksudat. Demografik sampel adalah 56.3 perempuan dan 43.2 laki-laki. Umur berkisar antara 1 bulan-83 tahun dan rerata 45.3 tahun. Etiologi paling sering adalah keganasan 35.7 , diikuti dengan infeksi 22.1 . Dibandingkan dengan transudat, eksudat lebih banyak terdapat bekuan, hasil Rivalta positif dan lebih keruh. Leukosit, protein cairan, protein rasio, LDH cairan dan LDH rasio lebih tinggi pada eksudat. Glukosa cairan lebih rendah pada eksudat. 13 sampel menunjukkan kultur positif.Terdapat korelasi antara profil cairan pleura transudat dan eksudat dengan diagnosis klinis, menunjukkan adanya perbedaan mekanisme dan menggambarkan efektifitas kriteria Light rsquo;s. Nilai diagnostik analisis cairan pleura berupa sensitivitas 66.7 , spesifisitas 67.9 , nilai prediksi positif 90.6 dan nilai prediksi negatif 27.1"
2016
S70381
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hedi Wahyudi
"Rumah Sakit Umum Daerah Tasikmalaya, sebagai organisasi jasa pelayanan kesehatan, berkewajiban memberikan pelayanan kesehatan secara terpadu dan menyeluruh dalam upaya membantu meningkatkan program kesehatan masyarakat. Dengan diberlakukannya Otonomi Daerah, visi dan misi organisasi rumah sakit, diarahkan menjadi profit oriented guna menunjang Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Instalasi Laboratorium Patologi Klinik, merupakan bagian dari sarana penunjang medis bidang pelayanan, tugas pokoknya melaksanakan pelayanan pemeriksaan darah, urine, faeces dan cairan tubuh.Instalasi ini dinilai masih belum menunjukan produktifitas seperti yang diharapkan, tercermin dari keluhan rendahnya kinerja instalasi tersebut.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, ditemukan indikasi yang mengarah pada gangguan stres kerja pada sebagian tenaga analis, terlihat dari dampaknya berupa gejala-gejala fisiologis, psikologis dan perilaku. Sumber stres kerja, berasal dari faktor-faktor yang ada di lingkungan, pekerjaan, organisasi dan individu pekerjanya.
Hasil Analisa menunjukan, kondisi kerja di instalasi tersebut kurang kondusif, peran pemimpin kurang efektif, komunikasi kurang terjalin dengan baik, hubungan antar pribadi pekerja kurang kompak, disiplin dan komitmen terhadap pekerjaan rendah.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dirancang program intervensi berupa pelatihan manajemen stres, dengan tujuan menghilangkan gejala stres yang dirasakan dan meningkatkan kemampuan beradaptasi dalam situasi kerja yang mengancam serta meningkatkan kerjasama tim agar lebih efektif dan produktif.
Rancangan intervensi diarahkan pada level individu dan kelompok kerjanya, melalui dua tahapan kegiatan yaitu :
1. Tahap pertama, berupaya meredusir stres pada individu pekerja, dengan metoda Personal stres profile feedback.
2. Tahap kedua, diarahkan untuk membangun kerjasama kelompok dan rencana perubahan, dengan metoda Team Building dan Balikan Survey."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Aju Kusuma Wardani
"Salah satu indikator perbaikan mutu dan keselamatan pasien yang diprioritaskan adalah indikator mutu klinis tentang kesalahan obat dan kejadian nyaris cedera di RSUP Sanglah sebagai standar yang berfokus pada pasien adalah "Manajemen dan Penggunaan Obat". Penelitian ini berfokus "Manajemen dan Penggunaan Obat" di rawat inap Ruang Angsoka RSUP Sanglah (Studi kasus prescription eror) menggunakan pendekatan manajemen Plan, Do, Check, Act (PDCA). Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang dilakukan pada bulan Januari 2014 ? Maret 2014 di rawat inap Ruang Angsoka RSUP Sanglah. Dari ke-enam parameter didapatkan kurangnya sosialisasi secara kontinu dan berkesinambungan dari top manajer sampai lower manajer, tempat penulisan pada KIO (Kartu Instruksi Obat) mengikuti Standar Joint Commission International Accreditation tanggal 24 April 2013. Perlu adanya flowchart tentang prescription error agar tidak terjadi kejadian berulang dan juga dapat memperbaiki mutu depo farmasi Ruang Angsoka.

