Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 99210 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dony
"Latar belakang: Sleep bruxism merupakan aktifitas parafungsi yang berhubungan dengan keadaan tidur. Salah satu penyebabnya adalah stres (?home stress? dan ?pengaruh home stress terhadap pekerjaan?) pada lingkungan kerja dengan tanggung jawab dan resiko tinggi seperti profesi aircrew pada lingkungan penerbangan. Namun penelitian mengenai stres dan sleep bruxism pada aircrew di Indonesia belum pernah dilakukan.
Tujuan: Menganalisis hubungan antara stres dengan sleep bruxism pada aircrew.
Metode: Subjek terdiri dari 214 aircrew maskapai penerbangan nasional Indonesia. Subjek melakukan pengisian 2 kuesioner yaitu modifikasi Sloan and Cooper?s questionnaire dan kuesioner sleep bruxism. Penelitian ini melalui 2 tahap yaitu pada tahap pertama dilakukan uji validasi dan reliabilitas modifikasi Sloan and Cooper?s questionnaire, kemudian tahap kedua dilakukan uji potong lintang.
Hasil: Uji Mann-Whitney menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara ?home stress? dan umur dengan sleep bruxism (p > 0.05). Uji t tidak berpasangan menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara ?pengaruh home stress terhadap pekerjaan? dengan sleep bruxism (p < 0.05). Uji Chi-Square tidak menunjukkan hubungan bermakna antara jenis kelamin dan jabatan dengan sleep bruxism (p>0.05).
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara ?home stress? dan sleep bruxism, namun terdapat hubungan yang bermakna antara ?pengaruh home stress terhadap pekerjaan? dan sleep bruxism pada aircrew.

Background: Sleep bruxism is parafunctional activities that related to sleep condition. One of the etiology is stress (?home stress? and ?effect home stress at work?) at working environment with high risk and responsibility such as aircrew in aviation. However research about stress and sleep bruxism among aircrew inIndonesia has not yet been done.
Objective: To analyze the relationship between stress and sleep bruxism among aircrew.
Methods: 214 subjects are aircrew at national Indonesia airline. Subjects were ask to fill 2 questionnaires i.e. modification of Sloan and Cooper?s questionnaire and sleep bruxism questionnaire. This study was analyzed in 2 steps, the first was to test the validity and reliability of modification Sloan and Cooper's questionnaire, and the second step was cross-sectional design.
Result: Mann-Whitney test showed that there was no significantly difference between ?home stress? and age with sleep bruxism (p > 0.05). Unpaired-t test showed that there was significantly difference between ?effect home stress at work? with sleep bruxism (p < 0.05). Chi-Square test showed that there was no significantly difference between gender and job position with sleep bruxism (p> 0.05).
Conclusion: There was no correlation found between ?home stress? and sleep bruxism, however a correlation found between ?effect home stress at work? with sleep bruxism among aircrew.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christian Lokita Wijaya
"Latar belakang: Sleep bruxism merupakan aktivitas oromandibular stereotip sewaktu tidur yang ditandai oleh grinding dan clenching gigi. Penderita sleep bruxism umumnya identik dengan adanya nyeri temporomandibular disorder (TMD). Metode: Penelitian potong lintang ini menggunakan 97 subjek terdiri dari 38 orang laki-laki dan 59 orang perempuan, dengan rentang usia 17-55 tahun. Penilaian sleep bruxism dilakukan menggunakan kuesioner oleh American Academy of Sleep Medicine versi Bahasa Indonesia, serta penilaian TMD dilakukan menggunakan indeks diagnostik DC/TMD. Hasil: Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara sleep bruxism dan TMD. Sleep bruxism, jenis kelamin dan stress emosional menjadi faktor prediktor terhadap TMD. Pada analisis multivariat dengan regresi logistik diketahui bahwa jenis kelamin dan stress emosional berpengaruh terhadap TMD dengan odds ratio (OR) masing-masing sebesar 3,113 dan 4,043, sedangkan sleep bruxism tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap TMD dengan OR sebesar 1,141. Kesimpulan: Sleep bruxism berhubungan dengan TMD, namun memiliki pengaruh yang lebih kecil dibandingkan dengan jenis kelamin dan stress emosional.

