Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3956 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mayer, Colin
"Contents :
Introduction -- In the beginning -- Morals and markets -- Reputation -- Regulation -- Evolving enterprises -- Bought and closed -- Capital and commitment -- Value and values -- Governance and government -- Without end."
Oxford: Oxford University Press, 2013
658.001 MAY f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Edwina Kharisma
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai penerapan doktrin failing firm defense (FFD) sebagai pembelaan bagi merger antara perusahaan yang saling bersaing dimana secara prima facie merger tersebut bersifat anti-kompetisi. Penerapan doktrin FFD ini berlaku untuk memberikan perlawanan pada argumentasi awal yang diberikan oleh otoritas persaingan usaha untuk menghalangi suatu merger. Dalam skripsi ini Penulis akan memaparkan konsepsi dasar dari doktrin FFD serta sejarah penerapannya di Amerika dan Uni Eropa. Selain itu skripsi ini juga bertujuan untuk memaparkan beberapa kriteria uji (substantive test) FFD yang digunakan oleh otoritas persaingan usaha di Amerika dan Uni Eropa dalam menentukan kelayakan pembelaan bagi suatu merger yang bersifat anti-kompetisi dengan metode case study. Pemahaman mengenai kriteria pengujian doktrin FFD ini penting untuk mencegah terjadinya penyelewengan dalam penggunaan doktrin FFD oleh pelaku usaha serta memberikan kejelasan bagi pelaku usaha sebelum merencanakan sebuah merger.

ABSTRACT
This study elaborates the application of failing firm defense (FFD) doctrine as a defense used to justify an otherwise anti-competitive merger involving failing firm/s. In particular, this doctrine applies in order to rebuff the prima facie argument forwarded by competition authority to block a merger. In this study, Writer explains the basic conception of FFD as well as the history of its implementation in the United States and European Union. Apart from that, this study is intended to provide comprehensive elaboration on the assessment of each element in FFD doctrine employed by competition authorities in the United States and European Union by way of case study. Thorough understanding on the legal tests in assessing the defense using FFD doctrine is imperative to avoid abuse of its application and to provide companies with adequate information to carefully plan their merger. "
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011
S257
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Antun Mardiyanta
"Abstract. Public trust is a very essential and fundamental element to the legitimacy of public administration. Moreover, the local government is obliged to serve the community. Without public trust, many policies may have serious problems. Therefore, it is necessary to maintain and enhance public trust. A highly committed public trust will allow public administrators to receive good judgment, which is, necessary in the policy-making process. This paper is carefully seeing through some findings of a deliberative public policy formulation, especially in the planning and budgeting areas. The qualitative study was conducted in the Probolinggo regency from 2008 to early 2011. Data were collected through participant and non-participant observation, focus group discussions, in-depth interviews, as well as search of relevant documents. The findings of this study indicate the existence of change in public which in the current situation requires a commitment of local political elite to open public places. Commitment to the use of public places, in the application of the transparency principles, participation and accountability in public policy formulation process, will bring back public trust to the local government; especially if the local society feels and believes that the deliberative public participation will significantly affect the final result of the policy formulation.
Abstrak. Kepercayaan publik adalah elemen yang sangat penting dan mendasar untuk mendapatkan administrasi publik yang sah. Terlebih lagi, pemerintah daerah berkewajiban untuk melayani masyarakat. Tanpa kepercayaan publik, banyak kebijakan akan menemui masalah-masalah yang serius. Karenanya, adalah sangat perlu untuk menjaga dan meningkatkan kepercayaan publik. Kepercayaan publik yang berkomitmen akan memungkinkan administratur publik untuk mendapatkan penilaian yang baik, yang mana diperlukan di dalam hal proses penyusunan kebijakan. Makalah ini melihat dengan sangat hati-hati beberapa temuan di dalam formulasi kebijakan publik yang bersifat deliberatif, terutama di dalam area perencanaan dan penganggaran. Studi kualitatif ini dilakukan di kabupaten Probolinggo dari tahun 2008 sampai awal 2011. Data dikumpulkan dengan jalan pengamatan partisipatif dan non-partisipatif, diskusi kelompok terarah, wawancara mendalam dan penelitian dokumen-dokumen terkait. Temuan dari penelitian ini menunjukkan adanya perubahan di masyarakat, yang mana – di dalam situasi sekarang ini – membutuhkan komitmen dari elit politik lokal untuk membuka ruang-ruang publik. Komitmen untuk menggunakan ruang-ruang publik, dalam hal penerapan prinsip keterbukaan, partisipasi dan akuntabilitas di dalam formulasi kebijakan publik, akan mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan daerah; terutama bila masyarakat setempat merasa dan percaya bahwa keikutsertaan masyarakat secara sukarela akan memengaruhi secara bermakna hasil akhir dari formulasi kebijakan."
Department of Administration Sciences, Faculty of Social and Political Sciences, Airlangga University, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gross, Martin L.
New York: Avon Books, 1998
362.0973 GRO m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Albright, Madeleine
New York: Harper Perenial, 2008
327.73 ALB m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Christian Wisnu Purnaadi
"Smart contract terinspirasi dari kontrak tradisional, dimana berperan sebagai dasar hubungan bisnis. Validasi dilakukan untuk memastikan smart contract sesuai dengan kontrak tradisional. Smart contract merupakan bagian fundamental dari blockchain bernama Ethereum. Blockchain adalah ledger terdistribusi dan diamankan dengan mekanisme konsensus berdasarkan kriptografi. Smart contract adalah program komputer yang disimpan di blockchain yang memungkinkan konversi kontrak tradisional menjadi paralel secara digital, maka akan berperilaku persis seperti yang diprogram. Blockchain dikenal memiliki immutability dengan memastikan blok-blok digabungkan dengan hash yang dienkripsi dalam blockchain, sehingga tidak ada yang dapat mengganggunya. Immutability sangat dibutuhkan untuk menjamin pencatatan dapat dipercaya, karena tidak dapat dimanipulasi oleh pihak manapun. Namun, kebutuhan akan pengembangan fitur baru telah memunculkan teknik upgrade. Di sisi lain terdapat pihak yang tidak setuju apabila smart contract dapat diupgrade karena dapat merusak immutability dalam blockchain, karena melalui upgrade akan merubah perilaku dalam smart contract. Pada kasus dimana smart contract memerlukan lebih dari satu kali transaksi. Pada jeda waktu tersebut pengembang dapat mengupgrade smart contract sehingga perilaku smart contract dapat berubah, hal ini dapat merugikan pengguna. Untuk mengatasi masalah tersebut maka diperlukan mekanisme upgrade yang transparan, sehingga dapat divalidasi. Pada penelitian ini mengusulkan sistem validasi smart contract untuk membantu pengguna publik memahami perilaku smart contract.

