Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157580 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Henny Susanty
"Latar belakang: Meningkatnya kebutuhan estetik pasien edentulous terutama untuk mendapatkan hasil warna elemen gigi tiruan yang akurat merupakan suatu tantangan bagi dokter gigi, khususnya prosthodontis. Namun belum ada data mengenai ketiga gigi anterior untuk pemilihan warna gigi yang lebih estetis. Terbatasnya informasi tentang penentuan warna gigi berdasarkan usia, jenis kelamin dan warna kulit menyulitkan untuk memilih warna elemen gigi tiruan pada pasien yang tidak bergigi.
Tujuan: Menganalisis perbedaan warna antara ketiga geligi anterior atas dan menganalisis hubungan warna gigi insisif sentral rahang atas dengan kelompok usia, jenis kelamin dan warna kulit.
Metode: Cross sectional pada 84 subjek dengan penentuan warna gigi menggunakan spektrofotometer pada gigi insisif sentral, insisif lateral dan kaninus rahang atas. Warna kulit dicocokkan dengan Wardah compact shade guide powder sesuai klasifikasi warna kulit Fitzpatrick.
Hasil: Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan terdapat perbedaan warna yang bermakna antara gigi insisif sentral, insisif lateral dan kaninus (p < 0,05). Hasil Uji Chi-Square mendapatkan hasil yang bermakna warna gigi berdasarkan usia (p < 0,05) namun tidak bermakna pada perbedaan jenis kelamin dan warna kulit (p > 0,05).
Kesimpulan: Terdapat perbedaan warna antara ketiga geligi anterior atas. Faktor usia mempengaruhi warna gigi namun jenis kelamin dan warna kulit tidak mempengaruhi warna gigi.

Background: Esthetic demands for fully edentulous patients to get a natural tooth colour of denture treatment has been increasing and become a challenge for dentist, especially prosthodontist There is presently no available data about anterior maxillary tooth shades and limited information in relationship between tooth shades with age, gender and skin tone has made difficulties for edentulous patients on their complete denture.
Objective: To analyze the shade differences of maxillary anterior teeth and also to analyze the relationship between shades of maxillary central incisor with age, gender and skin tone.
Methods: Cross sectional study was performed towards 84 subjects using spectrophotometer on maxillary central incisor, lateral incisor and canine. Wardah compact powder shade guide were used to examine skin type according Fitzpatrick's classification.
Result: Kruskal Wallis test showed there was a significant shades difference between maxillary central incisor, lateral incisor and canine (p<0,05). Chi-Square test showed there was a significancy relationship maxillary central incisors shade with age (p<0,05) but no significancy different in relation with gender and skin tone (p>0,05).
Conclusion: there is a shade differences between maxillary anterior teeth. Age factor has influence of tooth shade determination but there is no relation between tooth shade with gender and skin tone.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ariyanti Rezeki
"Tujuan: Mendapatkan alat ukur kepuasan pasien terhadap gigi tiruan lengkap yaitu Patient's Denture Assessment PDA versi Indonesia yang valid dan reliabel serta menganalisis hubungan antara kepuasan pasien terhadap gigi tiruan lengkap dengan kemampuan mastikasi, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman serta lama pemakaian gigi tiruan lengkap.
Metode: 101 subjek 50 laki-laki dan 51 perempuan berusia 45 tahun keatas, berpartisipasi dalam uji validasi dan reliabilitas kuesioner PDA bahasa Indonesia. Uji statistik Chi-Square dan regresi logistik digunakan untuk menganalisis hubungan antara kepuasan pasien terhadap gigi tiruan lengkap dengan kemampuan mastikasi, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman serta lama pemakaian gigi tiruan lengkap.
Hasil: Hasil uji validasi dan reliabilitas kuesioner PDA menunjukkan, Cronbach's Alpha pada skor keseluruhan kuesioner PDA 0,708, uji validitas konvergen menunjukkan korelasi antara kepuasan pasien dan kemampuan mastikasi dengan uji spearman p=0,001 r=0,633. Hubungan bermakna secara statistik ditemukan antara kepuasan pasien terhadap gigi tiruan lengkap dengan kemampuan mastikasi p=0,000.
