Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132435 dokumen yang sesuai dengan query
cover
WPP 22(1-5)2010
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Riski Taufik
"Kecelakaan Laut sering kali terjadi di Indonesia namun seiring berjalannya waktu belum tampak penyelesaian terhadap masalah ini. Hal ini terjadi dengan masih tingginya tingkat kecelakaan laut di Indonesia. Dalam suatu kecelakaan, faktor manusia sangat dominan menjadi penyebab hal tersebut terjadi, di mana para awak berperan besar dalam terjadinya kecelakaan. Penelitian ini membahas peran awak dari sisi kualifikasi yang dimiliki serta perilaku aktual yang terjadi di lapangan pada kapal feri jalur penyeberangan Merak-Bakauheni. Kapal feri dipilih karena kapal feri merupakan kapal yang mengangkut penumpang dan barang di mana potensi kecelakaan dan akibat kehilangan nyawa yang besar terdapat pada jenis kapal ini. selain itu jalur penyeberangan Merak-Bakauheni merupakan salah satu jalur penyeberangan yang paling ramai di Indonesia. Dari penelitian ini didapat ternyata kualifikasi awak kapal feri jalur penyeberangan Merak- Bakauheni masih jauh dari standar yang dipersyaratkan walaupun hampir semuanya memiliki ijazah pelaut terlihat dengan adanya pelanggaran-pelanggaran yang terus terjadi terhadap aspek keselamatan tanpa adanya sanksi dan perbaikan atas perilaku tersebut.

Marine accidents often occur in Indonesia, but over time have not looked towards the settlement of this issue. This is still visible with the high level of marine accidents in Indonesia. In an accident, human factors are the dominant cause of a case occurs, where the crew of a role in the accident. This study discusses the role of the crew from qualification view also the actual behavior and that happens on the field at the ferry crossing paths Merak-Bakauheni. Ferry was selected because a ferry boat that carry passengers and goods in which the potential for accidents and loss of life due to the large ships are in this type. In addition, path-crossing Merak-Bakauheni is one of the lines crossing the most crowded in Indonesia. From this research we get that qualification of crew at ferry crossing path Merak- Bakauheni still far from the required standard even though almost all have seen competent sailor with the violations of safety aspect that continue to occur without the sanctions and improvements to any of the behavior."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44691
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sunaryo
"The study is aimed at proposing a solution for preventing ship accidents, ship collisions in particular, in Indonesia's busiest ferry crossing lane between Merak on Java Island and Bakauheni on Sumatera Island on the Sunda Strait, which intersects with the Indonesian Archipelagic Sea Lane. The Indonesian Archipelagic Sea Lane is provided by the Government of Indonesia, an archipelagic country, as an international passageway for ships sailing through Indonesian waters from the Indian Ocean to the South China Sea and the Pacific Ocean, by implementing a traffic separation scheme that regulates traffic proceeding in opposite or nearly opposite directions by means of a separation zone or line, traffic lane, etc. The study is motivated by records of fatal accidents that have taken place in the strait, and a portrait of the congested crossing lane is provided. The concept of a traffic separation scheme and its implementation in the Sunda Strait is simulated, with the conclusion that the scheme could minimize potential collisions between ships sailing through the strait. Therefore, it is urgent for the government to implement the scheme."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
UI-IJTECH 6:6 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Odri Amir
"Seiring dengan perkembangan dunia industri, banyak perusahaan yang menerapkan tekhnologi baru dengan tujuan meningkatkan produktivitas. Dengan peningkatan penggunaan tekhnologi baru ini juga berdampak pada perkembangan hazard yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja, disebabkan tidak diikuti perkembangan pengetahuan dan kemampuan pekerja terhadap tekhnologi tersebut. Salah satu penyebab kecelakaan paling besar adalah faktor manusia 80 %, oleh sebab itu faktor manusia merupakan faktor yang sangat dipertimbangkan.
Faktor tindakan tidak aman dan keadaan tidak aman yang dibahas untuk melihat adanya hubungan dengan kecelakaan kerja. Dengan diketahuinya hubungan factor-faktor tersebut diatas terhadap kecelakaan kerja, dapat dibuat program intervesi dalam rangka mencegah kecelakaan kerja. Desain penelitian deskriptif analitik melalui survey dengan pendekatan cross-sectional untuk menganalisis hubungan tindakan tidak aman, keadaan tidak aman terhadap kecelakaan kerja dengan memakai uji Chi=Square dengan bantuan perangkat lunak SPSS.
