Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24533 dokumen yang sesuai dengan query
cover
META 4:1 (1) (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Ayu Amalia
"ABSTRAK
Memori kolektif mengandalkan penceritaan dalam proses pelestariannya. Arsitektur sebagai tempat memori tersebut direkam lalu menjadi hal yang penting dalam proses pengingatannya. Lalu bagaimana arsitektur kemudian menjadi salah satu media yang penting dalam proses ini? Dalam skripsi ini, dibahas dua buah arsitektur yang mengandung memori kolektif dimana salah satu diantara mereka gagal melestarikan memori kolektif, sementara satunya lagi berhasil. Kesimpulan dari skripsi ini adalah pelestarian memori kolektif melalui media arsitektur harus melalui arsitektur yang juga dapat merekam memori kolektif baru. Proses pengingatannya lalu dapat berupa penggunaan kesan kesamaan yang kemudian ditangkap oleh society dan kemudian diceritakan dan melestarikan memori kolektif.

ABSTRACT
Collective Memory relies on storytelling as its preservation. Architecture as a place where the memory takes place then becomes important in remembering process. Then how architecture becomes one of many forms that important in this process? In this thesis, there are studies in two architectures which contain collective memory where one of them failed on preserving collective memory. On the other hand, the other one is successful. Conclusion from this thesis is collective memory preservation that uses architecture as its media, must through architecture that can facilitate new collective memory. The remembering process can through similarity which is society can caught and then will retell the story and preserve collective memory."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S873
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cucu Nuris Arianto
"[ABSTRAK
Tesis ini mengkaji tentang memori kolektif Tentara Peta melalui memoar,
autobiografi, dan wawancara. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat sebuah
konsep tata pamer yang akan disajikan dalam pameran tetap di Museum Peta,
yang dapat merepresentasikan seluruh memori yang dimiliki oleh para mantan
Tentara Peta, agar masyarakat (pengunjung) dapat memahami sejarah Tentara
Peta secara lebih komprehensif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
melalui studi pustaka, observasi, dan wawancara (tidak terstruktur). Hasil dari
penelitian ini yaitu enam storyline bertema sejarah sosial untuk ditampilkan
melalui tata pamer dalam pameran tetap di Museum Peta. Keenam tema tersebut
adalah: Perang Dunia Kedua: Runtuhnya Hindia Belanda; Zaman Jepang:
Kesempatan menjadi Tentara Peta; Dasar motivasi dan alasan menjadi Tentara
Peta; Makna pendidikan dan pelatihan Tentara Peta; Kekecewaan Tentara Peta
terhadap Jepang; dan Profil serta peranan para mantan Tentara Peta.

ABSTRACT
This thesis discusses about the collective memory of the Peta?s Armies with
memoirs, autobiographies, and interviews. The purpose of this study is to create a
concept exhibiting will be presented in the permanent exhibition at the Peta
Museum, which can represent the memories of ex-Peta?s Armies, so that people
(visitors) can understand the history of Peta?s Armies more comprehensively. This
study used a qualitative approach with literature study, observation, and interview
(unstructured). Results from this study are six themed storyline social history to
be communicated through the exhibiting in permanent exhibition at the Peta
Museum. The six themes are: World War II: The collapse of the Dutch East
Indies; Japan period: The opportunity to become Peta?s Armies; Basic motivation
and reasons to be a Peta?s Army. The meaning of education and training?s the
Peta?s Army; The disappointment of the Peta?s Armies to Japanese Occupation;
The profile and role of the ex-Peta?s Armies., This thesis discusses about the collective memory of the Peta’s Armies with
memoirs, autobiographies, and interviews. The purpose of this study is to create a
concept exhibiting will be presented in the permanent exhibition at the Peta
Museum, which can represent the memories of ex-Peta’s Armies, so that people
(visitors) can understand the history of Peta’s Armies more comprehensively. This
study used a qualitative approach with literature study, observation, and interview
(unstructured). Results from this study are six themed storyline social history to
be communicated through the exhibiting in permanent exhibition at the Peta
Museum. The six themes are: World War II: The collapse of the Dutch East
Indies; Japan period: The opportunity to become Peta’s Armies; Basic motivation
and reasons to be a Peta’s Army. The meaning of education and training’s the
Peta’s Army; The disappointment of the Peta’s Armies to Japanese Occupation;
The profile and role of the ex-Peta’s Armies.]"
2015
T43590
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adista Nurfitria
"Penelitian ini membahas mengenai pengelolaan preservasi yang dilakukan oleh Irama Nusantara dalam melestarikan musik lawas populer karya bangsa Indonesia baik secara teknisnya maupun non-teknisnya yaitu persepsi pengurus Irama Nusantara akan pentingnya melestarikan musik populer Indonesia sebagai memori kolektif masyarakat. Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai penggambaran pengelolaan arsip musik di Irama Nusantara yang merupakan sebuah produk budaya bangsa Indonesia serta nilai pentingnya budaya pelestarian pengelola dalam mengelola arsip musik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus, pengambilan data penelitian dilakukan pada bulan November 2021 sampai Desember 2021 dengan melakukan observasi, wawancara, dan analisis dokumen. Hasil dari penelitian ini adalah proses preservasi dilakukan dengan memindai bentuk fisik arsip musik dan merekam ulang audio dengan soundcard. Jika ditemukan kerusakan pada materi arsip, akan dilakukan restorasi. Upaya yang dilakukan Irama Nusantara untuk melestarikan memori kolektif adalah dengan memiliki website, merilis album recycle, menerbitkan buku serta aktif melakukan berbagi pengetahuan melalui media sosial seperti instgram dan youtube. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Irama Nusantara melakukan kegiatan preservasi preventif. Adapun saran dalam penelitian ini agar Irama Nusantara menyimpan rekaman kegiatan berbagi informasi tentang pengetahuan musik populer lawas Indonesia, agar dapat diakses kembali oleh masyarakat, hal ini merupakan upaya membangun kembali memori kolektif di masyarakat.

