Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141470 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ulul Albab
" Angka kematian ibu masih tinggi di Indonesia. Tahun 2012 angka kematian ibu 359 per 100.000 kelahiran hidup. Tingginya angka kematian ibu antara lain disebabkan kurangnya pemanfaatan pelayanan asuhan antenatal (ANC), serta pelayanan asuhan antenatal yang dilakukan oleh ibu hamil masih belum efektif karena secara kualitas belum sesuai dengan standar yang ditetapakan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas asuhan antenatal ibu hamil yang ditata laksana di UGD RSUPN Dokter Cipto Mangunkusumo dan faktor-faktor yang berhubungan. Penelitian observasional dengan desain cross sectional untuk mengetahui efektifitas asuhan antenatal ibu hamil yang ditatalaksana di UGD RSUPN Dokter Cipto Mangunkusumo dan faktor-faktor yang berhubungan. Subjek penelitian ibu hamil yang ditatalaksana di UGD RSUPN Dokter Cipto Mangunkusumo bulan Desember 2013 – Mei 2014 yang memenuhi kriteria inklusi, dilakukan wawancara dan mengisi kuisioner yang telah disusun sesuai asuhan antenatal WHO. Dilakukan penilaian tentang data sosiodemografi ibu, tempat pelayanan kesehatan, petugas kesehatan, kesesuaian dengan asuhan antenatal WHO, pengetahuan, sikap dan perilaku responden serta efektifitas asuhan antenatal yang dilakukan. Jumlah total responden 100 orang. 54% berusia 20-34 tahun, 72% berpendidikan SMU atau sederajat, 45 % paritas 2-3, 74 % tidak bekerja, 67% pendapatan keluarga menengah ke bawah dan 79% mendapatkan dukungan dari keluarga. 48 % Responden mendapatkan asuhan antenatal di puskesmas, dan oleh 74% oleh bidan. 52 % asuhan antenatal yang dilakukan tidak sesuai dengan asuhan antenatal WHO. Tingkat pengetahuan dan perilaku responden tentang asuhan antenatal kurang, sedangkan sikap responden tergolong baik. Berdasarkan luaran pengetahuan, sikap dan perilaku responden 78% asuhan antenatal yang dilakukan tidak efektif. Tidak terdapat hubungan yang bermakna (P> 0.05) antara faktor usia, pendidikan,paritas,pendapatan, dukungan keluarga, faktor tempat pelayanan kesehatan, faktor petugas kesehatan dengan efektifitas asuhan antenatal. Terdapat hubungan yang bermakna (P<0.05) antara pekerjaan dengan efektifitas asuhan antenatal. Terdapat hubungan yang bermakna (P<0.05) antara usia, pekerjaan, dukungan keluarga dan pelayanan asuhan antental oleh dokter spesialis dengan perilaku responden. Kesimpulan penelitian ini, Asuhan antenatal ibu hamil yang ditata laksana di UGD RSUPN Dokter Cipto Mangunkusumo 78% tidak efektif.

Maternal mortality ratio in Indonesia is still high, as high as 359 / 100.000 live births in 2012. This number may be due to limited use of antenatal care and ineffective antenatal care because of substandard quality. The objective of this study determine the effectivity of antenatal care of pregnant women managed in emergency room of Cipto Mangunkusumo National Referral Hospital and associated factors. This is an observational study with cross sectional design. Subjects recruited are pregnant womenmanaged in emergency room of Cipto Mangunkusumo National Referral Hospital from December 2013 – Mei 2014, who fulfilled the inclusion and exclusion criteria. We conducted an interview and filled a questionnaire accoring to WHO standards. We assessed maternal sociodemographical data, health facility, health professional, accordance to WHO antenatal care standards, knowledge, attitude, and practice of respondents and effectivity of antenatal care performed. One-hundred subjects were recruited. 54 % 20-34 years old, last education high school (72%), parity 2-3 (45%), not working (74%), lower to middle income class (67%), and had support from family (79%). Respondents received antenatal care in primary health centre (48%), performed by midwives (74%). 52 % received antenatal care doesn’t meet the standard antenatal care model by WHO. Knowledge and practice of respondents about antenatal care were low, but the attitude was good. Based on knowledge, attitude and practice, 78% antenatal care whose performed are ineffective There was no correlation (P>0.0) between age, education level, parity, income, family support, health facility, and health professional with effectivity of antenatal care. There was a correlation (P<0.05) between job with effectivity of antenatal care. There was a correlation (P<0.05) between age, job, family support, and antenatal care performed by specialist with practice. Conclusion of this study Antenatal care of pregnant women managed in emergency room of Cipto Mangunkusumo National Referral Hospital 78% ineffective. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Joan Meutia Sari
"Latar belakang: Setiap hari di Indonesia, diperkirakan terjadi kematian 38 ibu
akibat komplikasi kehamilan dan persalinan. Salah satu pilar strategi menurunkan
angka kematian ibu adalah asuhan antenatal. Kualitas asuhan antenatal
dipengaruhi oleh kelengkapan pengisian buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan
kesesuaian jumlah kunjungan antenatal di setiap trimester kehamilan. Sebagian
besar kasus rujukan ibu hamil di IGD RSCM datang dengan komplikasi berat
yang seharusnya dapat terdeteksi dini pada saat asuhan antenatal.
