Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 84241 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Henricus Nova Yudiawan
"ABSTRAK
Bisnis perbankan tidak bisa terpisahkan dari teknologi informasi untuk mampu bersaing secara kompetitif. Tuntutan nasabah akan kemudahan layanan dan transaksi yang murah mengharuskan kehandalan aplikasi perangkat lunak yang dipergunakan. Kehandalan tersebut tentu didukung dengan kualitas aplikasi yang baik.Kualitas aplikasi perangkat lunak yang baik hanya bisa terwujud jika pengujian atas aplikasi perangkat lunak juga memadai. Penelitian ini berupa assesment atas proses pengujian perangkat lunak sehingga akan diperoleh pemetaan kondisi yang ada terhadap frameworkTest Process Improvement-Next yang menjadi acuan dalam proses assesment, key area yang masih memiliki kelemahan, prioritas perbaikan dan action plan yang direkomendasikan.
Penulis mengambil kesimpulan bahwa maturity level atas proses pengujian perangkat lunak di tempat studi kasus adalah level Initial. Terdapat beberapa key area dalam proses pengujian perangkat lunak yang membutuhkan perbaikan untuk mencapai maturity level-Controlled antara lain Degree of Involvement, Test Strategy, Reporting, Test Environment, Test Profesionalism dan Test Tools. Perbaikan atas keenam key area tersebut meliputi sembilan checkpoint seperti tersebut dalam Test Maturity Matrix dengan urutan prioritas yang mengikuti metode process driven dalam Test Process Improvement - Next.
Kata Kunci: assesment, action plan, framework, kualitas, key area, Test Process Improvement-Next, , maturity level, pengujian perangkat lunak, Test Maturity Matrix.

ABSTRACT
Banking business can not be separated from information technology in order to be able to compete competitively. Customers requireeasy transaction services and low transaction costso that software application’s reliability is a must. Reliability certainly needs support from good quality applications. The quality of a good software application can only be achieved if the testing of application software is also adequate.This work consist of the assessment of software testing process that results in the mapping of existing conditions toTest Process Improvement-Next framework(as the reference in the assessment process), key areas that still have weaknesses, priorities and action plan improvements recommended.
The author concludes that the maturity level of the software testingprocess in this case study is in the initial level. There are several key areas in the process of software testing that need improvement to achieve maturity level-Controlled such as Degree of Involvement, Test Strategy, Reporting, Test Environment, Test Profesionalism and Test Tools. Improvement on these six key area consist of nine checkpoints as mentioned in Test Maturity Matrix with priority follows process driven method of Test Process Improvement-Next.
Key word :assesment, action plan, framework, quality, key area, Test Process Improvement-Next, , maturity level, software testing, Test Maturity Matrix."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fifeka Onanda Wahid
"Perangkat lunak AB Pro merupakan produk dari PT XYZ. Perusahaan mengharapkan produk ini bebas dari failure kategori major, critical dan blocker yang tidak dapat diselesaikan pada level support call. Semua jenis failure ini menyebabkan operasi bisnis pelanggan terganggu. Failure terjadi karena kurang maksimalnya proses pengujian. Untuk mengetahui kualitas proses pengujian yang sedang berlangsung dibutuhkan asesmen tingkat kematangan proses pengujian tersebut. Maka dari itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kematangan proses pengujian dan memberikan rekomendasi perbaikan proses pengujian perangkat lunak AB Pro. Model yang digunakan untuk mengevaluasi kematangan proses pengujian pada penelitian ini adalah Test Maturity Model Integration (TMMi). Model ini memenuhi kebutuhan perusahaan, terutama tahapan yang jelas untuk menentukan arahan komitmen manajemen. Metode penilaian mengacu pada TMMi Assessment Method Accreditation Requirements (TAMAR). Penelitian dilakukan secara kualitatif dengan metode reduksi. Pengambilan data dilakukan dengan FGD bersama dua orang ketua tim pengujian, observasi proses, dan studi dokumen pendukung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kematangan proses pengujian perangkat lunak di PT XYZ berada pada tingkat kematangan 1 initial. Hal ini menunjukkan bahwa proses pengujian belum dikelola dengan baik dan terdapat pelaksanaan proses yang tidak konsisten. Penelitian ini merekomendasikan perusahaan melakukan enam perbaikan proses pengujian. Tiga rekomendasi jangka pendek (1-6 bulan), yaitu: melakukan monitor kualitas produk; menggunakan teknik desain pengujian; mengembangkan prosedur proses pengujian. Tiga rekomendasi jangka menengah (7-12 bulan), yaitu: membentuk seperangkat indikator kinerja proses pengujian; menentukan estimasi proses pengujian; menjaga serta mendistribusikan komitmen untuk pengujian.