One indicator of the quality improvement and patient safety is a priority on clinical quality indicator of medication errors and near miss incidence in Sanglah hospital as a standard that focuses on the patient is the "Medication Management And Use". How management analysis focused "Medication Management and Use" in Angsoka ward of Sanglah Hospital in Denpasar (prescription error case study) used PDCA approaches: Plan, Do, Check, Act. This study was a qualitative study conducted in January 2014 ? March 2014 in Angsoka ward of Sanglah hospital. Out of the six parameter, we found (1) lack socialization continuous from top managers to lower managers, (2) insufficient writing place in Drug Instruction Card Sanglah hospital according to the rule of the Joint Commission International Accreditation. We suggested to build flowchart of prescription errors in order to avoid recurrence and to improve the quality of pharmaceutical Angsoka ward future.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41694
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Dharma Diatmika
"Rumah Sakit Pendidikan dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat melibatkan residen untuk berinteraksi dan melaksanakan tindakan-tindakan medis tertentu dibawah pengawasan dan pendelegasian wewenang dari dokter penanggung jawab pelayanan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kedudukan residen dalam pemberian pelayanan dan risiko tindakan medis residen yang didelegasikan padanya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, dengan melakukan wawancara dan penelusuran dokumen. Analisis data dengan content analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko tindakan medis oleh residen adalah besar karena bukan staf medis.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah HBL RSUP Sanglah tidak mengatur tentang tindakan medis yang dilakukan oleh residen meskipun Undang-Undang Pendidikan Kedokteran mensyaratkan adanya perlindungan hukum bagi residen. Risiko pemberian tindakan medis yang dilakukan residen sangat berisiko mengingat hasil analisis yang dilakukan terhadap aturan perundang-undangan yang dilakukan adalah tidak adanya pengaturan secara tegas yang tertuang.
Saran yang utama adalah adanya aturan pelaksana dari Undang-Undang Pendidikan Kedokteran dari Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pendidikan yang jelas tentang perlindungan hukum kepada residen dalam pemberian pelayanan kesehatan.

Teaching Hospital in the provision of health services to the community is to engage residents to interact and carry out certain medical acts under the supervision and delegation of authority from the physician in charge of the service. The purpose of this study was to determine the position of resident in service delivery and the risk of resident medical actions delegated to him.
This research is a qualitative descriptive study, by conducting interviews and document searches. Data analysis is done by content analysis. The results showed that the risk of medical treatment by a resident is great because the resident is not a medical staff.
The conclusion of this study is Sanglah HBL does not regulate medical procedures performed by residents although Medical Education Law requires the existence legal protection for residents. The risk of giving medical treatment undertaken resident is very risky because of the results of the analysis conducted on the rules of law that have been done show no rule expressly set forth.
The main suggestion was made rule of implementation of Medical Education Law issued by the Ministry of Health and Ministry of Education are clear about the legal protection to the residents in the delivery of health services.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42370
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Komang Ayu Witarini
"Latar belakang: Penyakit alergi didasari reaksi hipersensitivitas yang diinisiasi mekanisme imunologi spesifik diperantarai oleh IgE. Warga kota Denpasar memiliki karakteristik spesifik, yaitu tingkat memelihara hewan berbulu anjing dan konsumsi daging babi yang tinggi. Data sensitisasi alergen pada anak di kota Denpasar belum ada. Penelitian sensitisasi alergen dapat memberikan gambaran sensitisasi spesifik untuk anak di kota Denpasar sehingga upaya pencegahan penyakit alergi dapat dilakukan dengan lebih efektif.
