Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 47419 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Andini Ayu Pramesti
"Identifikasi image menjadi salah satu hal penting yang harus dilakukan dalam bidang Kedoktern Nukir, karena melalui proses ini efektifitas radiofarmaka di dalam tubuh pasien dapat dimonitor dan dievaluasi. Salah satu parameter yang merepresentasikan kualitas suatu image adalah resolusi spasial. National Electrical Manufacturing Association (NEMA) telah menerbitkan protokol standar yang selama ini digunakan sebagai dasar penentuan resolusi spasial pada sistem pencitraan PET (NEMA, 2007). Namun metode ini masih memiliki banyak sekali kekurangan, diantaranya metode NEMA hanya memperhitungkan analisa profil dalam satu dimensi dan metode fitting parabola sederhana untuk menentukan titik puncak, kemudian metode NEMA tidak dapat memperhitungkan nilai standar deviasi, dan yang terakhir metode ini tidak memungkinkan dilakukan model selection (Hardiansyah, 2018) (Romano, 2015) (Attarwala, 2017). Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode alternatif evaluasi resolusi spasial menggunakan fungsi Gaussian menjadi sebuah perangkat lunak open source yang dapat menganalisa resolusi spasial tidak hanya melalui perhitungan secara empat dimensi mengingat di Indonesia belum ada hal serupa. Perangkat lunak yang dikembangkan nantinya dapat diakses secara bebas, tanpa lisensi berbayar dan akan melengkapi keterbatasan metode NEMA agar dapat membantu para fisikawan medis untuk mengevaluasi resolusi spasial dengan waktu pengerjaan yang relatif singkat dan hasil yang lebih akurat sehingga treatment yang diberikan pada pasien akan lebih maksimal.

Image identification is one of the important things that must be done in the field of Nuclear Medicine, because through this process the effectiveness of radiopharmaceuticals in the patient's body can be monitored and evaluated. One of the parameters that represent the quality of an image is the spatial resolution. The National Electrical Manufacturing Association (NEMA) has published a standard protocol that has been used as the basis for determining spatial resolution in PET imaging systems (NEMA, 2007). However, this method still has many shortcomings, including the NEMA method can only takes into account profile analysis in one dimension and a simple parabolic fitting method to determine the peak point, then the NEMA method cannot take into account the standard deviation value, and finally this method does not allow model selection (Hardiansyah, 2018) (Romano, 2015) (Attarwala, 2017). This study aims to develop an alternative method of evaluating spatial resolution using the Gaussian function into an open source software that can analyze spatial resolution not only through four-dimensional calculations considering that in Indonesia there is no such thing. The software developed will be freely accessible, without a paid license and will complement the limitations of the NEMA method in order to help medical physicists evaluate spatial resolution with a relatively short processing time and more accurate results so that the treatment given to patients will bemaximized.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andriyana Dwi Astuti
"Tesis ini membahas konflik antar serikat pekerja SPSI dan FSPMI yang berada di PT. Bakrie Tosanjaya dan PT. Bakrie Pipe Industries dalam konflik industri. Pendekatan yang dilakukan menggunakan kualitatif dengan studi kasus. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada konflik tersebut terjadi dominasi oleh satu serikat pekerja kepada serikat pekerja lainnya. Dahrendorf menyatakan proses perpecahan serikat pekerja dikarenakan adanya kondisi teknis organisasi, kondisi politis organisasi, dan kondisi sosial organisasi. Berdasarkan kondisi tersebut muncul konflik industri yang sering terjadi di BT dan BPI yaitu Perjanjian Kerja Waktu Tetap dan Insentif atau upah. Sedangkan konflik yang terjadi antara SP di masing-masing perusahaan lebih sering dengan perebutan anggota, akan tetapi tindakan union busting juga ditemui dengan adanya status anggota yang ganda pada dua SP. Perbandingan antara SP yang bearada di perusahaan menunjukkan bahwa SPSI cenderung lambat karena mengutamakan musyawarah, sedangkan FSPMI lebih militan meskipun aspirasi buruh dapat diperjuangkan dengan menimbulkan korban. Resolusi yang dilakukan selama ini hanya mengikuti berdasarkan undang-undang, dan belum ada model yang tepat apabila terjadi konflik antar SP didalam satu perusahaan. Maka perlu adanya model yang baru secara intern agar konflik yang terjadi baik konflik antar SP dan konflik industri dapat diselesaikan dengan bipartit.