Kesimpulan: Kuesioner PDA-ID dapat digunakan untuk mengetahui kepuasan pasien terhadap perawatan gigi tiruan lengkap. Kemampuan mastikasi dan lama pemakaian gigi tiruan.

Objectives: The purpose of this study is to develop a valid and reliable Patient's Denture Assessment PDA Questionnaire in Indonesian version and to analyze the relationship between patient's satisfaction to their complete denture with masticatory performances, age, sex, education level, denture experience and the duration of their recent complete denture.
Methods: Total of 101 subjects 50 men, 51 women aged 45 years and older was participated in this study. Univariate, bivariate and multivariate test are done in this study, to do validity and reliability tests and also to analyze relationship between patient's satisfaction towards their complete denture with masticatory performances, age, sex, education level, denture experiences and the duration of current complete denture.
Results: Validation and reliability test shows Cronbach's Alpha in summary score PDA 0,708, convergent validity shows correlation between the masticatory performances with patient's satisfaction p 0,001 r 0,633. Statistically, a significant correlation P.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Place of publication not identified: Mosby, 2015
617.692 PRO
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
London: Blackwell Munksgaard, 2006
617.693 CLI
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Farida Nurlitasari
"Latar belakang: Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu faktor untuk mencapai kualitas hidup yang optimal. Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang sering ditemukan pada lansia adalah kehilangan gigi. Pembuatan gigi tiruan diharapkan dapat memperbaiki keadaan kehilangan gigi, baik dari segi fungsi, estetik, psikologis dan sosial. Kebutuhan gigi tiruan tidak sama dengan permintaan gigi tiruan. Alat ukur kuesioner kebutuhan subjektif dan permintaan gigi tiruan diharapkan dapat mengukur kebutuhan subjektif dan permintaan gigi tiruan pada lansia.Faktor lokal dan sosiodemografi dapat mempengaruhi proses perubahan kebutuhan menjadi permintaan.
Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor yang berperan terhadap permintaan gigi tiruan pada lanjut usia.
Metode: Subjek penelitian terdiri dari 100 orang lansia yang berusia 60 tahun keatas. Subjek diminta menjawab kuesioner kebutuhan dan permintaan gigi tiruan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Kemudian dilakukan pemeriksaan rongga mulut untuk memeriksa kehilangan gigi dan penggunaan gigi tiruan. Pada tahap pertama dilakukan uji validitas dan reabilitas kuesioner kebutuhan dan permintaan gigi tiruan, tahap kedua dilakukan uji potong lintang.
Hasil: Uji validitas dan reabilitas alat ukur ini menunjukkan hasil yang baik, sehingga dapat digunakan sebagai alat ukur kebutuhan subjektif gigi tiruan dan permintaan gigi tiruan. Analisis data menggunakan uji Chi Square dan regresi logistik menunjukkan bahwa kebutuhan subjektif dan biaya perawatan mempunyai hubungan yang bermakna dengan permintaan gigi tiruan (p<0,05). Biaya perawatan merupakan faktor yang paling berperan terhadap permintaan gigi tiruan (OR = 3,55).
Kesimpulan: Alat ukur kebutuhan subjektif dan permintaan gigi tiruan valid dan reliabel. Faktor yang paling menghambat permintaan gigi tiruan adalah biaya perawatan.

Background: Oral health of the elderly is a part of optimal quality of life. Tooth loss is a common oral health problem in elderly. The objective of tooth replacement is the rehabilitation of function, esthetics, psychological and social. Need does not always lead to demand of the treatment. Perceived need and demand for denture questionnaire tools was expected to estimate perceived need and demand of denture in elderly. The process between need and demand closely related to local factors and socio demographic factors.
Objective: To analysis factor influenced the demand of the dentures in elderly.
Method: A survey was performed to 100 elderly. The subject was questioned with the perceived need and demand questionnaire tools and factors which influenced demand of the denture. Oral and dental examination was performed to examined tooth loss and denture worn. The survey was analysis in two steps, the first step was to investigated the validity and reliability of the questionnaire tools and the second step was a crosssectional design.
Result: The reliability and validity had good result. Analysis used Chi Square and logistic regression showed perceived need and cost were significantly associated with demand of the denture (p<0,5). Cost had the strongest association with the demand of the denture (OR=3,55).
