Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157348 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Oktrianto
"Kombinasi proses fotodegradasi dan biodegradasi untuk eliminasi metilsikloheksana telah diinvestigasi. Komposit batu apung dengan katalis dasar titania serta komposit batu apung dengan biofilm Acinetobacter baumanii digunakan untuk mengeliminasi metilsikloheksana dalam fotobioreaktor. Katalis titania yang didopan C dan N dengan prekursor urea (C-N-TiO2) dikarakterisasi dengan SEM/EDX, FTIR, Raman Spectroskopi, dan UV-Vis DRS sebelum diimobilisasi ke batu apung dengan metode dip coating. Sedangkan karakterisasi untuk batu apung-biofilm Acinetobacter baumanii dilakukan dengan SEM, TPC, Pewarnaan gram, dan FTIR.
Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa batu apung dengan katalis dasar titania serta komposit batu apung dengan biofilm Acinetobacter baumanii telah berhasil disintesis. Metilsikloheksana yang digunakan adalah senyawa sintetis dengan konsentrasi awal 60 μmol/L (±1500 ppm). Proses foto-bio-degradasi dalam reaktor terintegrasi menunjukkan hasil uji degradasi metilsikloheksana yang lebih baik bila dibandingkan dengan fotodegradasi saja atau biodegradasi saja, yang mampu mendegradasi sebesar 72,7% selama 210 menit dengan loading 7,5% katalis C-N-TiO2 ke batu apung.

The combination of photodegradation and biodegradation processes for elimination methylcyclohexane have been investigated. Composite pumice with titania catalysts and composite pumice with biofilms from Acinetobacter baumanii was used to eliminate methylcyclohexane in photobioreactor. Titania catalyst doped with C and N using urea precursor (C-N-TiO2) is characterized by SEM/EDX, FTIR, Raman Spectroscopy, and UV-Vis DRS before immobilized to pumice with dip coating method. While the characterization of pumice-biofilm from Acinetobacter baumanii performed with SEM, TPC, Gram Staining, and FTIR.
The results showed that the pumice with titania catalysts and composite pumice with biofilms have been successfully synthesized. We used methylcyclohexane synthetic compounds with the initial concentration of 60 μmol/L (± 1500 ppm). Photo-bio-degradation results of methylcyclohexane in integrated reactor are better when compared with any photodegradation or biodegradation alone, which is able to degrade at 72,7% during 210 minutes with a loading of 7,5% C-N-TiO2 catalyst to pumice.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T43233
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Horison Ningsih Tamzil
"Kombinasi proses fotodegradasi dan biodegradasi untuk eliminasi limbah fenol pada skala bench telah diinvestigasi. Fenol yang digunakan adalah fenol sintetis (konsentrasi awal 10 mg/L). Kinerja fotoreaktor diketahui paling baik pada sistem aliran continuous dengan menggunakan komposit TiO2-Batu Apung. Fotoreaktor sendiri dapat mendegradasi 34 L limbah fenol hingga konsentrasi 7,6 mg/L dalam waktu 3 jam. Kinerja bioreaktor sangat dipengaruhi oleh nutrisi bakteri, baik pada saat pengembangbiakan maupun saat uji dilakukan di reaktor. Nutrisi terbaik bagi Acinetobacter baumannii adalah kompos matang. Bioreaktor sendiri mampu mendegradasi 90 L limbah hingga konsentrasi 1,1 mg/L dalam waktu 14 jam. Di samping itu, susunan foto-bio-reaktor menunjukkan hasil uji degradasi fenol yang lebih baik bila dibandingkan dengan susunan bio-foto-reaktor ditinjau dari persentase degradasi fenol total, dimana kombinasi foto-bio-reaktor mampu mendegradasi hingga 87% fenol dengan volume total 124 L dalam waktu 17 jam.

