Ditemukan 94781 dokumen yang sesuai dengan query
Ida Ayu Asih Triani Putri
"Analisis teks ini bertujuan untuk melihat bagaimana majalah Tempo membingkai Wiji Thukul sebagai representasi korban tragedi Mei 1998. Teks yang dianalisis adalah kumpulan artikel berjudul “Tragedi seorang Penyair”di majalah Tempo edisi Mei 2013 menggunakan metode analisis framing Gamson. Dari keseluruhan elemen framing Gamson, hanya ditemukan dua elemen yang menonjol yaitu methaphors dan exemplar yang menggambarkan penyebab hilangnya Wiji Thukul melalui puisi yang sarat akan kritik social. Secara khusus dapat disimpulkan, elemen metaphors menggambarkan kepiawaian Wiji Thukul mempengaruhi massa dari puisinya, juga elemen exemplar turut mendukung framing Wiji Thukul melalui gambaran tindakan pemerintah memperlakukan orang-orang yang melakukan kritik sosial.
The text analysis aimed to observe how Tempo’s framing about Wiji Thukul as representation of victims tragedy May 1998. I use a few articles on Tempo Magazine on May 1998 as a unit observation, and text as unit analysis. They are only two element such as methaphors and exemplar which are dominant in the text. From those two element, I found that the caused of Wiji Thukul kidnaping is his poetry contains of social criticts against the government."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2017
923.6 WIJ
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Christin Agustina P.
"Tesis ini membahas bagaimana Tempo mengkonstruksikan gay dalam pemheritaan tentang pembunuhan yang dilakukan oleh Ryan. Dilihat dari teori simulacra yang dikemukakan oleh Baudrillard. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode yang digunakan adalah analisis framing. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa media khususnya Tempo membingkai kasus Ryan temp terfokus kepada orientasi seksual Ryan dan masih dipengaruhi oleh pendapat lingkungan sosial wartawan. Yang masih menunjukkan sisi identitas pribadi dari Ryan. Sehingga proses pengkonstruksian gay yang muncul dalam pemberitaan Tempo masih dipengaruhi oleh apa yang ada di masyarakat. Berakibat kepada terminoritaskannya gay dan kelompoknya di media.
The thesis studies how Tempo magazine reconstructed gay on the rcportings of the murders done by Ryan. Conducted using simulacra theory by Baudrillard, this is a qualitative research using framing analysis method. The result showed that the media, Tempo in particular, framed that the Ryan case was focused on Ryan's sexual orientation and influenced by the opinion of the reporter‘s social surroundings, that still indicated Ryan's personal identity. The gay reconstruction process reported on Tempo was still influenced by public opinion. This reporting caused the gay community to become a minority group on media."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T33862
UI - Tesis Open Universitas Indonesia Library
Ferika Aini
"Topik tulisan ini adalah pembingkaian media (framing) pada artikel “Skandal Pon Di Bawah Beringin” yang ditampilkan dalam rubrik opini Majalah Tempo Edisi15-21 April 2013. Artikel ini menjadi penting mengingat dibalik “Skandal PON Di Bawah Beringin” ada sosok Setya Novanto yang sebenarnya kurang diketahui oleh publik, walaupun ia memiliki posisi yang kuat sebagai anggota DPR (2004-2008) dan ketua fraksi partai Golkar periode (2009-sekarang). Hal yang menarik dari artikel ini adalah tokoh tersebut ternyata memiliki latar belakang politik yang sarat dengan skandal-skandal korupsi lainnya sebelum isu mengenai “Skandal PON Di Bawah Beringin” mencuat di media.Majalah tempo sebagai media yang mengedepankan sisi ketajaman dalam orientasi pemberitaannya merupakan satu-satunya media yang berani dan mampu mengungkapkan isu tersebut.Alasan inilah yang menarik perhatian penulis untuk mencoba melihat lebih dalam lagi bagaimana Majalah Tempo berusaha mengungkapkan fakta tersebut dengan menggunakan analisis text framing model Robert N. Entman. Dari hasil analisis text menunjukkan bahwa majalah Tempo dalam melakukan pembingkaian atas isu “Skandal PON Di Bawah Beringin” yang dilakukan oleh Setya, secara detil mengungkapkan permasalahan yang ada terkait dengan skandal PON tersebut melalui semua elemen-elemen yang ada dalam framing model Entman yaitu mulai dari mengungkapkan permasalahan, mendiagnosa penyebabnya, bagaimana permasalahan tersebut dilihat dari aspek moral, dan bagaimana majalah Tempo berusaha mencari jalan keluar dari semua permasalahan tersebut.