Software AB Pro is a product of PT XYZ. The company expects this product to be free from major, critical and blocker failure that cannot be resolved at support call level. All these failures disrupt the customer’s business operations. Failures occur when the testing process is unoptimized. To analyze current testing process quality, testing process maturity level assessment is required. Thus, this study aimed to determine testing process maturity level and provide recommendations to improve AB Pro testing process. The assessment model used in this study is Test Maturity Model Integration (TMMi). The chosen model meets the company requirements, especially having clear steps to determine the direction of management commitment. The assessment method refers to the TMMi Assessment Method Accreditation Requirements (TAMAR). The research was conducted qualitatively with the reduction method. Data collection was carried out through FGD with two team leaders, process observation, and study of supporting documents. From the result, software testing process maturity is still at initial level. This result indicates the testing process has not been appropriately managed, and there is inconsistency of process implementation. There are six recommendations for PT XYZ to improve their testing process. Three short-term recommendations (1-6 months): monitor product quality; use test design techniques; develop process testing procedures. Three medium-term recommendations (7-12 months): establish a set of performance indicators of the testing process; determine the estimation of the testing process; maintain and distribute commitments for testing.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanes Polin Bakara
"PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) merupakan lembaga kliring dan penjaminan di pasar modal Indonesia. Dalam mencapai visi dan misinya diperlukan layanan sistem berkualitas yang ditandai dengan tercapainya zero defect sistem di lingkungan produksi. Kenyataannya, gangguan terhadap sistem bisnis utama telah menjadi top risk organisasi karena terjadi 36 kali dalam setahun terakhir ini yang berdampak terhadap finansial dan reputasi organisasi. Berdasarkan hal tersebut, diketahui bahwa permasalahan utama yang dihadapi organisasi adalah kurangnya proses pengujian. Untuk mengatasi hal ini, dilakukan penilaian tingkat kematangan dan memberikan rekomendasi perbaikan proses pengujian. Penilaian tingkat kematangan proses pengujian perangkat lunak dilakukan menggunakan Test Maturity Model Integration (TMMi) pada tingkat kematangan 2 (managed) dan mengacu pada ketentuan TMMi Assessment Method Accreditation Requirements (TAMAR). Praktik yang belum dipenuhi akan menjadi rekomendasi perbaikan proses menggunakan metode deming cycle (PDCA). Berdasarkan hasil penilaian diperoleh bahwa PT KPEI masih berada pada tingkat kematangan 1 (initial). Area proses yang memperoleh nilai terendah adalah test planning (PA 2.2) dengan nilai partially achieved. Rekomendasi perbaikan yang perlu dilakukan yaitu penyusunan test plan secara konsisten dan ditinjau secara berkala serta perbaikan isi dokumen test plan. Rekomendasi perbaikan proses pengujian ini diharapkan dapat mengurangi kemunculan bugs sistem di lingkungan produksi.

PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) is a clearing and guarantee institution in the Indonesian capital market. In achieving its vision and mission, a quality system service is needed, which is marked by the achievement of zero-defect systems in the production environment. In fact, disruption to key business systems has become an organization's top risk because it has occurred 36 times in the past year, which has an impact on the organization's finances and reputation. Based on this, it is known that the main problem faced by the organization is the lack of a testing process. To overcome this, an assessment of the maturity level is carried out and provides recommendations for improvement of the testing process. The assessment of the maturity level of the software testing process is carried out using the Test Maturity Model Integration (TMMi) at maturity level 2 (managed) and refers to the provisions of the TMMi Assessment Method Accreditation Requirements (TAMAR). Practices that have not been met will be included as recommendations for process improvement using the Deming Cycle (PDCA) method. Based on the results of the assessment, it was found that PT KPEI is still at maturity level 1 (initial). The process area that obtained the lowest score was test planning (PA 2.2) with a partially achieved value. Recommendations for improvements that need to be made are the preparation of a test plan consistently and reviewed periodically as well as improvements to the contents of the test plan document. Recommendations for improving the testing process are expected to reduce the appearance of system bugs in the production environment."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Agung Tri Laksono
"PT XYZ merupakan salah satu perusahaan penyedia produk dan layanan pembayaran elektronik menggunakan mesin EDC (Electronic Data Capture) di Indonesia. Salah satu spesialisasi PT XYZ adalah menyediakan produk perangkat lunak aplikasi untuk kebutuhan pembayaran elektronik menggunakan mesin EDC. Pengembangan berbagai produk aplikasi untuk pembayaran elektronik menggunakan mesin EDC dilakukan oleh PT XYZ. Namun, ketika produk aplikasi tersebut sudah dilakukan deployment atau release ke pelanggan, masih ditemukan adanya bug yang menyebabakan aplikasi tidak dapat menjalankan fungsi sebagaimana mestinya. Berdasarkan data internal bug aplikasi setelah deployment atau release, menunjukkan terdapat berbagai bug aplikasi EDC yang ditemukan dari beberapa klien PT XYZ. Permasalahan ini disebabkan oleh kelemahan pada proses pengujian perangkat lunak yang dilakukan di PT XYZ sehingga masih ditemukannya bug yang berdampak pada fungsional aplikasi EDC setelah proses deployment.
Pada penelitian ini, dilakukan penilaian tingkat kematangan proses pengujian perangkat lunak di PT XYZ menggunakan kerangka kerja TMMi. Penilaian berdasarkan pada tingkat 2 TMMi yang terdiri dari 5 proses area. Penulis melakukan penentuan prioritas peningkatan proses pengujian berdasarkan hasil penilaian. Penentuan prioritas pada penelitian ini dilakukan dengan analisis diagram pareto terhadap kategori kelemahan beserta jumlah weak specific practices yang terdapat di dalamnya. Selanjutnya, rekomendasi peningkatan proses pengujian disusun menggunakan metode PDCA (Plan, Do, Check, Act) berdasarkan prioritas yang telah ditentukan.
Dari hasil penilaian, tingkat kematangan proses pengujian yang dicapai PT XYZ adalah maturity level 1 TMMi. Pada penelitian ini, dihasilkan juga urutan prioritas peningkatan sesuai dengan kategori kelemahan. Terdapat sejumlah weak specific practices dari setiap kategori kelemahan yang harus dipenuhi untuk meningkatkan proses pengujian di PT XYZ. Rekomendasi yang disusun pada penelitian ini ditujukan pada setiap weak specific practices tersebut. Selain itu, rekomendasi disusun sesuai dengan urutan prioritas peningkatan sehingga dapat digunakan sebagai solusi untuk meningkatkan proses pengujian di PT XYZ.

PT XYZ is one of the companies providing electronic payment products and services using EDC (Electronic Data Capture) machines in Indonesia. One of the specialties of PT XYZ is to provide application software products for electronic payment needs using EDC machines. The development of various application products for electronic payments using EDC machines is performed by PT XYZ. However, when the application product has been deployed or released to the customer, there are still bugs that cause the application can not function properly. Based on the internal data of the application bugs after deployment or release, it shows there are various EDC application bugs found from several clients of PT XYZ. This problem is caused by weaknesses in the software testing process carried out at PT XYZ so that bugs are still found that affect the functional EDC application after the deployment process.