Combination process of photodegradation and biodegradation to eliminate phenol in bench scale has been investigated. Synthetic phenol was used within 10 mg/L. Photoreactor showed best performance in continuous system using TiO2 – Pumice composite. Photoreactor itself could reduce 34 L phenol to the concentration of 7,6 mg/L within 3 hours. At the other side, bioreactor performance highly influence by bacteria nutriotion. The best nutrition for Acinetobacter baumannii was cooked-compost. Bioreactor itself could reduce 90 L phenol to the concentration of 1,1 mg/L within 14 hours. Photo-Bio-Reactor showed best performance compared to Bio-Photo-Reactor based on percentage of total phenol degradation, where photo-bio-reactor could eliminate phenol up to 87% with total volume 124 L with in 17 hours."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T41672
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zamaya Pramestidiani
"Pencemaran udara dalam ruang merupakan permasalahan yang cukup serius dan lebih membahayakan kesehatan akibat banyaknya masyarakat yang beraktivitas di dalam ruangan dalam waktu yang lama sehingga intensitas paparannya menjadi jauh lebih tinggi. Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas udara adalah dengan menggunakan alat purifikasi udara yang dapat mendegradasi polutan secara efektif  melalui proses fotokatalisis terkombinasi dalam satu alat yang memiliki desain minimalis dan mudah digunakan. Kerangka dari alat purifikasi udara pada penelitian ini dibuat dengan menggunakan papan-papan akrilik dengan memiliki sekat-sekat untuk meletakkan komponen dari alat berupa blower untuk mensirkulasi udara masuk-keluar alat, generator plasma ion negatif untuk memecah polutan menjadi bentuk yang tidak berbahaya, serta membersihkan partikulat yang masih tersisa, media penyangga berupa kain filter dan karbon aktif berbentuk honeycomb yang dilapisi katalis komersil berwujud aerosol dan dilengkapi lampu UV-C sebagai sumber foton bagi proses fotokatalisis. Hasil karakterisasi SEM-EDS dan XRD menunjukkan bahwa katalis yang digunakan mengandung TiO2, Karbon, dan Besi-Kobalt. Kemudian dari karakterisasi UV-Vis DRS didapatkan band-gap energy katalis yang digunakan adalah 3.28 eV. Berdasarkan hasil pengujian degradasi polutan asap rokok, didapat kombinasi proses dengan hasil terbaik untuk purifikasi udara yaitu kombinasi antara proses fotokatalisis dengan menggunakan penyangga katalis berupa karbon aktif, lampu UV-C, dan plasma ion yang berhasil mendegradasi konsentrasi CO sebanyak 30.77%, TVOC sebanyak 90.51%, HCHO sebanyak 89.93%, PM 2.5 sebanyak 97.80%, dan PM 10 sebanyak 97.20% dalam waktu 120 menit.

Indoor air pollution is a significant concern, posing serious health risks due to prolonged exposure for people who spend a considerable amount of time indoors. One effective approach to improve air quality is by using an air purification device that can degrade pollutants through a combined photocatalytic process within a single, user-friendly, and minimalist design. The air purifier framework in this study was constructed using acrylic boards with compartments to house various components, including blowers for air circulation, negative ion plasma generators to break down pollutants into harmless forms and clean residual particulates, and filter media such as cloth filters and honeycomb-shaped activated carbon coated with a commercial aerosol catalyst. The device also includes a UV-C lamp as a photon source for the photocatalysis process. SEM-EDS and XRD characterizations revealed that the catalyst used contains TiO2, carbon, and iron-cobalt. Additionally, UV-Vis DRS characterization determined the band-gap energy of the catalyst to be 3.28 eV. Based on the pollutant degradation tests using cigarette smoke, the optimal combination for air purification was found to be the photocatalytic process using activated carbon as the catalyst support, a UV-C lamp, and plasma ions. This combination successfully degraded CO concentrations by 30.77%, TVOCs by 90.51%, HCHO by 89.93%, PM 2.5 by 97.80%, and PM 10 by 97.20% within 120 minutes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Elsa Prima
