Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163594 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Silitonga, Johannes Ivan Dennis
"Penelitian ini membandingkan karakteristik pengabutan dan pembakaran dari campuran minyak nabati dan bahan bakar minyak pada setiap rasio pencampuran nya. Semburan nyala api pada pembakaran yang beroperasi pada tekanan 0,2 hingga 1,2 bar diamati secara optis. Bahan bakar nabati (BBN) memiliki kekentalan (viskositas) yang besar sehingga menjadi kendala dalam proses pembakaran. Karena itu untuk menurunkan viskositas nya perlu dicampur dengan bahan bakar minyak (BBM). Pembakaran yang baik memerlukan proses pengabutan yang baik. Pada penelitian ini proses pengabutan nya menggunakan nosel jet. Pengukuran kualitas pengabutan dan pembakaran dilakukan dengan metode fotografi dan perangkat lunak pemrosesan citra. Hasilnya menunjukkan bahwa rasio campuran BBN dan BBM yang terbaik adalah 40% : 60% untuk semua jenis campuran (minyak jelantah dan solar, minyak curah dan solar, minyak nyamplung dan solar serta minyak curah dan minyak tanah) dan tekanan operasi terbaik adalah 1,2 bar. Pada kondisi tersebut, campuran minyak curah dan minyak solar memiliki rerata suhu nyala yang paling tinggi (391,6oF) dan distribusi partikel aerosol terkecil yang paling tinggi (73%) meskipun masih di bawah BBM murni (100%).

The spray atomization and combustion characteristic of vegetable oil and fosil fuel are compared to those ratio of mixtures on this paper. The spray flame was contained in an optically accessible combustor which operated at 0,2 - 1,2 bar of air pressure. Vegetable Fuel (VF) contains high viscosity that has been a, constraint in the combustion process; it needs to be mixed with Fosil Fuel (FF) in order to decrease the VF viscosity. A fine atomization process is necessary to fix the combustion. Research of atomization process was tested by using nozzle jet. The atomization and combustion quality were investigate by photographic method and image processing software was used to measure the spray droplet size. As a testing result, ratio mixture of 40% : 60% of VF and FF was good ratio mixtures ( used cooking oil diesel oil, cooking oil and diesel oil, nyamplung oil and diesel fuel, cooking oil and kerosene) compared to others ratio which operated at 1,2 bar of air pressure implying flame temperature. The flame temperatur of cooking oil and diesel oil mixture reached (391,6oF) as the highest mean temperature and distribution of aerosol particle reached (73%) although produced lower than fosil fuel (100%)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57711
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Muhamad Fakri Pirdaus
"Saat ini masih terdapat beberapa kendala dalam penggunaan bio oil sebagai bahan bakar yaitu rendahnya nilai heating value tingginya tingkat keasaman korosif dan tidak stabil disebabkan tingginya kandungan senyawa oksigenat di dalam bio oil Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bio oil dengan kadar oksigenat lebih rendah dan aromatik lebih tinggi Dalam penelitian ini digunakan metode fast pyrolysis pada temperatur 550oC dengan empat variasi yaitu produksi bio oil tanpa katalis dan produksi bio oil dari 3 jenis biomassa jerami padi kayu karet dan tandan kosong kelapa sawit dengan katalis Ni ZSM 5 Penggunaan katalis terbukti berpengaruh aktif terhadap proses deoksigenasi dan aromatisasi Secara berurutan kandungan senyawa aromatik paling tinggi didapat dari proses pirolisis katalitik biomassa kayu karet 10 25 pirolisis katalitik jerami padi 7 8 pirolisis katalitik TKKS 6 22 dan pada pirolisis non katalitik tidak ditemukan senyawa aromatik Kayu karet merupakan biomassa yang paling banyak mengandung selulosa.

