Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 95890 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Balda Zain Fauziyyah
"Dalam makalah ini, penulis menganalisa penggabungan dua bahasa secara bersamaan oleh para penutur dwibahasa. Penggabungan bahasa ini disebut campur kode. Makalah ini membahas penggunaan campur kode antara dua kelompok penutur yang berbeda dalam acara kompetisi memasak Master Chef Indonesia (RCTI). Dua kelompok tersebut terdiri dari koki amatir dan koki profesional. Para penutur tersebut mencampurkode kata, frase, klausa, dan kalimat dari Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Inggris. Makalah ini bertujuan untuk membuktikan apakah kecenderungan pemakaian campur kode yang berbeda antara kedua kelompok penutur secara tidak sadar dimaksudkan untuk menunjukkan keakraban dan hubungan kuasa di antara mereka. Dalam pembuktian tersebut, penulis menggunakan pola-pola campur kode dari Musyken dan teori bahasa dan hubungan kuasa dari El-daly. Karena adanya hubungan sosial di antara mereka, yaitu hubungan guru-siswa, ditemukan bahwa koki profesional lebih cenderung menggunakan campur kode dan memiliki kuasa yang lebih tinggi daripada koki amatir dalam kompetisi tersebut.

In bilingual phenomenon in Indonesia it is very common that speakers especially who sn bilingual phenomenon in Indonesia, it is very common that speakers, especially who speak two languages, combine two languages altogether in one sentence. This language combination is called code-mixing. This paper discusses the use of code-mixing between two different groups of speakers in the cooking competition show Master Chef Indonesia (RCTI). They are amateur chefs and professional chefs. The speakers code-mix words, phrases, clauses, and sentences from Indonesian into English. The purpose of this paper is to examine whether the different tendencies of code-mixing between them are unconsciously meant to show their solidarity and power relation by utilizing Muysken's fundamental patterns of code-mixing and El-daly's theory of language and power relationship. Due to their social relationship which is teacher-student relationship, it is found that the professional chefs have more tendencies in using code-mixing and higher power than the amateur chefs in the competition show.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
"Kehadiran media televisi membawa berbagai impilkasi terhadap kehidupan msyarakat Indonesia. Selain dapat memberikan informasi, televisi juga diharapkan dapat memberikan hiburan yang sehat bagi khalayak. Tampaknya para pengelola media tanggap terhadap pe;uang yang ada. Oleh karena itu, bermunculanlah berbagai jenis program bernuansa hiburan.Namun dalam perjalanannya, acara tersebut menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan karena mereka terbuai oleh kesadaran palsu untuk menjadi seorang artis dengan segala kehidupannya yang serba mewwah."
384 WACA 7:25 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ramadhanti Chairunisa
"Program acara reality show pencarian bakat adalah salah satu tayangan televisi yang cukup diminati masyarakat saat ini. Salah satu program reality show pencarian bakat tersebut adalah MasterChef Indonesia yang ditayangkan di RCTI. Dalam ketatnya persaingan program antar stasiun televisi di Indonesia MasterChef Indonesia mampu memiliki rating dan share yang cukup tinggi. Hal tersebut diduga akibat adanya konten yang mengandung unsur drama untuk ditampilkan dan kepada penonton. Dalam tulisan ini dibahas mengenai bagaimana drama dalam tayangan MasterChef Indonesia dibangun dan apa yang menjadi tujuannya.
Tulisan ini menyimpulkan bahwa untuk mendapatkan minat penonton yang tinggi drama dalam tayangan MasterChef Indonesia dibangun berdasarkan realitas konflik yang terjadi selama kompetisi. Pihak yang terlibat dalam membangun drama tersebut tidak hanya tim kreatif namun juga melibatkan peran kontestan dan juri dengan cara mengimprovisasi karakter. Cara yang dilakukan tim kreatif dalam membangun drama dengan memanfaatkan realitas agar meningkatnya rating program berujung pada terbentuknya komodifikasi yang menguntungkan pihak stasiun televisi.