Tujuan: (1) Menentukan kualitas asuhan antenatal pada kasus rujukan ibu hamil
di IGD RSCM yang memiliki buku KIA (2) Menentukan persepsi ibu hamil yang
dirujuk ke IGD RSCM yang memiliki buku KIA dan tenaga kesehatan pemberi
layanan kesehatan tentang asuhan antenatal
Metode: Dilakukan studi kuantitatif dan kualitatif pada kasus rujukan ibu hamil
di IGD RSCM yang memiliki buku KIA tahun 2017-2018. Pengambilan data
kuantitatif dilakukan dengan telaah kelengkapan pengisian buku KIA secara
umum, halaman identitas keluarga (halaman viii), halaman catatan kesehatan ibu
hamil menyambut persalinan (halaman 19), halaman catatan kesehatan ibu hamil
yang diisi oleh petugas kesehatan (halaman 20-23) yang menggambarkan asuhan
antenatal. Kelengkapan komponen asuhan antenatal di fasilitas layanan kesehatan
(fasyankes) asal asuhan antenatal didapatkan dari survei ke fasyankes
menggunakan daftar tilik. Pengambilan data kualitatif dilakukan dengan
wawancara mengenai persepsi ibu hamil yang dirujuk ke IGD RSCM dan tenaga
kesehatan pemberi pelayanan asuhan antenatal di fasyankes asal asuhan antenatal
Hasil: Terdapat 1442 kasus rujukan ibu hamil di IGD RSCM selama tahun 2017-2018, 57% di antaranya memiliki dan dapat menunjukkan buku KIA. Terdapat
subjek dengan usia kehamilan remaja dibawah 20 tahun (9.1%) dan usia tidak
ideal untuk hamil diatas 35 tahun (19.5%). Sebagian besar ibu hamil yang dirujuk
cukup berpendidikan (74.3%), dirujuk oleh RS atau klinik (58%) dan mendapat
asuhan antenatal di puskesmas (39%), dalam status persalinan inpartu (32%),
dengan usia kehamilan trimester III (92%). Semua subjek (100%) dinyatakan
tidak lengkap dalam kelengkapan pengisian seluruh halaman di buku KIA.
Hampir dari setengah subjek mempunyai jumlah antenatal yang tidak ideal (46%).
Kelengkapan komponen asuhan antenatal di fasyankes asal asuhan antenatal
berkisar 90-100%. Secara kualitatif, didapatkan persepsi ibu hamil yang dirujuk ke
IGD RSCM dan tenaga kesehatan pemberi asuhan antenatal masih kurang tepat
Kesimpulan: Kualitas asuhan antenatal pada kasus rujukan ibu hamil di IGD
RSCM berdasar rekam Buku KIA belum baik.

Background: Every day in Indonesia, an estimated number of 38 deaths of
mother happen from complicated pregnancy and delivery. Antenatal care stands
as one of the pillars sustaining the strategy to reducing maternal mortality. The
quality of antenatal care is affected by completeness filling of KIA book and
suitability of antenatal care frequency. Most of the referral case of pregnant
woman in emergency room (ER) Cipto Mangunkusumo Hospital come with severe
complications which should be detected early during antenatal care.