This study discusses the preservation management carried out by Irama Nusantara in preserving popular old music composed by Indonesian people, both technically and non-technically along with Irama Nusantara official's point of views on the importance of preserving Indonesian popular music as a collective memory of the society. The aim of this study is to describe how music archives as a product of Indonesian culture is managed by Irama Nusantara officials and the importance of cultural preservation in managing music archives. This research was conducted by using qualitative approach with case study methods, the research data collection was carried out from November 2021 to December 2021 by observations, interviews, and document analysis. The results of this research is the preservation process done by scanning the physical form of the music archive and re-recording the audio with a soundcard. If any damage to the archived material is found, it will be restored. Efforts made by Irama Nusantara to preserve collective memory within its organization are by creating a website, releasing recycle albums, publishing books and actively sharing informations through social media such as Instagram and YouTube. The conclusion is that Irama Nusantara conducts preventive preservation activities. The suggestion is that Irama Nusantara keeps recordings of sharing information activities about knowledge of old Indonesian popular music so that it can be accessed again by the public, this is an effort to rebuild collective memory in the community."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Arsyah Aditya Saputra
"Penelitian ini mengkaji tradisi lisan asli Betawi, ngerahul, yang dilakukan masyarakat Betawi Mampang melalui memori kolektif yang mereka miliki. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan memperoleh dan mengungkapkan upaya yang nyata untuk mengembalikan peranan ingatan masyarakat Betawi Mampang terhadap tradisinya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan dengan pendekatan deskriptif analitis karena menjelaskan, memberikan ilustrasi, dan simpulan terhadap permasalahan yang telah didapatkan dan diteliti sekaligus cukup adaptif dan peka terhadap pola-pola atau yang diterapkan masyarakat dalam tradisi ini. Metode pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian ini adalah wawancara dengan beberapa narasumber terverifikasi, termasuk budayawan Betawi dan pelaku budaya tersebut. Penelitian ini memperoleh temuan bahwa ngerahul pada era modern di kawasan tersebut dijalankan atas dasar kebutuhan pelakunya dengan modal ingatan masa lalu. Di satu sisi, dengan ngerahul, mereka memperoleh timbal balik dan nilai-nilai yang bermanfaat untuk kehidupan mereka.