Talent search reality show programme is one of television shows that attract public's interest at this time. One of the talent search reality show programme is MasterChef Indonesia which is aired on RCTI. In the firm competition among television stations in Indonesia MasterChef Indonesia is able to gain high share and rating. This is suspected that it is a result of their contents programme which contain element of drama to be shown to the audience. This article discusses about how the drama in MasterChef Indonesia is built and what is the purpose.
This article concludes that in order to get a high interest of audience drama in MasterChef Indonesia is built upon the reality of conflicts that occur during the competition. The parties who involved in building the drama is not only the creative team but also the role of contestants and the judges by improvising of characters. The way that the creative team used for building the drama by making use of reality in order to gain the rating programme indicates a commodification that prosper the station itself.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Antonio Beniah Hotbonar
"Alih kode dan campur kode merupakan istilah umum untuk menyebut pergantian pemakaian dua bahasa atau lebih. Penelitian ini akan membahas penggunaan campur kode berbahasa Indonesia dalam tayangan televisi berbahasa Belanda The Late Late Lien Show episode ldquo;De Verhuizing rdquo;. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif, dengan menyaksikan tayangan tersebut kemudian menganalisis campur kode yang muncul. Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan gejala-gejala campur kode yang terjadi serta menjelaskan tujuan penggunaanya. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa terdapat penggunaan campur kode yang digunakan untuk tujuan berbeda-beda.
Code mixing and code switching are the general terms to refer to mixing two or more languages. This research examines the use of Indonesian code mixing on Dutch television program The Late Late Lien Show episode De Verhuizing . The method used in this research was the descriptive qualitative, by watching the whole show then analyzing every code mixing that occured. The goal of this research is to explain symptoms of code mixing, along with explaining the purpose. The result of this research proves that code mixing might apply for various purposes."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Andriani
"ABSTRAK
Tayangan televisi merupakan sebuah bentuk hiburan yang ditonton setiap harinya oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Namun sesungguhnya tayangan televisi merupakan bagian dari hiperrealitas, sebuah lapisan kehidupan dimana batas antara kenyataan dan kepalsuan menjadi kabur. Sadar atau tidak sadar, tayangan televisi menjadi produk yang terus dikonsumsi oleh masyarakat sehingga produksi tayangan televisi pun semakin berkembang. Dengan tuntutan tersebut, tayangan televisi dibuat dengan berbagai metode untuk menghasilkan tontonan yang menarik. Arsitektur memiliki peran dalam produksi tayangan televisi. Melalui desain set, arsitektur disimulasikan sehingga dapat membangun dan memperkuat tayangan televisi yang diproduksi.
ABSTRACT
Television show is a form of entertainment watched everyday by most Indonesians. However, television shows actually belong to hyperreality, a layer where the border between reality and artificiality is blurred. Conciously or not, television show becomes a product that keeps being consumed by people, thus developing the production of television shows. With that kind of demand, television shows must be produced in various methods to have interesting results. Architecture plays a role in television production. Through set design, architecture is simulated so it can build and strengthen television products."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62128
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Filia
"Disertasi ini mengkaji nilai budaya wakimae yang terdapat dalam performa stimulus-respons bahasa Jepang. Wakimae dimaknai sebagai nilai atau norma yang diharapkan untuk dipatuhi anggota komunitas Jepang. Wakimae seperti apa yang secara konkret terdapat dalam bahasa Jepang dijelaskan dalam penelitian ini melalui pemarkah-pemarkah linguistik. Tujuan penelitian ini adalah menemukan struktur dan fungsi ujaran stimulus bahasa Jepang terkait nosi wakimae. Dalam disertasi ini, struktur dan fungsi ujaran stimulus bahasa Jepang diasumsikan berkaitan dengan wakimae yang dipegang masyarakat penutur bahasa Jepang. Untuk mencapai tujuan tersebut, digunakan metode kualitatif dengan sumber data percakapan tayang bincang Asaichi di televisi NHK Jepang. Sejumlah tiga puluh episode tayang bincang tersebut digunakan sebagai sumber data.