In this research, the maturity level of the software testing process at PT XYZ was assessed using the TMMi framework. Assessment is based on level 2 TMMi which consists of 5 process area. The authors determines the priority of the testing process improvement based on the results of the assessment. Priority determination in this study was conducted by pareto diagram analysis of the weaknesses category along with the number of weak specific practices contained in it. Furthermore, recommendations for improving the testing process are composed using the PDCA method based on predetermined priorities.
From the results of the assessment, the maturity level of the testing process achieved by PT XYZ is TMMi`s maturity level 1. In this research, the priority order of improvement was also produced according to the category of weaknesses. There are a number of weak specific practices from each category of weaknesses that must be met to improve the testing process at PT XYZ. The recommendations compiled in this study are aimed at each of these weak specific practices. Moreover, recommendations are arranged in accordance with the priority order of improvement so it can be used as a solution to improve the testing process in PT XYZ."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Honassan, Gregorio Gringo
"Sebagai fungsi yang memegang kendali perangkat lunak di PT XYZ IT Solution memiliki peranan penting dalam menjaga manajemen pengembangan perangkat lunak agar berjalan sesuai rencana yang sudah dirumuskan bersama dengan para stakeholder. Pengembangan perangkat lunak menggunakan metodologi waterfall yang belum optimal menjadi kendala untuk dapat men deliver setiap proyek perangkat lunak sesuai requirements jadwal dan anggaran user. Untuk mengatasi hal tersebut IT Solution melakukan piloting proyek pengembangan perangkat lunak menggunakan metodologi Scrum yang diharapkan dapat lebih agile dalam pengembangan perangkat lunak. Namun dalam proses implementasi Scrum masih ditemukan permasalahan.
Tujuan penelitian ini adalah menyelesaikan permasalahan yang dihadapi IT Solution dan memperbaiki proses pengembangan perangkat lunak menggunakan Scrum. Penelitian ini menilai dan menemukan akar permasalahan sekaligus rekomendasi perbaikan dalam implementasi Scrum di IT Solution sesuai dengan kerangka kerja Scrum Maturity Model.

IT Solution as part of PT XYZ has an important role in software development to meet stakeholder request ini the company Nowadays waterfall methodology which adopted by PT XYZ was not optimal. It was a constraint to deliver software project which should meet with software requirements schedule and budget. Therefore IT Solution did piloting software development project using Scrum .It expects be more agile in software development. However they still found problems in implementing Scrum.
The purpose of this research is to solve the problems faced on IT Solutions and to improve the software development process using Scrum. This research will assess and find the root causes to give recommendations for improvements in the implementation of Scrum in IT Solution based on Scrum framework Maturity Model.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2015
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Satria Graha Adityatama
"Perangkat lunak dalam operasional sebuah bank mengambil peranan yang sangat signifikan. Seluruh kegiatan operasional sepenuhnya didukung oleh perangkat lunak yang berkualitas. Untuk menjaga kredibilitasnya di mata nasabahnya diperlukan sistem yang tanpa cacat. Proses pengujian sebagai salah satu proses terpenting dalam pengembangan perangkat lunak memiliki peranan dalam menjamin kualitas perangkat lunak yang baik. Saat ini banyak model perbaikan proses pengembangan perangkat lunak, sebagai contoh CMMI. Namun model perbaikan proses yang ada sampai saat ini hanya membahas sedikit mengenai proses pengujian itu sendiri.
Testing Maturity Model (TMM) yang memfokuskan pada perbaikan proses pengujian adalah suatu model yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemapanan proses pengujian pada suatu organisasi. Model ini juga dilengkapi dengan metode pengukuran (TMM Assessment Model), alat pengukuran, dan juga langkah-langkah (Activities, Tasks dan Responsibilities) untuk memperbaiki proses pengujian dan mencapai tingkat yang lebih tinggi.
