Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 95216 dokumen yang sesuai dengan query
cover
KLET 13:1(2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hasan Maksum
"ABSTRAK
Sistem ketenagalistrikan Jawa Bali adalah sistem ketenagalistrikan yang sudah terinterkoneksi dan mempunyai lima wilayah usaha distribusi. UU No 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan memberikan kewenangan kepada Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah dalam persetujuan harga jual tenaga listrik dan sewa jaringan tenaga listrik sehingga tarif tenaga listrik dapat ditetapkan berbeda di setiap daerah dalam suatu wilayah usaha. UU juga mengamanatkan harga jual tenaga listrik harus disesuaikan dengan tingkat harga dan nilai keekonomiannya dengan mencerminkan kepentingan dan kemampuan rakyat. Saat ini perhitungan biaya pokok penyediaan tenaga listrik di Indonesia masih menggunakan metode biaya akutansi dan menerapkan tarif tenaga listrik seragam untuk semua wilayah di Indonesia.Di dalam penelitian ini, harga jual tenaga listrik pada lima wilayah usaha distribusi dihitung dengan metode biaya marginal jangka panjang. Biaya marginal jangka panjang menghitung adanya perubahan tambahan biaya yang diakibatkan adanya tambahan perubahan permintaan tenaga listrik dimasa depan. Didalam penelitian ini unit pembangkit marginal untuk beban puncak disimulasikan dengan menggunakan bahan bakar gas dan bahan bakar High Speed Diesel (HSD).
Hasil penelitian didapatkan harga biaya marginal tenaga listrik di titik tegangan rendah dan tegangan menengah sangat di pengaruhi oleh biaya marginal kapasitas distribusi di masing-masing wilayah. Harga biaya marginal di titik tegangan rendah dan di titik tegangan menengah paling tinggi adalah di wilayah Distribusi Jawa Barat Banten. Harga biaya marginal tenaga listrik di titik tegangan tinggi didapatkan mempunyai harga biaya marginal yang sama di lima wilayah distribusi Jawa Bali.
Hasil penelitian juga didapatkan bahwa penggunaan bahan bakar oleh pembangkit marginal beban puncak akan mempengaruhi harga biaya marginal tenaga listrik. Penggunaan bahan bakar HSD untuk pembangkit marginal beban puncak menghasilkan biaya marginal tenaga listrik yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan bahan bakar gas.

ABSTRACT
Java-Bali electricity system is already interconnected system and has five business distribution areas. Law No. 30 Year 2009 on Electricity provides authority to the Government or Local Government in the approval of the electricity price and power grid price so electricity tariff can be set differently in each region. Act also mandates the electricity price should be adjusted to level economic value with consider affordability to pay of the people. Currently the calculation of electricity cost of supply in Indonesia is still using the accounting method and apply a uniform tariff for all regions in Indonesia.
In this study, electricity price on five distribution businesses areas in Java Bali calculated by marginal costs the method. Marginal cost of power supply is defined as the change in total cost of service resulting from smalll change in demand. In this study the power plant unit for peaking was simulated using gas and High Speed Diesel (HSD).
The results showed marginal cost at the point of low voltage and medium voltage is influenced by the marginal capacity cost of distribution in each region. The highest marginal cost at the point of low voltage point and medium voltage is in the Distribusi Jawa Barat Banten. Marginal cost at the point of high voltage obtained have the same marginal cost in the five distribution. The results also showed that the use of fuel by peaking power plant will affect to the marginal cost. Peaking power plant that using HSD produces a higher marginal cost than using gas."
2013
T35523
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Wibatsu Wahyuntoro
"Sumur marjinal terjadi akibat penurunan produksi uap pada sumur produksi seiring waktu operasi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) dan diabaikan karena tidak lagi memenuhi spesifikasi pembangkit. Penelitian ini bertujuan membangun model untuk kelayakan pembangkitan pada sumur marjinal serta batasan setiap parameternya agar prinsip ?to produce electricity at the lowest possible cost? tetap terpenuhi. Analisis yang digunakan pada pemodelan adalah metode probabilistik dengan simulasi Monte Carlo. Ada dua skenario pemanfaatan yang digunakan yaitu untuk pemakaian sendiri pembangkit utama dan untuk mitigasi risiko pengeboran berkala. Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa pemanfatan sumur marjinal layak dilakukan dan dapat meningkatkan produktivitas perusahaan PLTP.

