Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154120 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aisyah Nur Isnaini Saleh Assiroj
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang dinamika perkembangan dan hubungan para aktor
di sentra industri kerajinan pahat batu dalam menghadapi tantangan-tantangan
usaha. Konsep yang digunakan adalah creative industry, province of creativity,
pasar status dan pasar standar, serta kelekatan kelembagaan. Penelitian ini
menggunakan metode kualititaf dengan wawancara mendalam dan observasi
langsung terhadap subyek penelitian. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
jaringan provinsi kreatifitas industri ini masih lemah. Jaringan yang dibangun
hanya sebatas antara pengrajin, buyers, dan pemasok bahan baku masing-masing.
Tidak ada upaya kolektif di dalam sentra industri kerajinan untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada. Kerja dari masing-masing sanggar masih sangat
individual karena orientasi ekonomi dan persaingan mendapatkan pasar. Adapun
kelekatan kelembagaan dengan pemerintah masih cenderung lemah. Programprogram
pelatihan yang ada tidak diterima baik oleh pengrajin. Namun saat ini
telah ada rencana pembagunan Desa Wisata Kerajinan Pahat Batu Desa
Tamanagung yang dapat menjadi upaya melekatkan kembali antara pemerintah
dengan pengrajin.

ABSTRACT
This thesis explains about the development process and the relations within the
actor in relief industry in facing the bussiness challenges. The concepts that being
used are creative industry, province of creativity, stastus market and standard
market, and institutional embeddedness. This study using qualitative research
method with in-depth interview and direct observation towards the subject of the
study. This study shows that the province of creativity has a weak networking in
Tamanagung Village. The network has been built between and still limited to the
artist, the buyer, and the material suplyer itself. No one encouraged to do a
collective action in solving this issue. The artistan tend to run their bussiness
individually because of the economic orientation and market competition. In
another hand, the institutional embeddedness with the government remain low.
The local government’s training hardly accepted by artisan. They prefer to get into
the new market rather than getting a lot of design trainings. The recent
development of relief industry tourism village (Desa Wisata) in Tamanagung
could be the way of re-embedding the government and the artisan."
2015
S58050
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nana Maulana
"Penelitian ini membahas tentang pemberdayaan komunitas melalui pemanfaatan TIK oleh komunitas rewo-rewo di desa Kaliabu. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menunjukan pemberdayaan komunitas pada komunitas rewo-rewo melalui pemanfaatan TIK dapat meningkatkan kedua aspek yaitu dimensi pemberdayaan komunitas dan dimensi pemberdayaan individu. Dimana dalam dimensi berbasis komunitas terdapat peningkatan pada dimensi konsep informasional, dimensi pembangunan ekonomi dan dimensi pembangunan sosial. Sedangkan dalam dimensi individu terdapat peningkatan kemampuan pada dimensi informasional, dimensi sosial, dimensi psikologis dan dimensi ekonomi.

The research is about the community development through utilization of information and communication technology by rewo-rewo community in Kaliabu village. The research is qualitative research with descriptive design. The result of the research shows that community development in rewo-rewo community through utilization of information and communication technology can increase 2 aspects. They are community development dimension and individual development dimension. In community based dimension, there are upgrading on informational concept, economic development and social development dimensions. While in individual dimension, it shows that there are upgrading on informational, social, psychology and economy dimensions."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuriana Indah Pratiwi
"Sektor pertanian di Kecamatan Muntilan mengalami perubahan akibat banjir lahar dingin Gunung Merapi. Pengaruh dari banjir lahar dingin dilihat berdasarkan sebaran material piroklastik, jarak dari tanggul sungai dan jarak dari hulu sungai. Penelitian ini menggunakan pembagian segmen berdasarkan jarak dari sungai, yaitu 0-100, 100-200, dan 200-300 meter pada setiap desa terdampak banjir lahar dingin. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa kandungan unsur hara material piroklastik yang terbawa oleh aliran Kali Pabelan menguntungkan bagi kesuburan pertumbuhan tanaman. Wilayah terdampak banjir lahar dingin ada yang mengalami kerusakan sehingga dijadikan wilayah tambang pasir, ada pula yang kembali digunakan sebagai lahan pertanian. Luas lahan pertanian yang mengalami kerusakan memiliki jarak sejauh 10-120 meter dari tanggul sungai. Wilayah yang semakin jauh dari hulu sungai memiliki produktivitas yang lebih baik karena unsur hara dan tekstur tanah lebih mendukung untuk lahan pertanian. Komoditas hortikultura dan palawija mengalami peningkatan lebih dari 50%, terutama pada tanaman cabe dan kacang panjang.