Aim: (1) To determine the quality of antenatal care received by pregnant women.
(2) To determine the perception of pregnant women and antenatal care providers
regarding antenatal care.
Method: A set of quantitative and qualitative study of cases of referred pregnant
women in ER Cipto Mangunkusumo Hospital who had and could show KIAs
book in year 2017-2018 was conducted. Quantitave data was obtained by
assessing the completeness filling of KIA books generally, the family identitiy
page (page viii) and mothers health record page (page 19, page 20-23) as they
report the antenatal care received by the subjects. The completeness of antenatal
care in health facility was obtained using checklist. Qualitative data was obtained
by interviewing pregnant women referred to ER Cipto Mangunkusumo Hospital
in year 2017-2018 and antenatal care providers in health facility.
Result: There were 1442 cases of referred pregnant women in ER Cipto
Mangunkusumo Hospital in year 2017-2018, 820 of them had and could show
KIA books. Pregnancy in adolescence age below 20 (9.1%) and pregnancy after
age 35 (19.5%) were existed. Most pregnant women are well educated (74.3%),
referred from hospital or clinic (57.6%), had antenatal care in public health center
(38.7%), were in labor (32%), and were in third trimester of pregnancy (92%). All
subjects (100%) had their KIA books generally incompletely filled (100%).
Almost half of subjects had unsuitable antenatal frequency(46%). The
completeness of antenatal care components in health care is 90-100%.
Qualitatively, the perception of mother and antenatal care providers is still
improper.
Conclusion: The quality of antenatal care in the case of referral pregnant women
at the ER RSCM based on KIs book record is still not good"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fernando, Darrel
"Latar belakang: Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi, yaitu 305 kematian per 100.000 persalinan hidup. Asuhan antenatal adalah salah satu upaya penting untuk mencegah kematian maternal, tetapi harus dilakukan asuhan yang berkualitas.
Tujuan: 1 Menentukan kualitas asuhan antenatal pada kasus dengan kematian maternal di RSCM. 2 Menentukan sebaran sebab kematian maternal di RSCM.
Metode: Dilakukan telaah retrospektif rekam medis pada kasus kematian maternal di RSCM tahun 2008-2016, untuk menentukan sebaran sebab kematian serta Fasyankes yang merujuk. Setelah diidentifikasi Fasyankes yang merujuk dan merupakan tempat pasien menjalani asuhan antenatal, dilakukan survei potong lintang pada Fasyankes tersebut. Pada kunjungan Fasyankes, dilakukan pengambilan data kuantitatif dengan daftar tilik kelengkapan komponen asuhan antenatal, serta pengambilan data kualitatif dengan panduan wawancara.
Hasil: Kelengkapan komponen asuhan antenatal di Fasyankes asal kasus dengan kasus kematian maternal di RSCM baik, yaitu 84-100. Akan tetapi, pelaksanaan asuhan antenatal di Fasyankes masih kurang baik untuk mengidentifikasi penyakit yang mendasari pre-existing conditions dan mendeteksi dini komplikasi pada kehamilan karena tidak rutin dilakukan pemeriksaan fisik umum pada pasien. Sebab kematian tersering di RSCM adalah sebab obstetri langsung 59.8, dengan preeklamsia-eklamsia sebagai kelompok penyebab tersering 38.9.
Kesimpulan: Secara kuantitatif, kelengkapan komponen asuhan antenatal di Fasyankes asal kasus dengan kasus kematian maternal di RSCM baik, tetapi kualitasnya kurang baik untuk mengidentifikasi penyakit yang mendasari pre-existing conditions dan mendeteksi dini komplikasi pada kehamilan.

Background: Maternal mortality rate in Indonesia is still high 305/100.000 live births despite efforts to decrease maternal deaths. Antenatal care is one of the key components to prevent maternal mortality. While quantity of antenatal care is important, it is also crucial to provide good quality health care.
Aim: 1 To determine quality of antenatal care in maternal death cases in RSCM. 2 To determine causes of maternal death in RSCM.
Methods: We conducted a retrospective medical record review on maternal death cases in RSCM from 2008 to 2016, to identify causes of maternal death and the referring healthcare facility. We then conducted a cross-sectional survey to the healthcare facility where the patient performed routine antenatal care. We obtained quantitative data using checklists and qualitative data using interview guides.