Background: Sleep bruxism is a stereotypical oromandibular activity during sleep characterized by grinding and clenching of teeth. Patients with sleep bruxism are generally associated with temporomandibular disorder (TMD) pain. Methods: This cross-sectional study used 97 subjects consisting of 38 male and 59 female, with an age range of 17-55 years. The assessment of sleep bruxism was carried out using Indonesian version of the questionnaire based on the American Academy of Sleep Medicine sleep bruxism questionnaire, and the TMD assessment was carried out using the DC/TMD diagnostic index. Results: There was a statistically significant relationship between sleep bruxism and TMD. Sleep bruxism, gender and emotional stress are predictors of TMD. In multivariate analysis with logistic regression, it was found that gender and emotional stress had an impact on TMD with odds ratio (OR) of 3.113 and 4.043, respectively, while sleep bruxism had no significant impact on TMD with an OR of 1.141. Conclusion: Sleep bruxism is associated with TMD, but has a smaller impact compared to gender and emotional stress."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathya Tazkiadini
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah trait mindfulness dapat memoderatori hubungan antara stres kerja dan kualitas tidur. Partisipan penelitian ini adalah karyawan startup dengan kelompok usia milenial yang bekerja di Jabodetabek. Jumlah partisipan perempuan sebanyak 93 orang dan jumlah partisipan laki-laki sebanyak 63 orang (N=150). Instrumen dalam penelitian ini adalah Pittsburgh’s Sleep Quality Index (PSQI) untuk mengukur kualitas tidur, Job Stress Survey (JSS) untuk mengukur stres kerja, dan Mindful Attention and Awareness Scale (MAAS) untuk mengukur trait mindfulness. Hasil penelitian menemukan bahwa model statistik signifikan (p< .05) dengan 17,80% varians skor kualitas tidur dapat dijelaskan oleh stres kerja dan trait mindfulness. Stres kerja (β=0,1099, t=2,5174, p<0,05) dan trait mindfulness (β=-0,0614, t=-3,2453, p<0,05) secara signifikan mempengaruhi kualitas tidur. Akan tetapi, trait mindfulness tidak ditemukan memoderasi kualitas tidur (β=-0,0036, t= -1,2363, p>0,05). Penelitian ini tidak membuktikan bahwa trait mindfulness dapat memberikan efek memoderasi hubungan antara stres kerja dan kualitas tidur
The purpose of this study was to find out whether trait mindfulness moderates the relationship between job stress and sleep quality. Participant in this study were startup employee in millenial age which located in Jabodetabek. There are 93 female participants and 63 male participants (N=150) in total. Instruments used in this study were Pittsburgh’s Sleep Quality Index (PSQI) for measuring sleep quality, Job Stress Survey (JSS) for measuring job stress, and Mindful Attention and Awareness Scale (MAAS) for measuring trait mindfulness. The result of this research found that statistic significant model (p< .05) with 17,80% variance of sleep quality was eplained by job stress and trait mindfulness. Job stress (β=0,1099, t=2,5174, p<0,05) and trait mindfulness (β=-0,0614, t=-3,2453, p<0,05) were significant predictors for sleep quality. However, trait mindfulness did not significantly moderates the relationship between job stress and sleep quality (β=-0,0036, t= -1,2363, p>0,05). This research did not proven the moderation effect of trait mindfulness in relationship between job stress and sleep quality."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradita Sheila Andrian
"Kelelahan mencakup kondisi fisik dan mental yang timbul akibat aktivitas atau tuntutan yang berlebihan. Dalam lingkungan kerja yang penuh tekanan, stres kerja diketahui menjadi faktor yang memicu perasaan kelelahan. Kelelahan di tempat kerja menciptakan tantangan baru, karyawan yang mengalami kelelahan kerja cenderung sulit tidur dan sering terbangun di malam hari. Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran stres kerja terhadap kualitas tidur dengan kelelahan sebagai mediasi pada karyawan. Partisipan berjumlah 101 karyawan (70,3% perempuan, M usia= 26,61, SD= 5,259). Stres kerja diukur dengan Job Stress Survey (JSS), kualitas tidur diukur dengan The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), dan kelelahan diukur dengan Fatigue Assessment Survey (FAS). Analisis data menggunakan PROCESS Macro Model 4 dari Hayes menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara stres kerja dan kualitas tidur pada karyawan. Sementara, kelelahan ditemukan memiliki peran mediasi (fully mediate) yang signifikan pada hubungan antara stres kerja dan kualitas tidur pada karyawan.