Agricultural sector in Muntilan District altered by cold lahar flood from Mount Merapi. The influence of cold lahar flood can be seen of pyroclastic material, the distance from the river enbankment and distance from upstream. This research uses segment division based on the distance from the river, that are 0-100, 100-200, and 200-300 meters in every village affected by cold lahar flood. Results from this research showed that the nutrient content of pyroclastic material that was carried away by the flow of Pabelan River gave benefits for plant growth fertility. Region affected by cold lava flood damaged used as sand mining area, some are re-used as agricultural land. Agricultural land were damaged due to cold lahar flood has a distance of 10-120 meters from the river embankment. Further regions from the river upstream has better productivity, because nutrients and soil texture better support for agricultural land. Horticulture and palawija comodity have increased more than 50%, especially chili and beans."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65501
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tetto Wisanggeni Galmantro
"Cirebon merupakan sentra kerajinan rotan yang sudah terkenal sejak periode 1930- an dengan pusatnya yang berada di Desa Tegalwangi, Kecamatan Weru. Usaha tersebut dirintis oleh salah satu warganya hingga berkembang menjadi sentra kerajinan rotan sampai mendapat perhatian pemerintah Orde Baru pada tahun 1970 untuk mengembangkan industri rotan sampai ke pasar ekspor. Penelitian ini membahas tentang perkembangan industri rotan Desa Tegalwangi tahun 1970 – 1990-an dengan menggunakan metode Sejarah yang meliputi, heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Sumber yang digunakan berupa arsip pemerintah, berita surat kabar, buku, dan jurnal artikel sebagai pendukung. Penelitian tentang industri rotan di Indonesia memang sudah ada, tetapi penelitian tentang industri rotan di Desa Tegalwangi, Cirebon masih jarang khususnya pada periode 1970 – 1990-an. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan industri rotan yang dilakukan pemerintah Orde Baru melalui program pilot project di Desa Tegalwangi dengan memberikan bantuan berupa pelatihan serta kredit modal kepada para perajin dan pengusaha. Hal tersebut kemudian berdampak pada pertambahan jumlah perusahaan rotan, penyerapan tenaga kerja yang meningkat, rotan Tegalwangi yang berhasil menembus pasar internasional, meningkatnya kesejahteraan warga desa. Tetapi terdapat juga dampak buruk, yaitu pengusaha yang kekurangan bahan baku dan aksi penjiplakan desain.
Cirebon has been famous since the 1930s as a rattan craft center that with its center in Tegalwangi Village, Weru District. This business was started by one of the residents and developed into a rattan craft center until it received attention from the New Order government in 1970 to develop the rattan industry to the export market. This research discusses the development of the rattan industry in Tegalwangi Village in the 1970s - 1990s using historical methods which include heuristics, verification, interpretation and historiography. The sources used are government archives, newspaper reports, books and journal articles as support. Research on the rattan industry in Indonesia already exists, but research on the rattan industry in Tegalwangi Village, Cirebon is still rare, especially in the 1970 - 1990s period. The research results show that the development of the rattan industry was carried out by the New Order government through a pilot project program in Tegalwangi Village by providing assistance in the form of training and capital credit to craftsmen and entrepreneurs. This then had an impact on increasing the number of rattan companies, increasing employment opportunities, Tegalwangi rattan succeeded in penetrating the international market, improving the welfare of village residents. However, there are also bad impacts, such as rattan entrepreneurs lacking raw materials and plagiarizing designs."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hajriyanto Y. Thohari
"Bab ini berisi tujuan dan permasalahan penelitian serta latar belakang mengapa masalah tersebut secara akademis relevan dan signifikan untuk diteliti. Juga dikemukakan metode atau prosedur penelitian yang digunakan, dan kajian pustaka atau penelitian-penelitian terdahulu.