Results: The adequacy of antenatal care components in healthcare facilities that referred maternal death cases in RSCM is good, ranging from 84-100. However, the quality is still lacking to identify pre-existing conditions and to predict pregnancy complications, as general physical examination is not routinely conducted. Direct obstetric deaths are still the leading cause of maternal deaths in RSCM 59.8, with preeclampsia-eclampsia as the most frequent group 38.9.
Conclusion: Quantitatively, the components of antenatal care are conducted adequately, however the quality is still lacking to identify pre-existing conditions and to predict pregnancy complications. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Riza`i
"Instalasi Gawat Darurat IGD adalah gerbang utama masuknya pasien gawat darurat,sehingga dibutuhkan pelayanan yang cepat, tepat, cermat dan alur proses yang lancardan bebas hambatan. Yang menjadi hambatan pelayanan pasien IGD adalah adanyabottleneck proses mulai dari pasien datang sampai dengan pasien keluar sehinggaberdampak pada turn arround time TAT melebihi dari standar yang dtetapkan olehrumah sakit yaitu le; 8 jam.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis alurproses pelayanan pasien gawat darurat dengan menggunakan lean six sigma tools.Desain penelitian ini adalah analisa kualitatif dengan metode observational actionprocess research dan kerangka acuan DMAI Define, Measure, Analyse, Improve .Pengambilan data dengan observasi alur proses pelayanan pasien, telaah dokumen danwawancara mendalam di Instalasi Gawat Darurat RSUP Nasional Dr. CiptoMangunkusumo.
Hasil penelitian dari 369 pasien terdapat 166 44.98 memilikiTAT > 8 jam dengan rata ndash; rata waktu pelayanan pada saat datang 5.30 menit, triage4.09 menit, registrasi 7.10 menit, evaluasi dan tatalaksana awal 60.10 menit, zonapelayanan 535.14 menit, permintaan obat ke satelit farmasi 34 menit, pemeriksaanlaboratorium 66.47 menit, pemeriksaan radiologi 98 menit, dan pasien pulang 20.24menit, rawat 50.30 menit, rujuk 110 menit dan meninggal 72.50 menit. Persentase NonValue Added 59 dan perhitungan Six Sigma berada di level sigma 3 yangmemungkinkan terdapat 66.807 melebihi TAT dari 1 juta kesempatan.
Hasil analis fishbone menunjukkan adanya bottelneck di setiap proses terutama di zona pelayanandengan penyebab yaitu menunggu diperiksa, menunggu hasil pemeriksaan penunjang,menunggu alat, obat dan alat kesehatan, menunggu disposisi, menunggu discharge danmenunggu ruang rawat.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa alur proses pelayananpasien IGD tergolong un-lean dan berada di level sigma 3 sehingga diperlukan upayaperbaikan terus menerus Kaizen dengan desain ulang pelayanan mulai dari pro aktiftriage, mengaktifkan zona hijau, advanced patient tracking, ruang intermediate warduntuk pasien boarding dan layanan ambulans melalui anggota tim gerak Lean SixSigma.

Emergency Room ER is the main gate of emergency patients that required a fast,precise, and careful service. One of challenges in ER is bottleneck process start frompatients arrived until patients discharged. This may cause to the Turn Around Time TAT exceeds the standard of 8 hours.
This research aimed to analyse the flowprocess of patient's care in ER using Lean Six Sigma Tools. Design used in this studyis qualitative analysis by method of observational action process research andreference of DMAI Define, Measure, Analyze, and Improve. Data were collected byobservation to process of patient's care, document review and in depth interview inER of National Referral Hospital of Dr. Cipto Mangunkusumo.
Results of this study,166 44,98 from 369 patients have TAT 8 hours with average service time patients arrived 5.30 minutes, triage 4.09 minutes, registration 7.10 minutes,evaluation and initial treatment 60.10 minutes, service zone 535.14 minutes, takingmedicines to pharmacy 34 minutes, laboratory check 66.47 minutes, radiologyexamination 98 minutes, patients discharge 20.24 minutes, to be admission 50.30minutes, refer to another hospital 110 minutes, death 72.50 minutes. Percentage ofNon Value Added is 59 and calculation of Six Sigma is in Level Sigma 3 thatallows there to be 66,807 over TAT of 1 million occasions.