Fatigue encompasses both physical and mental states that arise from excessive activity or demands. In stressful work environments, job stress is known to be a factor that triggers feelings of fatigue. Fatigue in the workplace creates new challenges, employees who experience job burnout tend to have difficulty sleeping and often wake up at night. This study aims to examine job stress on sleep quality with fatigue as a mediator in employees. Participants totaled 101 employees (70.3% female, M age= 26.61, SD= 5.259). Job stress was measured by Job Stress Survey (JSS), sleep quality was measured by The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), and fatigue was measured by Fatigue Assessment Survey (FAS). Data analysis using Hayes' PROCESS Macro Model 4 showed no significant relationship between job stress and sleep quality in employees. Meanwhile, fatigue was found to fully mediate the relationship between work stress and sleep quality in employees."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Salma Hanifaa
"Perkembangan teknologi secara cepat pada saat ini, memunculkan banyak perusahaan startup di Indonesia. Budaya kerja pada perusahaan startup dapat menyebabkan karyawan mengalami stres kerja. Ketika karyawan mengalami stres kerja dapat berdampak pada kualitas tidur yang dialaminya. Salah satu hal yang dapat membantu menjaga dampak stres kerja terhadap kualitas tidur adalah kontrol diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara stres kerja dengan kualitas tidur, dan peran kontrol diri sebagai moderator pada karyawan perusahaan startup di Jabodetabek. Partisipan penelitian ini berjumlah 150 karyawan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah, Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), Job Stres Survey (JSS), dan Self Control Scale (SCS). Berdasarkan analisis statistik moderasi, hasil penelitian menemukan bahwa model statistik signifikan (p<.05) dengan 16.18% skor kualitas tidur dijelaskan oleh stres kerja dan kontrol diri. Stres kerja (β=.1691, t(146)=4.4491, p<.05) dan kontrol diri (β=-.0633, t(146)=-2.6081, p<.05) berhubungan dengan kualitas tidur karyawan secara signifikan. Hasil analisis moderator menunjukkan, kontrol diri tidak ditemukan memoderatori hubungan stres kerja dengan kualitas tidur karyawan (β=.0047, t(146)=1.1392, p>.05). Hasil temuan dari penelitian menjelaskan kualitas tidur dapat dipengaruhi oleh stres kerja dan kontrol diri.

The rapid development of technology at this time, gave rise to many startup companies in Indonesia. Work culture at startup companies can cause employees to experience work stress. When employees experience job stress can have an impact on the quality of sleep they experience. One of the things that can help maintain the impact of job stress on sleep quality is self control. This study aims to determine the relationship between job stress and sleep quality, and the role of self-control as a moderator in startup company employees in Jabodetabek. The number of participants in this research was 150 employees. Measuring instruments used in this study were the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), Job Stress Survey (JSS), and Self Control Scale (SCS). The results found that the statistically significant model (p <.05) with 16.18% sleep quality score was explained by job stress and self control. Job stress (β=.1691,t(146)=4.4491, p<.05) and self-control (β=-.0633,t(146)=-2.6081,p<.05) correlate significantly with employee sleep quality. The results of the moderator's analysis showed that self control was not found to moderate the relationship of job stress with the sleep quality of employees (β=.0047,t(146)=1.1392,p<.05). The findings of the study explain the quality of sleep can be influenced by work stress and self control.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruby Larasaty
"ABSTRAK
Tingkat stres pada mahasiswa dapat mempengaruhi kualitas tidur dan mempengaruhi munculnya
gangguan tidur seperti sleep paralysis. Penelitian ini membahas mengenai hubungan tingkat stres
dengan kejadian sleep paralysis pada mahasiswa FIK UI Angkatan 2008. Penelitian menggunakan
desain deskriptif korelatif. Sampel berjumlah 107 mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia angkatan 2008. Teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling. Responden
mengisi kuesioner berupa data demografi, 18 pernyataan yang merujuk kepada Depression Anxiety Stress
Scales (DASS), dan 8 pernyataan mengenai sleep paralysis yang disusun peneliti berdasarkan penelitian
Cheyne et al (1999). Melalui hasil analisis chi square menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat stres
dengan kejadian sleep paralysis. Faktor yang mempengaruhi timbulnya kejadian sleep paralysis adalah
tingkat stres pada individu (p value 0,015; α 0,05). Hasil menunjukan mahasiswa dengan tingkat stres
sedang dan mengalami sleep paralysis (95,2%); mahasiswa dengan tingkat stres tinggi dan mengalami
sleep paralysis (95,2%); dan mahasiswa dengan tingkat stres ringan dan mengalami sleep paralysis
(78,66%). Saran bagi penelitian selanjutnya adalah memperluas topik penelitian seperti meneliti
perbedaan jenis halusinasi tiap budaya di Indonesia serta menggunakan teknik pengambilan data total
sampling sehingga terlihat gambaran kejadian secara keseluruhan dalam suatu populasi.