Pada penelitian ini penulis akan melakukan pengukuran tingkat kemapanan proses pengujian pada sebuah bank dan membuat prioritas perbaikan berdasarkan area-area yang lemah. Dan pada akhirnya memberikan usulan perbaikan yang dapat diterapkan untuk memperbaiki proses pengujian pada organisasi tersebut. Untuk memberikan perencanaan yang konkrit, penulis menggunakan metode Plan, Do, Check, and Action (PDCA) Cycle untuk menyusun rencana aksi perbaikan proses pengujian.
Hasil dari penelitian adalah penulis berhasil mengukur tingkat kemapanan proses pengujian pada Bank XYZ yaitu tingkat kemapanan 1. Penulis juga berhasil menemukan dua area yang lemah pada kondisi proses pengujian saat ini dan perlu diperbaiki untuk mencapai tingkat kemapanan 2. Dua area lemah yang harus diperbaiki adalah pembuatan sasaran dan kebijakan pengujian dan debugging dan melembagakan teknik dan metode dasar pengujian. Penelitian ini juga menghasilkan rencana aksi untuk membantu organisasi khususnya Bank XYZ untuk memperbaiki dua area yang lemah dan mencapai tingkat kemapanan 2. Dan pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas proses pengujian dan produk perangkat lunak.

In the daily operations of a bank, softwares used are taking a very significant role. The entire operations should be fully supported by good quality softwares. This is to ensure that the bank gives the best services to their customers while increase its credibility. As one of the most important processed in software development life cycle, a thorough testing process can ensure the quality of the software. Thus, the testing process itself becomes the main focus in many software development life cycles.
Nowadays, there are many models of the software development process improvement. For example, Capability Maturity Model Integration or known as CMMI. Unfortunately, the existing models only address less specific discussion about the testing process where people need more improvement of the testing process. Testing Maturity Model (TMM), which focuses on improving the testing process, is a model that can be used to measure the maturity of the testing process in an organization. It comes with a measurement method known as TMM Assessment Model, measurement tools, and ways (Activities, Tasks, and Responsibilities) where the combination of these three can improve and achieve a higher level of maturity.
Through this study, author will measure the maturity level of the testing process in a bank and gives recommendation on prioritizing the improvement based on the weak areas founded in the field. In the end, author proposes improvements that can be applied by the organization to the entire process of testing. Author uses PDCA (Plan, Do, Check, and Action) Cycle method to create action plans for improving the testing process.
The result of maturity level of the testing process at XYZ Bank is maturity level 1. The author also found two weak areas in the current conditions of the testing process which needs to be improved to achieve maturity level 2. Two weak areas that should be improved are Develop Testing And Debugging Goals And Policies and Institutionalize Basic Testing Techniques And Methods. The study also produced action plans to help the organization in particular XYZ Bank to fix two weak areas, achieve maturity level 2, and improve the quality of the test process and software product.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2013
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Yazid Al Qhar
"Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah program strategis nasional yang dikelola oleh BPJS Kesehatan untuk memberikan jaminan kesehatan kepada semua penduduk Indonesia, serta sebagai syarat untuk mengakses layanan publik berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2022. Dengan pertumbuhan peserta JKN yang terus meningkat, BPJS Kesehatan dihadapkan pada tantangan pengembangan sistem informasi yang mendukung program ini. Tingkat keluhan yang tinggi terkait dengan bug atau defect dapat merugikan kepuasan peserta. Meskipun telah dibentuk departemen khusus untuk mengontrol kualitas sistem informasi, angka software defect di area operasional terus meningkat setiap tahunnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat kematangan proses pengujian perangkat lunak di BPJS Kesehatan dan memberikan rekomendasi perbaikan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan observasi dokumen. Tingkat kematangan diukur dengan menggunakan kerangka kerja Test Maturity Model Integration (TMMi) dan metode panduan penilaian TMMi Assessment Method Application Requirement (TAMAR). Penentuan prioritas area untuk meningkatkan proses pengujian ditetapkan dengan menggunakan analisis Pareto. Berdasarkan hasil penilaian, BPJS Kesehatan mencapai tingkat kematangan proses pengujian pada level 1 TMMi (initial). Hanya area Test Design and Execution yang mencapai tingkat kematangan yang baik. Sementara itu, empat area lainnya masih mendapat penilaian yang belum optimal. Penentuan prioritas perbaikan berdasarkan analisis Pareto menghasilkan urutan prioritas area peningkatan yaitu Test Planning, Test Environment, dan Test Policy and Strategy dengan total terdapat 13 rekomendasi. Rekomendasi tersebut mengacu pada TMMi yang dikombinasikan dengan ISO/IEC/IEEE 29119 dan disajikan dalam format siklus PDCA (Plan, Do, Check, Act), sehingga proses perbaikan dapat berkelanjutan. Rekomendasi yang telah disusun kemudian dilakukan validasi oleh Asisten Deputi Bidang Jaminan Kualitas Teknologi Informasi BPJS Kesehatan dan menunjukkan bahwa semua rekomendasi dapat diterapkan untuk memperbaiki proses pengujian perangkat lunak di BPJS Kesehatan.