This research examines the indigenous oral tradition of Betawi called ngerahul, which is practiced by the Betawi community in Mampang, through their collective memory. The purpose of this study is to obtain and reveal the genuine efforts to restore the role of Betawi Mampang community's memory in relation to their tradition. This research utilizes a qualitative method with an analytical descriptive approach, as it seeks to explain, illustrate, or draw conclusions regarding the identified and researched issues, while also being adaptable and sensitive to the patterns or practices implemented by the community in this tradition. The data collection method employed for this research is interviews with several verified sources, including Betawi cultural experts and practitioners. The study findings indicate that ngerahul, in the modern era of the area, is carried out based on the needs of its participants with the aid of past memories. With ngerahul, they gain reciprocity and values that are beneficial to their lives."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
M. Fuad Hasyim
"Ketidaksadaran kolektif sebagai deposit memori leluhur, dibentuk oleh serangkaian peristiwa yang menyebabkan kenangan emosional di masa primordial. Meskipun konsep ketidaksadaran kolektif merupakan pencapaian terbesar Jung, nyatanya konsep tersebut ditolak oleh kebanyakan psikolog di masa itu. Penolakan tersebut didasari pada asumsi bahwa konsep ketidaksadaran kolektif terlalu spekulatif untuk dijelaskan. Artikel ini berusaha mendefinisikan ulang konsep ketidaksadaran kolektif yang spekulatif, menjadi definisi yang lebih konkret dan materialis, dengan menyatakan bahwa ketidaksadaran kolektif merupakan bagian dari memori genetik yang diturunkan dari generasi ke generasi melalui replikasi DNA pada sel. Ketidaksadaran kolektif dijelaskan melalui proses epigenetik yang mengacu pada pewarisan genetik yang bisa bertahan selama beberapa masa yang panjang. Agar peristiwa bisa diturunkan ke generasi selanjutnya melalui DNA, peristiwa harus bisa direkam (coding) di dalam struktur engram, dengan memenuhi dua syarat, yaitu (1) suatu peristiwa harus memberikan kesan dan kenangan mendalam, dan (2) suatu peristiwa harus bisa dilestarikan secara konsisten dan kontinu dalam kurun waktu yang panjang. Artikel ini menggunakan pendekatan naturalistik dengan metode library research, dan analitis deskriptif untuk sampai pada kesimpulan akhir bahwa ketidaksadaran kolektif merupakan enkripsi memori genetik yang direkam oleh engram dan diturunkan melalui replikasi DNA yang berisi informasi genetik ke generasi selanjutnya.

The collective unconscious as a deposit of ancestral memory, is formed by a series of events that cause emotional memories in primordial times. Although the concept of the collective unconscious was Jung's greatest achievement, in fact it was rejected by most psychologists of the time. The rejection is based on the assumption that the concept of the collective unconscious is too speculative to explain. This article seeks to redefine the speculative concept of the collective unconscious, into a more concrete and materialist definition, by stating that the collective unconscious is a part of genetic memory passed down from generation to generation through DNA replication on cells. The collective unconscious is explained through an epigenetic process that refers to genetic inheritance that can persist for some long period of time. In order for an event to be passed down to the next generation through DNA, it must be able to be recorded (coding) in an engram structure, by fulfilling two conditions, namely (1) an event must provide deep impressions and memories, and (2) an event must be able to be preserved consistently and continuously over a long period of time. This article uses a naturalistic approach with library research, and descriptive  analytical  methods to come to the final conclusion that the collective unconscious is an encryption of genetic memory recorded by engrams and passed down through DNA replication containing genetic information to later generations."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Girimukti Pasaka, 1984
306.49 MAS
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Atik Fara Noviana
"ABSTRAK
Tesis ini membahas mengenai pengelolaan arsip musik Lokananta yang tidak saja dilakukan secara teknis, namun juga secara non teknis yang tercermin dari nilai budaya pengelola dalam mengelola arsip musik Lokananta sebagai memori kolektif Bangsa Indonesia.Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengelolaan arsip musik Lokananta yang merupakan produk budaya bangsa Indonesia serta nilai budaya pengelola dalam mengelola arsip musik ini.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus dengan metode pengambilan data observasi, dan wawancara.Hasil dari penelitian ini menggambarkan bahwa pengelolaan arsip musik secara fisik sudah dilakukan namun belum maksimal, kemudian nilai budaya pengelola yang terlihat adanya rasa memiliki (sense of belonging), nilai gotong royong, nilai tanggung jawab untuk mewariskan ke genarasi selanjutnya (legacy).Serta arsip musik merupakan sebuah ingatan bagi pencipta lagu, pengelola Lokananta serta masyarakat Indonesia.