Tesis ini memusatkan perhatiannya mengenai bertahannya industri kerajinan batik tradisional. Dalam hal ini terutama untuk memperoleh gambaran yang utuh dan komprehensif mengenai bagaimana strategi atau upaya bertahannya industri kerajinan batik di desa Simbang Kulon, Pekalongan. Pembahasan akan berpusat pada beberapa aspek, yaltu siapakah dan bagaimanakah profil pengusaha industri kerajinan batik, bagaimana pola dan proses sosialisasi kepengusahaan dilakukan, bagaimana pola pewarisan, bagaimana mereka membina jaringan usaha dan bagaimana usaha lain yang dilakukannya sehingga industri kerajinan batik tradisional itu mampu bertahan.
I.1 Tujuan Penelitian
Tesis ini memusatkan perhatiannya mengenai bagaimana industri kerajinan batik tradisional bertahan untuk tetap survive. Dalam hal ini studi yang dilakukan terutama untuk memperoleh gambaran yang utuh dan komprehensif mengenai proses bertahannya industri kerajinan batik dengan mengambil kasus pada industri kerajinan batik tradisional di desa Simbang Kulon, Pekalongan. Untuk sampai pada tujuan tersebut maka studi ini difokuskan pada usaha untuk mendapatkan penjelasan mengenai (1) siapakah dan bagaimanakah profil pengusaha batik, serta (2) aspek-aspek yang berkaitan dengan proses sosialisasi, (3) regenerasi (kaderisasi) dan alih peran, (4) pola pewarisan, dan (5) pola-pola hubungan dengan sesama pengusaha dan para pedagang.
Fokus studi semacam ini dipandang sebagai kasus yang diharapkan dapat menjelaskan fenomena kemampuan bertahan industri kerajinan tradisional yang terjadi di tempat lain dan pada jenis usaha kerajinan tradisional yang lain. Dengan Demikian signifikansi penelitian ini terletak pada sumbangsih akademis (=teoritis) yang akan dan dapat diberikan berupa sebuah model penjelasan mengenai bertahannya industri kerajinan tradisional dalam suatu perubahan struktur ekonomi di negara berkembang semacam Indonesia?"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Indrahti
"Perkembangan industri kerajinan ukir di Jepara tahun 1945 - 2001 memberikan pengaruh pada orientasi aktivitas ekonomi masyarakatnya. Terutama setelah terjadinya promosi pemasaran pada pesanan internasional pada sekitar periode tahun 1980-an. Industri kerajinan ukir telah menjadi mata pencaharian utama masyarakat Jepara meskipun pemanfaatan laharnya lebih banyak pada bidang pertanian. Kemampuan menampung angkatan kerja yang ada sebanding dengan semakin meningkatnya angka eksportir. Menandakan bahwa dari segi kuantitas tampak bahwa industri kerajinan ukir mengalami perkembangan yang pesat terutama setelah datangnya eksportir ke daerah produsen (Jepara). Upaya antisipasi perlu dilakukan rnenyangkut hak paten, ketersediaan bahan-bahan dasar untuk produksi, keterampilan tenaga kerja serta jaringan pemasaran yang memadai.
Pendekatan historis pada penelitian ini digunakan untuk memahami perkembangan industri kerajinan seni ukir Jepara tahun 1945 - 2001. pendekatan historis ini diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang berbagai kondisi yang melatarbelakangi proses perkembangan itu sendiri, serta dampak dari perkembangan bagi masyarakat pendukungnya secara khsus dan umum.
Pada periode tahun 1945 - 1979, perkembangan kerajinan ukir masih dalam lingkup lokal, terutama untuk memenuhi permintaan pasaran dalam negeri. Hal ini disebabkan keterbatasan modal, promosi serta jaringan pema saran. Wilayah kecamatan yang ada di kabupalen Jepara, hanya tiga kecamatan yaitu Tahunan, Jepara dan Batealit yang menjadi aktivitas kerajinan ukir.