Tujuan: Mengetahui sensitisasi alergen pada anak dengan penyakit alergi dermatitis atopi, asma, rinitis alergi yang dibuktikan melalui uji tusuk kulit di RSUP Sanglah Denpasar.
Metode: Penelitian potong lintang di Poliklinik Rawat Jalan Alergi Imunologi Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak, RSUP Sanglah, Denpasar, periode Januari 2017-Maret 2017. Anak usia 3-18 tahun dengan dermatitis atopi, asma, rinitis alergi dan orang tua setuju mengikuti penelitian akan diinklusi. Sensitisasi alergen dibuktikan melalui uji tusuk kulit terhadap alergen spesifik inhalan dan/atau ingestan, hasil positif bila diameter urtika 3 mm. Data dinyatakan sebagai proporsi, dilakukan pengelompokan berdasarkan jenis penyakit alergi dan umur.
Hasil: Proporsi anak dengan penyakit alergi, yaitu dermatitis atopi 30,5, asma 57,9, dan rinitis alergi 56,8. Proporsi berdasarkan multimorbiditas penyakit adalah dermatitis atopi dengan asma 8,5, dermatitis atopi dengan rinitis alergi 4,2, asma dengan rinitis alergi 24,2, dermatitis atopi dengan asma dan rinitis alergi 4,2, dermatitis atopi 13,7, asma 21, rinitis alergi 24,2. Sensitisasi pada kelompok dermatitis atopi usia 3-6 tahun tersering terhadap alergen ingestan, usia sekolah baik pada dermatitis atopi, asma, maupun rinitis alergi sensitisasi terutama terhadap alergen inhalan D. farinae, D. pteronyssinus, kecoa.
Simpulan: Proporsi penyakit alergi tertinggi pada anak di kota Denpasar adalah asma dengan rinitis alergi. Sensitisasi terutama terhadap alergen inhalan pada anak usia sekolah.

Background: Allergic disease in children is based on hypersensitivity reactions initiated by specific immunologic mechanism mediated by IgE. Residents of Denpasar city have their own characteristics in terms of the level of having furry animals dogs and the level of consumption of pork is high. While allergen sensitization data for the children of Denpasar is still not available. Allergen sensitization research in Denpasar will give a picture of the sensitization type specifically for children in Denpasar in order for having more effective prevention programs.
Objectives: To study the sensitization of allergens in children with atopic dermatitis, asthma, and allergic rhinitis that proven through skin prick test at Sanglah Hospital Denpasar.
Methods: A cross sectional study was done in the Outpatient Immunology Allergy Polyclinic, Sanglah Hospital, Denpasar in the period of January to March 2017. Children 3 18 years who are diagnosed with atopic dermatitis, asthma, and allergic rhinitis, and the parents signed a letter of approval, will be included. Allergen sensitization proven by skin prick test against specific allergens inhalants and or ingestants, and it classified positive results when indicating wheal diameter ge 3 mm. The data is calculated as a proportion number and is grouped based on the type of allergy and age.
Results: The proportion of children with allergy was atopic dermatitis 30.5, asthma 57.9, and allergic rhinitis 56.8. While the proportion based on the multimorbidity of the disease is atopic dermatitis with asthma 8.5, atopy dermatitis with allergic rhinitis 4.2, asthma with allergic rhinitis 24.2, atopy dermatitis with asthma and allergic rhinitis 4.2, atopic dermatitis 13, 7, asthma 21, and allergic rhinitis 24.2. Sensitization in the atopy dermatitis at age 3 6 years group frequently to ingestant allergen, but at school age in both atopic dermatitis, asthma, and allergic rhinitis sensitization especially to inhalants allergen D. farinae, D. pteronyssinus, and cockroaches.
Conclusions: Children in Denpasar showed the highest proportion of allergies for asthma and allergic rhinitis, with the majority of allergen are inhaled at school age.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>