The National Health Insurance Program (JKN) is a strategic national program managed by BPJS Kesehatan to provide health coverage to all citizens of Indonesia, as well as a requirement for accessing public services under Presidential Instruction Number 1 of 2022. With the continuous growth of JKN participants, BPJS Kesehatan faces challenges in developing information systems that support this program. High levels of complaints related to bugs or defects can undermine participant satisfaction. Despite the establishment of a specialized department to control information system quality, the number of software defects in operational areas continues to increase annually. This research aims to evaluate the maturity level of software testing processes at BPJS Kesehatan and provide recommendations for improvement. The research employs a qualitative approach, with data collection through interviews and document observations. Maturity levels are measured using the Test Maturity Model Integration (TMMi) framework and the TMMi Assessment Method Application Requirement (TAMAR) assessment method. Prioritization of areas for improving testing processes is determined using Pareto analysis. Based on the assessment results, BPJS Kesehatan achieves a maturity level of level 1 TMMi (initial) in the testing process. Only the Test Design and Execution area reaches a good maturity level, while the other four areas receive suboptimal ratings. Determining improvement priorities based on Pareto analysis produces a priority order for improvement areas: Test Planning, Test Environment, and Test Policy and Strategy, with a total of 13 recommendations. These recommendations refer to TMMi, combined with ISO/IEC/IEEE 29119, and are presented in the PDCA (Plan, Do, Check, Act) cycle format, ensuring a continuous improvement process. The recommendations are then validated by the Deputy Assistant for Information Technology Quality Assurance at BPJS Kesehatan, indicating that all recommendations can be implemented to improve the software testing process at BPJS Kesehatan."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Yazid Al Qhar
"Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah program strategis nasional yang dikelola oleh BPJS Kesehatan untuk memberikan jaminan kesehatan kepada semua penduduk Indonesia, serta sebagai syarat untuk mengakses layanan publik berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2022. Dengan pertumbuhan peserta JKN yang terus meningkat, BPJS Kesehatan dihadapkan pada tantangan pengembangan sistem informasi yang mendukung program ini. Tingkat keluhan yang tinggi terkait dengan bug atau defect dapat merugikan kepuasan peserta. Meskipun telah dibentuk departemen khusus untuk mengontrol kualitas sistem informasi, angka software defect di area operasional terus meningkat setiap tahunnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat kematangan proses pengujian perangkat lunak di BPJS Kesehatan dan memberikan rekomendasi perbaikan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan observasi dokumen. Tingkat kematangan diukur dengan menggunakan kerangka kerja Test Maturity Model Integration (TMMi) dan metode panduan penilaian TMMi Assessment Method Application Requirement (TAMAR). Penentuan prioritas area untuk meningkatkan proses pengujian ditetapkan dengan menggunakan analisis Pareto. Berdasarkan hasil penilaian, BPJS Kesehatan mencapai tingkat kematangan proses pengujian pada level 1 TMMi (initial). Hanya area Test Design and Execution yang mencapai tingkat kematangan yang baik. Sementara itu, empat area lainnya masih mendapat penilaian yang belum optimal. Penentuan prioritas perbaikan berdasarkan analisis Pareto menghasilkan urutan prioritas area peningkatan yaitu Test Planning, Test Environment, dan Test Policy and Strategy dengan total terdapat 13 rekomendasi. Rekomendasi tersebut mengacu pada TMMi yang dikombinasikan dengan ISO/IEC/IEEE 29119 dan disajikan dalam format siklus PDCA (Plan, Do, Check, Act), sehingga proses perbaikan dapat berkelanjutan. Rekomendasi yang telah disusun kemudian dilakukan validasi oleh Asisten Deputi Bidang Jaminan Kualitas Teknologi Informasi BPJS Kesehatan dan menunjukkan bahwa semua rekomendasi dapat diterapkan untuk memperbaiki proses pengujian perangkat lunak di BPJS Kesehatan.

