Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 128695 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Afif Kindri Bahar
"Penelitian ini merupakan studi yang membahas determinan kemiskinan dengan menggunakan data Susenas 2012 dan kemudian akan dilihat hubungan antara variable karakteristik rumah tangga tersebut serta dibandingkan dampak masing masing variabel di masing masing wilayah tersebut terhadap kemiskinan Penelitian ini menggunakan metode logistik pada data cross section Hal ini memiliki tujuan dan harapan agar kemiskinan semakin dapat diatasi serta Indonesia akan semakin membaik dalam jangka panjang Kata kunci Kemiskinan Perkotaan Pedesaan Karakteristik Socio economic dan Susenas 2012.

This study is a study that addresses the determinants of poverty using data Susenas 2012 Study aims to know the factors that affect poverty in urban and rural household level This study using logistic method on cross section data Demographic characteristics of households indicates the direction of education in accordance with previous studies while the manufacturing and agricultural sectors shows the probability to be poor compared to the trade and educational services Keywords Poverty Urban rural Household Characteristics and Susenas 2012.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S55857
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Kartika Sari
"ABSTRAK
Sebagai investasi bagi negara berkembang, pendidikan menjadi faktor kunci dan memainkan peran strategis untuk mewujudkan kesejahteraan. Teori modal sosial menyebutkan bahwa kualitas pendidikan yang baik akan menghasilkan kemampuan produktivitas yang tinggi dan membawa manfaat jangka panjang di dalam proses pembangunan. Bagi Indonesia hal ini menjadi prioritas melalui alokasi anggaran pendidikan minimal 20 persen dari porsi Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara APBN . Di sisi lain, akses pendidikan tersebut menjadi sulit bagi penduduk miskin, terutama di wilayah perkotaan dengan kompleksitas permasalahan perkotaan. Secara nasional, dalam rentang waktu 2007-2012 tercatat tingkat putus sekolah sebesar 43,39 persen Susenas BPS , demikian juga DKI Jakarta pada rentang tahun yang sama dengan rata-rata putus sekolah sebesar 38,86 persen yang didominasi oleh tingkat pendidikan menengah usia 16-18 tahun yaitu sebesar 38,92 persen. Anak yang mengalami putus sekolah pada usia ini tidak dapat melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan membatasi kemungkinan untuk dapat bersaing pada pasar tenaga kerja dengan kualitas pendidikan yang dimilikinya. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa karakteristik rumah tangga anak putus sekolah usia 16-18 tahun di DKI Jakarta tahun 2007-2013 adalah banyaknya jumlah anggota rumah tangga, jenis kelamin kepala rumah tangga, umur kepala rumah tangga yang relatif muda, usia ibu atau tingkat kematangan ibu pada saat menikah, tingkat pengeluaran perkapita rumah tangga, dan terbatasnya jumlah anggota rumah tangga lain selain kepala rumah tangga yang bekerja. Sebagai investasi bagi negara berkembang, pendidikan menjadi faktor kunci dan memainkan peran strategis untuk mewujudkan kesejahteraan. Teori modal sosial menyebutkan bahwa kualitas pendidikan yang baik akan menghasilkan kemampuan produktivitas yang tinggi dan membawa manfaat jangka panjang di dalam proses pembangunan. Bagi Indonesia hal ini menjadi prioritas melalui alokasi anggaran pendidikan minimal 20 persen dari porsi Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara APBN . Di sisi lain, akses pendidikan tersebut menjadi sulit bagi penduduk miskin, terutama di wilayah perkotaan dengan kompleksitas permasalahan perkotaan. Secara nasional, dalam rentang waktu 2007-2012 tercatat tingkat putus sekolah sebesar 43,39 persen Susenas BPS , demikian juga DKI Jakarta pada rentang tahun yang sama dengan rata-rata putus sekolah sebesar 38,86 persen yang didominasi oleh tingkat pendidikan menengah usia 16-18 tahun yaitu sebesar 38,92 persen. Anak yang mengalami putus sekolah pada usia ini tidak dapat melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan membatasi kemungkinan untuk dapat bersaing pada pasar tenaga kerja dengan kualitas pendidikan yang dimilikinya. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa karakteristik rumah tangga anak putus sekolah usia 16-18 tahun di DKI Jakarta tahun 2007-2013 adalah banyaknya jumlah anggota rumah tangga, jenis kelamin kepala rumah tangga, umur kepala rumah tangga yang relatif muda, usia ibu atau tingkat kematangan ibu pada saat menikah, tingkat pengeluaran perkapita rumah tangga, dan terbatasnya jumlah anggota rumah tangga lain selain kepala rumah tangga yang bekerja.