Conclusion: The questionnaire tools is valid and reliable to measure the perceived need and demand of the denture in elderly. Cost had the highest impact as a barrier on the demand of the denture.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T31597
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Diah Sastrawijaya
"Tujuan: Menganalisis faktor yang paling berpengaruh antara tinggi dan densitas
mandibula, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama tidak bergigi dan pengalaman
memakai gigi tiruan sebelumnya dengan kepuasan pasien terhadap hasil perawatan gigi
tiruan lengkap.
Metode: Penelitian potong lintang dilakukan pada 92 subjek (55 laki-laki dan 37
perempuan) berusia 45 tahun ke atas yang memakai gigi tiruan lengkap dan dibuat di
RSGM FKG Universitas Indonesia. Subjek dipilih melalui consecutive sampling
method dan diminta mengisi kuesioner PDA-ID 1 bulan pasca insersi gigi tiruan
lengkap. 92 radiograf panoramik dari subjek tersebut digunakan untuk mengukur
ketinggian tulang (di regio anterior serta posterior mandibula) dan densitas mandibula
menggunakan metode Xie dan MCI (Mandibular Cortical Index). Uji intraobserver dan
interobserver dilakukan untuk mengetahui konsistensi pengukuran tinggi dan densitas
tulang mandibula di antara 2 pengamat. Skor PDA-ID digunakan untuk mengukur
kepuasan subjektif pada subjek dengan perbedaan kelompok usia, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, lama tidak bergigi dan pengalaman memakai gigi tiruan
sebelumnya.
Hasil: Hasil uji intraobserver dan interobserver menunjukkan tidak terdapat variasi
pengukuran antar pengamat untuk tinggi mandibula (p>0,05) serta Kappa Value
densitas mandibula = 0,78 tergolong baik. Analisis bivariat menunjukkan hubungan
bermakna pada tinggi tulang mandibula (p=0,000), tingkat pendidikan (p=0,013) dan
pengalaman memakai gigi tiruan sebelumnya (p=0,000). Variabel yang dapat diolah
kedalam analisis multivariat (p<0,250) yaitu tinggi mandibula (p=0,000), densitas
mandibula (p=0,160), tingkat pendidikan (p=0,013), jenis kelamin (p=0,174), lama
tidak bergigi (p=0,202) dan pengalaman memakai gigi tiruan sebelumnya (p=0,000).
Analisis multivariat menunjukkan faktor yang paling berpengaruh pada kepuasan pasien
terhadap hasil perawatan gigi tiruan lengkap yaitu tinggi tulang mandibula di anterior
(p=0,000). Pengalaman memakai gigi tiruan sebelumnya merupakan faktor confounding
yang penting (selisih Odds Ratio = 30%).
Kesimpulan: Tinggi tulang mandibula di anterior merupakan faktor yang paling
berperan dalam kepuasan pasien terhadap hasil perawatan gigi tiruan lengkap.

Objective: To analyze the most important factor affecting patients satisfaction
towards complete denture treatment with vertical heights and bone density of mandible,
age, sex, education level, duration of edentulism, and denture experiences.
Method : A-cross sectional study assessed the data of 92 subjects (55 men, 37 women),
aged 45 years and older who wore complete denture constructed in Dental Teaching
Hospital Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia. All participants selected through
consecutive sampling methods were asked to complete the PDA-ID questionnaire at 1-
month post complete denture insertion. 92 Panoramic radiograph of the subjects were
used in this study to evaluate the vertical heights (at the anterior and posterior of
mandible) and bone density of mandible using Xie methods and MCI (Mandibular
Cortical Index). Intraobserver and interobserver reliability test for the height
measurement and bone density of mandible was assessed between two observer. PDAID score was compared between the patients with different age group, sex, education
level, duration of edentulism and previous denture experiences.
Result: Intraobserver and interobserver reliability test show there were no significant
difference in vertical height measurement of mandible (p>0,05) and bone density of
mandible (Kappa Value=0,78) between two observer. Statistically, there were
significant differences in patient satisfaction between different vertical heights of
mandible (p=0,000), education level (p=0,013) and previous denture experiences
(p=0,000). Predictive factors could be included in multivariate analysis (p<0,250) were
vertical heights of mandible (p=0,000), bone density of mandible (p=0,160), education
level (p=0,013), sex (p=0,174), duration of edentulism (p=0,202) and previous denture
experiences (p=0,000). Multivariate analysis shows patients satisfaction with complete
denture treatment was mostly affected by vertical heights of anterior mandible
(p=0,000). Meanwhile, the previous denture experiences was contributed as an
important confounding factor (Odd Ratio difference = 30%).