The scope of this study is about text framing analysis towards the article "Skandal PON Di Bawah Beringin", which was published as opinion column at Tempo Magazine, April, 15-21 2013. This article was important as Setya Novanto involved on the scandal. Setya was a member of the House of Representatives (2004-2008 periods) and chairman of Golongan Karya (Golkar) party (2009-present), yet he was barely popular among the society. It is also interesting that Setya had political track record which had many scandals, far before PON scandal was revealed. Tempo, which is known as a bold media in news reporting, has finally revealed the issue. So that’s why I am interested in looking much deeper on how Tempo delivered the facts. This study used text framing analysis model by Robert N. Entman. The result showed that Tempo reported the scandal in details as it defined the problems, diagnosed the causes, viewed the case from moral point of view, and found the solution of the problems."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Ria Maha Putri
"Skripsi ini mendeskripsikan lima puisi Wiji Thukul di tahun 1986-1996 yang terdapat dalam kumpulan puisi Aku Ingin Jadi Peluru. Lima puisi itu berjudul 'Apa yang berharga dari puisiku, 'Peringatan', 'Nyanyian Akar Rumput', 'Satu Mimpi Satu Barisan', dan Aku Masih Utuh dan Kata-kata Belum Binasa'. Dalam skripsi ini, penulis menganalisis struktur instrinsik dapat merepleksikan keadaan yang dianalisis dari segi bahasa pengarang dalam membuat puisi. Penulis juga menganalisis struktur ekstrinsik yang ada dalam puisi, yakni analisis protes sosial yang dijelaskan pengarang. Dalam skripsi ini juga menjelaskan keterkaitan antara struktur instrinsik dan ekstrinsik.
This paper describes the five phoems of Wiji Thukul's poem in 1986-1996 which was taken from the poem collection of Aku ingin jadi Peluru. The five poems titled 'Apa yang Berharga dari puisiku', 'Peringatan', 'Nyanyian Akar Rumput', 'Satu Mimpi Satu Barisan', and 'Aku Masih Utuh dan Kata-Kata Belum Binasa'. In this paper, the writer analyses the intrinsic elementsby investigating social reflection through the research of figurative language and the image of the poems. The writer also analyses the extrinsic elements by investigating the problems toward social protest reflection in the poems Wiji Thukul, and the explanation of the social condition of the author. In other words, the paper explains the relationship between intrinsic and extrinsic elements when a work is created."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S56159
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4570
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Soekisno Hadikoemoro
Jakarta: Universitas Trisakti, 1999
320.959 8 SOE t
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Fanny Jingga
"Batasan etnik (ethnic boundary) terbentuk ketika adanya interaksi diantara dua atau lebih kelompok etnik dalam ruang lingkup sosial dan kawasan. Perbedaan budaya, bahasa, arsitektur dan kebiasaan sebagai ciri khas kelompok etnik membentuk sejenis batasan yang bersifat membedakan identitas kelompok etnik. Ketika masyarakat semakin lama berinteraksi dan bersosialisasi, batasan etnik juga akan berubah dan memengaruhi perkembangan area di mana mereka hidup dan berkegiatan. Salah satu pecinan terbesar di Indonesia, yaitu kawasan Glodok Jakarta memiliki identitas sebagai pusat perdagangan yang dikelola oleh kelompok etnik Tionghoa dari masa kolonial hingga saat ini, dan telah menjadi kawasan yang unik di Jakarta dengan karakteristik arsitektur pecinannya. Penulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi batasan etnik dengan melihat unsur bangunan serta ruang kegiatan dalam arsitektur di area Glodok serta perkembangannya ketika adanya faktor eksternal, seperti tragedi pembantaian keturunan etnis Tionghoa di Batavia pada era kolonial Belanda maupun tragedi Mei 1998 di Indonesia yang menargetkan kawasan etnik Tionghoa. Oleh karena itu, penulisan ini mencoba menghubungkan manifestasi batasan etnik dengan identitasnya untuk mengidentifikasi perubahan pada kawasan Glodok sebagai respon terhadap tragedi Mei 1998, seperti perubahan visual pada bangunan ruko yang berkembang mengikuti batasan etnik, atau ruang kegiatan berdagang sebagai media berkembangnya batasan tersebut.