ABSTRACT
This study used descriptive correlative design which aimed to identify the relationship between
stress levels and the incidence of sleep paralysis. This research was using sample amounted 107
students come from Faculty of Nursing University of Indonesia. Researcher also used accidental
sampling. Respondents were given questionnaires which was consists of 3 statements about
demographic data, 18 statements about the level of stress which was refers to the Depression
Anxiety Stress Scales (DASS), and 8 statement of sleep paralysis which was composed by
researchers based on research from Cheyne et al (1999). The result showed there was bound
relationship between stress levels and the incidence of sleep paralysis (p value 0.015; α 0,05).
Results showed students with moderate levels of stress experienced sleep paralysis (95.2%);
students with high stress levels and experienced sleep paralysis (95.2%); and students with mild
stress levels and experienced sleep paralysis (78,66%). Researcher suggests for next research to
extend topic area (such as identifying different types of hallucinations in each region in all over
Indonesia). Researcher also suggests for using total sampling because it will probably describe
whole population."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43113
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Auliya Nanda Susmita
"Kualitas tidur dan tingkat stres merupakan aspek penting kesehatan mahasiswa, yang berpotensi dipengaruhi salah satunya oleh siklus menstruasi. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara tingkat stres dan siklus menstruasi  dengan kualitas tidur pada mahasiswa S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia tahun 2024 menggunakan desain cross-sectional dengan sampel 167 mahasiswa yang dipilih secara simple random sampling dari populasi 1070 mahasiswi. Data dikumpulkan melalui kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) untuk kualitas tidur, Perceived Stress Scale (PSS-10) untuk tingkat stres, dan kuesioner menstruasi  secara online, kemudian dianalisis dengan uji Chi-Square dan korelasi Spearman menggunakan SPSS. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswi memiliki kualitas tidur buruk (81,2%) dan tingkat stres sedang (88,6%). Dengan siklus menstruasi yang normal pada seluruh responden. Analisis Chi-square menunjukkan tidak adanya hubungan signifikan antara tingkat stres dengan kualitas tidur (p-value = 0,347), antara tingkat stres dengan siklus menstruasi (p-value = 0,206), dan juga kualitas tidur dengan siklus menstruasi (p-value = 0,423). Namun, uji korelasi Spearman menunjukkan hubungan negatif yang lemah namun signifikan secara statistik antara tingkat stres dan siklus menstruasi (korelasi = -0,170, p = 0,028), serta antara kualitas tidur dan siklus menstruasi (korelasi = -0,155, p = 0,04). Hasil ini menunjukkan bahwa peningkatan tingkat stres dan penurunan kualitas tidur berhubungan dengan perubahan pada siklus menstruasi, meskipun kekuatan hubungan tergolong lemah. Penelitian ini memberikan gambaran awal mengenai interaksi antara stres, kualitas tidur, dan siklus menstruasi, yang menekankan pentingnya menjaga kesehatan mental dan pola tidur untuk mendukung kesehatan reproduksi mahasiswi, meskipun keterbatasan jumlah sampel dan metode survei online dapat memengaruhi hasil.  Penelitian lanjutan dengan desain yang lebih komprehensif disarankan untuk memvalidasi temuan ini.