This thesis discusses the conflict between trade unions and FSPMI SPSI residing in PT. Bakrie Tosanjaya and PT. Bakrie Pipe Industries in industrial conflict. Conducted using a qualitative approach with case studies. The results showed that the conflict occurred domination by one union to the other unions. Dahrendorf states split the union because of the technical condition of the organization, organizational political conditions, and social conditions of the organization. Under these conditions arise industrial conflict that often occurs in BT and BPI namely Employment Agreement Fixed Time and Incentives or wages. While the conflict between the SP in each company more often with the seizure of members, but the act of union busting also met with members of the dual status of the two unions. Comparison between SP bearada in the company indicate that the SPSI tend to be slow due to prioritize the deliberations, while the more militant FSPMI despite the aspirations of workers can be fought with casualties. The resolution is only performed during follow by law, and there is no exact model in case of conflicts between unions within one company. Hence the need for a new model internally so that conflicts both conflicts between unions and industrial conflict can be resolved with a bipartite.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T43220
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Atiq Mukarromah
"Pemberlakuan UU. 16/2001 tentang yayasan dimanfaatkan oleh oknum badan pendiri dan yayasan X untuk membuat akte baru terkait dengan perubahan struktur organisasi. Tetapi hal ini dilakukan tanpa melalui rapat pleno badan pendiri. Perubahan yang tidak transparan ini
menimbulkan penolakan terutama anggota badan pendiri yang tidak tahu akan perubahan akte yayasan dan konilik di level manajemen atas. Sehingga perlu dirumuskan bagaimana langkah-langkah selanjutnya agar konflik dapat terselesaikan dan perubahan dapat dilakukan.
Solusi yang ditawarkan ada tiga yaitu (a). musyawarah bersama antar kedua belah pihak, (b). Meggunakan bantuan pihak III, (c). Menempuh jalur hukum. Solusi yang direkomendasikan adalah menggunakan bantuan pihak III.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah menyelesaikan konflik dan merencanakan perubahan yang transparan sehingga dapat diterima semua pihak Untuk itu diperlukan pihak III untuk menjembataninya. Adapun tahap-tahapannya adalah: (a).Mencari pihak III,(b). Kemudian pihak ketiga melakukan pertemuan dengan masing-masing pihak. Hasil pertemuan tersebut dianalisis pihak III untuk dicari titik yang dapat mempertemukan mereka. (c). Hal ini kemudian dikomunikasikan pihak III kepada kedua belah pihak. (d) Setelah masing-masing pihak dapat memahami keinginan dan maksud pihak yang lain, baru kedua belah pihak bertemu. Pertemuan ini diharapkan menghasilkan kesepakatan dan merumuskan langkah bersama, (e). Melakukan proses perubahan berencana, (f). Hasil perubahan di dokumentasikan dalam sebuah buku untuk disosiaiisasikan pada pengurus dan karyawan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T38788
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Luthfi Khairunnisa
"Kepuasan perkawinan dan strategi resolusi konflik menjadi faktor penting yang menentukan perkawinan dapat bertahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan strategi resolusi konflik dalam memprediksi kepuasan perkawinan pada tiga kelompok durasi perkawinan yaitu perkawinan lima tahun pertama, perkawinan pada durasi 5-15 tahun dan perkawinan di atas lima belas tahun khususnya pada perempuan. Penelitian ini dikhususkan pada partisipan perempuan dalam tiga rentang waktu dikarenakan pada setiap durasi perkawinan memiliki konflik yang berbeda dan hal tersebut mempengaruhi kepuasan perkawinan. Selama melewati tahapan perkembangan keluarga, ternyata pria tidak mengalami perubahan pola kepuasan perkawinan, sementara perempuan mengalami perubahan di setiap fasenya. Responden penelitian ini berjumlah 651 perempuan yang sedang menjalani perkawinan pertama. Pengambilan sampel yang digunakan menggunakan teknik convenience sampling yaitu pengambilan berdasarkan kesediaan responden. Pengukuran kepuasan perkawinan mengunakan alat ukur Quality Marital Inventory (QMI) dan strategi resolusi konflik menggunakan Conflict Resolution Style Inventory (CRSI). Hasil penelitian dari 651 orang partisipan menunjukan bahwa tidak ada perbedaan kepuasan perkawinan di ketiga kelompok durasi perkawinan. Terdapat perbedaan penggunaan strategi resolusi konflik dimana conflict engagement lebih sering digunakan oleh kelompok perkawinan lima tahun pertama dan compliance lebih sering digunakan pada kelompok perkawinan di atas lima belas tahun. Sedangkan untuk analisis regresi terkait prediksi antara strategi resolusi konflik dan kepuasan perkawinan, ditemukan bahwa strategi resolusi konflik positive problem solving, conflict engagement, withdrawl dapat memprediksi kepuasan perkawinan pada ketiga kelompok durasi perkawinan. Sedangkan strategi resolusi konflik compliance tidak dapat memprediksi kepuasan perkawinan di setiap kelompok.