Fishbone analysis shows that there is bottleneck in each process, especially in service zone with varietiescauses of waiting to be checked assessed, waiting for laboratory check or radiologyexamination, waiting for medicines and medical devices, waiting for disposition,waiting to be discharged and waiting for admission.
This study concludes that theflow processes of patient's care in ER is classified as un lean and stand in level sigma3. Therefore it is required continuous improvement Kaizen by re design of servicesstart from pro active triage, green zone activation, advanced patient tracking, intermediate ward for boarding patients and ambulance service through Lean SixSigma team.Keyword Flow Process, Emergency Room, Lean Six Sigma.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49469
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bari Ahmad Adhyasta
"Pendahuluan
Berbagai studi menunjukkan obat off-label banyak diberikan pada pasien anak. Pemberian obat off-label dapat menimngkatkan risiko efek samping obat. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi peresepan obat off-label pada pasien anak di Instalasi Gawat Darurat RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo (IGD-RSCM) yang selama ini belum pernah diteliti.
Metode
Desain penelitian ini potong lintnag. Sampel peresepan, diambil dari rekam medis pasien anak di IGD-RSCM secara consecutive sampling. Kriteria inklusi adalah peresepan untuk pasien anak usia 0-18 tahun di IGD RSCM pada periode Januari- Desember 2018. Kriteria eksklusi berupa data tidak terbaca atau tidak lengkap, peresepan elektrolit, suplemen, vitamin, dan obat luar. Data jenis kelamin, usia, dan jenis kelompok obat berdasarkan klasifikasi The Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) dicatat. Status peresepan off-label ditentukan berdasarkan usia pasien saat obat diresepkan. Proporsi peresepan off-label pada kelompok gender dan usia anak dianalisis dengan uji Chi-Square.
Hasil
Dari 446 sampel peresepan yang diuji, 24,7% sampel merupakan peresepan off- label berdasarkan kategori usia.Berdasarkan kelompok ATC, kelompok obat yang paling sering diresepkan adalah obat sistem saraf dengan proposi off-label paling tinggi ditemukan pada kelompok agen antineoplastik dan imunomodulasi (88,2%). Tidak ada perbedaan proporsi peroff-label yang signifikan antara pasien anak laki- laki (21,9%) dan perempuan (27,4%) (p = 0,169, PR= 0,662 IK= 0,593 – 1,005). Tidak ada hubungan signfikan antara kelompok usia (bayi, anak, dan remaja) terhadap proporsi peresepan off-label (p = 0,086).
Kesimpulan
Proporsi peresepan obat off-label pasien anak di Instalasi Gawat Darurat RSCM adalah 24,7%. Jenis kelamin dan perbedaan kelompok usia antara bayi, anak, dan remaja tidak berhubungan dengan besar proporsi peresepan off-label.

Introduction
Various studies showed that pediatric patients often received off-label drugs. Off- label drug administration can increase the risk of adverse drug reactions. This study aims to evaluate the off-label prescriptions in pediatric patients at the Emergency Department of dr. Cipto Mangunkusumo Hospital (IGD-RSCM) which has never been studied.
Methods
This is a cross sectional study. Prescription samples were taken from the medical records at IGD-RSCM by consecutive sampling. The inclusion criteria were prescriptions for children aged 0-18 years treated at IGD-RSCM during January- December 2018. The exclusion criteria were unreadable, incomplete prescribing data, electrolytes, supplements, vitamins, and external medications. Data of gender, age, and drug class based on The Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) classification were recorded. Off-label prescribing status was determined based on the patient's age at the time of prescription. Proportions of Off-label prescriptions in each gender and pediatric age groups were analyzed using the Chi-Square test. Results
Of the 446 prescriptions analyzed , 24.7% were prescribed off-labelly by age category. Based on the ATC, nervous system drugs was the most frequently prescribed medication. The highest proportion of off-label drugs prescription was the antineoplastic and immunomodulating agent (88.2%). There was no significant difference in the off-label prescription proportion between boys (21.9%) and girls (27.4%) (p=0.169, PR=0.662 CI=0.593-1.005). There was no significant association between age groups (infants, children and adolescents) and the proportion of off-label prescriptions (p= 0.086).