ABSTRACT
As an investment for developing countries, education is a key factor and plays a strategic role for the community welfare. The Social Capital Theory states that the quality of good education will result in high productivity and bring long term benefits in the development process. Investment on education sector also became one of priorities on Indonesia development plan which the government spent 20 percent from annual national budget. However, education still becomes difficult access to for the poor, especially in urban areas with the complexity of urban problems. In 2007 2012, Indonesia Central Bureau of Statistics recorded the level of school dropouts is around 43, 39 per cent Susenas, BPS . In DKI Jakarta, level of dropouts is 38, 86 per cent, dominated by student by age 16 18 years old or senior high school level. Student with dropouts, particularly in the age range, cannot continue education at higher level. In this condition, student with school dropouts will be limited the competition in labor market. The research found that the household characteristics of student with school dropouts in DKI Jakarta in 2017 2013 are the number of family member, gender of householder, the age of householder, maternal age, household spending per capita, and the limitation of household resources."
2015
T52074
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"UKBM covered Posyandu , Poskesdes and POD/WOD. Posyandu, Poskesdes POD/WOD are organized in village/or rural area with the goal to prepare health services. warung Obat Desa (WOD) based on SK Menkes No. 983/Menkes/VIII/2004 about WOD implementation guide. The objective of the study is assessment about of the influence factors of Using and the Effort of Health community based services "UKBM" at Household in Indonesia."
BUPESIK
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lidya Nafatilona
"Pada tahun 2007, pemerintah meluncurkan suatu program yang bernama PKH. Peserta PKH adalah Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) yang memiliki wanita hamil dan atau anak-anak yang berusia 0-15 tahun di dalamnya. PKH mengharuskan mereka untuk mengakses pendidikan dan layanan kesehatan sebagai balas jasa bantuan tunai. PKH bertujuan memutus mata rantai kemiskinan dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pada RTSM, dan secara khusus untuk meningkatkan kondisi sosial ekonomi RTSM, meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil dan anak di bawah enam tahun dari RTSM serta meningkatkan partisipasi anak umur 7 sampai 15 tahun untuk kembali bersekolah. Ibu rumah tangga atau wanita dewasa yang memperoleh bantuan karena mereka yang mengurus anak pada rumah tangga bersangkutan, dan bukan kepala keluarga.
Penelitian dilakukan untuk menganalisis pelaksanaan PKH di Kelurahan Warakas, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif dengan mengumpulkan informasi melalui wawancara mendalam kepada guru,bidan, pendamping dan salah satu peserta PKH serta adanya kelompok fokus diskusi yang dilakukan dengan peserta PKH di Kelurahan Warakas dan didampingi oleh pendamping PKH.
Hasil analisis yang didapat adalah bahwa dalam pelaksanaan PKH di Kelurahan Warakas ada beberapa permasalahan yang ditemukan seperti dalam sosialisasi, pencairan dana, dan budaya masyarakat Kelurahan Warakas yang membuat beberapa RTSM tidak lagi menjadi peserta PKH.

In 2007, the government launched a program called PKH. Participants PKH is very poor households that have pregnant women and children aged 0-15 years in it. PKH requires them to access education and health services as money transfer services rendered. PKH aims to break the chains of poverty and improve the quality of human resources (HR) on RTSM, and specifically to improve the socioeconomic conditions RTSM, improving maternal health and nutritional status of pregnant / post partum women and children under six years of RTSM and increase the participation of children aged 7 up to 15 years to return to school. Homemaker or adult women who get help because they are raising children in the household concerned, and not the head of the family.
The study was conducted to analyze the implementation of PKH in Warakas Sub District, Tanjung Priok District, North Jakarta. The analysis method is qualitative analysis by collecting information through in-depth interviews to teachers, midwives, companion and one of the participants PKH and the existence of the focus group discussions held with participants in Sub District Warakas PKH and PKH accompanied by a companion.
The analysis result obtained is that in the implementation of PKH in The Village Warakas found there are some problems such as in the socialization process, disbursement of funds, and village culture that makes some RTSM Warakas no longer be a participant PKH.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2011
T28372
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rusdiana Yuliarti
"Skripsi ini membahas karakteristik penglaju PNS Pemerintah Kota Bekasi untuk menunjukkan lokasi tempat tinggal menurut pendidikan, golongan, masa kerja dan pilihan moda transportasi berdasarkan jarak dari kantor dan jumlah trayek angkutan umum yang tersedia. Analisis secara spasial dan deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar penglaju PNS Pemerintah Kota Bekasi tinggal pada jarak dekat, di mana sesuai dengan konsep nglaju yaitu jarak berbanding terbalik dengan volume penglaju. Semakin dekat dengan kantor, maka penglaju PNS semakin tinggi pendidikannya, semakin tinggi golongannya, semakin lama menjalani masa kerjanya dan semakin cenderung menggunakan angkutan umum mikrolet untuk pergi ke kantor daripada motor dan mobil pribadi.