Ketiga kecamatan tersebut menjadi tempat memproduksi kerajinan ukir sekaligus memasarkannya. Pada tahun 1980 - 1990 terjadi pertambahan wilayah produksi yang hampir merata pada seluruh kecamatan yang ada di kabupaten Jepara. Perkembangan ini juga ditandai dengan semakin berperannya eksportir dan PMA. Lonjakan perkembangan sangat cepat pada periode tahun 1991 - 2001, terutama akibat krisis moneter. Peningkatan jumlah eksportir dan PMA diikuti dengan peningkatan jumlah volume dan nilai ekspor. Keberhasilan ini berpengaruh dalam nilai total ekspor di Jawa Tengah.
Upaya menumbuhkan mitra kerja antara PMA dan pengusaha lokal di lakukan oleh pemda dan masyarakat, dengan strategi, PMA yang melakukan aktivitas produksi di Jepara harus mematuhi peraturan yang telah ditetapkan. Pengusaha lokal meningkatkan sikap yang lebih aktif untuk mengambil peluang-peluang yang ada terutama alih teknologi, promosi dan pema saran Dari segi modal, keterampilan, teknologi serta desain maka dapat dikatakan bahwa PMA mempunyai keunggulan dibanding dengan pengusaha lokal. Di sisi lain pengusaha lokal juga menguasai keterampilan di bidang pengembangan keterampilan ukir. Kedua kelebihan tersebut apabila dipadukan, maka dapat menghasilkan mitra usaha yang baik.

The development of carving industry in Jepara 1945 - 2001 influenced the orientation of economic activities of the local society. Especially, after marketing promotion, international orders increased in 1980-s period. Carving industry had been the main work of Jepara society although agriculture used more lands. The capacity of receiving workers was in line with the increase of export rate. Quantitatively, it seemed that carving industry developed rapidly especially after the exporters had come to the producers' area, Jepara. To anticipate the development, it is necessary to handle copyrights, raw material supplies, workers' skill, and marketing networks.
Historical method used in this research is to understand the development of carving art in Jepara 1945 - 2001. By using this method it is expected to give a comprehensive understanding on several conditions that had been the background of the development process itself, and the impact of the development on the supporting society in part and in general.
In 1945 - 1979 periods, the development of carving industry was still in the local scope, especially to fulfill domestic orders. It was caused by the limited capital, promotion and marketing network. The carving activities in Jepara Regency were held only in three sub-districts -Tahunan, Jepara and Batealit.
In 1980 - 1990 periods, the production areas extended to all sub-districts of Jepara Regency. It was also signed by the participation of exporters and foreign investments. The development increased rapidly in 1991 - 2001 because of monetary crisis. The quantitative increase of exporters and foreign investments implicated to the quantitative increase of export volumes and values. This success influenced on the total export values in Central Java.
In order to develop join venture between foreign investment and local businessmen was done by the local govemment and society. E.g., the foreign investors who hold production activities in Jepara should obey the given rules. The local businessmen should increase their business manner more actively to take opportunities such as technology, promotion, and marketing. In dealing with captal, skill, technology, and design, it could be concluded that the foreign investors had more superior qualities than those of local businessmen did. On the other hand, the local businessmen had good skills of carving. lf both of the excellent qualities unite, they will be a good join venture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
T3095
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The purpose of this research is to analyze the intern and extern environment that create strategic factor;they are opportunity,threat,strengh,and weakness....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Damsar
"ABSTRAK
Pembangunan yang dilaksanakan pada masa semenjak 1965 telah merubah infrastruktur material dan struktur sosial yang ada sebelumnya. Keadaan ini akan memberi dampak terhadap seluruh aktifitas kehidupan masyarakat, termasuk pola pembagian kerja secara seksual. Pertanyaan penelitian ini adalah mengapa terjadi perubahan pembagian kerja secara seksual dalam industri kerajinan tanah liat? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab sebelumnya a. Perubahan apa yang terjadi pada pembagian kerja secara seksual dalam industri kerajinan tanah liat? b. Bagaimana sebab-sebab muncul pembagian kerja secara seksual dalam industri kerajinan tanah liat? c. Perubahan infrastruktur material dan struktur sosial apa yang telah terjadi selama proses pembangunan? Serta reaksi simbolik masyarakat terhadap perubahan infrastruktur material dan struktur sosial tersebut? dan apa dampaknya terhadap pembagian kerja secara seksual dalam industri kerajinan tanah liat?