"Acinetobacter baumanii M-13.2A yang diisolasi dari perairan laut Manado diketahui menghasilkan xilanase dengan indeks xilanase 20. Penelitian bertujuan untuk memproduksi dan karakterisasi xilanase dari Acinetobacter baumanii M- 13.2A. Sebanyak (2,4--3,3) x 108 CFU/ml inokulum Acinetobacter baumanii M- 13.2A dengan konsentrasi 9,09% (v/v) diinokulasikan dalam medium xylan broth. Fermentasi selama 6 hari pada suhu 30 ˚C, 150 rpm dan aktivitas xilanase diuji dengan metode asam dinitro salisilat (DNS). Aktivitas xilanase dihitung berdasarkan absorbansi warna yang terbentuk dari reaksi xilosa dan DNS pada λ 540 nm. Aktivitas xilanase tertinggi pada hari ke-2 inkubasi, sebesar 5,17 U/ml. Xilanase optimum pada pH 8 (1,55 U/ml) dan suhu 70 ˚C (0,8 U/ml). Ion Mg2+dan Zn2+ meningkatkan aktivitas xilanase hingga 107,3 % dan 278,1%. Ion Fe3+ dan Ca2+ menurunkan aktivitas xilanase hingga 75% dan 8,3%, sedangkan ion K+ tidak memberikan pengaruh terhadap aktivitas xilanase.

Acinetobacter baumanii M-13.2A isolated from Manado?s marine environment produce xylanase by index xylanolitic 20. The research aims to produce and characterization of xylanase from Acinetobacter baumanii M-13.2A. Inoculum of (2.4--3.3) x 108 CFU/ml inoculated into xylan broth medium. The fermentation was carried out for 6 days at 30 ˚C, 150 rpm and xylanase activity assay with Dinitro salisilic acid (DNS) method. Xylose and DNS will made complex color at λ 600 nm. The highest activity of xylanase obtained at 5.17 U/ml after 2 days incubation. Xylanase are optimum at pH 8 (1.55 U/ml) and 70 ˚C (0.8 U/ml). The effect of Mg2+ and Zn2+ ions were able to increase the activity of xylanase up to 107.3 % and 278.1%. Fe3+ and Ca2+ ions inhibited the activity of xylanase to 75% and 8.3 %. However have no effect of K+ ion on the xylanase activity."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43081
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indriana Lestari
"Komposit yang terdiri darititania nanotube (TiNT), carbon nanotubes (CNT) dan magnetit (Fe3O4) telah disintesis dengan menggunakan metode heteroaglomerasi dan digunakan untuk mendegradasi polutan organik pada POMSE.Beberapa katalis dikarakterisasi dengan menggunakan potensial zeta, XRD, TEM, BET dan FTIR. Berdasarkan hasil uji degradasi polutan organik (diwakili dengan parameter COD) pengkompositan CNT terhadap TiNT mampu menaikkan persentase penurunan COD2 kali lipat dibandingkan TiNT. Pengkompositan katalis titania dengan Fe3O4 mampu mempercepat waktu pemisahan katalis dari limbah 12 kali lebih cepat dibandingkan dengan katalis TiO2; 24 kali lebih cepat dibandingkan dengan komposit katalis TiNT/CNT; dan 72 kali lebih cepat dibandingkan dengan katalis TiNT, dalam upaya recovery katalis tanpa mengurangi aktivitas kinerja komposit. Kondisi operasi optimum degradasi limbah yang didapatkan adalah dengan loading katalis dalam limbah sebesar1,5 g/L dan laju alir udara sebesar 10 cc/min. Dalam rentang waktu 2 jam iluminasi, COD pada POMSE dapat diturunkan hingga 31,36% oleh katalis TiO2 P25; 5,31% oleh katalis TiNT; 10,92% oleh komposit TiNT/CNT dan 11,21% oleh komposit TiNT/CNT/Fe3O4. Selain itu kandungan fenol dalam POMSE mampu diturunkan hingga 96%.