Conclusion
The proportion of pediatric off-label prescription at the IGD-RSCM was 24.7%. Gender and pediatric age group differences were not associated with the level of off-label prescriptions proportions.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Rumah sakit merupakan suatu fasilitas umum yang tergolong vital. Jumlah kandungan bakteri di udara merupakan salah satu faktor risiko infeksi nosokomial. Ruang operasi merupakan salah satu tempat berisiko tinggi infeksi nosokomial. Penelitian yang menggunakan desain penelitian bentuk deskriptif ini bertujuan mengetahui jumlah konsentrasi mikroorganisme di ruang operasi IGD RSCM pada bulan Agustus 2009. Sampel dengan media agar nutrisi diambil dari 10 titik di ruangan tersebut menggunakan alat air sampler. Agar nutrisi akan diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37o C kemudian dihitung menggunakan colony counter. Dari penelitian ini didapatkan jumlah konsentrasi mikroorganisme 569,3 CFU/m3. Hasil yang tinggi ini disebabkan oleh faktor manusia dan lingkungan (udara, cahaya, dan kebersihan)

Hospital is a vital public facility. The amount of air bacterias is a risk factor of nosocomial infection. It is found that in 10 teaching hospitals in Indonesia, the nosocomial incidence rate is as high as 6-16%, with a mean 9,8%. Operating room is a place with high risk nosocomial infection. This research which uses descriptive design is objected to measure microorganism concentration in operating room IGD RSCM on August 2009. The samples in nutrien were collected by using air sampler at 10 points then were incubated for 18-24 hours at 37oC and finally counted by colony counter. From this research, it is found that microorganism concentration in operating room 5 IGD RSCM on August 2009 is 569,3 CFU/m3. This high number is due to many factors such as man and inanimate environment."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Fauzi Suskhan
"Latar belakang: Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya kantung ketuban sebelum persalinan. KPD dapat menyebabkan komplikasi yang dapat mengancam nyawa baik bagi ibu maupun bayi. Penelitian ini akan memberikan gambaran yang faktual, sistematis, dan terbaru mengenai fakta terkait kejadian ketuban pecah dini di RSCM dengan karakteristik demografi yang diselidiki. Metode: Penelitian observasional deskriptif ini mengggunakan desain potong lintang. Populasi penelitian adalah Ibu hamil yang bersalin di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta selama periode Agustus hingga Desember 2021 dengan besar sampel sebanyak 80 subjek yang dalam rekam medis terdiagnosis mengalami ketuban pecah dini, diambil dengan teknik purposive sampling. Hasil: Pada penelitian ini didapatkan umur pasien diantara 16—46 tahun dengan rata-rata 29.4541 6.559. Lama pendidikan formal yang ditempuh mayoritas pasien maupun pasangannya, yakni 7 – 12 tahun baik pasien (60%) maupun pasangannya (72.5%). Jenis pekerjaan pasien didominasi oleh yang tidak bekerja (62.5%) sedangkan untuk pasangan didominasi oleh karyawan swasta (52.5%). Alamat asal tempat tinggal pasien yang memiliki persentase terbesar berasal dari Jakarta Timur (33.8%). Sebagian besar pasien multigravida (63.7%), tetapi hampir setengahnya nullipara (46.3%), dan hampir seluruh pasien tidak memiliki riwayat KPD sebelumnya (96.3%). Kesimpulan: Mayoritas pasien KPD pada penelitian ini memiliki ciri-ciri: lulusan SMA/sederajat (48.8%), tidak bekerja (62.5%), bertempat tinggal di Kota Jakarta Timur (27%), multigravida (63.7%), nullipara (46.3%), dan tidak memiliki riwayat KPD (96.3%).