Alasan pemilihan sumber data tersebut ialah: (i) percakapan tidak diatur dan tidak diedit, tiap-tiap partisipan tutur diberi keleluasaan untuk berbicara, (ii) pembawa acara lebih dari satu orang dan berganti-ganti, (iii) topik perbincangan bervariasi sehingga dapat diperoleh berbagai konteks percakapan. Wakimae yang tercermin dalam stimulus dapat dilihat dalam konstruksi ujaran bahasa Jepang, yaitu: (i) konstruksi dalam ujaran tuntas secara sintaktis (syntactically finished utterance), dan (ii) konstruksi dalam ujaran taktuntas secara sintaktis (syntactically unfinished utterance). Secara garis besar, ujaran stimulus terbagi menjadi dua tipe: (i) stimulus pertanyaan, dan (ii) stimulus nonpertanyaan.
Stimulus pertanyaan memiliki fungsi/tindak sosial: (1) meminta informasi, (2) meminta konfirmasi, (3) memberikan pendapat, (4) memberikan pendapat dan meminta persetujuan, (5) meminta konfirmasi dan informasi, (6) memberikan pendapat dan meminta informasi, (7) memberikan pendapat dan mengajak, dan (8) memberikan pendapat, meminta persetujuan dan informasi. Stimulus nonpertanyaan ditemukan dalam fatis.
Gambaran wakimae dalam respons dapat dilihat dalam dua tipe respons: (i) respons jawaban dan (ii) respons nonjawaban. Ujaran yang mengandung wakimae melibatkan konsep peran (nosi tachiba), in group-out group (nosi uchi-soto) dan teori teritori informasi (joohoo no nawabari riron). Hasil penelitian menunjukkan bahwa wakimae yang direalisasikan dalam bukti-bukti linguistik bertujuan untuk memelihara hubungan yang selaras dan harmonis. Hubungan yang selaras dan harmonis diutamakan dalam upaya memelihara kerja sama antarpenutur komunitas Jepang.

This dissertation examines a cultural value called wakimae found in the stimulus-response performance in Japanese language. Wakimae is understood as a value or norm that is expected to be adhered to among Japanese community members. Wakimae concretely found in Japanese is described in this study using linguistic markers. The objective of the study is to find the structure and function of stimulus utterance in Japanese related to the notion of wakimae. In this dissertation, the structure and functions of stimulus utterance in Japanese are assumed to be associated with wakimae which is adhered to among Japanese language speakers. To achieve the objective, this study uses the qualitative method to analyze conversations taken from Asaichi talk show aired on NHK TV in Japan as the data. Thirty episodes of the talk show are used as the data.
The reasons for selecting the data are: (i) the conversations are not scripted nor edited, as each participant can speak freely, (ii) there is more than one host and these hosts take turn in the talk show, (iii) the conversation topics vary so the contexts obtained are various. Wakimae which is reflected in the stimulus can be seen in the construction of utterances in Japanese language, namely: (i) the construction of syntactically complete utterance, and (ii) the construction of syntactically unfinished utterance. Broadly, an utterance stimulus can be classified into two types: (i) question stimulus, and (ii) non-question stimulus.
The question stimulus has social functions/actions of: (1) asking for information, (2) asking for confirmation, (3) giving an opinion, (4) giving an opinion and asking for an approval, (5) asking for confirmation and information, (6) giving an opinion and asking for information, (7) giving an opinion and inviting, and (8) giving an pinion, as well as asking for an approval and information. The non-question stimulus is found in a phatic expression.
