Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159236 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Sarah Safira
"[ABSTRAK
John Green?s The Fault in Our Stars and Jenny Downham?s Before I Die are the two most prominent teen sick-lit in the last few years. Using these two novels, this study seeks to examine the relationship between death, sexuality, and abjection. This study also aims to explore how teen sick-lit with death as its ending fares to its implied young readers. The findings contend that sexuality is used by the protagonists in both novels as a tool to cope with death and counter abjection they experience in order to conform to socially accepted behavior and still be considered normal. It also shows that death as an ending may give young readers a dose of reality when reading a fiction. This study contributes to the scarce literature on teen sick-lit, providing a framework why the expression of sexuality is heavily manifested in the characters which suffer from terminal physical illnesses.

ABSTRACT
The Fault in Our Stars karya John Green dan Before I Die karya Jenny Downham merupakan dua novel teen sick-lit yang paling berpengaruh dalam beberapa tahun terakhir. Tulisan ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara kematian, seksualitas, dan abjeksi dalam kedua novel tersebut dan bagaimana teen sick-lit dengan kematian sebagai akhir cerita berdampak pada pembaca mudanya. Temuan menyatakan bahwa seksualitas digunakan oleh protagonis dalam kedua novel sebagai alat untuk menghadapi kematian dan melawan abjeksi yang mereka alami untuk menyesuaikan diri pada perilaku yang diterima dalam masyarakat dan masih dianggap normal. Penelitian juga menunjukkan bahwa kematian sebagai akhir cerita dapat memberikan pembaca muda suntikan realitas saat membaca fiksi. Tulisan ini berkontribusi pada literatur teen sick-lit yang masih sedikit, menghasilkan sebuah teori tentang mengapa ekspresi seksualitas sangat diperlihatkan dalam karakter yang menderita penyakit mematikan.;The Fault in Our Stars karya John Green dan Before I Die karya Jenny Downham merupakan dua novel teen sick-lit yang paling berpengaruh dalam beberapa tahun terakhir. Tulisan ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara kematian, seksualitas, dan abjeksi dalam kedua novel tersebut dan bagaimana teen sick-lit dengan kematian sebagai akhir cerita berdampak pada pembaca mudanya. Temuan menyatakan bahwa seksualitas digunakan oleh protagonis dalam kedua novel sebagai alat untuk menghadapi kematian dan melawan abjeksi yang mereka alami untuk menyesuaikan diri pada perilaku yang diterima dalam masyarakat dan masih dianggap normal. Penelitian juga menunjukkan bahwa kematian sebagai akhir cerita dapat memberikan pembaca muda suntikan realitas saat membaca fiksi. Tulisan ini berkontribusi pada literatur teen sick-lit yang masih sedikit, menghasilkan sebuah teori tentang mengapa ekspresi seksualitas sangat diperlihatkan dalam karakter yang menderita penyakit mematikan., The Fault in Our Stars karya John Green dan Before I Die karya Jenny Downham merupakan dua novel teen sick-lit yang paling berpengaruh dalam beberapa tahun terakhir. Tulisan ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara kematian, seksualitas, dan abjeksi dalam kedua novel tersebut dan bagaimana teen sick-lit dengan kematian sebagai akhir cerita berdampak pada pembaca mudanya. Temuan menyatakan bahwa seksualitas digunakan oleh protagonis dalam kedua novel sebagai alat untuk menghadapi kematian dan melawan abjeksi yang mereka alami untuk menyesuaikan diri pada perilaku yang diterima dalam masyarakat dan masih dianggap normal. Penelitian juga menunjukkan bahwa kematian sebagai akhir cerita dapat memberikan pembaca muda suntikan realitas saat membaca fiksi. Tulisan ini berkontribusi pada literatur teen sick-lit yang masih sedikit, menghasilkan sebuah teori tentang mengapa ekspresi seksualitas sangat diperlihatkan dalam karakter yang menderita penyakit mematikan.]"
2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Siwi Setyaningrum
"Studi ini mengkaji prosedur dan kecenderungan penerjemah dalam mengolah metafora yang terkandung dalam novel The Fault in Our Stars karya John Green. Data dikumpulkan dan dianalisis dengan menggunakan teori Newmark mengenai prosedur penerjemahan metafora 1988 serta teori domestikasi dan foreignisasi milik Venuti 1995 yang digunakan untuk mengetahui prosedur penerjemahan yang paling banyak diterapkan oleh penerjemah. Hasil analisis menunjukkan bahwa penerjemah hanya menggunakan empat dari tujuh prosedur yang disarankan oleh Newmark. Meskipun kedua teori yang diusulkan oleh Venuti sering digunakan oleh penerjemah, foreignisasi terbukti sebagai strategi yang paling banyak digunakan dalam novel ini. Selain itu, studi ini menyimpulkan bahwa penerjemah memilih untuk mempertahankan gaya penulisan khas penulis asli melalui strategi foreignisasi. Di satu sisi, penerjemah juga berusaha menunjukkan kealamian pada hasil terjemahannya agar mudah dipahami oleh pembaca lokal.