Penelitian dilakukan di Plant 11 salah satu perusahaan semen di Jawa Barat. Hasil penelitian mendapatkan tindakan tidak aman yang paling sering adalah kurang menggunakan APD, keadaaan tidak aman yang paling banyak adalah banyak debu, debu merupakan hazard utama di pabrik semen. Dari hasil uji statistik diperoleh adanya hubungan keadaan tidak aman yaitu kurangnya rambu bahaya terhadap kecelakaan berat.

Many companies implement new technology to aim increasing of productivity in recent industrial development. Increasing its development of new technology have an impact to increase number of hazard associated which contributed work accident due to not following knowledge and skill development through its technology human factor should strongly estimated as one of most accident cause is human factor (80%).
Unsafe Act and Unsafe Condition to related accident described in this thesis. Based on relation of the above factor, intervention program cord be made to avoid work accident related to unsafe act and unsafe condition. Observational research design through analytic survey with cross-sectional method to analysis relation of unsafe act and unsafe condition related to accident using chi-square by using SPSS software.
Research conducted at Plant 11 one of cement company in West Java. Results from this research find the most unsafe act is do not used PPE, the most unsafe condition is dust, dust is unsafe condition principal hazard at Cement Company. Results from statistic test get the less safety sign relation to work accident.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12983
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ragil Tri Indrawati
"Kapal merupakan salah satu armada angkutan yang memiliki peranan vital. Perdagangan, ekspor-impor, dan industri tidak dapat terlepas dari sarana angkutan berupa kapal. Dalam pengoperasiannya, kapal membutuhkan daya mesin yang sesuai sehingga kecepatan kapal tercapai. Penggunaan bahan bakar yang sehemat mungkin menjadi hal yang sangat penting. Penghematan bahan bakar erat kaitannya dengan hambatan kapal yang terjadi.Penghematan pemakaian energi pada pengoperasian kapal menjadi topik yang menarik dan sangat penting untuk dikaji.
Tujuan penelitian ini untuk mencari konfigurasi S/L optimum untuk mendapatkan nilai hambatan terendah sehingga akan mengurangi konsumsi bahan bakar pada saat kapal beroperasi dan membandingkan nilai hambatan yang terjadi pada kapal katamaran dan monohull. Dua buah model kapal catamaran dengan lambung simetris dan variasi rasio jarak lambung S/L 0,2 , 0,3 dan 0,4 digunakan dalam penelitian ini. Metode eksperimen (towing tank) dan numerik (HullSpeed- MaxsurfPro 11.12) dilakukan dalam penelitian denganvariasi kecepatan pada angka Froude 0.2 -1.0.
Hasil menunjukkan bahwa hambatan total kapal katamaran terbesar dengan rasio jarak lambung S/L 0,4 terjadi pada Fr < 0,3 dan Fr 0,4 - 1,0. Sedangkan untuk Fn 0,3 - 0,4 nilai koefisien hambatan terbesar dimiliki oleh rasio S/L 0,2 yang ditunjukkan dengan puncak hambatan gelombang paling tinggi (hump resistance). Dari hasil kedua metode menunjukkan bahwa monohull menghasilkan nilai hambatan yang lebih besar daripada katamaran khususnya pada 0.4 ≤ Fn ≤ 0.8.

Ship is one of the transportion that has a vital role. Trade, exports - imports and industry can't be separated from means of transportation of ship. In operation, the vessel requires engine power accordingly so that the ship's speed is reached. The use of fuel efficient as possible becomes very important. Fuel savings is closely related to resistance vessels occurs. Saving energy consumption on the operation of the ship became an interesting topic and very important to assess.
The purpose of this study to look for the configuration S / L optimum to obtain the lowest resistance values so that will reduce fuel consumption when the vessel to operate and compare the value of resistance that occurs in catamaran and monohull.Two models of catamaran with symmetrical and variation of unstagerred demi hulls configuration(S/L) 0.2, 0.3 and 0.4 used in this study. Experimental method (towing tank) and numerical (HullSpeed-MaxsurfPro 11:12) conducted the study with the velocity variations in the Froude number 0.1 -1.0.
