Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19641 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: proyek pengkajian dan pembinaan nilai-nilai budaya direktorat sejarah dan nilai tradisional direktorat jenderal kebudayaan,
895 AHKN
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995
R 011.31 ABS
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI., 1995
305.8 IND a (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mu`jizah
Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1998
016.915 951 MUJ p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mu`jizah
Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1995
899.231 MUJ p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzan Muslim
"ABSTRAK
Naskah Arab Kunhu Ma La Budda Minhu yang tersimpan di Perpustakaan Nasional RI adalah salinan dari karya sufi terkenal, Ibn al-'Arabi.
Penelitian filologis berhasil mengungkapkan bahwa naskah tunggal ini merupakan salah satu hasil rampasan perang tentara Belanda dari sebuah masjid di daerah Lamjong, Aceh, pada tahun 1879, Salinan naskah ini dapat ditemukan juga di perpustakaan lain di luar negeri seperti di Berlin, Kairo dan Damaskus. Dari segi bahasa, naskah ini mengandung 33 kesalahan; 27 di antaranya kesalahan ejaan dan selebihnya kesalahan gramatikal.
Analisis teks berdasarkan pendekatan hermeneutik membuktikan bahwa teks ini mengandung delapan amanat pokok; empat menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan, tiga menyangkut hubungan sesama manusia, dan satu menyangkut hubungan manusia dengan alam. Amanat-amanat itu dituangkan dalam bentuk jawaban atas pertanyaan "murid" mengenai hal-hal yang harus diyakini dan diamalkan dalam kehidupan sufi.
Amanat-amanat itu tidak dapat dikelompokkan ke dalam ajaran tasawuf falsafi yang menekankan pemikiran filosofis, seperti yang terdapat dalam sebagian besar karya lain Ibn al-'Arabi, melainkan termasuk ajaran tasawuf sunni yang menekankan penghayatan dan pengamalan syariat agama Islam secara baik dan benar, sesuai Quran dan Hadis.

ABSTRACT
The Arabic manuscript entitled Kunhu Ma La Budda Minhu that is stored in the National Library Perpustakaan Nasionat RI (PNRI), Jakarta, is a copy of famous Sufi?s works, Ibn al-'Arabi.
The philological research reveals that the text is the only one manuscript kept in PNRI that was in 1879 carried a way by the Dutch army from a mosque in Lamjong, Aceh. The copies of the manuscript can also be found in other libraries such as in Berlin, Cairo, and Damascus. Based on the language analysis there are 33 word's mistakes found in the text; 27 of them are spelling errors and the rest are grammatical errors.
The hermeneutic analysis shows that the text contains 8 fundamental instructions; 4 of them concerns about relation between man and God; 3 concerns about relation among human beings; and 1 relates to relation between man and nature. These instructions are formed in the response of "murid" questions about the important things that have to be believed and done in the Sufi?s life.
These instructions can not be grouped into tasawuf falsafi doctrine that emphasizes on the philosophical thought, such as the majority of Ibn al-'Arabi's works. These instructions, however, can be included in the tasawuf sunni doctrine that stresses on the full and total religious experiences and the implementation of the Islamic law based on the Quran and Hadis.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Suparta
"Prasi merupakan suatu genre sastra dan seni yang dilahirkan dalam tradisi sastra masyarakat Bali. Gambar wayang klasik dalam lontar prasi itu dihasilkan dari teknik seni `menggores' sehingga disebut "scratched illustration". Dilihat dari korpus naratifnya terutama dari segi manner of representation-nya, maka prasi termasuk genre epik (itihasa). Karya-karya prasi Bali umumnya dipandang memiliki nilai estetik yang tinggi. Di samping itu, juga mengandung unsur-unsur komik, sehingga sering disebut "komik tradisional".
Penelitian ini bertujuan mengkaji dan mengungkapkan nilai estetik dan unsur komik naskah prasi Bhomakawya. Naskah ini memperliatkan kekhasan tersendiri dibanding dengan karya-karya prasi Bali umumnya, baik dari segi ungkapan intra-teks (bentuk ungkapan visual dan verbal) ataupun ekstra-teks (kultural). Masalah utama yang dikaji, yakni: (1) kaidah estetik apa yang mendasari dan bagaimana bentuk ungkapan estetik prasi Bomakawya, dan (2) bagaimana bentuk ungkapan kekomikan prasi dan apa fungsinya dalam struktur naratifnya.
