Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 114924 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Account of ten Indonesian women foreign workers from Sukabumi, Malang, Lombok Tengah, and Bone.
Notes"
Jakarta: World Bank Office Jakarta, 2007
305.4 JEJ (3)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Anik Farida
"Secara garis besar penelitian ini menjelaskan tentang bagaimana bentuk kekerasan terhadap perempuan buruh migran/PBM, dan bagaimana bentuk upaya survival PBM dalam menghadapi dan menyikapi kekerasan.
Kemiskinan merupakan alasan utama yang mendorong perempuan desa tergerak untuk meninggalkan kampung halaman bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Arab Saudi. Masuknya perempuan dalam pasar kerja yang berarti telah terjadi pergeseran peran perempuan dari sektor domestik ke sektor publik, yang diasumsikan akan membawa kemajuan bagi perempuan, tidak serta membebaskan perempuan dari tindak kekerasan.
Kekerasan terjadi sejak awal hingga akhir siklus kerja: masa persiapan di kampung halaman dan tempat penampungan PJTKI, masa penempatan di Arab Saudi, masa kepulangan di bandana Soekarno Hatta dan di kampung halaman. Kekerasan mengambil beragam bentuk, yakni ekonomi, psikologis, fisik, dan seksual. Kekerasan muncul tidak bersifat tunggal, melainkan multilapis. Artinya, seorang PBM dapat mengalami 2 hingga 4 bentuk kekerasan sekaligus. Kekerasan terjadi berkaitan dengan 3 faktor, yakni gender, kelas, dan ras, sebagaiman posisi PBM, yakni sebagai perempuan. pembantu rumah tangga, dan pendatang.
Kekerasan bersifat interaktif dan struktural, karena pelaku kekerasan bisa individu, juga kolektif. Secara individual, pelaku adalah oknum aparat desa, calo/sponsor, suami atau ayah, majikan atau pegawai PJTKI, dan majikan. Secara kolektif atau kelembagaan, aktor yang terlibat adalah PJTKI, pemerintah dalam hal ini Depnaker dan KBRI atau Konsulat Jenderal, serta negara.
Di balik duka nestapa akibat kekerasan yang dialami, PBM memiliki bentuk upaya survival. Bentuk upaya survival yang dilakukan adalah bertahan/coping dan perlawanan sehari-hari (everyday forms of resistance). Terdapat bentuk variasi coping, yaitu: diam, berlari atau bersembunyi, dan menghindari sumber kekerasan. Perlawanan sehari-hari dilakukan dengan cara sabotase, berpura-pura sakit/pingsan, memperlambat pekerjaan, menggosip, dan berkorespondensi secara sembunyi-sembuyi. Terkadang bentuk perlawanan sehari-hari bisa menunjukkan tingkat yang lebih serius, yakni perang mulut dan adu fisik diperlengkapi senjata ala kadarnya.
Meskipun bentuk upaya survival tergolong parsial dan sederhana, tidak terwadahi dalam organisasi formal, dan tidak terkoordinasi dengan baik, namun secara nyata memiliki efek katarsist meringankan, memperbaiki posisi tawar dalam hubungan dengan PJTKI dan majikan, menumbuhkan kesadaran kritis dan militansi, mempertahankan semangat perlawanan kolektif dan organisasional, serta berkontribusi bagi lahirnya aktifis perempuan buruh migran di level grassroot.

Women Migrants Workers in the Midst of Violence: Study on Survival of Women Migrant Workers as Maidservant in Confronting and Reacting ViolenceIn brief, this research explain violence against women of migrant labor (PBM) and what the survival effort of PBM in confronting and reacting violence.
Poverty is major basic that motives village women to leave their home to work as maidservant in Arab Saudi. Women's participation in the job market mean that there is occurred a forward movement of women's role from domestic to public sector and it is assumed that it would bring any progress for women; however, that freedom of violence not come all of a sudden for women.
Violence against women is existed since the beginning to the end of the job cycle i.e. during the preparation phase in the homegrown and in the accommodating place of PJTKI, during the locating phase in Arab Saudi, the returning phase in Airport of Soekarno-Hatta and at their homegrown again. Violence against women takes any shape such as economy, psychological, physical, and sexual. Violence not emerge in one-man doer, but multilevel. Meaning, a PBM could face two or four kind of violence all at once. Violence is occurred in related to three factor i.e. gender, class, and race as well as the women's role as women, maidservant and newcomer.
Violence against women is interactive and structural because the doer of violence could be individual or collective. Individually, the doer of violence is the village staff with bad manner, sponsor, husband or father, the employer or staff of PJTKI, and the boss. Meanwhile, the involved actors collectively or institutionally are PJTKI, the government in this case is Depnaker (Ministry of Men-power) and the representative office of RI or General Consulates, and the country.
Behind the miserable as result of violence, PBM has such survival effort i.e. coping and everyday forms of resistance. Coping includes silent, run or hidden, and stay away the sources of violence. Everyday forms of resistance are such as sabotage, pretend to be ill or unconscious, slow down works, disseminate rumor and chitchat, secret correspondence. Occasionally, such everyday forms of resistance could show a more serious i.e. verbal dispute and trial of physical, completed with any of available weapon.
Although such survival effort are partial and simple, not including in formal organization, and not coordinate well, however, it has effect of catharsis to relieve, improve the bargaining position in relation to PJTKI and the employer, develop ethical awareness and militancy, maintain the spirit of collective resistance and organizational and contribute the emergence of PBM activist at grassroots level.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11846
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Kustini
"Disertasi ini membahas strategi Buruh Migran Perempuan sebagai ibu ketika ia bekerja di Timur Tengah khususnya Arab Saudi. Penelitian dilakukan melalui pendekatan kualitatif strategi studi kasus. Unit analisis penelitian adalah keluarga, yang kemudian dianalisis melalui perspektif gender. Konsep utama yang digunakan transnational motherhood serta teori konflik keluarga.
Hasil penelitian menunjukkan ada empat strategi yang dilakukan oleh Buruh Migran Perempuan. Isu sosial budaya yang berlaku di tempat bekerja memberi pengaruh pada kondisi Buruh Migran Perempuan ketika bekerja serta berpengaruh pada pilihan strategi. Sementara itu, di daerah asal terlihat bahwa pengasuhan anak dilakukan oleh ?ibu pengganti? dengan melibatkan keluarga luas.;