Introduction: Premature rupture of membrane (PROM) is defined as the rupture of the amniotic sac before the onset of labor. PROM may cause complications that threaten the mother's and her baby's lives. This research will give factual, systematic, and newest information on the case of premature rupture of membrane at RSCM. Methods: This cross-sectional study used a descriptive observational approach. The population are pregnant women that gave birth at RSCM from August to December 2021. Total of 80 samples was obtained using purposive sampling from secondary data in the medical records that were diagnosed with premature rupture of membrane. Result: In this study, the patient's age was between 16 and 46 years with an average of 29.4541 ± 6.559. The length of formal education taken by the majority of patients and their partners is 7-12 years, both patients (60%) and their partners (72.5%). The type of jobs of patients is dominated by those who do not work (62.5%) while for couples it is dominated by private employees (52.5%). The patient's residence address which has the largest percentage comes from East Jakarta (33.8%). Most of the patients were multigravida (63.7%), but almost half were nulliparous (46.3%), and almost all patients had no previous history of PROM (96.3%). Conclusion: The majority of PROM patients in this study had the following characteristics: high school graduates/equivalent (48.8%), not working (62.5%), residing in East Jakarta City (27%), multigravida (63.7%), nullipara (46.3%), and had no history of PROM (96.3%)"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riyanti Astrid
"Angka kematian ibu pada tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Salah satu faktor yang menyebabkan kematian ibu ialah abortus (5%). Abortus sendiri dapat dipengaruhi oleh beberapa hal salah satunya jumlah paritas ibu. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi abortus dan pengaruhnya dengan jumlah paritas ibu di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo karena saat ini belum ada data mengenai hal tersebut. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional menggunakan data rekam medis pasien Departemen Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada tahun 2011. Penelitian ini menggunakan 199 sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel tersebut diolah dengan SPSS 19 dengan uji chi-square. Didapatkan bahwa prevalensi abortus sebanyak 8,1%. Pada penelitian ini tidak ditemukan perbedaan bermakna antara jumlah paritas rendah dan tinggi dengan kejadian abortus (p=0,983).

The number of maternal death in 2007 is 228 per 100.000 live birth. One of the causes of maternal death is miscarriage (5%). Miscarriage can be cause by the number of parity of the mother. The purpose of this research is to know the prevalence of miscarriage dan its association with the number of parity in Cipto Mangunkusomo Hospital. The deasin of this research is cross-sectional. The data were obtained from the Obstetric and Gynecology Department of Cipto Mangunkusomo Hospital medical record. This research uses 199 samples that has the inclusion criteria. The samples were processed by SPSS 19 using chi-square test. The result is the prevalence of miscarriage in Cipto Mangunkusomo Hospital is 8,1%. There is no association between the number of parity with miscarriage (p = 0,983).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alphadenti Harlyjoy
"LATAR BELAKANG: Medulloblastoma memiliki prognosis baik jika pasien menjalani tatalaksana multimodalitas lengkap, terdiri dari operasi, radioterapi, dan kemoterapi. Radioterapi dan kemoterapi memiliki banyak efek samping, namun dosisnya dapat dikurangi pada kelompok pasien dengan faktor prognosis tertentu. Saat ini belum diketahui faktor prognosis medulloblastoma di Indonesia. Penulis bertujuan mengetahui karakteristik medulloblastoma di RSUPN Cipto Mangunkusumo dan menganalisis hubungannya dengan luaran mortalitas.
METODE: Penelitian retrospektif ini didasarkan pada rekam medis dan register pasien medulloblastoma yang menjalani operasi pengangkatan tumor di RSUPN Cipto Mangunkusumo pada tahun 2011 - 2018. Cox regression analysis dipakai untuk mengetahui kemaknaan statistik dari hubungan antara demografi (usia dan jenis kelamin), karakteristik tumor (ukuran tumor praoperasi, lokasi tumor, komponen kistik, keterlibatan batang otak), serta tatalaksana (luas reseksi dan waktu pelaksanaan diversi liquor serebrospinal (LCS)) dengan luaran mortalitas.
HASIL: Dari 44 pasien medulloblastoma yang dioperasi pada tahun 2011 – 2018, mortalitas didapatkan pada 84,1% pasien, dengan median survival time 13 (8,67 – 17,32) bulan. Terdapat hubungan bermakna antara usia, jenis kelamin, dan luas reseksi dengan luaran mortalitas. Didapatkan HR (95% CI) untuk usia sebesar 0,44 (0,22 – 0,88; p = 0,022), untuk jenis kelamin 0,001 (0,000 – 0,27; REF: perempuan; p = 0,015), dan untuk luas reseksi berupa biopsi 31,52 (1,09 – 910,56; REF: Gross Total Resection (GTR); p = 0,044).