A composite consist of titania nanotubes (TiNT), carbon nanotubes (CNT) and magnetite (Fe3O4) have been synthesized by using heteroaglomerasi and is used to degrade organic pollutants in POMSE. Several catalysts were characterized using zeta potential, XRD, TEM, BET and FTIR. Based on the test results of the degradation of organic pollutants (represented by the parameter COD) composite TiNT/CNT against TiNT able to raise the percentage reduction in COD 2 times higher compared TiNT. Composite TiNT/CNT catalyst with Fe3O4 capable of accelerating the separation time of waste 12 times faster than the TiO2 catalyst; 24 times faster than the catalyst composite TiNT/CNT; and 72 times faster than the TiNT, in the catalyst recovery effort without reducing the performance of the composite activity. The optimum operating conditions the degradation of waste recovered is the catalyst loading in the effluent of 1,5 g/L and the air flow rate of 10 cc/min. Within the span of two hours of illumination, COD on POMSE can be reduced up to 31,36% by P25 TiO2 catalyst; 5,31% by TiNT catalyst; 10,92% by the composite TiNT/CNT composite and 11,21% by TiNT/CNT/Fe3O4. In additions the content of phenols in POMSE able to be lowered to 96%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T46757
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Latifa Erlangga Putri
"ABSTRAK
Linear Akylbenzene Sulfonat (LAS) merupakan surfaktan anionic yang bersifat toksik bagi organisme akuatik. Proses mineralisasi LAS menjadi H2O, CO2, dan garam dapat dilakukan dengan bantuan mikroorganisme. Proses biodegradasi dilakukan dengan memanfaatkan kultur tunggal bakteri fakultatif anaerob Acinetobacter baumanii. Percobaan diawali dengan uji pertumbuhan bakteri dan degradasi LAS menggunakan kondisi aerasi dan jenis medium yang berbeda. Acinetobacter baumanii terbukti dapat tumbuh dengan baik dalam Medium Basal pada aerasi 4 ml/s dengan memanfaatkan LAS sebagai sumber karbon tunggal. Analisis kadar konsentrasi akhir LAS dilakukan dengan menggunakan metode MBAS (methylene blue active substance). Hasil percobaan menunjukkan bahwa laju degradasi LAS optimum yang mematuhi reaksi orde nol dicapai pada saat konsentrasi LAS sebesar 100 ppm, dimana dalam waktu 95 jam, LAS telah terdegradasi sebanyak 83%. Variasi penambahan nutrisi berupa sumber karbon dan nitrogen dilakukan secara terpisah untuk meningkatkan presentase degradasi LAS. Sebanyak 0,5 g/L glukosa terbukti dapat meningkatkan presentase degradasi LAS hingga 100% dalam kurun waktu kurang dari 46 jam.

ABSTRACT
Linear Akylbenzene Sulfonate (LAS) is an anionic surfactant which is toxic for aquatic organisms. LAS biodegradation process is done by utilizing a single culture of facultative anaerob Acinetobacter baumannii. Experiment begins with the evaluation of both bacterial growth profile and LAS degradation process using different aeration condition and medium. Acinetobacter baumannii is proven to grow well under aeration rate of 4 ml/s in Basal Medium by utilizing LAS as the sole carbon source. Analysis of the decreasing of LAS concentration was done by MBAS (methylene blue active substance) method. The results showed that the optimum rate of LAS degradation which obeys zero order reaction achieves at 100 ppm. Within 95 hours LAS has been degraded as much as 83%. Variation of nutrients addition such as carbon and nitrogen source is conducted separately to increase the percentage of LAS degradation. A total of 0,5 g / L glucose is proven to increase the percentage of 100 ppm LAS degradation up to 100% in less than 46 hours.
"
[, Fakultas Teknik Universitas Indonesia], 2015
S59786
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Abidin
"Manggis merupakan buah yang banyak ditemukan di daerah tropis, dan sudah lama buah ini menjadi pilihan untuk dikonsumsi, beberapa penelitian menunjukkan bahwa buah ini memiliki banyak kandungan vitamin dan juga antioksidan yang bermanfaat bagi tubuh manusia.Pada studi eksperimen ini digunakan ekstrak kulit buah manggis serta bakteri Acinetobacter baumanii.Tujuannya untuk mengetahui ada tidaknya aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah manggis untuk bakteritersebut.