This study examines the translator rsquo s procedures and tendency in rendering metaphors found in John Green rsquo s The Fault in Our Stars. The data are collected and analyzed using Newmark rsquo s theory of metaphor translation procedures 1988 and Venuti rsquo s theory of domestication and foreignization strategies 1995 to find out the most prevalent translation procedures applied by the translator. The results indicate that the translator only used four out of seven procedures suggested by Newmark. Meanwhile, although both domestication and foreignization strategies proposed by Venuti are employed on many occasions to produce the translation, foreignization is the more prevalent one between the two. The results also imply that the translator may opt to preserve the author rsquo s emotive and creative language style through foreignization, yet at the same time, appeal to the domestic target readers by exhibiting a certain degree of naturalness to her translation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Saddam Wiwaha
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas probelmatika mengenai persoalan relasi, cinta dan
kaitannya dengan eksistensi manusia di dunia. Persoalan tersebut dihadirkan dari
sebuah film berjudul The Fault In Our Stars. Eksistensialisme Martin Buber yang
mengintikan persoalan relasi sebagai wujud eksistensi manusia, dijadikan sebagai
alat analisis pada persoalan-persolan dalam Film tersebut. Hazel dan Augutus
dalam film The Fault In Our Stars menjadi representasi tokoh yang mengalami
perjumpaan eksistensial dan kemudian keduanya mampu menjalin relasi “Aku
Engkau” hingga keduanya diantarkan pada wujud being yang exist atas dasar
cinta kasih, tanggung jawab satu sama lain. Cinta diantara keduanya menjadikan
kebermaknaaan hidup diantara keduanya sekaligus penguat eksistensi sebagai
manusia.
ABSTRACT
This thesis talk about the problem of relation, love and corelation with human
existence in this world. The issue presented on a film called The Fault In Our
Stars. Martin Buber’s Existensialism which have the focus that relation is the
fundamental fact human existence will be use as a tool for analysis the issue from
that film. Hazel and Augutus as a representation of charachter which have
encounter untill they can make a relation “I-Thou” which can deliverd them into a
form of being exist with the love, responsibility for each others. Love between
them make a meaning of life as well as the reinforcement of human existence ."
2014
S59913
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Downham, Jenny
Oxford: David Flicking Books, 2007
801 Dow b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Moyes, Jojo, 1969-
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2015
823 MOY m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Watson, S.J.
London: Black Swan, 2011
823.92 WAT b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Masefield, John
London: William Heinemann , 1947
823.9 MAS b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Coyle, Karen
"
ABSTRACT
Coyle's articulate treatment of the issues at hand helps bridge the divide between traditional cataloging practice and the algorithmic metadata approach, making this book an important resource for both LIS students and practitioners.
"This book looks at the ways that we define the things of the bibliographic world, and in particular how our bibliographic models reflect our technology and the assumed goals of libraries. There is, of course, a history behind this, as well as a present and a future. The first part of the book begins by looking at the concept of the 'work' in library cataloging theory, and how that concept has evolved since the mid-nineteenth century to date. Next it talks about models and technology, two areas that need to be understood before taking a long look at where we are today. It then examines the new bibliographic model called Functional Requirements for Bibliographic Records (FRBR) and the technical and social goals that the FRBR Study Group was tasked to address. The FRBR entities are analyzed in some detail. Finally, FRBR as an entity-relation model is compared to a small set of Semantic Web vocabularies that can be seen as variants of the multi-entity bibliographic model that FRBR introduced""
Chicago: an imprint of the American Library Association, 2016
025.32 COY f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Darin Nisrina
"ABSTRAK
Industri Hollywood memiliki sejarah panjang yang tidak luput dari keberadaan seksisme dan perlakuan tidak adil terhadap wanita. Untuk mengkritik hal ini, Laura Mulvey mempublikasikan essai pada tahun 1975 yang berjudul ldquo;Visual Pleasure and Narrative Cinema rdquo;, dimana Ia menuangkan teorinya tentang keberadaan lsquo;tatapan pria rsquo; atau yang disebut sebagai Male Gaze. Melalui essai ini, Mulvey menyampaikan prespektifnya mengenai perlakuan kurang menyenangkan yang harus dihadapi wanita baik dibelakang maupun dihadapan layar dan mengkritik bagaimana mereka seringkali dianggap: sebagai tidak lebih dari objek pemuas tatapan laki-laki. Walaupun peran wanita dalam film-film kontemporer telah berkembang sejak zaman itu, Hollywood masih belum sepenuhnya bebas dari Male Gaze. Lebih dari dua dekade sejak essai Mulvey terbit, John McNaughton merilis thriller-erotikanya yang berjudul Will Things 1998 . Walaupun film tersebut mengandung banyak unsur Male Gaze, Para kritik memuji cara alur ceritanya yang inovatif dan karakter-karakter perempuannya yang kuat. Walaupun begitu, analisa lebih dalam akan film ini mungkin akan membuktikan kebalikannya. Paper ini akan mencoba untuk mengidentifikasi dan mencari alasan dibalik penggunaan Male Gaze dalam film ini. Paper ini juga akan mendiskusikan pesan-pesan subliminal yang disampaikan film ini dan bagaimana pesan tersebut dapat terlihat mendukung pemberdayaan wanita namun sebenarnya justru melestarikan ide-ide tertentu yang merendahkan mereka. Selanjutnya, paper ini akan membuktikan bahwa salah satu dari ide yang disampaikan oleh film tersebut adalah seksualitas wanita, yaitu bagaimana hal tersebut digambarkan sebagai sesuatu yang positif dan pada ujungnya sebagai sesuatu negatif. Paper ini akan mencoba melakukannya dengan menelaah teks film dengan menggunakan mise-en-sc ne, teori perfilman, dan teori Male Gaze karya Laura Mulvey.