This dissertation discusses about the strategy of Women Migrant Workers as a mother when she works in Middle East especially Saudi Arabia. This research is conducted with a strategy of qualitative approach of case studies. The unit of analysis is the family, which is then analyzed based on gender perspective. The main concept used is transnational motherhood and family conflict theory.
The results showed there are four strategies undertaken by Women Migrant Workers. Socio-cultural issues prevailing in the workplace is affecting the condition of Women Migrant Workers while working and influential on the choice of strategy. Meanwhile, in the origin region shows that child care is done by 'substitute mother' by involve the extended family.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Studi kasus tentang pekerja migran LOmbok Tengah Nusa Tenggara barat (NTB) dan permasalahannya bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab pekerja migran asal Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat ke luar negeri dan mengetahui faktor penyebab migran asal Lombok Tengah NTB rawan terhadap tindak kekerasan...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Ika Kusumaningsih
"Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor buruh migran perempuan (BMP). Terjadinya migrasi kerja dikarenakan adanya tarik menarik antara permintaan buruh migran dari negera tujuan migrasi untuk memenuhi kekurangan dari pekerja domestik dan pekerja perawatan anak dengan penawaran angkatan kerja dari Indonesia. Peningkatan pengiriman BMP memberikan pemahaman bahwa bagi yang lajang akan meninggalkan keluarga. Bagi yang telah menikah akan meninggalkan suami dan anak. Semakin banyak ibu dan istri yang bekerja di luar negeri tinggal dengan jarak yang relatif jauh dalam jangka waktu yang relatif lama, maka akan memberikan pengaruh bagi ketahanan rumah BMP.
Sebagai pijakan teoritis, penelitian ini menggunakan teori pertukaran dan pilihan rasional sebagai teori utama untuk menganalisis perceraian yang terjadi pada keluarga BMP. Perceraian yang dialami oleh keluarga BMP secara umum dapat dikelompokkan dalam dua hal: relasi suami istri dan institusi sosial di masyarakat yang mendukung perceraian. Perceraian pada keluarga BMP terjadi karena reward dan cost yang tidak seimbang membuat pasangan merasakan ketidakpuasan kehidupan perkawinan akibat peran yang tidak dijalankan oleh salah satu pasangan. Kondisi ini didukung oleh tekanan dari keluarga luas terhadap perceraian, lembaga bantuan hukum yang membantu proses perceraian secara legal dan prosedur pengadilan agama (PA) yang memperbolehkan pasangan diwakilkan kuasa hukum. Ditambah lagi PA Kab Malang yang memperbanyak ruang sidang justru memberi kesan kesempatan untuk mengajukan perkara perceraian.

Indonesia is one of the country which exporting women migrant workers. This happens because there is a demand on migrant worker from the migrant destination countries to meet the domestic worker shortage and care workers along with labor supply in Indonesia. The increasing number of women migrant workers giving an understanding that for those who is single would leave the family. For those married has to leave their husband and children. The more mother and the wives working abroad, live in a distance, in a long period of time, would affects the migrant worker household resilience.
As a teoritical base, this research using exchange theory and rational choice as the main theories to analyze woman migrant worker divorce. The migrant worker divorcement could be classified as two: couple relation and social institution in society that support the divorce. The divorcement on women migrant worker family happens because of unbalance reward and cost, make a unsatisfied married life caused by a role that is not run correctly by one of the couple. This condition supported by extended family force toward the divorecement, legal aid institutions which processing the divorce it self in a legal term along with religious court procedures which allowing couple attendance can be replace by legal authority, both institutions accelerate the divorce process. In addition, religious court in Malang Village has open more room for trial even more impressed giving more chance to propose the divorcement.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S53403
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ana Sabhana Azmy
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2012
344.01 ANA n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"This exploratory located in a small area called Dukuh Gamol. Almost people in this region are on-going or farmer of women migrant worker. Their husband,children, and family involved as respondent....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>