Conflict Resolution Style Inventory (CRSI). The results of this study showed that there were no differences marital satisfaction in three categories duration of marriage. There are differences in use of conflict resolution strategies where conflict engagement is more often used in duration marriage less than five years and compliance is more often used in duration marriage over fifteen years. There is a significant correlation between positive problem solving, conflict engagement, and withdrawal to marital satisfaction. Meanwhile compliance no significant correlation between marital satisfaction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Margaretha Noviera
"Dewasa ini, perkembangan dunia perdagangan dan dunia usaha semakin meningkat, dimana produksi barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat semakin meningkat, baik dari segi jenisnya maupun jumlahnya. Oleh karena itu, hubungan diantara para. pihak tersebut haruslah dituangkan ke dalam sebuah perjanjian. Perjanjian-perjanjian dalam dunia usaha dan perdagangan itu akan aelalu terjadi dan kemungkinan terjadi berulang-ulang pada objek ataupun tempat yang sama.
Untuk menciptakan efisiensi terhadap kerja, waktu Serta biaya, maka di kemudian hari timbul apa yang disebut dengan Perjanjian Baku (Standard Contract) atau perjanjian dengan syarat-syarat baku yang dilakukan oleh kedua belah pihak.
Yang dimaksud dengan Perjanjian Baku adalah suatu perjanjian tertulis yang dibuat hanya oleh salah satu pihak dalam perjanjian tersebut, di mana pihak lain dalam perjanjian tersebut tidak mempunyai kesempatan atau hanya sedikit kesempatan untuk menegosiasi atau mengubah klausula-klausula yang sudah dibuat oleh salah satu pihak tersebut, sehingga biasanya perjanjian baku tersebut sangat berat sebelah.
Dengan kemajuan perekonomian di dunia yang selalu akan diikuti dengan meningkatnya arus produksi barang dan jasa dan tingginya daya bali masyarakat, mengakibatkan kurangnya ketel it ian dari para produsen di dalam menghasilkan produk mereka, baik dari segi kualitas dan higienis, yang kualitasnya tidak baik dan dalam kondisi yang nwmbahayakan hidup orang banyak. Dalam hal yang demikian, maka diperlukan suatu aspek yang mengatur mengenai perlindungan konsumen.
Dikarenakan produsen memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan dengan konsumen, maka menimbulkan permasalahan karena mendorong kegiatan proses konsumsi mengarah atau bertitik tolak pada kepentingan-kepentingan dari produsen, di mana kebutuhan konsumen diatur sesuai dengan kepentingan dari produsen dan konsumen tidak dapat berbuat apa-apa.
Berdasarkan permasalahan teraebut diatas, maka lahirlah suatu Undang-Undang, yaitu UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen pada tanggal 20 April 1999 (Lembar Negara Republik Indonesia No. 42 Tahun 1999).

Presently, the longer growth of trading and business worlds had increased in which goods and service products required by society had increased either its quality or quantity. Hence, correlation among those parties should be expressed within any agreement. The agreement in those trading and business worlds will always occur, possibly, it will occur at the same object or place repeatedly. Then, to create efficiency of work, time and cost, in the future it will rise so called Standard Contract or agreement by standardized requirement conducted by both parties.