Smart contracts are inspired by traditional contracts, the basis for business relationships. Validation is done to ensure that smart contracts comply with traditional contracts. Smart contracts are a fundamental part of the blockchain called Ethereum. Blockchain is a distributed ledger and is secured by a consensus mechanism based on cryptography. Smart contracts are computer programs stored on the blockchain that allow the conversion of traditional contracts into digital parallels, so they will behave exactly as programmed. Blockchain is known to have immutability by ensuring that blocks are combined with encrypted hashes in the blockchain so that no one can interfere with it. Immutability is needed to ensure that records can be trusted because they cannot be manipulated by any party. However, the need for the development of new features has given rise to upgrade techniques. On the other hand, some parties disagree that smart contracts can be upgraded because they can damage the immutability of the blockchain. After all, upgrading will change the behavior of the smart contract, in cases where smart contracts require more than one transaction. During this time gap, developers can upgrade the smart contract so that the behavior of the smart contract can change, this can be detrimental to users. To overcome this problem, a transparent upgrade mechanism is needed, so that it can be validated. This study proposes a smart contract validation system to help public users understand the behavior of smart contracts."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hacker, Andrew
New York: St. Martin's Griffin, 2011
378.7 HAC h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rutter, William A.
Gardena: Gilbert Law Summaries, 1973
336.2 RUT i II
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Clinton, Bill
London: Arrow Books, 2008
361.7 CLI g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dizza Aliftsa Agus
"Tiongkok merupakan salah satu perekonomian terbesar di dunia pada saat ini, disebabkan oleh pertumbuhan ekonominya yang pesat dan konsisten selama tiga dekade terakhir. Sebagai emerging economic power, investasi keluar menjadi salah satu prioritas untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunannya. Pada tahun 2007, Tiongkok mendirikan Sovereign Wealth Fund bernama China Investment Corporation (CIC) untuk mengelola dan menginvestasikan dana negaranya. Seiring waktu, CIC menjadi kendaraan investasi yang diandalkan untuk menghasilkan keuntungan. Untuk itu, CIC pun mengeksplorasi berbagai instrumen dan model berinvestasi, salah satunya dalam bentuk investasi co-investment yang dilakukan dalam kerja sama dengan pihak swasta. Namun, iklim ketegangan dan kompetisi dagang dan investasi antara Tiongkok dan Amerika Serikat menuai pertanyaan dan kekhawatiran tentang motif politik dan strategis di balik strategi investasi CIC. Oleh karena itu, penulis menggunakan kerangka analisis Macro-Framework of Foreign Economic Policy untuk memahami faktor-faktor pendorong di balik investasi CIC dan kerja samanya di China-US Industrial Cooperation Fund. Pada umumnya, kerangka ini menjelaskan bahwa terdapat tiga variabel utama yang mendorong Tiongkok, melalui CIC, untuk memanfaatkan kerja sama dan kemitraan adaptif demi mencapai kepentingan tertentu. Melalui penelitian ini, penulis menemukan bahwa CIC memanfaatkan kerja sama China-US Industrial Cooperation Fund untuk mengamankan akses investasi ke pasar AS dan menghindari rezim pengawasan investasi asing di AS.

China is one of the largest economies in the world due to its rapid and consistent economic growth over the past three decades. As an emerging economic power, outbound investments has been a priority of the government to maintain economic growth and development. In 2007, China established a Sovereign Wealth Fund named China Investment Corporation (CIC) to manage and invest its state funds. Over time, CIC has become a reliable investment vehicle to generate profit for its shareholder, the Chinese state. For this reason, CIC has also explored various investment instruments and models, one of which is in the form of co-investment carried out in collaboration with the private sector. However, the recent backdrop of a strained trade and investment relationship between China and the United States has raised concerns about the political motives and orientation behind CIC’s investment strategy. The author uses the Macro-Framework of Foreign Economic Policy analytical framework to understand the driving factors behind CIC’s investment and its cooperation in the China-US Industrial Cooperation Fund. In general, this framework hypothesizes that there are three main variables that drive China, through the CIC, to utilise this ‘adaptive partnership’ to achieve its national interest. In this study, the author finds that CIC uses China-US Industrial Cooperation Fund to secure market access for its investments in the US market while avoiding scrutiny and blockade from the foreign investments committee in the US."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>