Penelitian ini dilakukan di Desa Galo Gandang Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat. Pengumpulan data primer dan sekunder secara intensif dilakukan pada akhir Februari sampai Juni 1992. Fokus waktu yang dilihat adalah masa Orde Baru dan memperbandingkannya dengan masa sebelum Orde Baru, ini dilakukan untuk memahami suatu proses perubahan. Dalam melakukan penelitian, pertama kali dilakukan sensus terhadap seluruh rumahtangga yang ada di Galo Gandang selanjutnya dilakukan wawancara mendalam terhadap sejumlah informan kunci.
Hasil penelitian ini berkesimpulan bahwa pembangunan adalah proses perubahan sosial yang direncanakan untuk mencapai tujuan atau maksud tertentu. Ini berarti pembangunan, bagi pelaksananya, merupakan hasil interpretasi terhadap kenyataan yang ada. Pembangunan dilakukan karena ada sesuatu hal yang problematis. Hal yang problematis ini diinterpretasikan dan dicari jalan keluarnya. Pencarian jalan keluar, dengan melakukan suatu pembangunan, merupakan suatu usaha untuk mengintegrasikan hal yang problematis ke dalam hal yang non problematis.
Pembangunan yang dilaksanakan di Galo Gandang telah menyebabkan perubahan atau pergeseran pada sebagian infrastruktur material dan struktur sosial yang ada sebelumnya. Faktor-faktor infrastruktur material dan struktur sosial serta perubahan yang terjadi didalanya dan faktor super struktur budaya merupakan faktor yang bermain dalam proses interpretasi para aktor terhadap hal yang problematis dalam pembagian kerja secara seksual.
Proses interpretasi dilakukan lewat interaksi dan konversasi, para aktor mengeksternalisasikan diri dalam bentuk tindakan. Seiring dengan perjalanan waktu, tindakan tersebut mengalami pembiasaan dan berlanjut menjadi institusi bila terjadi tipifikasi dari tindakan pembiasaan yang dilakukan secara bersama, seperti yang terjadi pada pembagian kerja secara seksual dalam pekerjaan membuat genteng dan batu bata pada masa pembentukannya. Namun, tidak semua habitualuisasi berlanjut pada institusi, masuknya pria dalam penyediaan bahan baku berupa pasir pada pekerjaan membuat gerabah misalnya. Institusi berupa pola pembagian kerja secara seksual, seperti pria membuat batu bata wanita membuat genteng, merupakan sesuatu yang bersifat umum, eksternal, dan coersive.
Melalui proses sosialisasi, pembagian kerja secara seksual, seperti pria membuat batu bata wanita membuat genteng, dialami sebagai data subyektif dalam kesadaran aktor yang terlibat di dalamnya. Dengan demikian, terlihat bahwa pembagian kerja secara seksual dikonstruksi secara sosial.
Ada beberapa perubahan pembagian kerja secara seksual dalam industri kerajinan tanah liat di Galo Gandang. Dalam industri gerabah terjadi dua perubahan yang berhubungan dengan pembagian kerja secara seksual yaitu masuknya pria dalam kegiatan pemasaran dan kegiatan penyediaan bahan baku gerabah, sebelumnya hanya dilakukan wanita. Sementara itu, perubahan yang berhubungan dengan pembagian kerja secara seksual dalam industri batu bata adalah masuknya wanita dalam kegiatan membuat batu bata, semula hanya dilakukan pria.
Selain itu, penelitian ini menemukan bahwa tautan hubungan antara patron dan klien dimotivasi oleh klien yaitu sebanyak 3 (75%) dari 4 kasus, sisanya dimotivasi oleh patron. Juga ditemukan bahwa perekrutan pekerja didasarkan atas saling kenal.