An Ethnic Boundary forms between the interaction of two or more different ethnic groups, the differences between culutures, languages, architecture and gestures form a kind of boundary that makes people distinctive to one another. Then, as more people interact and socialize, ethnic boundaries will also change and affect the development of the area whereas people live and do activities. One of the biggest Chinatown in Indonesia, Glodok area had the identity known as a trading area managed by Chinese Indonesian from the colonial era until now, and has become a very iconic place in Jakarta for the characteristics as a Chinatown. This study aims to identify the ethnic boundary by studying the buildings and space for activity formed within the area of Glodok, and also to identify another effect of the boundary as it was influenced by major external factors, just like the massacre of the Chinese Indonesian in the colonial era and also the tragedy of May 1998 in Indonesia that mainly targeted the Chinese Indonesian settlement, this also includes the characteristic and changes that occur in the rebuilding of the area. Therefore, this study tries to connect the forms of ethnic boundary identity to identify the changes made to the urban area of Glodok afterwards as the response to the May 1998 tragedy, like the visual changes in ruko buildings that develops alongside the ethnic boundary, or the space of activities that becomes the medium of the development of that boundary."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Cindy Audilla
"
ABSTRAKGerimis yang Sederhana? karya Eka Kurniawan adalah sebuah cerpen yang mengandung unsur sejarah tentang pemerkosaan perempuan etnis Tionghoa pada Tragedi Mei 1998. Melalui penelitian ini, penulis ingin menunjukkan bahwa sebuah karya sastra dapat merekam peristiwa sejarah yang mungkin tidak terungkap di masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode analisis pustaka dengan tinjauan sosiologi sastra berdasarkan latar sejarah dan tempat peristiwa. Konflik batin tokoh Mei akan dianalisis dengan tinjauan psikologi sastra. Berdasarkan analisis cerpen ?Gerimis yang Sederhana? terlihat bahwa Tragedi Mei 1998 membawa pengaruh besar bagi kehidupan tokoh Mei. Ia masih menyimpan luka batin meskipun telah meninggalkan Jakarta dan tinggal di Amerika Serikat selama belasan tahun.
ABSTRACTGerimis yang Sederhana? by Eka Kurniawan is a short story that contains elements of the history about the rapings of Chinese women during the May 1998 Tragedy. Through this study, the researcher wanted to show that a literary work can record historical events that may not be revealed in public. This study uses literature analysis with a review of the sociology of literature based on the historical background and events. Inner conflict of Mei figures will be analyzed with a review of psychological literature. Based on the analysis of the short story "Gerimis yang Sederhana" showed that the May 1998 Tragedy had great influence on the lives of Mei. She kept the emotional wounds although she had already left Jakarta and lived in the United States for a dozen years."