The meaning of such Standard Contract is any agreement in written solely, it just be made by any party where other party had not been given opportunity and if any it is only a bit to negotiate or revise the clauses had been made by such any party, hence, usually, such agreement is not supposed fair.
In line with economic growth in the world that always be followed by increasing of goods and service flows and height of purchase power of society, it result in producers had produced their products inaccurately, ether in quality or hygiene aspects which of quality is not good and in condition endangering so many people. Then, in such case, it is required any aspect regulating consumer's protection.
As result of producers has more capability than consumers, then, it had resulted in problems as spurring consumption process activities directing or underlying producers' s interests in which consumer' s needs had been regulated in accordance with producer's interest but, consumers may not do anything.
Based on such problem above, then, it had been issued any legislation, it is Laws No.8 year 1999 on Consumer Protection on April 20, 1999 (State Gazette of Republic of Indonesia No.42 year 1999)."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T21168
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Arya Samudra
"Penelitian dilakukan untuk mengetahui lembaga alternative penyelesaian sengketa manakah yang lebih efektif dalam menyelesaikan persengketaan antara konsumen dengan pelaku usaha di sektor jasa keuangan perbankan serta untuk mengetahui apakah dengan adanya kedua lembaga yang sama sama memiliki tugas untuk menyelesaikan sengketa tersebut akan timbulnya dualisme hukum. Penelitian dilakukan dengan metode yuridis normative, yaitu dengan melihat undang undang yang mengatur serta wawancara. Peneliti juga memperoleh data statistik yang didapat dari BPSK Prov. DKI Jakarta serta LAPSPI.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa LAPSPI merupakan lembaga yang lebih efektif dalam menyelesaikan persengketaan di sektor jasa keuangan perbankan, serta tidak adanya dualisme hukum diantara kedua lembaga tersebut karena LAPSPI mengharuskan para pihak yang bersengketa di LAPSPI untuk membuat perjanjian yang menimbulkan adanya kompetensi absolut bagi LAPSPI untuk menyelesaikan sengketa tersebut. Namun dalam impelementasinya hal tersebut dirasa masih kurang maksimal karena menyebabkan ambiguitas dalam proses penyelesaian sengketa di sektor jasa keuangan perbankan. Dengan demikian, disarankan seharusnya kedua lembaga tersebut dapat bekerja sama sehingga menciptakan kondisi hukum yang Efektif, Efisien, dan Bersinergi. Namun apabila hal tersebut sulit untuk diwujudkan maka diperlukannya sosialisasi yang lebih baik dari LAPSPI serta dibentuknya peraturan pelaksana yang lebih tegas oleh pemerintah terhadap kedua lembaga tersebut.

This research is conducted to further obtain which alternative dispute resolution institutions were more effective in resolving disputes between consumers and business person form the financial services sektor on banking, and to find out whether the existence of the two institutions that had the same task which to resolve the dispute can cause legal dualisme. This research is conducted with normative juridical method, by looking at the governing law and by interview. Researcher obtained the statistical data from Consumer Dispute Resolution Body (BPSK) and Alternative Body for Dispute Settlement in Banking of Indonesia (LAPSPI).