The focus of this study is commuter characteristics of civil servants in the city of Bekasi according to education, faction, year of service, and choice of mode based on distance from the office and public transportation route. The analysis is spatial and descriptive. This research indicates that most of commuter residences are short distance away from the office which matches with commuting concept that distance is inversely proportional with commuter volume. The closer to the office, the higher the education, faction, longer the year of service, and commuters prefer use public transportation to personal car and motorcycles."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S34154
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hadea Fielare Dinullah
"Kopi menjadi salah satu jenis minuman yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia. Sebagian besar dari total resapan dalam negeri memang digunakan sebagai bahan baku kopi instan. Namun kenaikkan yang terjadi beberapa tahun belakangan ini justru meningkat akibat perkembangan popularitas kedai kopi yang semakin pesat. Dengan kecepatan perkembangan yang luar biasa, bisnis kedai kopi menghadapi permasalahan baru, yakni kejenuhan yang dipicu oleh besarnya pertumbuhan kedai kopi namun tidak diiringi perluasan pasar. Penelitian ini menelusuri keterikatan konsumen sebagai solusi dari permasalahan tersebut menggunakan pendekatan keruangan. Secara spasial, penelitian ini mengidentifikasi karakteristik tempat serta konsumen agar dapat mengetahui pembentukan keterikatan antar keduanya. Untuk mengetahui hal tersebut digunakan metode campuran hybrid yang mengkolaborasikan pendekatan kualitatif dan kuantitatif secara efektif sehingga dapat diketahui gambaran yang mendalam pada setiap unsur. Hasil yang didapatkan dianalisis menggunakan analisis deskriptif agar dapat dijelaskan secara menyeluruh. Penelitian menunjukkan bahwa dalam membangun keterikatan antar kedai dan konsumen, karakteristik fisik dan sosial kedai memiliki peranan yang berbeda terhadap konsumen. Secara umum bagi konsumen karakteristik fisik lebih berfungsi sebagai daya tarik bagi konsumen baru sedangkan karakteristik sosial lebih berfungsi sebagai daya tarik bagi konsumen yang telah datang untuk bertahan. Namun keduanya memiliki value yang sama penting dalam membangun keterikatan. Dengan kondisi tersebut, untuk membangun keterikatan konsumen terhadap kedai yang kuat pengelola harus mengetahui segmentasi konsumen yang berkunjung sehingga mampu merumuskan konsep dan strategi yang akurat bagi pasar yang spesifik.

Coffee is a beverage that is widely consumed by Indonesians. Most of the total domestic absorption is used as raw material for instant coffee. However, the increase that has occurred in recent years increased due to the rapid coffee shops growth. Now the coffee shop business is facing a new problem triggered by a tremendous pace of growth that was not responded to by market expansion. This study investigates further consumer attachment as a solution to these problems using a spatial approach. This study identifies the characteristics of the place and the consumers to know the attachment forming process between the two. To find out the characteristics, a hybrid mixed method is used to collaborates the quantitative and qualitative approaches effectively. And the results were analyzed using descriptive analysis. Research shows that in building attachment between coffee shops and consumers, the physical and social characteristics of the shops have different roles. Generally speaking, physical characteristics attract new consumers to come, while social characteristics make them comfortable so they come again in the future. However, both characteristics have the same value in the process of building a consumer attachment. Under these conditions, to build a strong consumer attachment to the shop, the manager must know exactly what consumer segmentation they are facing, so they could formulate accurate concepts and strategies for specific markets to produce efficient in-store operations."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supriadi Hamdat
"ABSTRAK
Tesis ini membahas mengenai rumah tangga sebagai unit produksi dengan mengetengahkan kasus usaha pertenunan tradisional (gedongan) di Kabupaten Wajo. Usaha pertenunan gedongan. di Kabupaten Wajo adalah merupakan usaha rumah tangga yang dikelola secara tradisional. Kegiatan menenun ini umumnya dilakukan oleh kaum wanita, dan mereka adalah penenun secara turun-temurun. Unit usaha dikelola dalam rumah tangga sehingga hal ini sangat berperan dalam proses sosialisasi dan alih keterampilan bagi anak-anak dan anggota keluarga lainnya. Dalam pengertian bahwa rumah tangga penenun'tidak hanya berfungsi sosial tetapi jugs membawakan, fungsi ekonomi. Penenun-penenun tradisional di Wajo sejak dins telah membiasakan anak-anak mereka mengenal peralatan tenun yang digunakan, untuk selanjutnya memahami kegunaan dari tiap-tiap peralatan tersebut. Kebiasaan ini pada akhirnya akan mendorong anak-anak turut berpartisipasi dalam kegiatan bertenun.