Untuk menjawab masalah tersebut, maka dalam penelitian diterapkan teori rasa sebagai alat untuk menelaah unsur naratif sekaligus kaidah estetik yang "mengakari" dan teori bentuk estetik (aesthetic form) untuk melihat bentuk ungkapan estetiknya. Dalam kaitan itu, juga didukung dengan penerapan metode kualitatif untuk pengumpulan data. Berdasar metode kerjaa dan pengetrapan teori tersebut, maka dapat ditarik beberapa simpulan: pertama, secara sosiotekstologis, penciptaan prasi Bhamakawya menunjukkan kaitan erat baik dengan sastra kakawin Bhomakawya/Bhomintaka maupun pertunjukan wayang kulit. Dari struktur cerita terbukti muncul tokoh-tokoh punakawan di dalamnya; tokoh yang tidak dikenal dalam kakawin Bhomakawya.
Kedua, sebagai suatu genre, prasi Bhomakawya terikat oleh beberapa konvensi, yakni konvensi sastra, bahasa, dan budaya. Pada dasarnya struktur prasi Bhomakawya terikat oleh struktur naratif epik, yang "diakari" oleh kaidah estetik sastra kakawin (Jawa Kuno) dan estetik karya (India). Berdasarkan analisis teori rasa, maka bentuk ungkapan estetik yang menyolok dalam prasi Bhomakawya ini antara lain: (1) mantra (perundingan), (2) prayana (keberangkatan ke medan perang), (3) uji (pertempuran di medan perang), (4) udyanakrida (percengkramaan di taman), dan (5) nayaka (pujian bagi sang pahlawan).
Ketiga, ungkapan unsur kekomikan (hasya rasa) dalam prasi Bhomakawya ini merupakan bagian yang integral dari kaidah estetikanya. Kekomikan (hasya rasa) yang terjalin dalam kesatuan lingual dan tematik ini dinyatakan dalam bentuk visual dan verbal, dapat dikenali melalui ungkapan: (I) svagata/atmastha (laughing with), dan paragata/parastha (laughing at). Fungsi estetik ungkapan kekomikan (hasya rasa) itu, yakni: (1) sebagai media hiburan (pemenuhan hasrat keindahan), dan yang lebih penting (2) sebagai alat edukasi seni/sastra melalui suatu tindak apresiasi dan kreasi teks yang lebih menarik dan relevan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
I Dewa Gede Windhu Sancaya
"Cerita Sam Pek Erg Tay (selanjutnya disingkat SPET) di Bali dikenal dengan nama Geguritan Sampik. Geguritan Sampik (selanjutnya disingkat GGS) yang diteliti ini ditulis dalam bahasa dan aksara Bali pada tahun 1915, dan digubah dengan menggunakan tembang-tembang macapat, yaitu suatu bentuk metra dan prosodi yang khas, yang dapat ditemukan baik di Jawa, Madura, Sunda, Bali, maupun Lombok.
Cerita SPET merupakan salah satu karya sastra Cina yang popular di tanah air kita untuk masa lebih dari satu abad lamanya (Abadi, 1994:xii). Kepopulerannya tidak terbatas di Cina saja (Ah Ving, 1956:3 ; Prijono, 195623 ; Kwee, 1977:224 ; Lubis, 1989: 225), tetapi juga meresap sampai kalangan orang-orang bumiputera, khususnya dikalangan kelompok etnis Jawa, Betawi, dan Bali (Abadi, 1990:xii), juga Madura (Detomo, 1987). Hal ini terbukti dari akulturasi kisah ini dalam ludruk dan ketoprak di Jawa, drama, tari dan tembang macapat di Bali (Kwee, 1977:225 ; Abadi, 1994:xii) dan juga drama gong (Agastia, 1979).