The results showed that the total resistance of the largest catamaran with unstagerred demihulls configurationS/L 0.4 occurred at Fr <0.3 and Fr 0.4 to 1.0. As for the Fn from 0.3 up to 0.4 the value of the total resistance coefficient of the biggest obstacles is owned by the ratio S/L 0.2 as indicated by the highest peak of the wave resistance (Hump resistance). From the results of both methods showed that the monohull produces greater resistance value than catamaran partially 0.4 ≤ Fn ≤ 0.8.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1385
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Sanjoyo
"Latar belakang: Penelitian ini bertujuan mencari pengaruh sistem kerja nextcell yang bersifat multitasking dan faktor risiko lainnya terhadap kecelakaan di industri elektronik daerah depok pada tahun 2010-2013. Angka severity rate kecelakaan kerja pada periode kerja 2010-2012 (4,47 manhour;8,46/1000 manhour;28,91/1000 manhour) yang menjadikan dasar untuk dilakukan penelitian ini.
Metode: Penelitian menggunakan disain kasus kontrol berpadanan, kasus berjumlah 49 responden diambil dari data kecelakaan kerja periode 2010-2013 dan kontrol 98 responden, kontrol dipilih berdasarkan matching departemen kerja, tempat kerja serta diskripsi kerja yang sama. Variabel kecelakaan kerja merupakan variabel dependen dan sistem kerja, masa kerja, status pekerja, kerja shift, alat pelindung diri dan kebisingan. usia, jenis kelamin dan riwayat kesehatan merupakan variabel independen.
Hasil: Jumlah responden dengan kerja sistem nextcell 70 (47,61%) responden dan bukan nextcell berjumlah 77 (52,39%) responden. Responden dengan kerja nextcell mengalami kecelakaan 25 (35,7%). Penelitian ini mendapatkan sistem kerja next cell tidak berpengaruh menimbulkan kejadian kecelakaan kerja. Variabel yang mempengaruhi kecelakaan kerja adalah adanya riwayat penyakit OR=7,44;CI(95% 3,33-16,64) dan jenis kelamin laki-laki OR= 0,31 CI (95% 0,11-0,86).
Kesimpulan: Sistem nextcell tidak mempengaruhi timbulnya kejadian kecelakaan kerja. Variabel risiko yang mempengaruhi kecelakaan kerja adalah riwayat penyakit berisiko dan jenis kelamin laki-laki.

Background: This study aims to find the influence nextcell system that is multitasking and other risk factors to accidents in the electronics industry area depok 2010-2013. There is an increasing number of work accident severity rate in the period 2010-2011-2012 (4,47 manhour;8,46/1000 manhour;28,91/1000 manhour) which forms the basis for this research.
Methods: The study used case-control design with matched, cases amounted to 49 respondents drawn from the data of occupational accidents in 2010-2013 and 98 control respondents. Matched controls were selected by the department on work, workplace, descriptions of the same work. Variable dependent is occupational accidents and work systems, job tenure, employment status, shift work, personal protective equipment and noise. age, sex and medical history is an independent variable.
Results: The number of respondents with a working system nextcell 70 (47.61%) respondents and not nextcell 77 (52.39%) respondents. Respondents with nextcell have work accident 25 (35.7%). This research next cell does not affect cause incidence of workplace accidents. Variables health status have affect to work accidents OR = 7.44; CI (95% 3.33 to 16.64) and male gender OR = 0.31 CI (95% from 0.11 to 0.86) .