Metode: Metode yang digunakan untuk menguji aktivitas antibakteri adalah metode sumuran. Antibiotik serta ekstrak kulit buah manggis dipipetkan pada setiap sumuran dalam satu medium agar yang berbeda, dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 24-72 jam. Zona hambat bakteri uji diukur dengan mengukur daerah yang bening di sekitar sumuran.
Hasil: Melalui uji Kruskal Wallis didapatkan hasil nilai p= 0,000 yang membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada data-data tersebut. Dari uji Mann Whitney diperoleh hasil perbandingan antara tetrasiklin dengan aquades dan ekstrak kulit buah manggis dalam berbagai pengenceran memiliki perbedaan bermakna dengan nilai p < 0,05.
Simpulan: Dapat disimpulkan bahwa secara statistik ekstrak kulit buah manggis tidak memiliki aktivitas antibakteri. Data ini sesuai dengan hasil percobaan yang menunjukkan tidak terbentuknya zona hambat pada agar yang diberi ekstrak kulit buah manggis.

Mangosteen is a fruit that is found in the tropics area, and has long been a choice of fruit for consumption, some studies have shown that this fruit has alot of vitamins and also antioxidants that are beneficial for human. In the experimental study of the use of mangosteen peel extract and Acinetobacter baumannii. The goal is to determine whether there is the antibacterial activity of mangosteen peel extracts for bacteria.
Methods: The method used to test the antibacterial activity is a method of diffusion. Antibiotics and mangosteen peel extract included in any medium in a different order, with different concentrations. Then incubated at 37 ° C for 24-72 hours. Bacterial inhibition zone test is measured by measuring the clear areas around sinks.
Results: Through the Kruskal Wallis test showed p=0.000 which proves that there are significant differences in the data. Mann Whitney test obtained from the comparison between tetracycline with distilled water and mangosteen peel extracts in differentdilutions havesignificant differences with p<0.05.
Discussion: The conclution that mangosteen peel extract has no antibacterial activity. The data are consistent with the results of experiments that showed no inhibition zone formation at a given order of mangosteen peel extracts.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Diba Toya
"Produksi hidrogen dan degradasi 2,4,6-Triklorofenol secara simultan sudah dilakukan pada berbagai fotokatalis yaitu P25-TiO2, Titania Nanotube Arrays (TNTAs), dan variasi TNTAs-CdS selama 240 menit. VariasiTNTAs-CdS menggunakanperbandingan mol dari prekursor CdS yaitu CdCl2:CH3CSNH2dengan 0,2:0,12; 0,1:0,06; dan 0,05:0,03 mol/L. Hasil karakterisasi UV-Vis DRS menunjukkanenergy band gap berkisar antara 2,71- 2,89 eV.Fotokatalis terbaik didapat pada perbandingan 0,1:0,06 (TNTAs-CdS-2) karena menghasilkan hidrogen (3,17𝜇𝜇mol/g.s) dan degradasi 2,4,6-Triklorofenol (mencapai 80%) yang paling baik dibandingkan dengan katalis lainnya. Fotokatalis tersebut menghasilkan hidrogen 1,5 kali dibandingkan TNTAs dan 7 kali dibandingkan dengan P25-TiO2. Produksi hidrogen berjalan simultan dengan pendegradasian 2,4,6-Triklorofenol, dimana kinerja keduanya bergantung pada katalis yang digunakan. Disamping itu, pengaruh konsentrasi 2,4,6-Triklorofenol (10, 20, dan 40 ppm) dipelajari dengan menggunakan fotokatalis TNTAs-CdS-2 dan menghasilkan total produksi hidrogen berturut-turut 1,008; 1,061; dan 1,197𝜇𝜇mol/g.s. Semakin besar konsentrasi 2,4,6-Triklorofenol, semakin besar pula hidrogen yang dihasilkan.