The National Health Insurance Program (JKN) is a strategic national program managed by BPJS Kesehatan to provide health coverage to all citizens of Indonesia, as well as a requirement for accessing public services under Presidential Instruction Number 1 of 2022. With the continuous growth of JKN participants, BPJS Kesehatan faces challenges in developing information systems that support this program. High levels of complaints related to bugs or defects can undermine participant satisfaction. Despite the establishment of a specialized department to control information system quality, the number of software defects in operational areas continues to increase annually. This research aims to evaluate the maturity level of software testing processes at BPJS Kesehatan and provide recommendations for improvement. The research employs a qualitative approach, with data collection through interviews and document observations. Maturity levels are measured using the Test Maturity Model Integration (TMMi) framework and the TMMi Assessment Method Application Requirement (TAMAR) assessment method. Prioritization of areas for improving testing processes is determined using Pareto analysis. Based on the assessment results, BPJS Kesehatan achieves a maturity level of level 1 TMMi (initial) in the testing process. Only the Test Design and Execution area reaches a good maturity level, while the other four areas receive suboptimal ratings. Determining improvement priorities based on Pareto analysis produces a priority order for improvement areas: Test Planning, Test Environment, and Test Policy and Strategy, with a total of 13 recommendations. These recommendations refer to TMMi, combined with ISO/IEC/IEEE 29119, and are presented in the PDCA (Plan, Do, Check, Act) cycle format, ensuring a continuous improvement process. The recommendations are then validated by the Deputy Assistant for Information Technology Quality Assurance at BPJS Kesehatan, indicating that all recommendations can be implemented to improve the software testing process at BPJS Kesehatan."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ardi
"Proses perangkat lunak memainkan peranan penting dalam menghadapi kompleksitas yang ada dalam pengembangan perangkat lunak. Dalam lingkungan proyek, proses membantu perbaikan dalam memberikan perangkat lunak yang berkualitas tinggi dalam waktu dan biaya yang tepat. Penelitian ini melakukan penilaian terhadap kematangan proses Scrum dalam lingkungan proyek dalam organisasi pengembang perangkat lunak dengan studi kasus PT. Badr Interactive. Penilaian proses dilakukan menggunakan Standard CMMI Appraisal Method for Process Improvement SCAMPI kelas C berbasis Scrum Maturity Model yang sudah diperbarui.
Dari hasil penilaian, rekomendasi perbaikan disusun berdasarkan Lewin's Force Field Model dalam manajemen perubahan untuk membantu implementasi proses Scrum di proyek menjadi lebih baik lagi dan meningkatkan kemungkinan tingkat kesuksesan proyek di organisasi.