Conclusion: The nextcell system does not affect to incidence work accident. Variables health status and male can affect the risk of workplace accidents.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Utami Mutiara Ningrum
"Kecelakaan lalu lintas, termasuk kecelakaan kereta api merupakan salah satu penyebab umum morbiditas dan mortalitas hampir di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang. Namun sayangnya dampak cidera dan kerugian yang timbul dari permasalahan tersebut masih belum menjadi perhatian, dan diabaikan dari agenda kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola luka dan cidera yang terjadi pada korban kecelakaan lalu lintas yang meninggal akibat tertabrak kereta api yang diperiksa di Departmen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FKUI/RSCM pada periode tahun 2009 - 2014. Data diperoleh melalui rekam medik, dan kemudian jenis luka yang didapatkan disajikan dalam bentuk tabel. Hubungan antara luka eksternal dan internal dianalisis menggunakan uji Chi-Square. Dari total 106 sampel, korban didominasi oleh laki-laki dengan rasio laki-laki banding perempuan sebesar 3.61:1. Mayoritas korban berada pada rentang usia 20-50 tahun (85,86%). Luka eksternal yang paling banyak ditemukan berupa abrasi, dan bagian tubuh yang paling banyak mengalami luka eksternal adalah regio kepala, wajah, dan leher. Sebagian korban mengalami fraktur multipel dengan tulang kranial sebagai tulang yang paling banyak mengalami fraktur. Otak merupakan organ yang paling sering mengalami perlukaan. Ditemukan hubungan bermakna antara kontusio pada regio abdomen dan pelvis dengan luka limpa (p = 0,026).

Train accident has been one of the most frequent cause of morbidity and mortality worldwide, especially in areas where railway traffic is higher. The injuries and deaths caused by railway fatalities, although devastating, still has not been considered as an important issue. This research aim to observe the pattern of injuries in victims of railway fatalities that was otopsied in The Department of Forensic, Cipto Mangunkusumo Hospital within the period of 2009 - 2014. Secondary data in the form of meidcal record was collected and the pattern of injuries was presented in table form. The association between external and internal injury was analyzed using Chi-Square test. Out of 106 samples that match the inclusion and exclusion criteria, the fatalities were predominantly seen in the males with a male to female ratio 3.61:1. Most of the external injuries were found on the head, face, and neck region. The commonest external injuries sustained was abrasion. Some of the victims sustained multiple fractures and the majority of fractures were observed in the skull. Multiplicity in visceral injuries were found and the majority of victims had brain injuries. A significant association was found between contusion in abdominal-pelvic region and hepatic injury (p = 0,026).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liszarwan Baheram
"Kemajuan teknologi bidang otomotif telah memberi manfaat yang sangat besar kepada manusia, manfaat ini terutama di bidang perhubungan darat. Manfaat kendaraan bermotor ini sangat besar dan hal ini menyebabkan manusia berusaha memilikinya terutama sekali untuk kepentingan-kepentingan vital seperti ke kantor, kuliah ataupun bisnis lainnya. Untuk dapat mengemudi kendaraan dengan aman dan lancar dibutuhkan keserasian antara jumlah kendaraan, panjang jalan dan jumlah penduduk, disuatu tempat. Akhir-akhir ini terdapat ketidakseimbangan antara pertambahan jumlah kendaraan dengan jumlah panjang jalan, dimana jumlah pertambahan jalan tidak secepat pertambahan kendaraan. Akibatnya jalan terasa sempit, kenyamanan mengemudipun mulai berkurang dan kecelakan lalu lintas pun makin meninakat yang disertai pula dengan bertambahnya jumlah manusia yang mati akibat kecelakaan lalu lintas termasuk diantara pares korban ini adalah pejalan kaki.
Di Indonesia setiap tahun jumah kendaraan bertambah 8,13%,jalan hanya bertambah 2,61%.Pada tahun 1987 di lapork.an 10.809 kor-ban mati, 20.987 luka berat dan 26.522 luka ringan akibat kecelakaan lalu lintas di jalan raya. Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 1987 adalah 171.710.000 org.
Di USA 4 orang pejalan kaki meninggal karena kecelakaan lalu lintas per 100.000 penduduk. Pertambahan penduduk ini disamping akibat kelahiran juga akibat adanya urbanisasi. Pertambahan jumlah kendaraan timbul akibat berbagai macam hal seperti gengsi, ingin cepat sampai ditujuan , ingin terhindar dari kemacetan lalu lintas dan lain-lain. Kematian pejalan kaki akibat kecelakaan lalu lintas di Jakarta dalam periode 1974-1976 adalah sebesar 48.42%.