Hydrogen production and 2,4,6-Trichlorophenoldegradationhave been investigated simultanously usingP25-TiO2, TNTAs, and variation of TNTAs-CdS for 240 minutes. TNTAs-CdS variations use mol ratio of CdS precursor that isCdCl2:CH3CSNH2 with ratio 0.2:0.12, 0.1:0.06, and 0.05:0.003.Rever to UVVis analysis, the TNTAs-CdS prepared have the band gap energy in the range of 2.71-2.89 eV. Among them, the optimum composition is0.1:0.06 (TNTAs-CdS- 2) which results in the highest total hydrogen production (3,17𝜇𝜇mol/g.s) and 2,4,6-Trichlorophenol degradation(achieve 80%) compared toothers. TNTAs- CdS-2 produces total hydrogen 1.5 and 7 times compared with TNTAs and P25- TiO2, respectively.Hydrogen production and 2,4,6-Trichlorophenol degradation could be perormed simultaneously and it depands on the catalyst employed. Furthermore, the effect of2,4,6-Trichlorophenol initial concentrations (10, 20, and 40 ppm) was also studied using TNTAs-CdS-2 and produced1.008,1.061, and1.197 𝜇𝜇 mol/g.s respectively.The higherthe 2,4,6-Trichlorofenol initial concentration, the more hydrogen produced."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65372
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Slamet
"ABSTRAK
Salah satu aplikasi yung cukup potensial dari fenomena fotokatalisis adalah untuk mcngkonversi karbon padu senynwa anorganik seperti CO2 menjadi senyawa-senyawa organik yang lebih berguna. Selain diperolehnya produk senyawa organik yang dapat digunakan untuk keperluan tertentu, transformasi CO2 tersebut dalam kurun waktu tertentu dapat mengurangi laju emisi CO2 di atmosfer, yang akhir-akhir ini menjadi isu lingkungan global karena dipercaya dapat memberikan kontribusi yung signifikan terhadap timbulnya efek rumah kaca (green house effect). Efisiensi reduksi CO2 sangat tergantung pada fotokatalis yang digunakan. Beberapa peneliti telah membuktikan bahwa CO2 dapat direduksi secara fotokatalitik dalam uap air atau larutan dengan TiO2, akan tetapi efisiensinya masih sangal rendah. Studi ini difokuskan pada pengembangan fotokatalis yang efektif untuk proses reduksi CO3 menjadi metanol.
Fotokatalis TiO2 serbuk dengan berbagai komposlsi kristal anatase dan rutile dibuat dengan cara menghidrolisis TiCl2, yang dilanjutkan dengan kalsinasi pana berbagai temperatur. Modifikasi kalalis TiO2 film dilakukan dengan menambahkan polyethilene glycol atau sillika, menggunakan metodesol-gel dan dip-coating.
Fotokatalis tembaga-titania dibuat dengan metode impregnasi-termodifikasi menggunakan TiO2 Degussa P25 dan larutan tembaga nitrat, serta metode pencampuran fisik menggunakun serbuk TiO2 Degussa P25, CuO, Cu2O, dan Cu. Katalis-katalis yang telah dibuat kemudian dikarakterisasi dengan XRD, DRS, SEM/EDX/Mapping, ASS, dan BET. Uji kinerja katalis yang dilakukan meliputi uji aktivitas fasa cair dan gas, uji kinetika. dan uji mekanisme reaksi dengan metode in-situ FTIR.