There are several obstacles that inhibit the use of bio oil as fuel such as low heating value high levels of acidity corrosive and unstable due to high content of oxygenated compounds in the bio oil This study aims to obtain bio oil with less oxygenated compounds and higher aromatics This study use fast pyrolysis method at 550oC with four variations ie the production of bio oil without catalyst and bio oil production from 3 types of biomass rice straw rubber wood and empty fruit bunches with Ni ZSM 5 catalyst The use of catalyst proved to affect the process of deoxygenation and aromatization Sequentially the high content of aromatic compounds derived from catalytic pyrolysis of rubberwood 10 25 catalytic pyrolysis of rice straw 7 8 catalytic pyrolysis of EFB 6 22 and aromatics were not found in non catalytic pyrolysis Rubber wood is biomass that mostly contain cellulose and hemicellulose as the largest contributor to the content of aromatic hydrocarbons.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54742
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andika Jaya Rosul
"Konversi minyak jelantah sawit menjadi bahan bakar setara diesel melalui reaksi dekarboksilasi dengan pretreatment saponifikasi menggunakan Kalsium Hidroksida telah dilakukan. Pretreatment saponifikasi dan reaksi dekarboksilasi dilakukan dalam reaktor batch yang beroperasi pada tekanan atmosfer. Reaksi saponifikasi dilakukan pada kondisi 200oC dilanjutkan dengan reaksi dekarboksilasi pada kondisi 400-460oC. Variasi yang dilakukan adalah variasi waktu reaksi dekarboksilasi, rasio mol minyak terhadap Kalsium Hidroksida dan temperatur dekarboksilasi. Produk dihitung beratnya kemudian dianalisa dengan menggunakan FTIR dan GC. Produk dengan waktu reaksi dekarboksilasi 90 menit, rasio mol minyak terhadap Kalsium hidroksida 1:4.5 dan temperatur dekarboksilasi 440oC menghasilkan konversi terbesar yaitu 31.58% dengan komposisi parafin setara diesel sebesar 17.13%. Selain parafin ditemukan adanya senyawa olefin, naften, keton dan aldehid dalam produk yang dihasilkan.

Conversion of used palm cooking oil into diesel like fuel via decarboxylation reaction by pretreatment saponification using Calcium Hydroxide has been done. Saponification Pretreatment and decarboxylation reactions carried out in a batch reactor operating at atmospheric pressure. Saponification reaction carried out under 200oC followed by decarboxylation reaction at 400-460oC conditions. The research variation consist of decarboxylation reaction time, oil to Calcium Hydroxide mole ratio and decarboxylation temperature. The liquid product mass was measured and then analyzed using FTIR and GC. Products with decarboxylation reaction time of 90 minutes, oil to calcium hydroxide mole ratio 1:4.5 and decarboxylation temperature of 440oC produces the largest conversion of 31.58% with paraffin composition 17.13%. In addition to the compounds also found olefin, naphtene, ketones and aldehydes in the resulting products."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52543
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"lndustri non-migas di Indonesia sedang berkembang dengan pesat. Salah
sam yang menjadi pusat perhatian adalah indnstri yang berbasis pada bahan baku
alam yang dapal diperbaharui, yaitu mlnyak inti kelapa sawit. Perkembangan ini
didukung oleh kenyataan bahwa Indonesia merupakan negara pemilik pcrkcbunan
kelapa sawit lerbesar kedua di dunia.
Industri yang berbasis pada minyak inti kelapa sawit terbesar di Indonesia
industri oleokimia yang berlokasi di Batam. Produk yang dihasilkannya adalah fatty
alcohol. Fatty alcohol tersebut diproduksi dengan bahan baku metilester yang
dibuat melalui reaksi transesterifikasi antara minyak nabati dengan metanol, dengan
menggunakan kalalis sodium metilat (NaOCH3). Katalis ini dipilih karena dapat
menghasilkan yield metilester yang sangat tinggi. Namun katalis sodium metilat
memiliki harga yang relatif mahal dibandingkan dengan katalis basa lainnya.