Meningkatnya jumlah perdestrian yang menjadi korban kecelakan lalu lintas ini adalah akibat beberapa hal :
1. Adanya pedestrian baru akibat pertumbuhan penduduk dan urbanisasi.
2. Meningkatnya mobilitas penduduk.
3. Trotoir tidak tersedia, di beberapa tempat trotoir dijadikan korban perluasan jalan dan ada juga trotoir yang dipakai untuk tempat berjualan.
4. Tempat penyeberangan , zebra cross tidak tersedia.
5. Disiplin yang kurang dari pejalan kaki dan pengendara kendaraan bermotor misalnya menyeberang tidak pada tempatnya, mengendarai kendaraan secara ugalan-ugalan."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989
T881
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilian R. Andries
"ABSTRAK
Dalam dekade ini, insidens cedera yang termasuk kelompok penyakit tidak menular, terjadi peningkatan dan dinamakan Epidemi Baru. Di Negara Barat terkenal dengan "penyakit kelalaian masyarakat modern". Data dari. Amerika maupun Indonesia, menunjukkan cedera merupakan penyebab kematian no-4, terutama pada usia muda dan diharapkan sebagai generasi penerus menjadi sumber daya manusia yang produktif. Selain mortalitas, cedera menyebabkan morbiditas seperti kecacatan dan ketidak-mampuan.
Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh faktor keparahan cedera anatomic terhadap kematian kasus cedera di IGD RSUPN CM Jakarta. hasil penelitian diharapkan memberikan sumbangan pemikiran bagi pengelola program dan para pengambil keputusan, disamping sebagai masukkan dunia ilmu pengetahuan di Indonesia.
Disain penelitian ini adalah Kasus Kontrol. Kasus Penelitian adalah kasus cedera yang dirawat di IGD atau mati sesudah dirawat nginap dalam waktu >7 hari dari saat masuk IGD RSUPN CSI.
Kontrol Penelitian adalah kasus cedera yang hidup >7 hari dari saat masuk IGD RSUPN CM. Jumlah kasus 216 dengan kontrcl 221. Penelitian ini tidak melakukan matching. OR (Odds Ratio) kematian diperhitungkan dengan analisis regresi logistik multivariat.
Faktor yang diteliti adalah:l) Karakteristik Manusia (umur dan Jenis kelamin); 2) Karakteristik Cedera (nilai keparahan cedera anatomis nilai keparahan cedera fisiologis dan mekanisme cedera) serta 3) Manajemen Cedera (rujukan dari Rumah Sakit lain, angkutan kasus ke IGD, waktu pra IGD, waktu masuk IGD dan penanganan operasi.
Hipotesis penelitian adalah pengaruh dari keparahan cedera kepala terhadap kematian kasus >7 hari. Cedera lokasi anatomis lain merupakan variabel kontrol dan dianalisis bersama-sama. Penilaian keparahan cedera anatomis menggunakan skala Anatomic Profile (skala AP). Dari penilaian keparahan cedera fisiologis dengan nilai Revised Trauma Score (RTS).
Hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh nilai keparahan cedera kepala terhadap kematian kasus cedera >7 hari yaitu OR nilai AP 3,4,5,6 dan 7 dibandingkan nilai AP <3 masing-masing AP 3 (3-3.99) 1.14 kali (95* CI:0.27-4.86). nilai AP 4 (4-4.99) 1.30 kali (95% CI:0.39-4.32), nilai AP 5 (5-5.99) 4.84 kali (95% CI: 3..43-16.44), AP 6 (6-6.99) 8.49 kali (95% CI:2.33-30.92) dan nilai AP x7 12.20 kali (95k CI:2.64-56.43). OR lokasi lainnya dari cedera kepala (dengan skala kontinu) terdiri dari nilai keparahan cedera dada 1.18 kali (95% CI:0.84-1.64), cedera perut 1.65-kali (95% CI: 1.21-2.25) dan cedera lainnya 1.30 kali (95% CI:1.03-1.62).