Kemampuan bertahan usaha rumah tangga tenun gedongan di Kabupaten Wajo turut ditentukan oleh organisasi sosial seperti kekerabatan dan hubungan-hubungan patron-klien.Dalam usaha ini telah terbentuk hubungan kerja antar kerabat yang memiliki arti ekonomi dan relevansi penting bagi bertahannya usaha rumah tangga tersebut.
Hubungan patron-klien yang dikenal dalam masyarakat Wajo sebagai hubungan Ponggawa-sawi, di mana posisi seorang Ponggawa dimungkinkan karena ia memiliki kekuatan .ekonomi dan bertindak sebagai pemodal bagi sejumlah sawi. Dengan demikian bagi sejumlah penenun yang kekurangan modal usaha, maka menjalin hubungan kerja dengan seorang patron merupakan salah satu alternatif pilihan."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sabrina
"Penelitian ini bertujuan mengkaji pola konsumsi dan permintaan pangan rumah tangga di Sumatera Barat secara keseluruhan, menurut klasifikasi daerah dan kelompok pendapatan dengan menggunakan data Susenas 2002 Provinsi Sumatera Barat yang dikumpulkan oteh BPS. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis ekonometrika dengan menggunakan model Linear Approximation Almost Ideal Demand System (LA/AIDS).
Hasil analisis pola konsumsi menunjukkan bahwa tingkat konsumsi pangan sumber karbohidrat di pedesaan lebih tinggi dibanding di perkotaan dan tingkat konsumsi ini menurun dengan meningkattnya pendapatan. Sementara itu tingkat konsumsi pangan hewani, khususnya daging dan susu masih tergolong rendah, baik di Sumatera Barat, menurut klasifikasi daerah, maupun kelompok pendapatan. Tingkat konsumsi pangan hewani di perkotaan lebih tinggi dibanding di pedesaan, dan tingkat konsumsi ini semakin tinggi dengan meningkatnya pendapatan.
Hasil estimasi fungsi permintaan pangan menunjukkan harga, total pengeluaran pangan, dan jumlah anggota rumah tangga umumnya berpengaruh signifikan terhadap permintaan pangan rumah tangga di Sumatera Barat secara keseluruhan, berdasarkan klasifikasi daerah dan golongan pendapatan. Sedangkan pendidikan istri umumnya juga berpengaruh signifikan, kecuali pada kelompok pendapatan rendah tidak ada yang slgnifikan.
Hasil perhitungan elastisitas menunjukkan bahwa pcrmintaan pangan di pedesaan umumnya Iebih responsif terhadap perubahan pendapatan dibanding di perkotaan, dan perrnintaan pangan pada kelompok pendapatan rendah dan sedang umumnya lebih elastis terhadap perubahan pendapatan dibanding kelompok pendapnfan tinggi. Kenaikan pendapatan pada kelompok pendapatan rendah lebih diprioritaskan untuk meningkatkan konsumsi pangan pokok
(padi/umbi), sedangkan pada kelompok pendapatan sedang mulai mengarah pada diversirikasi pangan. Permintaan makanan/minuman padi umumnya elastis terhadap perubahan pendapatare dan inelastis terhadap perubahan harga sediri. Harga padi/umbi umumnya lebih besar pengaruhnya terhadap permintaan komoditas Iainnya dibanding pengaruh perubahan harga komoditas Iainnya terhadap permintaan padi/umbi, tarutama di pedesaan dan pada kelompok pendapatan rendah dan sedang.
Rekomendasi kebijakan berdasarkan temuan di atas adalah (1) Memperkenalkan subsidi kepada kelompok pendapatan rendah melalui bantuan raskin (beras miskin) atau bantuan langsung tunai (BLT), (2) Peningkatan pendapatan diarahkan kepada diversifikasi pangan dan gizi melalui penyuluhan pangan dan gizi, (3) Menjaga stabilitas harga padi/umbi (terutama beras) sehingga harga pangan lairmya ikut terjaga, (4) Meningkatkan pengawasan dan penyuluhan keamanan pangan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T34465
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>