Wakimae in a response can be illustrated in two types of response: (i) answer response and (ii) non-answer response. The answer response involves the concept of role (the notion of tachiba), in group-out group (the notion of uchi-soto) and the theory of territory of information (joohoo no nawabari riron). The result shows that wakimae realized in the linguistic evidence has the purpose to maintain a harmonious relationship. This harmonious relationship is a priority in the effort to maintain cooperation among speakers in Japanese speaking community
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
D2437
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Novitasari
"Skripsi ini membahas mengenai tindak tutur memuji secara eksplisit dan implisit dalam bahasa Jepang. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tindak tutur memuji secara eksplisit dan implisit. Penjelasan mengenai tindak tutur secara eksplisit akan dipaparkan leksikon-leksikon yang secara lugas menyatakan pujian. Sedangkan, penjelasan mengenai tindak tutur implisit melalui ujaran-ujaran taklangsung yang mengimplikasikan pujian. Analisis masalah penelitian ini menggunakan teori tindak tutur yang dikemukakan oleh J.L. Austin dan John R. Searle, serta teori mengenai eksplikatur dan implikatur yang digagas oleh Paul Grice. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan desain deskriptif analisis yang berfokus pada variety show X Factor Japan. Hasil penelitian ini ditemukan tindak tutur memuji secara eksplisit, tindak tutur memuji secara implisit serta kombinasi antara tindak tutur memuji secara eksplisit dan implisit.

The focus of this study is the speech acts of compliment explicitly and implicitly in Japanese. This study aims to explain the speech acts of compliment explicitly and implicitly. Explanation of speech acts will be explicitly exposed by lexicon that plainly compliment. Meanwhile, the explanation of implicit speech acts through indirect utterances implies compliment. Analysis of this research problem using the theory of speech acts proposed by J.L. Austin and John R. Searle, as well as the theory of explicatures and implicatures who initiated by Paul Grice. This research is qualitative with descriptive analytical design that focuses on variety show X Factor Japan. The results of this study found speech acts of compliment explicitly, speech acts of compliment implicitly and a combination of speech acts of compliment explicitly and implicitly.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meidita Kusuma Wardhani
"Tesis ini bertujuan untuk menjelaskan pemicu tawa dalam percakapakan humor antara David Letterman dan John Oliver pada gelar wicara Late Show with David Letterman yang ditayangkan pada 29 Januari 2015. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis percakapan (Conversation Analysis (CA)). Penelitian ini menunjukkan bahwa di dalam percakapan yang mengandung pemicu tawa, terdapat beberapa pelaku percakapan yang terlibat dengan peran dan kontribusi masing-masing. Kemudian, ada empat bentuk pemicu tawa yang ditemukan, yaitu penggunaan kata-kata tertentu, simile, dialog dalam dialog, dan gabungan dialog dalam dialog dan penggunaan kata. Keempat bentuk pemicu tawa tersebut dapat berfungsi sebagaimana mestinya karena adanya konteks yang relevan. Hal ini menunjukkan bahwa konteks memiliki kedudukan penting dalam memicu tawa.