OR variabel kontrol lain adalah nilai keparahan cedera fisiologis 0.29 kali (95% CX:0.22-0.41) mekanisme cedera terdiri dari cedera jatuh 4.41 kali (95% CI:1.34-14.47) dan mekanisme cedera lain 1.73 kali (95% CI: 0.91-4.83) yang dibandingkan dengan mekanisme tabrakan kendaraan bermotor. Kemudian risiko waktu masuk IGD slang (jam 06.00-17.59) sebesar 2.00 kali (95% CI:1.11-3.59) dibandingkan masuk IGD malam-(jam 18.00-05.59) dan adanya penanganan operasi 0.16 kali (95% CI:0.07-0.38) dibandingkan yang tidak dioperasi.
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah melakukan penilaian keparahan pasien cedera yang masuk IGD RSQPN CM dengan skala Anatomic Profile (AP) dan sekaligus dengan penilaian keparahan cedera fisiologis yaitu skala RTS (Revised Trauma Score). Penilaian ini berguna untuk evaluasi kualitas penanganan kasus cedera. Pengembangan penilaian keparahan. ini adalah dilakukan pada semua rumah sakit yang ada IGD.
Daftar bacaan: 64 (1977-1995)

ABSTRACT
The Association between the Degree of Anatomical Injury and Fatality of Injury Patients at the Emergency Department of DR. Cipto Mangunkusumo National General Hospital, Jakarta, January - December, 1993In the past decade, the incidence of injury, which is a non-infectious disease, increased and was termed the New Epidemic. In the developed countries it is called "The Neglected Disease of modern society.. Data from Indonesia and USA showed that injury is the fourth cause of death, especially among the younger age groups, which are the productive age groups and the future generation of Indonesia. Beside the magnitude of mortality, injury also causes increased morbidity, disability and invalidity.
The objective of this study is to assess the association between the severity of anatomical injury and the fatality of injury patients at the Emergency Department of DR. Cipto Mangunkusumo General Hospital. It is anticipated that the results of this study would be useful for program managers and decision makers, and at the same time would contribute to the overall information on injury in Indonesia.
The study was designed as a case-control study. Cases were fatal injury patients who died at the Emergency Department or who died within 7 days after admission. Control were injury patients who survived at least 7 days after admission. A total of 216 cases and 221 controls were obtained. No matching was performed. The odds ratio for fatality between cases and controls were calculated using multiple logistic regression method.
The factors that were controlled for were: (1) subject characteristics (age, sex); (2) injury characteristics (anatomical injury severity, physiological injury severity, and type of injury mechanism) ; (3) injury management factors (referrals from other hospitals, means of transportation, length of pre-emergency periods, time of day the admission, and the fact of any definitive operation performed).
The hypothesis to be tested was the association between of head injury and fatality. Injury of other anatomical areas were treated as separate variables for control and simultaneous associative analysis. The severity of anatomical injury was quantified using the Anatomic Profile Scale (AP scale) . The severity of physiological injury was quantified using Revised Trauma Score (RTS).
Result of analysis showed that, as compared with injuries with AP score of c3 for head injuries, the injuries having an AP score of 3, 4, 5, 6, and 27 for head injuries had odds ratio of 1.14 (95% CI:0.27-4.86), 1.30 (95% CI:0.39-4.32), 4.84 (95% CI: 1.43-16.44), 8.49 (95% CI:2.33-30.92) and 12.20 (95% CI:2.64-56.43), respectively, after controlling for the other variables mentioned above.
Odds ratio for injuries at other anatomical areas (whose AP scores treated as continuous variables) were: chest injury: 1.3.8 (95% CI:0.84-1.64), abdominal injury: 1.65 (95% CI:1.21-2.25), and other areas of injury: 1.30 (95% CI:1.03-1.62). Other odds ratio were: physiological injury severity (RTS score) : 0.29 (95% CI:0.22-0.41), injury mechanisms: fall: 4.41 (95% CI:1.34-14.47), others: 1.73 (95% CI:0.91-4.83) -(compared to motor vehicle injuries); admission during the day: 2.00 (95% CI:1.11-3.59) (compared to admission during the night)] having a definitive operation performed: 0.16 (95% CI:0.07-0.38) (compared to not having a definitive operation performed.
The result of the study indicated the appropriateness of using the AP score and the RTS to asses the anatomical and physiological injury severity respectively. This scoring system should be implemented at the Emergency Departments of all hospitals to assist in the audit of emergency department performance.
References: 64 (1977-1995)
"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Nurbaidah
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26544
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>