ABSTRACT
This thesis discusses the management of the music archive Lokananta which not only done technically, but also non-technical which is reflected from the cultural values of managers in managing the Lokananta music archive as the collective memory of the Indonesian Nation. This study aims to describe the management of the music archive Lokananta which is a product of Indonesian culture and cultural values of managers in managing this music archive. This research uses qualitative approach of case study with observation data taking method, and interview. The results of this study illustrate that the physical management of music archives have been done but not maximum, then the value of cultural managers have a sense of belonging, the value of mutual cooperation, and the value of legacy. And then, the music archive is a memory for songwriter, Lokananta manager and Indonesian society."
2017
T48761
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marwah Leilawati
"Penelitian ini membahas mengenai nilai guna sekunder arsip komunitas sebagai memori kolektif bangsa pada Belantara Budaya Indonesia. Kontrol kegiatan tertanam di dalam kelompok yang bersangkutan karena arsip komunitas bersifat independen. Arsip komunitas digambarkan sebagai “ruang generatif politik” atau “rumah memori” bagi komunitas dalam mendapatkan kendali atas pengambilan keputusan di masa depan. Komunitas mempertimbangkan penciptaan arsip berdasarkan keterlibatannya dengan pelestarian budaya atau motivasi lainnya. Arsip menjadi memori kolektif yang mengandung nilai mendasar bagi pendidikan karakter, jati diri bangsa, serta berperan dalam menumbuhkan jiwa nasionalisme. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi nilai guna sekunder arsip dan faktor yang memotivasi pembentukan arsip di Belantara Budaya Indonesia. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan metode studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan studi dokumen. Informan penelitian dipilih berdasarkan metode purposive sampling dengan kriteria yaitu anggota komunitas selama lebih dari 6 tahun, terlibat aktif dalam aktivitas dan perkembangan sejarah komunitas, serta mendokumentasikan, mempublikasikan, dan mengakses arsip komunitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa arsip Belantara Budaya Indonesia dapat menjadi memori kolektif bagi bangsa Indonesia, meskipun belum memiliki tenaga profesional bidang arsip. Pengelolaan arsip di Belantara Budaya juga memerlukan kebijakan sesuai dengan pedoman dan standar kearsipan. Selain itu, perlu adanya tautan antara arsip Belantara Budaya Indonesia dengan Jaringan Informasi Kearsipan Nasional (JIKN) dan Sistem Informasi Kearsipan Nasional (SIKN) milik ANRI sehingga memori kolektif dapat diakses oleh bangsa Indonesia.

This research discusses the secondary use value of community archives as a nation's collective memory in the Belantara Budaya Indonesia. Control of activities embedded in the group because community archives are independent. Community archives are described as "political generative spaces" or "memory houses" for communities to gain control over future decision-making. The community considers the creation of archives based on its involvement with cultural preservation or other motivations. Archives becomes a collective memory that contains fundamental values for character education, the identity of the nation, and plays a role in cultivating the spirit of nationalism. This research aims to identify the secondary use value of archive and factors that motivate community archives in Belantara Budaya Indonesia. The research approach used is qualitative with a case study method. The data is collected by interview, observing, and document studies. The informants are chosen by purposive sampling methods with the criteria of being community members for more than 6 years, actively involved in community activities and historical developments, as well as documenting, publishing, and accessing community archives. The result of this study shows that the archives of the Belantara Budaya Indonesia can be a collective memory for the Indonesian nation, even though it does not yet have professionals in the field of archives. However, there is a need for a link between the archives of Belantara Budaya Indonesia and the ANRI’s National Archives Information Network (JIKN) and National Archival Information System (SIKN) thereby that collective memory can be accessed by the Indonesian nation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
"Pendidikan yang berbasis pada budaya lokal dengan berbagai kearifan akan lebih baik untuk membentuk watak dan mengembangkan potensi diri daripada pendidikan yang bersumber dari budaya di luar peserta didik. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menginventarisasi, orientasi dan interpretasi kearifan lokal yang hidup pada masyarakat dan budaya Sunda. Tempat penelitian berada di lima lokasi komunitas adat di Jawa Barat yaitu Desa Pangandaran, Kampung Kuta, Kampung Naga, Ciptagelar dan Kanekes. Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah bahwa: Setiap masyarakat adat pada kebudayaan Sunda memiliki bentuk kearifan lokal yang sangat signifikan dalam memitigasi bencana. Pada umumnya masyarakat adat sudah menyadari bahwa jika lingkungan rusak maka akan ditimpa benccana, walaupun cara pemeliharaannya melalui mitos dan aturan adat. Hasil penelitian berupa interpretasi kearifan lokal yaitu ada tiga yaitu (1) Bangunan Rumah Bambu; (2) Tata Ruang & Zonasi Penggunaan Lahan dalam Skala Mikro; (3) Pengelolaan Lahan Secara Ramah Lingkungan. Rekomendasi penelitian ini adalah bahwa kearifan lokal sangat layak dijadikan bahan ajar di sekolah dengan berbagai bentuknya baik berupa narasi, cerita, maupun komik.
"
JURPEND 14:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>