Hasil penelitian membuktikan bahwa dengan bantuan fotokatalis titania dan tembaga-titania, karbon dioksida dapat direduksi oleh air baik dalam sislem cair-padat maupun gas-padat, menghasilkan produk utama metanol. Metana, etanol, propanol dan aseton adalah senyawa-senyawa lain yang juga terbentuk, meskipun dalam jumlah yang relaif lebih sedikit. Aktivitas reduksi fotokatalisis CO2 pada larutan l M KHCO3 paling optimal diamati terjadi ketika keasaman larutan diatur pada pH 4. Katalis TiO2 serbuk dengan komposisi kristal anatase yg tinggi, ukuran kristal kecil, dan luas permukaan besar, mempunyai efisiensi fotoreduksi CO2 yang tinggi. Penambahan dopan PEG atau SiO2 sampai pada tingkat loading tertentu dapat meningkatkan porositas fotokatalis TiO2 film, sehingga kinerjanya menjadi lébih baik.
Katalis tembaga TiO3 dcngan loading tertentu menunjukkan kinerja fotokatalisis yang sangat efisien untuk reduksi CO3, balk pada sistem cair-padat maupun gas-padat.
Hasil investigasi menunjukkan bahwa Cu"O adalah spesi dopan yang paling signifikan dalam meningkatkan kinerjia TiO3 pada reduksi CO2 menjadi metanol. Loading optimal yang diperoleh pada katalis CuO/TiO3 hasil impregnasi adalah 3% berat Cu, sedangkan pada katalis yang dibuat dengan pencampuran fisik adalah 5% berat untuk dopan Cu2O dan l% berat untuk dopan CuO.
Peningkatan efisiensi reduksi CO2 menjadi metanol yang signifikan oleh dopan tembaga (terutama dalam bentuk metal oksida) pada fotokatalis TiO2 diduga karena adanya peran ganda yang sinergis dari dopan tembaga tersebut, yaitu sebagai electron trapper pada proses fotokatalisis dan sebagai intl aktif pada proses katalisis. Sebagai electron trapper, dopan tembaga secara efeklif dapat menghambat laju rekombinasi pasan gan elektron-hole sehingga secara signifikan dapat meningkatkan efisiensi reduksi CO2. Sebagai inti aktif pada proses katalisis, dopan tembaga diperkirakan dapat meningkatkan selektivitas produk metanol, dengan mekamisme melalui pembentukam intermediate format dan metoksida.
Uji kinetika yang dilakukan pada rentang temperatur 43 - 100 derajat C menunjukkam bahwa dopan CuO dapat meningkatkan laju reaksi, sehingga secara signifikan dapat meningkatkan photoefficiency dari katlalis TiO2. Nilai energi aktivasi teramati (Ea) yang diperoleh untuk katalis 3%CuO/TiO2 adalah sebesar +12 kJ/mol, yang mengindikasikan bahwa desorpsi produk adalah merupakan tahap penentu laju reaksi pada pembentukan metanol dari CO2 dan H2O dengan katalis 3%CuO/TiO2
"
2004
D1237
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Slamet
"ABSTRAK
Salah satu aplikasi yang cukup potensial dari fenomena fotokatalisis adalah untuk mengkonversi karbon pada senyawa anorganik seperti CO2 menjadi senyawa-senyawa organik yang lebih berguna. Disamping diperolehnya produk senyawa organik yang dapat digunakan untuk keperluan tertentu, transformasi CO2 tersebut dalam kurun waktu tertentu dapat mengurangi laju emisi CO2 di atmosfer, yang akhir-akhir ini menjadi issu lingkungan global karena dipercaya dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap timbulnya efek rumah kaca (greenhouse effect). Efisiensi reduksi CO2 sangat tergantung pada fotokatalis yang digunakan. Beberapa peneliti telah membuktikan bahwa CO2 dapat direduksi secara fotokatalitik dalam uap air atau Iarutan dengan TiO2, akan tetapi efisiensinya masih sangat rendah. Studi ini difokuskan pada pengembangan fotokatalis yang efektif untuk proses reduksi CO2 menjadi metanol.