Conclusion:.Vertical height of the anterior mandible is a determinant factor affecting
patients satisfaction towards complete denture treatment."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syahrial
"Latar belakang: Tingkat pengetahuan kesehatan gigi mulut dan status gigi tiruan merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas hidup lansia. Namun, belum ada alat ukur tingkat pengetahuan kesehatan gigi mulut di Indonesia.
Tujuan: Mendapatkan alat ukur tingkat pengetahuan kesehatan gigi mulut, menganalisis hubungan tingkat pengetahuan kesehatan gigi mulut dan status gigi tiruan terhadap kualitas hidup lansia.
Metode: Cross-sectional pada 101 lansia. Pencatatan data dan pemeriksaan intraoral. Wawancara pengisian kuesioner tingkat pengetahuan kesehatan gigi mulut dan kualitas hidup lansia.
Hasil: Uji validitas dan reliabilitas menunjukkan hasil yang baik. Jenis kelamin (p=0.000), tingkat ekonomi (p=0.004), letak geografis (p=0.000), dan OHI-S (p=0.013) memiliki hubungan bermakna terhadap tingkat pengetahuan kesehatan gigi mulut. Tingkat ekonomi (p=0.006) dan OHI-S (p=0.001) memiliki hubungan bermakna terhadap kualitas hidup. Hanya 24 subyek yang menggunakan gigi tiruan.
Kesimpulan: Diperoleh alat ukur tingkat pengetahuan kesehatan gigi mulut yang valid dan reliabel. Di pedesaan tingkat pengetahuan kesehatan gigi mulut dan permintaan gigi tiruan yang rendah dibandingkan dengan di perkotaan. Faktor yang paling mempengaruhi kualitas hidup lansia adalah OHI-S dan tingkat ekonomi.

Background: The level of knowledge of oral health and dental denture status is a factor that affects the quality of life of the elderly. However, there is no measuring instrument level of knowledge of oral health that have been estabelished in Indonesia.
Objective: Obtaining measuring instruments of oral health knowledge, analyzing the correlation between oral health knowledge, denture status on quality of life of the elderly.
Methods: Cross-sectional study in 101 elderly. Data recording and intraoral examination. Interview questionnaire for oral health knowledge and quality of life of the elderly.
Results: Validity and reliability showed good results. Gender (p=0.000), economic level (p=0.004), geographic factor (p= 0.000), and OHI-S (p=0.013) statistically siqnificant to the level of knowledge of oral health. Economic level (p=0.006) and OHI-S (p=0.001) statistically significant to quality of life. Only 24 subjects wear denture.
Conclusion: Obtained level measuring instruments dental oral health knowledge valid and reliable. In rural areas have a level of knowledge of oral and dental health of denture demand lower than in urban areas. The factors that most affect the quality of life of the elderly is OHI-S and economic levels.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melly Lorianti
"Penggunaari desain sirkumferensial pada kasus kehilangan gigi 8765/5678 sering menimbulkan gaya ungkit yang menyebabkan gerak gigi penjangkaran ke distal, dan kemudian diikuti oleh goyangnya gigj tersebut. Masalah ini terjadi karena dukungan gigi tiruan terdiri dari dua jenis jaringan, yaitu jaringan keras berupa gigi dengan jaringan periodontalnya, dan jaring lunak yaitu mukosa yang menutupi daerah tak bergigj, dengan derajat kekenyalan yang berbeda.
Untuk mencegah hal ini, perlu diperhatikan agar tekanan yang disalurkan ke gigi penjangkaran sekecil mungkin,
sehingga tidak dapat rnerusak gigi penjangkaran.
Cengkeram dengan desain sirkumferensial dapat dibuat
dari logam cor keseluruhannya, atau dapat dikombinasi dengan kawat di bagian lengan bukal.