Katalis basa lain yang memiliki potensi adalah potassium hidroksida (KOH). Hasil
studi pustaka menunjukkan bahwa katalis KOH dapat memberikan yield metilester
yang sama dengan penambahan 1-2% mol. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui kualiltas dari metilester dan gliserin yang dihasilkan dari reaksi
transesterifikasi dengan katalis KOH.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan kondisi operasi yang
ditetapkan dalam penelitian katalis KOH memberikan hasil yang terbaik pada
penggunaan 0.6% berat dari jumlah umpan minyak nabati dengan yield 97%,
dimana untuk NaOCH3, adalah 0.4% berat dengan yield 98%. Kualitas metilester
yang dihasilkan memenuhi spesifikasi untuk parameter Free Glycerol, Mono
Glyceride, Total Glycerol, warna, % H2O, dan Hyrlroxyl value, namun tidak
memenuhi spesifikasi untuk Acid Value. Hal ini dikarenakan kemampuan KOH
yang lebih rendah dalam menetralisir free fatty acid. Sedangkan gliserin yang
dihasilkan memenuhi spesifikasi untuk parameter pH, % H2O, % Gly, warna, dan
bubble ltest, namun tidak memenuhi spesifikasi untuk parameter soap pada gliserin
35%, sulfat pada gliserin 97%, dan warna pada gliserin 35% dan 97%."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S49449
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roni Kharman Sholeh Sardjito
"ABSTRAK
Telah dilakukan sintesis polimer konduktif melalui proses rekayasa polimerisasi anilin menjadi Polyaniline Emeraldine Salt (PANi-ES). Penetralan sifat PANi diperoleh setelah proses pencucian sehingga berubah menjadi Polyaniline Emeraldine Base (PANi-EB). Tahapan ini dilanjutkan dengan tahapan pengkayaan muatan listrik melalui proses protonasi beberapa jenis garam (KSO4, KCl, K2CO3 dan NaSO4) dalam kurun waktu 10 jam untuk menjadi PANi conductive. Proses polimerisasi dimulai setelah pencampuran antara larutan HCl mengandung anilin dan larutan HCl mengandung Ammonium Persulphate (APS). Berlangsungnya proses polimerisasi disertai dengan peningkatan temperatur, kekentalan, ukuran partikel serta perubahan warna larutan. Hasil karakterisasi terhadap larutan selama berlangsungnya proses polimerisasi menunjukkan bahwa kekentalan larutan meningkat dari 426 mPa.s menjadi 1315 mPa.s; ukuran partikel rata-rata naik dari 6 m menjadi 33 m. Peningkatan nilai kekentalan dan ukuran rata-rata partikel terkait dengan pembentukan dan pertumbuhan rantai polimer pada tahapan inisiasi dan propogasi. Proses polimerisasi berhenti ketika tidak lagi terjadi perubahan indicator laruran. Pengkayaan muatan melalui pemberian larutan garam telah meningkatkan nilai konduktivitas listrik PANi. Namun nilai konduktivitas PANi terbesar hanya diperoleh dari protonasi garam KCl sebesar 2,12 x 10-4 S/cm. Hasil karakterisasi PANi dengan FTIR memastikan bahwa pola serapan IR yang diperoleh adalah pola serapan PANi dan protonasi dengan garam tidak mempengaruhi pola serapan IR. Lalu, hasil karakterisasi dengan menggunakan Xray difraksi menunjukan persebaran atom yang tidak teratur atau amorf pada sekitar 2Ɵ = 25°. Disimpulkan bahwa, sintesis PANi conductive melalui proses polimerisasi dan pengkayaan muatan dengan larutan garam telah tercapai dengan baik.