Fotokatalis TiO2 serbuk dengan berbagai komposisi kristal anatase dan rutile dibuat dengan cara menghidrolisis TiCk yang dilanjutkan dengan kalsinasi pada berbagai temperatur. Modifikasi katalis TiO2 film dilakukan dengan menambahkan polyethilene glycol atau silika, menggunakan metode sol-gel dan dip-coating. Fotokatalis tembaga-titania dibuat dengan metode impregnasi-termodifikasi menggunakan TiO2 Degussa P25 clan larutan tembaga nitrat, serta metode pencampuran fisik menggunakan serbuk TiO2 Degussa P25. CuO, Cu2O, dan Cu. Katalis-katalis yang telah dibuat kemudian dikarakterisasi dengan XRD, DRS, SEM/EDX/Mapping, AAS, dan BET. Uji kinerja katalis yang dilakukan meliputi uji aktivitas fasa cair dan gas, uji kinetika, dan uji mekanisme reaksi dengan metode in-situ FTIR.
Hasil penelitian membuktikan bahwa dengan bantuan fotokatalis titania dan tembaga-titania. karbon dioksida dapat direduksi oleh air baik dalam sistem cair-padat rnaupun gas-padat, menghasilkan produk utama metanol. Metana, etanol, propanol, dan aseton adalah senyawa-senyawa lain yang juga terbentuk, meskipun dalam jumlah yang relatif lebih sedikit. Aktivitas reduksi fotokatalisis CO2 pada larutan 1 M KHCO3 paling optimal diamati te1jadi ketika keasaman larutan diatur pada pH 4. Katalis TiO2 serbuk dengan komposisi kristal anatase yg tinggi, ukuran kristal kecil, dan luas permukaan besar, rnempunyai efisiensi fotoreduksi CO2 yang tinggi. Penambahan dopan PEG atau SiO2 sampai pada tingkat loading tertentu dapat meningkatkan porositas fotokatalis TiO2 film, sehingga kine1:janya menjadi Iebih baik.
Katalis tembaga/Ti02 dcngan loading tertcntu menunjukkan kinerja fotokatalisis yang sangat efisien untuk reduksi CO2, baik pada sislem cair-padat maupun gas-padat. Hasil inYestigasi menunj ukkan bahwa Cu11O adalah spcsi do pan yang paling signi fikan dalan1 1neningkatkan kine1ja TiO2 pada reduksi CO2 menjadi metanol. loading optimal yang diperoleh pada katalis CuO/TiO2 hasil impregnasi adalah 3% berat Cu, sedangkan pada katalis yang dibuat dengan pencan1puran fisik adalah 5% berat untuk dopan Cu2O dan l % berat untuk dopan CuO.
Peningkatan efisiensi reduksi CO2 1nenjadi metanol yang signifikan oleh dopan ten1baga (terutan1a dalam bentuk metal oksida) pada fotokatalis TiO2 diduga karena adanya peran ganda yang sinergis dari dopan tembaga tersebut, yaitu sebagai electron trapper pada proses fotokatalisis dan sebagai inti aktif pada proses katalisis. Sebagai electron trapper~ dopan tembaga secara efektif dapat n1enghambat laju rekombinasi pasangan elektron-hole sehingga secara signifikan dapat meningkatkan efisiensi reduksi CO2. Sebagai inti aktif pada proses katalisis, dopan tembaga diperkirakan dapat meningkatkan selektivitas produk metanol, dengan 1nekanisme melalui pen1bentukan intermediate forn1at dan metoksida.
Uji kinetika yang dilakukan pada rentang te1nperatur 43 -l 00 °C menunjukkan bahwa dopan CuO dapat n1eningkatkan laju reaksi, sehingga secara signifikan dapat meningkatkan photoefficiency dari katalis TiO2. Nilai energi aktivasi teramti (Ea) yang diperoleh untuk katalis 3% CuO/TiO2 adalah sebesar + 12 kJ/mol, yang mengindikasikan bahwa desorpsi produk adalah merupakan tahap penentu laju reaksi pada pembentukan metanol dari CO2 dan H20 dengan katalis 3%CuO/TiO2. "
Universitas Indonesia Fakultas Teknik , 2004
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>