Dalam penelitian ini ingin diketahui cengkeraman mana
dan dua cengkeram tersebut yang rnenyebabkan gerak distal gigi penjangkaran yang lebih kecil. Untuk itu dilakukan penelitian laboratorik mengenai pengaruh cengkeram kombinasi dan cengkeram cor sirkumferensial terhadap gerak distal gigi penjangkaran.
penelitian dilakukan dengan mengukur gerak distal gigi penjangkaran dengan dial gauge, bila beban seberat 2,5 kg dijatuhkan pada sadel di regio molar pertama, pada gigi tiruan sebagian lepas ekstensi distal yang memakai cengkeram kombinasi dan cengkeram cor sirkumferensial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cengkeram kombinasi menyebabkan gerak fistal gigi penjangkaran yang lebih kecil dibandingkan dengan cengkeram cor sirkumferensial
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1989
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arrad Ibrahim Rambey
"Latar Belakang: Edentulisme memerlukan perawatan berupa pembuatan gigi tiruan untuk memerbaiki kualitas hidup pasien. Pembuatan gigi tiruan dengan kualitas yang baik diperlukan untuk menghindari ketidaknyamanan yang dirasakan pasien saat harus beradaptasi dengan gigi tiruan baru. Beberapa studi mengenai penilaian kualitas gigi tiruan sudah banyak dilakukan di negara lain, namun belum ada studi yang dilakukan di Indonesia. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan instrumen untuk mengukur kualitas gigi tiruan lengkap yang valid dan reliabel. Metode: Penelitian dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah studi kualitatif untuk pengembangan instrumen yang menggunakan metode adaptasi lintas budaya, focus group discussion dengan para pakar, dan kemudian dilakukan uji validitas muka pada 10 orang responden dengan metode interview. Tahap kedua adalah uji kuantitatif dengan total 40 subjek untuk dilakukan analisis statistik berupa uji Kappa, test-retest, Kuder-Ricahrdson 20, dan uji korelasi antara PDA-Id dengan PFGT. Hasil: Dari uji kualitatif, didapatkan instrumen final yang telah teruji atas validitas konten dan validitas muka. Hasil uji inter-rater Kappa 0,828 menunjukkan kesepahaman yang hampir sempurna. Hasil uji intra-rater test-retest (0,564; P>0,05; ICC 0,889) menunjukkan stabilitas instrumen yang sangat baik. Hasil uji konsistensi internal dengan Kuder-Richardson 20 (1,08; KR>1) menunjukkan konsistensi internal yang baik. Hasil uji korelasi antara PFGT dengan PDA-Id (0,044; P<0,05) menunjukkan terdapat korelasi positif. Kesimpulan: Instrumen PFGT dinilai dapat digunakan sebagai alat ukur kualitas fungsional dari sebuah gigi tiruan yang dapat memisahkan antara gigi tiruan dengan kualitas baik dan tidak baik.

Background: Edentulism requires treatment in the form of making dentures to improve the patient's quality of life. Making good quality dentures is necessary to avoid the discomfort felt by patients when they have to adapt to new dentures. Several studies regarding the assessment of the quality of dentures have been carried out in many other countries, but no studies have been conducted in Indonesia. Objective: This study aims to obtain a valid and reliable instrument to measure the quality of complete dentures. Methods: The study was conducted in two stages. The first stage was a qualitative study for the development of instruments using cross-cultural adaptation methods, focus group discussions with experts, and then conducting face validity tests on 10 respondents using the interview method. The second stage was a quantitative test with a total of 40 subjects for statistical analysis in the form of a Kappa test, test-retest, Kuder-Ricahrdson 20, and a correlation test between PDA-Id and PFGT. Results: From the qualitative test, there is a final instrument that has been tested for content validation and face validation. The inter-rater Kappa test result of 0.828 shows an almost perfect agreement. The results of the intra-rater test-retest (0.564; P>0.05; ICC 0.889) showed very good stability of the instrument. The results of the internal consistency test with Kuder-Richardson 20 (1.08; KR>1) showed good internal consistency. The results of the correlation test between PFGT and PDA-Id (0.044; P<0.05) showed a positive correlation. Conclusion: The PFGT instrument is considered to be used as a tool to measure the functional quality of a denture that can distinguish between dentures with good and bad quality."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>