The purpose of this study is to illuminate triggers of laughter found in a conversation between David Letterman and John Oliver in a talk show, Late Show with David Letterman on January 29th, 2015. This study is conducted using qualitative method and Conversation Analysis (CA) approach. It shows that in the conversation, there are some participants who have certain roles and contributions. It also shows that there are four types of triggers of laughter found in the conversation which are the use of certain words, simile, dialog in dialog, and the combination between dialog in dialog and the use of certain words. Those types of triggers of laughter can function well because of relevant context. It means that context plays a prominent role in making people laugh.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T46145
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Reality show merupakan jenis tayangan televisi yang semakin diminati dan bahkan mampu menempati posisi prime time di televisi. Kemiskinan dan kehidupan kaum miskin merupakan salah satu tema yang cukup populer yang diangkat dalam tayangan realita ditelevisi. Tulisan ini membahas fenomena tayang anrealitas di Indonesia, khususnya bagaimana program tayangan realitas mengkontruksi ibadah keagamaan dan distingsi kelas. Empat tayangan realitas yang disiarkan pada momen bulan suci Ramadhan 1432 H yaitu "bukan puasa biasa" (Trans TV). "orang pinggiran" (Trans 7), "jika aku menjadi-Ramadhan" (Trans TV) dan "big brother Indonesia" (Trans TV) menjadi focus kajian dalam tulisan ini. Kajian mendalam terhadap ke empat tayangan realitas tersebut menunjukkan bahwa ada proses tertikasi dan obyektifikasi realitas kemiskinan guna mendefinisikan dan menggarisbawahi ibadah kelas. Tayangan realitas tentang kelas bawah cenderung menampilkan banalitas pesan tentang kemiskinan. Realitas hidup dan ibadah agama kelas bawah hanya menjadi project bagi kelas diatasnya untuk memperbaiki kualitas spiritual keagamaannya dan untuk membangun citra positif tentang sikaya. Persolan kemiskinan, pada akhirnya, hanya dianggap sebagai problem individual yang bisa dilalui atau diatasi dengan religiu sitas dan ketekunan ibadah individual."
361 JPS 1:1(2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dwininta Widyastuti
"ABSTRAK
Saat ini popularitas program acara televisi sedang meningkat. Program hiburan ini menarik perhatian pemirsa karena didominasi oleh permainan dan biasanya
melibatkan aktivitas fisik peserta kompetisi game show. Lokasi acara syuting juga bervariasi, termasuk destinasi wisata bertema petualangan yang melibatkan keindahan alam. Penelitian ini menggunakan studi eksperimen untuk mengukur intensi perilaku pemirsa game show terhadap wisata petualangan yang tayang dalam program tersebut. Penelitian ini membuktikan jika hubungan keterlibatan pemirsa dan intensi perilaku untuk melakukan perjalanan ke destinasi wisata dimediasi oleh citra kogntif dan citra afektif. Secara khusus, citra kogntif dapat secara signifikan berkorelasi dengan citra
afektif, dan keduanya menyebabkan dengan intensi perilaku. Media televisi berkaitan dengan keberjalanan proses psikologis, sehingga ditemukan bahwa keterlibatan penonton menyebabkan intensi perilaku pemirsa. Sementara itu, gambar destinasi wisata memediasi hubungan ini, yaitu gambar yang memberikan persepsi citra kogntif dan citra afektif, sehingga kedua variabel ini ditemukan menjadi mediator penting. Oleh karenanya, pengelolaan program televisi sebagai media penyampai pesan perlu fokus pada penciptaan lebih banyak lagi gambaran peristiwa yang positif, yang nantinya menyebabkan pada pembentukan citra afektif yang positif pula terhadap lokasi destinasi wisata. Semakin tinggi citra destinasi wisata untuk pemirsa maka akan menyebabkan
intensi perjalanan yang lebih tinggi pula di masa mendatang.

ABSTRACT
Currently the popularity of the show television programs is on the rise. This
entertainment program attracts viewers' attention because it is dominated by games and usually involves the physical activity of the participants of the game show competition. The location of the shooting event also varied, including adventure-themed tourism destinations involving natural beauty. This study uses an experimental study to measure the behavior intentions of game show viewers of adventure tours that aired in the program. This study proves that the relationship of audience involvement and behavioral intentions to travel to tourist destinations is mediated by cognitive and affective imagery. In particular, cognitive imagery can be significantly effects affective imagery, and both cause with behavioral intentions. Television media deals with psychological process travel, so it is found that audience involvement leads to audience behavior intentions. Meanwhile, the image of a tourist destination mediates this relationship, the image that gives the perception of the cognitive image and the affective image, so that these two variables are found to be important mediators. Therefore, the management of television programs as media messengers need to focus on creating more positive picture of adventure-themed tourism destinations, which will lead to the formation of positive affective image also to the location. The higher the image of the
tourist destination for the viewers will lead to higher travel intentions in the future."
2018
T51275
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>