The abandoned marginal steam production well occurs due to steam depletion in geothermal production wells over the time. This research, with an objective to build a management model for wellhead power plant feasibility, uses probabilistic method with Monte Carlo simulation. There are two scenarios considered: supply the existing power plant auxiliaries and as risk mitigation of periodic drilling. This research has successfully proof the utilization of marginal steam production well and will lead to geothermal power plant company productivity in order to produce electricity at the lowest possible cost."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T43311
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leli Rahmawati
"Dalam tulisan ini saya tertarik untuk membahas mengenai kehidupan pengamen ondel-ondel jalanan sebagai kaum marginal yang beradaptasi dan bertahan hidup di perkotaan dengan memanfaatkan kesenian ondel-ondel Betawi untuk mengamen. Penelitian dilaksanakan di wilayah Pasar Gaplok, Kramat Pulo, Jalan Kembang Pacar, Kelurahan Kramat, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat, yang biasa disebut dengan kampung ondel-ondel. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan teknik wawancara mendalam dan observasi partisipan. Fokus perhatian dalam skripsi ini untuk mengetahui bagaimana proses degradasi budaya kesenian ondel-ondel Betawi dari bentuk tradisi yang sakral menjadi pertunjukan ondel-ondel jalanan yang dikomersialisasikan, saya kemudian mencari tahu alasan para pengamen jalanan menggunakan kesenian ondel-ondel sebagai sarana untuk mengamen dan bertahan hidup di kota Jakarta. Hasil Penelitian menunjukkan minimnya lapangan pekerjaan, pemahaman yang rendah terhadap kebudayaan, keterbatasan pengetahuan dan kemampuan membuat para pengamen memanfaatkan kesenian ondel-ondel Betawi untuk mengamen secara terus-menerus. Hal ini merupakan sebuah pilihan yang ditempuh pengamen ondel-ondel jalanan agar tetap dapat melangsungkan kehidupan mereka yang terkepung dalam kemiskinan

In this thesis, I am interested in discussing the life of street ondel-ondel buskers as marginal people who adapt and survive in urban areas by utilizing Betawi ondel-ondel art for busking. The study was conducted in the Gaplok Market area, Kramat Pulo, Jalan Kembang Pacar, Kramat Village, Senen District, Central Jakarta, commonly referred to as ondel-ondel village. The method used in this study is a qualitative research method with in-depth interviews and participant observation. The focus of attention in this thesis is to find out how is the process of degradation of Betawi ondel-ondel art culture from the form of sacred traditions to commercialized street ondel-ondel performance, then I search for out the reasons for street buskers in using ondel-ondel art as a means of busking and survival in the city of Jakarta. The results shows that lack of jobs, a low understanding of culture, limited knowledge and the ability have made buskers use Betawi ondel-ondel art for busking on an ongoing basis. This way of life has been chosen by the street buskers to make them continue on living their lives trapped in poverty."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tanah marginal atau “suboptimal” memiliki potensi untuk pengembangan pertanian, baik tanaman pangan,
perkebunan, maupun tanaman hutan. Secara alami, tanah ini mempunyai kesuburan yang rendah dan peka terhadap
erosi. Di Kalimantan, tanah marginal diperkirakan menempati areal seluas 30,15 juta ha atau 57,22% dari luas pulau, dengan jenis tanah utama terdiri atas Ultisols, sedikit Oxisols, dan Inceptisols. Tanah marginal dari batuan
sedimen masam memiliki karakteristik fisik yang sangat ditentukan oleh jenis bahan induk tanah (batu pasir atau batu liat). Sifat kimia tanahnya menunjukkan sifat yang sama, yaitu reaksi tanah masam, bahan organik bervariasi, serta nilai kapasitas tukar kation, basa-basa dapat tukar, kejenuhan basa, cadangan hara, dan status hara P dan K rendah, tetapi memiliki kejenuhan aluminium (Al) tinggi. Pengembangannya untuk pertanian, selain perlu
memerhatikan sifat fisik dan kimia tanahnya, juga perlu mempertimbangkan kondisi reliefnya. Wilayah dengan relief datar hingga berombak dapat dimanfaatkan untuk tanaman pangan semusim, sedangkan tanaman tahunan
atau perkebunan dan hutan tanaman industri dapat dikembangkan hingga relief berbukit. Teknologi pengelolaan lahan seperti pemupukan untuk memperbaiki kandungan hara tanah, pengapuran untuk meningkatkan pH tanah dan menurunkan reaktivitas Al, serta tindakan konservasi tanah sangat disarankan. Dewasa ini, tanah marginal banyak dimanfaatkan untuk tanaman perkebunan, seperti kelapa sawit, karet, lada, dan hutan tanaman industri, dan hanya sebagian kecil untuk tanaman pangan."