Hasil penilaian menggunakan Scrum Maturity Model level 2 dan level 3 memperlihatkan PT. Badr Interactive mendapatkan level kematangan 1 dengan nilai pencapaian sebesar 89.58 Fully Achieved untuk area tujuan 2.1 Basic Scrum Management, 85.71 Largely Achieved untuk area tujuan 2.2 Software Requirements Engineering, 88.89 Fully Achieved untuk area tujuan 3.1 Customer Relationship Management, dan 60.52 Largely Achieved untuk area tujuan 3.2 Iteration Management. Selanjutnya 16 rekomendasi perbaikan dibuat untuk mencapai kematangan proses Scrum yang lebih tinggi berdasarkan Scrum Maturity Model di proyek perangkat lunak lain berikutnya.

Software process plays important role to face the complexity in developing software. In project environment, process helps improving in delivering high quality software in defined time and cost. This research appraised Scrum process maturity in project environment in software organization with case study PT. Badr Interactive. The process appraisal is done using Standard CMMI Appraisal Method for Process Improvement SCAMPI class C based on revised Scrum Maturity Model.
From the appraisal result, recommendation for improvement is developed based on Lewin's Force Field Model in change management to help the Scrum process implementation better and increase the chance of project success rate in the organization.
The result using Scrum Maturity Model level 2 and level 3 revealed that PT. Badr Interactive reached maturity level 1 with achievement score of 89.58 Fully Achieved for goal area 2.1 Basic Scrum Management, 85.71 Largely Achieved for goal area 2.2 Software Requirements Engineering, 88.89 Fully Achieved for goal area 3.1 Customer Relationship Management, and 60.52 Largely Achieved for goal area 3.2 Iteration Management. From this result, 16 recommendations for improvement are created to achieve higher Scrum process maturity based on Scrum Maturity Model in the next software projects.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wayan Galih Pratama
"Evaluasi tingkat kematangan terhadap proses pengembangan perangkat lunak menggunakan Scrum Maturity Model di UrRemote telah dilaksanakan. Evaluasi dilakukan karena permasalahan yang dihadapi UrRemote, yaitu target dan waktu pengerjaan task dalam suatu sprint tidak sesuai dengan rencana. Permasalahan ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi jadwal pengerjaan proyek secara keseluruhan. Data dikumpulkan melalui pelaksanaan Focus Group Discussion, studi dokumen, dan observasi. Data kemudian dianalisis menggunakan perhitungan KPA Rating untuk mendapatkan tingkat kematangan.
Hasil analisis tingkat kematangan didiskusikan dengan project manager untuk menentukan tingkat kematangan yang ingin dicapai. Sasaran perbaikan diidentifikasi dari praktikpraktik SMM yang belum dicapai organisasi. Usulan perbaikan dihasilkan dari pemetaan sasaran perbaikan dengan best practices Scrum dan kemudian divalidasi agar sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa organisasi sudah mencapai tingkat kematangan 2 dengan target pencapaian tingkat kematangan 3. Sasaran perbaikan ditentukan dari praktik-praktik yang belum tercapai pada SMM tingkat 2 dan 3. Usulan perbaikan yg dihasilkan dari pemetaan sasaran perbaikan adalah 10 usulan perbaikan. Hasil validasi menunjukkan bahwa semua usulan perbaikan sesuai kebutuhan dan dapat diterapkan oleh organisasi.

The evaluation of the maturity level of the software development process using Scrum Maturity Model SMM in UrRemote has been implemented. This evaluation was conducted because UrRemote experienced problems which are the target and the time spent on task in a sprint was not run as planned. This problem affect the overall project schedule. Data were collected with Focus Group Discussion, study documents, and observation. Data were analyzed by using the KPA Rating calculation.
The results of the analysis to be discussed with the project manager to determine the maturity level needed to be achieved. Targets for improvement are identified from the SMM practices that have not been reached. Proposed improvements resulting from the mapping targets for improvement with Scrum best practices and validated to fit the needs of the organization.
The result showed that the organization has reached maturity level 2 which is the target to be achieved is the maturity level 3. Improvement targets determined by practices that have not reached the level of SMM 2 and 3. The result of proposals improvement from mapping targets improvement are 10 proposals. Validation result showed that all of the proposed improvements as needed and can be implemented by the organization.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2017
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>