The results of this study indicate that LAPSPI is a more effective institution in resolving disputes in the banking financial services sektor, and there was no legal dualisme between the two institutions because LAPSPI requires the parties to make an agreement which creates absolute competence for LAPSPI to resolve the dispute. However, the implementation of this matter were still not optimal because it caused ambiguity in the dispute resolution process in the banking financial services sector. Furthermore, it is recommended that the two institutions to work together to make an Effective, Efficient, and Synergic legal condition. However, if that is difficult to be realized then the need for better socialization from LAPSPI is needed, Also the establishment of  more resolute implementing agreement by the government on both Institutions.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Rio Andre Winter
"Tesis ini membahas penyelesaian sengketa pemutusan Kontrak Karya (KK) dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) yang tidak menyesuaikan dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Terbitnya UU No. 4 Tahun 2009 ini menghapuskan sistem KK dan PKP2B serta menggantinya dengan sistem Izin Usaha Pertambangan (IUP). Berdasarkan Pasal 169 huruf b UU No. 4 Tahun 2009, para pemegang KK dan PKP2B diwajibkan untuk menyesuaikan seluruh pasal-pasal yang tercantum dalam KK dan PKP2B tersebut dengan ketentuan baru yang ada pada UU No. 4 Tahun 2009. KK dan PKP2B adalah suatu bentuk perjanjian antara Pemerintah dengan investor / kontraktor, berbeda dengan IUP yang merupakan bentuk perizinan yang diterbitkan pemerintah bagi investor yang hendak mengusahakan penambangan mineral dan batubara. Kewajiban penyesuaian KK dan PKP2B, serta perbedaan mendasar antara KK / PKP2B dengan IUP memberikan dampak yang signifikan terhadap mekanisme penyelesaian sengketa jika terjadi pemutusan KK dan PKP2B tersebut. Penelitian ini bersifat yuridis normatif yang menitikberatkan pada studi dokumen kepustakaan yang juga didukung dengan pendekatan kasus.

This thesis discusses the dispute settlement on termination of Contract of Work (KK) and Work Agreement for Coal Mining Enterprises (PKP2B) which are not adjusted with the provisions of Law of The Republic of Indonesia Number 4 of 2009 on Mineral and Coal Mining. The issuance of Law No. 4 of 2009 has abolished Contract of Work (KK) and Work Agreement for Coal Mining Enterprises (PKP2B), and replaced it with a system of Mining Permit (IUP). According to Article 169 letter b of Law No. 4 of 2009, the KK and PKP2B holders required to adjust the articles stated in the KK and PKP2B with existing new provisions to the Law No. 4 of 2009. KK and PKP2B is a form of agreement between the Government and the investor / contractor, in contrast to the IUP which is a form of government permits that is granted for investors to conduct mining business. Adjustment liability of KK and PKP2B, as well as the fundamental differences between KK / PKP2B with IUP giving a significant impact on the dispute resolution mechanism in the event of termination of the KK and PKP2B. This research uses a juridical normative approach that focuses on the study of literature, which is also supported by cases."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
T38957
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudwitiawati
"Uji fungsi CBCT perlu dilakukan untuk memastikan performa terbaik pada CBCT. Uji fungsi yang dilakukan pada penelitian in adalah akurasi isocenter,kualitas citra 3D dan 2D dengan menggunakan fantom Ball bearing, Catphan, dan LEEDS. Uji fungsi dilakukan dengan 2 mode yang berbeda yaitu mode service dan clinical yang memiliki resolusi 540 x 540 dan 270 x 270. Pengukuran dengan menggunakan ball bearing dapat melihat pergeseran isocenter pada sumbu x, y, z. Pergeseran terbesar terjadi pada rotasi 0º sebesar 0.23 cm sumbu x 0.02 cm sumbu z. Hasil perbandingan evaluasi citra 3D pada mode service dan clinical menunjukan bahwa CT number keduanya tidak terlalu banyak perbedaan. Resolusi tinggi pada mode service mencapai 8lp/cm sedangkan pada mode clinical resolusi tidak mampu membedakan sama sekali. Uji citra 2D menggunakan tiga jenis fantom LEEDS. Kontras rendah dapat dilihat dan dievaluasi pada LEEDS TOR 18 FG,TOR CDR,dan TO10. Kontras tinggi hanya dapat dilihat pada LEEDS TOR 18 FG dan TOR CDR. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil evaluasi kontras rendah dan perbedaan signifikan terjadi pada kontras tinggi.dan uji resolusi antara kedua mode. Fantom NORMI 4 juga digunakan pada penelitian ini, dan tidak ada perbedaan hasil dari uji kontras tinggi dan kontras rendah antara NORMI 4 dan LEEDS. Hasil kontras tinggi dari fantom NORMI 4 adalah 4 lp/mm. Oleh karena itu fantom NORMI 4 dapat dijadikan alternatif lain untuk menilai resolusi dan kontras pada citra 2D. Perhitungan CBDIw dengan fantom CTDI berdiameter 16 cm adalah 8.3 mGy. Uji fungsi sebaiknya menggunakan resolusi tertinggi.