630 JPPP 29:4 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Ramadhan
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S35989
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manes, Rene P.
Sarasota: Florida American Accounting Association, 1988
658.155 3 MAN m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mujammil Asdhiyoga Rahmanta
"Penelitian kajian optimasi & analisis ekonomi distribusi Liquified Natural Gas (LNG) terhadap penurunan biaya bahan bakar penyediaan tenaga listrik pada pembangkit listrik di Wilayah Nusa Tenggara bertujuan untuk menentukan alokasi & fasilitas yang harus dibangun dalam distribusi LNG, serta mendapatkan kajian analisis keekonomian berdasarkan parameter kelayakan finansial distribusi LNG ke pembangkit listrik di wilayah Nusa Tenggara. Penelitian dilakukan dengan optimasi rute distribusi LNG dengan fungsi tujuan meminimalkan biaya transportasi. Optimasi rute distribusi dilakukan dengan pendekatan greedy algorithm dan integer linear programming. Rute distribusi hasil optimasi digunakan untuk menghitung besarnya Capital Expenditure (Capex) & Operasional Expenditure (Opex) terminal distribusi LNG. Kajian ekonomi distribusi LNG dilakukan dengan menganalisis besarnya nilai internal rate of return (IRR), payback period (PP) dan Net Present Value (NPV). Pembangkit listrik yang dikaji adalah Pusat Listrik Mesin Gas (PLTMG) yang mana mampu menggunakan bahan bakar jenis high speed diesel (HSD) dan gas alam. Terdapat enam PLTMG di Wilayah Nusa Tenggara antara lain Bima, Sumbawa, Lombok Peaker, Rangko, Maumere, & Kupang Peaker. Penelitian ini menggunakan basis data operasional tahun 2020 dimana harga rata-rata HSD di Wilayah Nusa Tenggara sebesar 5.620 Rp/liter dengan nilai kurs tengah Bank Indonesia sebesar 14.105 US$/Rp. Dari analisis dan pembahasan dihasilkan bahwa kebutuhan LNG per tahun untuk enam PLTMG dengan total kapasitas daya mampu netto 346 MW, capacity factor (CF) 44%, dan equivalent availability factor (EAF) 95% di Wilayah Nusa Tenggara adalah 449.497,43 m3/tahun. Optimasi distribusi LNG menghasilkan kombinasi rute Bontang, Bima, Sumbawa, Lombok Peaker, Bontang yang dilayani kapal ukuran 7.500 m3 dan Bontang, Rangko, Maumere, Kupang Peaker, Bontang yang dilayani kapal ukuran 2.500 m3 dengan total biaya transportasi 19.666.335 US$/tahun. Diperlukan 6 terminal LNG untuk memenuhi kebutuhan gas yaitu Bima, Sumbawa, Lombok Peaker, Rangko, Maumere, dan Kupang Peaker dengan total biaya Capex 151.941.482,95 US$. Menggunakan skema modal disetor (equity) 40%, pinjaman (debt) Bank 60% dengan bunga 10% cicilan selama 20 tahun, nilai Capex sebesar 151.941.482,95 US$, Opex sebesar 27.263.408,67 US$, maka sekurang-kurangnya diperlukan margin harga penjualan sebesar 5,5 US$/MMBTU sehingga distribusi LNG tersebut layak secara finansial dengan payback period selama 10 tahun, IRR 8,35%, dan nilai NPV postif sebesar 244.712.335,64 US$ pada tahun ke-20. Berdasarkan data tahun 2020, nilai biaya pokok penyediaan (BPP) tenaga listrik PLTMG di Wilayah Nusa Tenggara dengan LNG margin harga 5,5 US$/MMBTU adalah 8,42 Cent US$/kWh, lebih rendah 13% dibandingkan dengan BPP dengan HSD sebesar 9,69 Cent US$/kWh.