Sleep quality and stress levels are essential aspects of student health, potentially influenced by the menstrual cycle. This study aims to analyze the relationship between stress levels and sleep quality based on the menstrual cycle in undergraduate students of the Faculty of Public Health, University of Indonesia in 2024. The study used a cross-sectional design with a sample of 167 students selected by simple random sampling from a population of 1070 female students. Data were collected through the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) questionnaire for sleep quality, the Perceived Stress Scale (PSS-10) for stress levels, and an online menstrual questionnaire, then analyzed using the Chi-Square test and Spearman correlation using SPSS. The results of the descriptive analysis showed that the majority of female students had poor sleep quality (81.2%) and moderate stress levels (88.6%). With a normal menstrual cycle in all respondents. Chi-square analysis showed no significant relationship between stress levels and sleep quality (p-value = 0.347), between stress levels and the menstrual cycle (p-value = 0.206), and also sleep quality with the menstrual cycle (p-value = 0.423). However, Spearman's correlation test showed a weak but statistically significant negative relationship between stress level and menstrual cycle (correlation = -0.170, p = 0.028), and between sleep quality and menstrual cycle (correlation = -0.155, p = 0.04). These results indicate that increased stress level and decreased sleep quality are associated with changes in menstrual cycle, although the strength of the relationship is relatively weak. This study provides an initial overview of the interaction between stress, sleep quality, and menstrual cycle, emphasizing the importance of maintaining mental health and sleep patterns to support female students' reproductive health, although the limited number of samples and online survey method may affect the results. Further research with a more comprehensive design is recommended to validate these findings."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indinesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Auliya Nanda Susmita
"Kualitas tidur dan tingkat stres merupakan aspek penting kesehatan mahasiswa, yang berpotensi dipengaruhi salah satunya oleh siklus menstruasi. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara tingkat stres dan siklus menstruasi  dengan kualitas tidur pada mahasiswa S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia tahun 2024 menggunakan desain cross-sectional dengan sampel 167 mahasiswa yang dipilih secara simple random sampling dari populasi 1070 mahasiswi. Data dikumpulkan melalui kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) untuk kualitas tidur, Perceived Stress Scale (PSS-10) untuk tingkat stres, dan kuesioner menstruasi  secara online, kemudian dianalisis dengan uji Chi-Square dan korelasi Spearman menggunakan SPSS. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswi memiliki kualitas tidur buruk (81,2%) dan tingkat stres sedang (88,6%). Dengan siklus menstruasi yang normal pada seluruh responden. Analisis Chi-square menunjukkan tidak adanya hubungan signifikan antara tingkat stres dengan kualitas tidur (p-value = 0,347), antara tingkat stres dengan siklus menstruasi (p-value = 0,206), dan juga kualitas tidur dengan siklus menstruasi (p-value = 0,423). Namun, uji korelasi Spearman menunjukkan hubungan negatif yang lemah namun signifikan secara statistik antara tingkat stres dan siklus menstruasi (korelasi = -0,170, p = 0,028), serta antara kualitas tidur dan siklus menstruasi (korelasi = -0,155, p = 0,04). Hasil ini menunjukkan bahwa peningkatan tingkat stres dan penurunan kualitas tidur berhubungan dengan perubahan pada siklus menstruasi, meskipun kekuatan hubungan tergolong lemah. Penelitian ini memberikan gambaran awal mengenai interaksi antara stres, kualitas tidur, dan siklus menstruasi, yang menekankan pentingnya menjaga kesehatan mental dan pola tidur untuk mendukung kesehatan reproduksi mahasiswi, meskipun keterbatasan jumlah sampel dan metode survei online dapat memengaruhi hasil.  Penelitian lanjutan dengan desain yang lebih komprehensif disarankan untuk memvalidasi temuan ini.

Sleep quality and stress levels are essential aspects of student health, potentially influenced by the menstrual cycle. This study aims to analyze the relationship between stress levels and sleep quality based on the menstrual cycle in undergraduate students of the Faculty of Public Health, University of Indonesia in 2024. The study used a cross-sectional design with a sample of 167 students selected by simple random sampling from a population of 1070 female students. Data were collected through the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) questionnaire for sleep quality, the Perceived Stress Scale (PSS-10) for stress levels, and an online menstrual questionnaire, then analyzed using the Chi-Square test and Spearman correlation using SPSS. The results of the descriptive analysis showed that the majority of female students had poor sleep quality (81.2%) and moderate stress levels (88.6%). With a normal menstrual cycle in all respondents. Chi-square analysis showed no significant relationship between stress levels and sleep quality (p-value = 0.347), between stress levels and the menstrual cycle (p-value = 0.206), and also sleep quality with the menstrual cycle (p-value = 0.423). However, Spearman's correlation test showed a weak but statistically significant negative relationship between stress level and menstrual cycle (correlation = -0.170, p = 0.028), and between sleep quality and menstrual cycle (correlation = -0.155, p = 0.04). These results indicate that increased stress level and decreased sleep quality are associated with changes in menstrual cycle, although the strength of the relationship is relatively weak. This study provides an initial overview of the interaction between stress, sleep quality, and menstrual cycle, emphasizing the importance of maintaining mental health and sleep patterns to support female students' reproductive health, although the limited number of samples and online survey method may affect the results. Further research with a more comprehensive design is recommended to validate these findings."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indinesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masreni R.