2016
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Nisrina
"Coronavirus Disease 2019 (disingkat COVID-19) ditetapkan sebagai pandemik oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 11 Maret 2020. Pemberitaan tentang pandemik pun menjadi luar biasa banyaknya. Media massa sebagai pemancar informasi yang dapat melewati batas waktu dan geografi sebenarnya memegang peranan penting di masa pandemik COVID-19 ini, yakni untuk memberikan informasi, instruksi dan motivasi perilaku perlindungan diri yang sesuai; menginformasikan perkembangan situasi; membangun kepercayaan pada pejabat/pemerintah; dan menghilangkan rumor. Di sisi lain, media juga memiliki agenda tersendiri dan cara membingkai isu yang sesuai dengan agendanya, yang bisa jadi berlawanan dengan tujuan komunikasi risiko. Salah satu media di Indonesia yang aktif memberitakan situasi terkini terkait pandemik COVID-19, juga aktif melaksanakan fungsi kontrol sosialnya dan lantang menyuarakan kritik adalah majalah Tempo. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah menggambarkan isi publikasi majalah Tempo mengenai pandemik COVID-19 periode Maret-Mei 2020 melalui metode analisis isi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil saja (rentang 4,8%-22,9%) publikasi mengenai pandemik COVID-19 pada majalah Tempo periode Maret-Mei 2020 yang mengandung unsur komunikasi risiko. Aspek data epidemiologi dan sifat alamiah penyakit hanya mendominasi publikasi pada edisi ke satu bulan Marei 2020, namun terus menurun pada edisi-edisi selanjutnya. Framing Peran Pemerintah juga mendominasi publikasi mengenai pandemik COVID-19 pada publikasi majalah Tempo periode Maret-Mei 2020 yakni dengan persentase 93,9 %, disusul Peran Sosial sebesar 73,8 % dan Dampak Pandemik sebesar 34,3 %. Konsistensi majalah Tempo dalam menjalankan peran sosialnya sebagai “anjing penjaga” yang kritis pada pemerintah kali ini berbenturan dengan anjuran WHO mengenai peran penting media di masa pandemik. Meski proporsi penggunaan framing Peran Pemerintah mulai turun pada bulan Mei dan disusul dengan kenaikan proporsi penggunaan framing Peran Sosial, namun kesan negatif yang terus dipublikasi Tempo menggagalkan salah satu tujuan penting komunikasi di masa pandemik: membangun kepercayaan pada pemerintah. Padahal berdasarkan krisis kesehatan masyarakat di masa lampau yang dipaparkan dalam berbagai penelitian, komunikasi yang tidak tepat yang memicu hilangnya kepercayaan masyarakat pada kemampuan pemerintah untuk mengelola krisis, mengakibatkan hasil tidak terduga dan sangat tidak diinginkan dalam penanganan pandemik terutama terhadap populasi rentan.
Coronavirus Disease 2019 (abbreviated as COVID-19) was declared as a pandemic by the World Health Organization (WHO) on March 11th, 2020. The news about the pandemic thus become overwhelming. The mass media as a transmitter of information that can cross time and geographic boundaries supposedly play an important role in the pandemic, namely to provide information and motivation to the appropriate self-protecting behavior; update risk information; build trust in officials/government; and dispel rumors. On the other hand, the media also have individual agendas and ways of framing issues that fit the agenda, which may go against the objectives of risk communication. One of the media in Indonesia that actively reports on the current situation related to the COVID-19 pandemic, and also active in carrying out its social control function and voices criticism is Tempo magazine. Therefore, the aim of this study is to describe the contents of the Tempo magazine regarding the COVID-19 pandemic for the period March-May 2020 through content analysis. The results of this study indicate that only a small proportion (ranging from 4.8% to 22.9%) of the publications regarding COVID-19 in Tempo magazine in March-May 2020 which contains elements of risk communication. The aspects of epidemiological data and the nature of the disease only dominate the publication in the initial edition of the study, in the first edition of Maret 2020 tp be precise, but continue to decline in the subsequent editions. The ‘Government's Role’ frames (with the proportion of 93.9%) also dominates the publication regarding COVID-19 in Tempo magazine in March-May 2020, followed by ‘Social’s Roles’ by 73.8% and the ‘Impact of the Pandemic’ by 34.3%. Tempo's consistency in carrying out its social role as a critical "guard dog" for the government, collided with WHO's recommendation regarding the important role of the media during the pandemic. Although the use of the ‘Government’s Role’ frames began to decline in May and was followed by the widespread use of the ‘Social’s Role’ frames, the negative impression that was published by Tempo thwarted one of the important goals of communication during the pandemic: building trust in the government. This is very unfortunate, because based on past public health crises described in various studies, inappropriate communication has led to a loss of public trust in the government's ability to manage the crisis, resulting in unexpected and highly undesirable outcomes in handling the pandemics, especially for vulnerable populations."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library