Penelitian ini merekomendasikan bahwa perlu dipertimbangkan variabel hubungan anak-bapak angkat dalam pemilihan lokasi penelitian. Temuan penelitian akan lebih kaya dan menarik apabila dilakukan di dua lokasi yang berbeda tetapi masih dalam konteks budaya yang sama. Dan akan lebih menarik, apabila dilakukan kajian lintas budaya. Di samping itu, metode penelitian ini dapat juga dipergunakan dalam penelitian yang lain."
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haeranah Ahmad
"ABSTRAK
Konsentrasi PM2,5 di udara dapat mempengaruhi kesehatan apabila terhirup oleh
manusia karena akan terdeposit ke dalam alveoli yang akan menimbulkan reaksi
radang yang mengakibatkan daya kembang paru menjadi terbatas dan
menurunkan fungsi paru pada manusia. Pekerja yang bekerja di industri kerajinan
batu ukir mempunyai risiko tinggi terpajan oleh PM2,5 yang dihasilkan dari proses
pemotongan, pembentukan dan penghalusan menggunakan gerinda. Penelitian ini
bertujuan mengetahui hubungan pajanan debu PM2,5 terhadap gangguan fungsi
paru pada pekerja dengan desain studi cross sectional yang dilakukan pada
seluruh pekerja industri kerajinan batu ukir yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi di desa Allakuang, Kecamatan Maritengngae, Kabupaten Sidrap
sebanyak 100 orang. Pemeriksaan faal paru menggunakan spirometri sedangkan
pengukuran konsentrasi PM2,5 di ruang kerja menggunakan Haz dust EPAM 5000.
Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistik. Hasil analisis
menunjukkan hubungan yang signifikan antara konsentrasi PM2,5 dengan
gangguan fungsi paru (4,17 ;1,68- 10,38). Faktor lain yang mempengaruhi adalah
masa kerja (2,41; 1,05-5,52) dan kecepatan angin (4,77 ;1,93-11,77). Pada analisis
multivariat menunjukkan bahwa pekerja yang bekerja pada lingkungan kerja
dengan konsentrasi PM2,5 yang tidak memenuhi syarat memiliki risiko 6,86 kali
menderita gangguan fungsi paru setelah dikontrol dengan variabel kecepatan
angin, kelembaban, suhu, masa kerja dan penggunaan APD. Penelitian ini
menyimpulkan didapatkan hubungan bermakna antara tingkat pajanan debu batu
dengan gangguan fungsi paru. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian
terhadap pajanan debu batu dan hasil penelitian ini diharapkan dapat
dipergunakan sebagai acuan pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan
pada pekerja serta pelaksanaan monitoring lingkungan kerja serta surveilans
kesehatan kerja.

ABSTRACT
PM2,5 concentration on the air can affect health when inhaled by human. It will be
deposited in the alveoli that could inflict an inflammatory reaction that cause
reduce lung volume and decreasing the lung function in human. Workers who
work in stone carving craft industry had a high risk of PM2,5 exposure that resulted
from the process of cutting, forming and refining by using grinder. This cross
sectional study purposed to assess the relationship between exposure of PM2,5 dust
and impaired lung function among 100 workers who had fulfilled the inclusion
and exclusion criteria in the Allakuang village, Maritengngae subdistrict, Sidrap
District, South Sulawesi Province. Lung function was assessed by spirometry.
PM2,5 concentration in the workspace was assessed by Haz dust EPAM 5000.
Logistic regression analysis was carried out and showed a significant correlation
between the PM2,5 concentration with impaired lung function (4,2; 1,68- 10.38).
Another determinant factor was the work duration (2.4; 1,05-5,52) and wind speed
(4,8; 1.93-11.77). Multivariate analysis showed that worker who work on the
work space with high concentration of PM2,5 tend to have 6.86 times higher risk of
suffering from impaired lung function after adjusted by wind speed, humidity,
temperature, work duration and using PPE (Personal protective equipment). There
was significant association between the level of dust exposure with impaired lung
function. Hence, it is necessary to control the dust exposure.The finding of this
study could be used as a consideration of health and safety programs
implementation among workers and monitoring the implementation of work space
and also the surveillance of occupational health."
2016
T47074
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>