Abadi mengatakan bahwa sejak saduran Boen, Sing Hoo pada tahun 1885 hingga sekarang telah ada tidak kurang dari sepuluh judul buku serupa (3.994:xii), bahkan mungkin lebih. Saduran Boerr Sing Hoo merupakan saduran pertama cerita SPET dari bahasa Cina ke dalam bahasa Melayu (Nio, 1962 ; Suryadinata. 1988:105 ; Salmon, 1985 dan 1987:429). Dari saduran Boen Sing Hoo itulah GGS digubah, seperti halnya Serat Ing Tay dalam bahasa Jawa.

The Serat Ing Tay of 1902 mentions that, is based on a Malay source, and the Balinese Sampik Ingtai of 1915 opens with a stanza in Malay before switching to Balinese, thereby also suggesting a Malay source for the work (Quinn, 1987:535
Dilihat dari panjang cerita, struktur alur, dan motif-motifnya, terdapat kesejajaran antara GGS dengan cerita SPET saduran Boen Sing Hoo tersebut.
Menurut Tjan Tjoe Siam, cerita SPET ini sudah mulai terkenal (di Cina) pada abad keempat Masehi. Mula-mula berupa cerita lisan yang diceritakan turun-temurun, lambat laun cerita tersebut muncul dengan berbagai redaksi atau bentuk, baik dalam bentuk buku, sandiwara maupun film (Prijono, 1956:5 ; Abadi, I990:X). Seperti.lazimnya ceritacerita rakyat, kisah ini anonim dan mempunyai beberapa versi (Abadi, 1990:x). Selain dalam bahasa Melayu, Jawa, Madura, dan Indonesia, salah satu versinya ditemukan juga dalam bahasa Bali, baik dalam bentuk manuskrip (lontar) maupun dalam bentuk seni pertunjukan."
Depok: Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
RR. Adelina Pisca Nirmala Putri
"Penelitian ini membahas mengenai penggunaan variasi nama hewan dalam peribahasa Betawi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan nama hewan apa sajakah yang tersebut dalam peribahasa Betawi, mendeskripsikan hubungan makna leksikal dan makna lain yang diwadahi oleh peribahasa Betawi, dan mengetahui sifat apa sajakah yang muncul dalam peribahasa Betawi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif interpretatif dengan teknik pengambilan data melalui hasil wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya keberagaman penggunaan nama hewan dalam peribahasa Betawi, yakni terdapat 19 nama hewan. Hubungan makna antara nama hewan dan makna yang menjadi sasaran dalam peribahasa tersebut yakni ditemukan terletak di luar makna denotatif hewan. Adapun acuan yang muncul dari penggunaan nama-nama hewan dalam peribahasa Betawi menunjukkan sifat baik dan buruk.

This research discusses the use of the animal variation in Betawi proverbs. The purposes are to find the name of what these animals in Betawi proverbs, described the relationship of the lexical meaning and the other sense of meaning existing in Betawi proverbs, and to find out what are the properties that appear in Betawi proverbs. The methods that are used in this research consist of descriptive interpretative with data collection techniques through the results of the name of the interviews. The results of this research indicates the presence of the use of the name of diversity of animals in Betawi proverbs, there are 19 of the name. The relation of meaning between the name of animals reference targets in the proverbs is found located out of denotative animals. The reference that emerged from the use of animals in the names of animals in Betawi proverbs show the nature of good and bad.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S61474
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dara Windiyarti
"ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan mengungkapkan perubahan kepribadian tokoh Nayla dalam novel Nayla. Sumber data penelitian ini adalah novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama tahun 2012. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kepustakaan. Penelitian ini menggunakan teori psikoanalisis Karen Horney. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan psikoanalisis. Pembahasan ini menghasilkan hal-hal berikut. Pertama, hubungan orang tua-anak yang buruk menciptakan berbagai peristiwa yang mendorong munculnya konflik batin tokoh Nayla. Kedua, konflik batin yang berupa kecemasan-kecemasan memicu timbulnya tingkah laku neoritis berupa tindakan-tindakan menyimpang tokoh Nayla untuk meraih kebermaknaan hidup.
Kata kunci."
Jayapura: Kibas Cenderawasih, 2018
400 JIKK 15:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>