ABSTRAK
Conductive polymer has successfully been synthesized through the engineering process of polymerization of aniline containing solution toward the Polyaniline Emeraldine Salt (PANi-ES) as the intermediate product. Deprotonation of PANiES was carried out through a cleaning treatment of PANi-ES by washing. To this stage the PANi-ES changed to the Polyaniline Emeraldine Base (PANi-EB). The stage of enrichment of PANi by electric charges was conducted through protonation process using some types of salt (K2SO4, KCl, K2CO3 and NaSO4) within 10 hours duration time of polimerization. The polymerization process begins after the mixing between the HCl solution containing aniline and HCl solution containing Ammonium Persulphate (APS). The course of the polymerization process was accompanied by an increase in temperature, viscosity, particle size and the color changes of the solution. Results of the characterization of the solution during the polymerization process showed that the viscosity of the solution increased from 426 mPa.s to 1315 mPa.s; The mean particle size increased from 6 m to 33 m. The increased in viscosity values and mean particle sizes associated with the formation and growth of the polymer chains during initiation and propogation process. The polymerization process stopped when there have bee no longer indicators change in the solution. Enrichment of electrical charges through the protonation by salt solution has improved the electrical conductivity values of the PANi. But the largest conductivity value of 2.12 x 10-4 S/cm for the PANi was obtained only from protonated by KCl. The characterization of enriched PANi as the final product with FTIR ensure that the IR absorption pattern is the typical that of PANi. Protonated with salt to the PANi does not affect the pattern of IR absorption. Then, The X-ray diffracton pattern indicates that the chains are strong disordered. The doped PANi shows a broad amorphous scattering aroung 2Ɵ = 25°. It is concluded that, the synthesis of conductive PANi through polymerization and electrical charge enrichment with salt solution has been successfully reached.
"
2016
S63701
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andry Prasthio
"Penelitian ini menghasilkan katalis komposit Zeolit Alam Lampung (ZAL) terintegrasi dengan TiO2 yang dapat mengeliminasi polutan gas NO2 secara simultan sehingga dapat diaplikasikan sebagai masker kesehatan. Katalis komposit dibuat dengan mechanical mixturing dan didapatkan komposisi TiO2 10%-ZAL 90% sebagai yang terbaik dalam mengeliminasi polutan gas NO2. Katalis komposit ini akan mendegradasi gas NO2 menjadi HNO3 yang bersifat non-toksik lewat proses adsorpsi dan fotokatalisis. Katalis komposit ini dapat mendegradasi gas NO2 dalam paparan konsentrasi awal 0,15-0,3 ppm dalam waktu 1,1-1,82 jam."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42939
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Dampang
"Teknologi proses Thiopaq rencananya akan dikembangkan pada lapangan gas alam X. Proses Thiopaq merupakan teknologi terintegrasi untuk pemrosesan gas yang efisien dan ramah lingkungan karena menggunakan bakteri dari alam. Input proses Thiopaq adalah acid gas 3 MMSCFD dengan kandungan hidrogen sulfida mencapai 12% mol berhasil memperoleh kembali sulfur lebih dari 94%. Kadar H2S pada gas buang dapat diturunkan hingga 0 ppm. Kapasitas produksi sulfur 13 ton per hari. Dengan menggunakan proses Thiopaq, apabila harga sulfur sebesar 500 USD/ton maka didapatkan IRR sebesar 33%, harga NPV sebesar USD 53.237.964 dan PBP selama 2,35 tahun. Semakin tinggi harga sulfur maka revenue akan semakin meningkat dan mengakibatkan naiknya nilai NPV dan IRR sedangkan nilai PBP semakin rendah yang berarti bahwa waktu yang diperlukan untuk mencapai angka nol (titik balik modal) akan semakin cepat. Dan analisis sensitivitas menunjukan bahwa harga sulfur yang paling berpengaruh terhadap terjadinya perubahan NPV dan IRR.