SIMPULAN: Terdapat hubungan bermakna secara statistik antara usia, jenis kelamin, dan luas reseksi dengan mortalitas. Tidak terdapat hubungan bermakna antara ukuran tumor praoperasi, lokasi tumor, komponen kistik, keterlibatan batang otak, dan waktu pelaksanaan diversi LCS.

BACKGROUND: The current prognosis of medulloblastoma is better in patients who underwent complete treatment consisting of surgery, radiotherapy, and chemotherapy. Radiotherapy and chemotherapy is widely associated with multiple side effects, but reduction of dosage is advisable in patients with certain prognostic factors. No study of prognostic factors of medulloblastoma had been conducted in Indonesia. The author aimed to study the characteristics of medulloblastoma patients in Cipto Mangunkusumo National Referral Hospital, and to analyze its association with mortality.
METHOD: This retrospective study was based on medical record and patient registry of medulloblastoma patients who underwent removal tumor in Cipto Mangunkusumo National Referral Hospital between 2011 – 2018. Cox regression analysis was used to determine statistical significance of patients’ demography (age and gender), tumor characteristics (preoperative size, location, cystic component, brainstem involvement), and treatment (extend of resection and timing of cerebrospinal fluid (CSF) diversion) with mortality as the outcome.
RESULT: 44 medulloblastoma patients were analyzed. The incidence of mortality is 84.1% and median survival time is 13 (8.67 – 17.32) months. Significant statistical association between age, gender, and extend of resection with mortality was identified, with HR (95% CI) for age was 0.44 (0.22 – 0.88; p = 0.022), gender was 0.001 (0.000 – 0.27; REF: female; p = 0.015), and biopsy was 31.52 (1.09 – 910.56; REF: gross total resection (GTR); p = 0.044).
CONCLUSION: There was significant statistical association identified between age, gender, and extend of resection with mortality. No significant statistical association was found between tumor size, location, cystic component, brainstem involvement, and timing of CSF diversion.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tommy Juliandi
"ABSTRAK
Stroke iskemik berdampak negatif berupa cacat tetap. Cacat ini dapat dihindari dengan trombolisis cepat dengan aktivator plasminogen tipe rekombinan (rtPA). Pasien yang datang dengan onset > 6 jam dinyatakan mengalami pre-hospital delay. Keluarga sebagai orang terdekat dengan pasien berperan penting dalam membantu pengambilan keputusan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan keluarga dengan keterlambatan pra-rumah sakit pada pasien stroke iskemik. Penelitian dengan desain cross sectional ini melibatkan 154 keluarga pasien stroke iskemik yang diperoleh melalui teknik purposive sampling. Hasil penelitian ini menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan keluarga dengan keterlambatan pra-rumah sakit pada pasien stroke iskemik (p = 0,000; <0,05). Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa keluarga pasien yang memiliki tingkat pengetahuan baik memiliki peluang 14,6 kali untuk tidak mengalami keterlambatan pra-rumah sakit dibandingkan dengan keluarga yang memiliki pengetahuan kurang baik. Penelitian ini membuktikan bahwa pengetahuan keluarga merupakan faktor penting dalam membantu pengambilan keputusan pasien stroke iskemik untuk dibawa ke IGD.
ABSTRACT
Ischemic stroke has a negative impact in the form of permanent disability. This defect can be avoided by rapid thrombolysis with recombinant type plasminogen activator (rtPA). Patients who came with onset > 6 hours were stated to have pre-hospital delay. The family as the closest person to the patient plays an important role in helping decision making. This study aims to determine the relationship between family knowledge and prehospital delay in ischemic stroke patients. This study with a cross sectional design involved 154 families of ischemic stroke patients obtained through purposive sampling technique. The results of this study found that there was a significant relationship between family knowledge and prehospital delay in ischemic stroke patients (p = 0.000; <0.05). Further analysis showed that the patient's family who had a good level of knowledge had a 14.6 times chance of not experiencing pre-hospital delays compared to families who had poor knowledge. This study proves that family knowledge is an important factor in helping ischemic stroke patients make decisions to be brought to the ER."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>