"Tingkat stres pada mahasiswa dapat mempengaruhi kualitas tidur dan dapat mempengaruhi munculnya gangguan tidur. Penelitian ini membahas mengenai hubungan tingkat stres dengan gangguan tidur pada mahasiswa tingkat akhir FIK UI. Penelitian menggunakan desain deskriptif korelatif. Sampel berjumlah 70 mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan angkatan 2011. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Responden mengisi kuesioner berupa data demografi, 20 pernyataan kuesioner tingkat stres, dan 7 pertanyaan mengenai tidur SMH Questionnarie.
Melalui hasil analisis chi square menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat stres dengan gangguan tidur (p value 0,018; α 0,05). Hasil menunjukkan mahasiswa dengan tingkat stres sedang dan mengalami gangguan tidur (67,6%); mahasiswa dengan tingkat stres ringan dan mengalami gangguan tidur (36,4%). Rekomendasi yang dapat dilakukan oleh perawat pada mahasiswa adalah melakukan manajemen stres dan meningkatkan kualitas tidur.

This study used descriptive correlative design which anime to identify the relationship between stress levels and sleep disturbance in college students. This research was using sample amounted 70 students come from Faculty of Nursing University of Indonesia. Researcher also used simple random sampling. Respondents were given questionnaires which was consists of 3 statements about demographic data, 20 statements about the level of stress, and 7 statements of sleep disturbance SMH questionnaires.
The result showed there was bound relationship between stress levels and sleep disturbance (p value 0,018; α 0,05). Result showed students with moderate levels of stress and the incidence of sleep disturbance (67,6%); and students with mild stress levels and the incidence of sleep disturbance (36,4%). The recommendations can be done by nurses is performing management of stress and improve the quality of sleep.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S64732
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yustita Izabel Fierlany
"Bruxism merupakan aktivitas pergerakan otot rahang yang dapat menyebabkan berbagai dampak negatif baik bagi kondisi intraoral maupun ektstraoral. Aktivitas ini memiliki beberapa kemungkinan etiologi, salah satunya adalah gangguan tidur. Penelitian sebelumnya menunjukkan tingginya prevalensi kualitas tidur buruk pada mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sleep bruxism dengan kualitas tidur, sleep bruxism dengan jenis kelamin, dan kualitas tidur dengan jenis kelamin pada mahasiswa program sarjana Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia. Metode: Sebanyak 152 mahasiswa program sarjana Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Responden mengisi kuesioner secara onlinemelalui google form mengenai Sleep Bruxism Questionnaire dan Pittsburgh Sleep Quality Index. Data dianalisis secara univariat dan bivariat (Chi-Square) menggunakan perangkat lunak Statistical Package for the Social Sciences (SPSS). Hasil Penelitian: Hasil uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan antara sleep bruxism dengan kualitas tidur (p=1,00), sleep bruxism dengan jenis kelamin (p=0.525), dan kualitas tidur dengan jenis kelamin(p=0.201). Kesimpulan:Penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan antara sleep bruxism dengan kualitas tidur, sleep bruxism dengan jenis kelamin, dan kualitas tidur dengan jenis kelamin pada mahasiswa program sarjana rumpun ilmu kesehatan Universitas Indonesia TA 2022/2023

Bruxism is a jaw muscle activity that can cause various negative impacts on intraoral and extraoral conditions. This activity has several possible etiologies, one of which is sleep disturbance. Previous study has found a high prevalence of poor sleep quality in students of health sciences cluster Universitas Indonesia. Objectives: The aim of this study was to determine the relationship between sleep bruxism and sleep quality, sleep bruxism and gender, and sleep quality and gender among students of the health sciences cluster Universitas Indonesia. Method: A total of 152 students from the health sciences cluster Universitas Indonesia met the inclusion and exclusion criteria. Respondents then filled out online questionnaires via the Google form regarding the Sleep Bruxism Questionnaire and the Pittsburgh Sleep Quality Index. The data were analyzed univariately and bivariately (Chi-Square) using the Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) software. Results: The results of the Chi-Square test showed that there is no relationship between sleep bruxism and sleep quality (p=1.00), sleep bruxism and gender (p=0.525), and sleep quality and gender (p=0.201). Conclusion: This study shows that there is no relationship between sleep bruxism and sleep quality, sleep bruxism and gender, and sleep quality and gender among undergraduate students of the Health Sciences Cluster Program Universitas Indonesia during 2022/2023 academic year. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>