Thiopaq process technology will be developed in the field of natural gas X. Thiopaq is an integrated process technology for gas processing. It is an efficient and friendly environmental because of using the natural bacteria. Feed stream of Thiopaq process is acid gas 3 MMSCFD with hydrogen sulfide 12% mole able to recover sulphur more than 94%. Level of hydrogen sulfide in flue gas can be reduced to 0 ppm. The production capacity is 13 ton per day of sulfur. By using technology Thiopaq, when the sulphur price of 500 USD/ton, it will obtain 33% of IRR, the price of NPV USD 53.237.964 and PBP of 2,35 years. The higher price of sulphur will also increase the amount of revenue and lead to the higher NPV and IRR. The lower value of PBP means the required time to reach zero (turning point of the capital) will be faster. And the sensitivity analysis of the increasing of sulfur price will have a significant influence in the NPV and IRR."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42469
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asyari Fauzan
"Kebanyakan dari penghantaran obat untuk mata bagian dalam atau posterior adalah melalui jalur topikal dan sangat jarang melalui jalur sistemik dan sebelum obat dapat mencapai kornea, terlebih dahulu obat tersebut harus melewati pelindung mata yang terdapat dibagian anterior. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan memformulasikan pelepasan terkendali obat dengan menggunakan modifikasi mikropratikel Poly(lactide acid) (PLA) dan Poly(Lactide-co-Glyoclide Acid) (PLGA) dengan menggunakan surfaktan kationik didodecylammonium bromide (DMAB).
Dari penelitian ini, didapatkan hasil uji enkapsulasi dan pemuatan obat untuk PLA Acid Terminated 15,49 ± 0,17 % dan 18,33 ± 0,24 %, PLA Ester Terminated 13,07 ± 0,15 % dan 15,04 ± 0,2 %, serta PLGA (50:50 Acid Terminated) 15,3 ± 0,25 % dan 18,03 ± 0,35 %. Serta kuran partikel yang dihasilkan dengan PVA 0,002% untuk PLA Acid Terminated 4,42 ± 1,57, PLA Ester Terminated 1,26 ± 0,77, serta PLGA (50:50 Acid Terminated) 9,89 ± 2,32.

Most of the drug to the inner eye or posterior is through topical and very rarely through systemic and before the drug can reach the cornea, the first drug must pass through eye protection contained in anterior. One solution that can be done is to formulate controlled release of drugs using a modified micropartciles Poly (lactide acid) (PLA) and Poly (Lactide-co-Glyoclide acid) (PLGA) using a cationic surfactant didodecylammonium bromide (DMAB).
From this research, test results obtained encapsulation and drug loading for PLA Acid Terminated 15.49 ± 0.17% and 18.33 ± 0.24%, PLA Ester Terminated 13.07 ± 0.15% and 15.04 ± 0 , 2%, and the PLGA (50:50 Acid Terminated) 15.3 ± 0.25% and 18.03 ± 0.35%. As well as the size of the particles produced by the PVA 0.002% for the PLA Acid Terminated 4.42 ± 1.57, 1.26 ± PLA Ester Terminated 0.77, and PLGA (50:50 Acid Terminated) 9.89 ± 2.32.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59066
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adibowo Mursid
"Konsumsi energi proses produksi klor alkali yang tinggi mendorong perlu dilakukannya peningkatan efisiensi proses. Elektrolisis plasma merupakan modifikasi proses elektrolisis yang dapat meningkatkan nilai produksi dan efisiensi energi hingga berkali-kali lipat. Penelitian ini menggunakan larutan kalium klorida sebagai bahan baku elektrolisis untuk memproduksi gas klor sebagai produk utama.
Pada penelitian ini, berbagai fenomena terkait pembentukan plasma dijelaskan, seperti intensitas warna, penurunan nilai arus, dan pengaruh ketinggian elektroda. Hasil penelitian menunjukkan efisiensi tertinggi didapat pada konsentrasi tertinggi dan tegangan 400 V dengan peningkatan efisiensi terhadap proses elektrolisis mencapai 13 kali lebih besar.

High energy consumption of chlor-alkali process encourage the importance of the efficiency improvement. Plasma electrolysis is a modification of electrolysis method that can increase productiviy and efficiency level up to several times. This study uses a solution of potassium chloride as a raw material to produce chlorine gas as the main product.
In this study, various phenomena related to plasma formation are described, such as color intensity, decreasing of the current value, and the influence of the electrode height. The results showed the highest efficiency obtained at the highest concentration and 400 volt with an increase in the efficiency of the electrolysis process at 13 times greater.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43419
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>