Research on optimization studies & economic analysis of Liquified Natural Gas (LNG) distribution towards reducing fuel costs of energy at power plants in the Nusa Tenggara Region aims to determine the allocation & facilities that must be built in LNG distribution, as well as obtain an economic analysis study based on financial feasibility parameters distribution of LNG to power plants in the Nusa Tenggara region. The research was conducted by optimizing the LNG distribution route with the objective function of minimizing transportation costs. Distribution route optimization is done by using the greedy algorithm approach and integer linear programming. The distribution route of the optimization results is used to calculate the amount of Capital Expenditure (Capex) & Operational Expenditure (Opex) of the LNG distribution terminal. The study of the economics of LNG distribution was carried out by analyzing the internal rate of return (IRR), payback period (PP), and Net Present Value (NPV). The power plant studied is the Gas Engine Power Plants (GEPP) which is capable of using high-speed diesel (HSD) and natural gas fuels. There are six GEPPs in the Nusa Tenggara Region, including Bima, Sumbawa, Lombok Peaker, Rangko, Maumere, & Kupang Peaker. This study uses an operational database in 2020 where the average price of HSD in the Nusa Tenggara Region is 5,620 Rp/liter with the Bank Indonesia middle rate of 14,105 US$/Rp. From the analysis and discussion, it is found that the LNG demand per year for six PLTMGs with a total net capacity of 346 MW, capacity factor (CF) 44%, and equivalent availability factor (EAF) 95% in the Nusa Tenggara Region is 449,497.43 m3/year. Optimization of LNG distribution resulted in a combination of routes Bontang, Bima, Sumbawa, Lombok Peaker, Bontang served by 7,500 m3 ships and Bontang, Rangko, Maumere, Kupang Peaker, Bontang served by 2,500 m3 ships with a total transportation cost of 19,666,335 US$/year. 6 LNG terminals are needed to meet gas needs, namely Bima, Sumbawa, Lombok Peaker, Rangko, Maumere, and Kupang Peaker with a total Capex cost of 151,941,482.95 US$. Using a 40% paid-in capital (equity) scheme, 60% Bank loan (debt) with 10% interest in installments for 20 years, Capex value of 151,941,482.95 US$, Opex of 27,263,408.67 US$, then at least a minimum sales price margin of 5.5 US$/MMBTU is required so that the LNG distribution is financially feasible with a payback period of 10 years, an IRR of 8.35%, and a positive NPV value of 244,712,335.64 US$ in the 20th year. Based on 2020 data, the cost of energy (COE) of GEPPs in the Nusa Tenggara Region with an LNG price margin of 5.5 US$/MMBTU is 8.42 Cent US$/kWh, 13% lower than COE with an HSD of 9.69 Cents US$/kWh."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amien Rahardjo
"ABSTRAK
Listrik merupakan sumber energi sekunder yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dan Industri, sehingga perubahan-perubahan yang terjadi pada energi listrik seperti tarif, maupun keandalan akan sangat mempengaruhi aktivitas dari manusia.
Dalam menentukan tarif listrik banyak sekali faktor yang mempengaruhi seperti, pendapatan perkapita masyarakat, biaya-biaya investasi dan operasi pengusahaan listrik, serta kebijaksanaan dari pemerintah. Sehingga kenaikan tarif listrik dipengaruhi oleh faktor tersebut diatas.
Dalam makalah ini peninjauan teknis tentang penentuan tarif dengan metoda Long Run Marginal Cost (LMRC) merupakan suatu pendekatan lain dalam menentukan tarif rata-rata konsumen tegangan tinggi, tegangan menengah, serta tegangan rendah."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"Proper management of a company always plans its activities, especially in increasing profits for its business. Furthermore, in estimating production prices, it should take into account the amount of production costs incurred. The methods used to calculate the production costs are two kinds: full costing method and variable costing methods. Full costing includes all elements of costing into the cost of production, which consist of raw material cost, direct labor costs and factory overhead costs; both are variable and fixed cost behaviors. Variable costing method is profit planning and behavior method that does not take into account all elements of costing; it only calculates the production cost variable."
AHKAM 1:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>