Performence test of Cone Beam Computed Tomography (CBCT) must be done to ensure CBCT is on its best performance. The performance test done in this study are isocenter accuracy, 3D and 2D image quality using ball bearing phantom, CATPHAN, LEEDS test object, and Normi. The test was done using 2 different mode wich are service and clinical mode that has resolution of resolution 540 x 540 and 270 x 270. Ball bearing measurements showed that this technique can detect isocenter shift on the axis of x, y, and z. The largest isocenter displcement occurred at 0 º rotation at 0.23 cm x-axis 0.02 cm z-axis. 3D image comparison using service and clinical mode, show that CT Number value are not much different. High contras resolution at service mode is 8 lp/cm but on clinical mode is not able to distinguish at all. 2D image comparison were done using three types LEEDS test object, low contrast can be observed and evaluated on LEEDS TOR 18 FG, TOR CDR, and TO10, high contrast can be bserved on LEEDS 18 FG and TOR CDR. From LEEDS test object there were no significant difference were shown on low contrast comparison and significant difference were shown on high contrast and resolution test. Normi 4 phantom also used on this study, and there were no difference in trend result on high and low contrast between NORMI 4 phantom and LEEDS test object. Result of NORMI 4 measurement high contrast resolution is 4 lp/mm. Therefore Normi 4 can be used as an alternative to asses the image resolution and contrast in 2D images on CBCT. CBDIw calculations with 16 cm diameter CTDI phantom was 8.3 mGy. Performance tests should use the highest resolution.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S46815
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Florensia Indan Stepani
"Penggunaan membran bioreaktor sebagai support untuk immobilisasi enzim sudah semakin berkembang dalam beberapa penelitian karena memiliki kelebihan utama yaitu proses transesterifikasi rekasi enzimatis dapat berlangsung secara satu tahap. Pada penelitian ini terdapat beberapa tujuan yaitu untuk mengetahui pengaruh konsentrasi enzim terhadap enzyme loading, kondisi optimum sintesis biodiesel, distribusi enzim pada membran polyethersulfone dan untuk membandingkan produktivitas free enzim dan lipase amobil. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 yaitu : perbandingan mol substrat dan suhu reaksi proses sintesis biodiesel.
Hasil yang didapatkan pada penelitian ini adalah kondisi optimum reaksi yang terjadi pada perbandingan mol substrat 1:3 dan suhu 35°C. Serta produktivitas yang dihasilkan oleh lipase amobil lebih tinggi 0,75 kali dibandingkan dengan free enzim. Pada konsentrasi enzim 30 mg/mL didapatkan hasil enzyme loading yang berbeda yaitu : 2,34 ; 1,72 dan 4,34 gram/m2. Perbedaan enzyme loading yang dihasilkan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : (1) tidak adanya kesetimbangan antara enzim sebagai katalis dengan reaksi transesterifikasi , (2) penggunaan membran sebagai matrik, sehingga ikatan yan terjadi sangat lemah. Pada permukaan membran polyethersulfone , terjadi distribusi enzim yang merata dibagian support layer membran dan penambahan mol metanol pada substrat akan membersihkan gliserol sebagai produk samping pada permukaan membran.

Membrane bioreactor as a support for immobilizing enzymes become is growing becaus it has major advantages to process transesterification reaction in one step methanolysis. In this study the are several objectives : determine the efferct of enzyme concentration on enzyme loading, optimum conditions of biodiesel synthesis, the distribution of enzyme in polyethersulfone membrane and compare the prroductivity of free enzyme and lipase amobil. Variables used in thi study is the optimum condition fo transesterification reaction and reaction temperature.
The results obtained is optimum condition that occur in the substrate mole ratio of 1:3 and temperature 35°C. The productivity of immobilized lipase 0,725 times higher than free enzyme. Enzyme concentration of 30 mg/mL obatained diffrerent results namely : 2,34 ; 1,72 and 4,34 gram/m2. The resulting diffreneces caused by several factor : (1) the lack of equilibrium between catalyst enzymes and mole substrate in transesterification reaction., (2) membrane as a matrix made the bonding that accours very weak. Methanol mole on subsrate can be cleaned glycerols as side product on polyethersulfone membrane surface section.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43193
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>