ABSTRACT
Hollywood has had a long history of sexism and wrongful treatment of its women. To critic this, Laura Mulvey published her widely renowned 1975 essay ldquo;Visual Pleasure and Narrative Cinema rdquo;, in which she conceived her theory of the Male Gaze. Through it, Mulvey disclosed her perspective regarding the treatment of women behind and in front of the screen, criticizing the way they are often regarded inside of the film industry: as mere objects for male viewing pleasure. Although the role of women in contemporary movies has matured significantly since then, Hollywood is not yet free from the male gaze. More than two decades after Mulvey rsquo;s essay was published, John McNaughton released his erotic-thriller Wild Things 1998 . Although the picture contains a heavy dose of male gaze, it is excused for doing so on the grounds of using it innovatively. While it is sexual, the movie was still applauded for having strong female leads and endorsing female empowerment. Even so, a thorough look might point out why that might not be the case. The paper intends to not only identify and seek meaning behind the film rsquo;s brazen use of Male Gaze. The paper also tries to discuss the subliminal messages used in the movie that perpetuates certain ideas that demean and objectify women under the guise of, or while simultaneously, praising them. This paper further argues that one such idea is the ambivalence of female sexuality or how the movie at one time celebrates yet ultimately condemns it. This paper will attempt to do this by analyzing the text and the scenes of this film using mise-en-sc ne, film theory, and Laura Mulvey rsquo;s theory of Male Gaze."
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Zahrina Zul Tamimi
"ABSTRAK
Penelitian ini menganalisis representasi Heimat yang tergambar di dalam novel
Heimsuchung karya Jenny Erpenbeck dengan menggunakan teori representasi
yang dikemukakan oleh Stuart Hall. Tesis ini mengungkapkan bagaimana
representasi Heimat terlihat pada keberadaan dua ruang spasial utama dalam
novel, yaitu Haus (rumah) dan Garten (taman). Kedua ruang spasial ini kemudian
dikaitkan dengan kehidupan tokoh-tokoh terpilih serta sejarah Jerman yang
melatarbelakangi periode waktu penceritaan tersebut. Hasil analisis menunjukkan
bahwa perbedaan latar belakang sosial dan waktu penceritaan menghasilkan
representasi sebuah Heimat yang berbeda terhadap Haus dan Garten. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan keadaan bangsa Jerman serta perbedaan ideologi para
penguasa yang menaungi bangsa Jerman pada kurun waktu tertentu. Dengan
demikian, setiap tokoh terpilih memiliki konsep yang berbeda-beda mengenai
Heimat yang direpresentasikan melalui keberadaan Haus dan Garten dalam kisah
mereka.

ABSTRACT
This study investigates the representation of Heimat in Heimsuchung written by
Jenny Erpenbeck. By using Stuart Hall's concept of representation, this thesis
explains how the concept of Heimat isrepresented by two main spatial spaces in
Heimsuchungwhich play pivotal role here, Haus (home) and Garten (garden).
Those two spatial spaces are related to the lives of the chosen characters as well as
historical background of Germany which is appeared through its evocation of
particular period of Germany in the narrative. Analysis indicates the difference of
social backgroundand life time of the chosen characters result the various
concepts of Heimatwhich are represented by Haus and Garten. It is because of the
particular period in Germany that also brings the particular ideology of German
authority. Therefore, the conclusion shows that each of characters has his own
concept of Heimatwhich is represented by Haus and Garten."
2016
T46730
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>