Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 185192 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Monica Joice Viona Parasvita
"Pendahuluan: Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah kondisi hilangnya fungsi ginjal progresif dan ireversibel yang sangat mungkin mengancam jiwa pasien. Penyebab terbanyak PGK adalah diabetes mellitus (DM) dan hipertensi (HT) yang juga memiliki efek terhadap organ lain terutama jantung. Hal ini mengakibatkan disfungsi ginjal berat pada pasien seringkali ditemukan bersama dengan disfungsi jantung. Tata laksana nutrisi optimal diperlukan untuk mendapatkan hasil klinis yang baik.
Presentasi kasus: Empat pasien perempuan, usia 49-67 tahun dengan riwayat DM dan HT, datang ke RS dengan keluhan sesak nafas, penurunan kesadaran, dan edema. Pasien didiagnosis dengan congestif heart failure (CHF), PGK (G5, G4, G4, dan G3), HT, DM tipe 2. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang didapatkan bahwa pasien berisiko malnutrisi, anemia, hiperuricemia, dan dislipidemia. Selama perawatan, pasien mendapatkan nutrisi secara bertahap sampai mencapai kebutuhan energi total, protein 0,8 g/kg BB, minyak ikan 2 g/hari, multivitamin, dan kalsium, disertai pembatasan asupan garam. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa keempat pasien mengalami perbaikan klinis, namun tetap mengalami peningkatan kreatinin.
Kesimpulan: Tata laksana nutrisi pasien PGK membutuhkan strategi pemberian nutrisi yang lebih komprehensif, tidak hanya dengan melakukan pembatasan asupan protein.

Introduction: Chronic kidney disease (CKD) is life threathening condition caused by lost of kidney function progressively and irreversibly. Diabetes Mellitus (DM) and hypertension (HT) are the most common etiology of CKD, which also have impact to other organs such as heart. It make clinical manifestation in CKD patients often found with heart dysfunction, named as cardiorenal syndrome. Optimal nutrition therapy is needed to achieve good clinical outcomes.
Case presentation: Four female patients, ages 49-67 years old with history of DM and HT, came to hospital with chief complain dyspneu, decreased conciousness, and oedema anasarca. Patients had diagnose with CHF, PGK, anemia, DM, and HT. Data from anamnesis, physical, and laboratorium examination showed that all pasien have malnutrition risk, anemia, dyslipidemia, and hiperuricemia. During hospitalization, nutrition had given gradually to reach total energy needs, protein 0,8 g/kg BW, fish oil 2 g/day, multivitamin, calcium and salt restriction to recommended daily intake value. Monitoring result show that all patients have clinically improvement, but not creatinin level which act as marker of kidney damage.
Conclusion: Nutrition management in CKD patients need comprehensif strategy, not only with restriction protein intake.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lady Dhita Alfara
"Tata laksana nutrisi pada pasien penyakit ginjal kronik dalam hemodialisis, bertujuan menilai peran nutrisi, yang mencakup pemberian makronutrien, mikronutrien, manajemen cairan dan elektrolit dalam mengendalikan kerusakan ginjal. Gangguan fungsi ginjal dapat menyebabkan menurunnya asupan, dan perubahan metabolisme berbagai nutrien, sehingga dapat mengakibatkan pasien jatuh pada kondisi malnutrisi dan berbagai komplikasi. Serial kasus ini terdiri dari empat kasus penyakit ginjal kronik dengan berbagai etiologi dan komorbid.
Pasien pada serial kasus ini, mempunyai rentang usia pasien antara 30 - 52 tahun. Umumnya pasien mengalami sesak napas, mual, muntah, anoreksia, edema dan berdasarkan hasil skrining gizi menunjukkan semua pasien memerlukan terapi nutrisi. Terapi nutrisi diberikan sesuai dengan kebutuhan masing-masing pasien, yang dihitung dengan rumus Harris Benedict dikalikan faktor stres dan pemberiannya dimulai dari kebutuhan energi basal, yang secara bertahap ditingkatkan hingga mencapai kebutuhan energi total. Kebutuhan protein disesuaikan dengan laju filtrasi glomerulus pada masing-masing pasien. Pemantauan terapi nutrisi pada satu orang pasien selama tujuh hari, sedangkan tiga pasiennya dilakukan pemantauan selama sepuluh hari atau lebih. Pemantauan mencakup toleransi asupan makanan, kapasitas fungsional, imbang cairan, parameter laboratorium dan antropometrik serta dilakukan edukasi setiap hari.
Selama pemantauan didapatkan hasil bahwa, terjadi perbaikan klinis, toleransi asupan, sebagian besar pasien dapat mencapai kebutuhan kalori total. Kebutuhan protein dihitung kembali setelah dilakukan hemodialisis. Pemeriksaan kadar ureum, kreatinin dan perhitungan creatinine clearance test menunjukkan perbaikan, walaupun tidak mencapai kadar normal. Sejalan dengan perbaikan klinis, terjadi perbaikan kondisi pasien secara umum, termasuk kapasitas fungsional. Penilaian berat badan pasien menunjukkan penurunan berat badan, sejalan dengan perbaikan kondisi edema.
Pemberian nutrisi pada pasien dengan penyakit ginjal kronik stadium 5, bersifat individual dan harus disertai edukasi nutrisi dan motivasi setiap hari. Dengan tata laksana nutrisi yang baik, diharapkan kualitas hidup pasien PGK akan lebih baik, dan dapat turut mengendalikan berbagai komplikasi yang mungkin terjadi.

Treatment of nutrition in patients with Chronic Kidney Desease (CKD) aims to assess the role of nutrition, which includes the provision of macronutrient, micronutrient, fluid and electrolyte management in controlling renal impairment, in patients with CKD stage 5 on hemodialysis therapy. Impaired kidney function may lead to decreased intake, and changes in metabolism of various nutrients, which can lead to patient falls on the condition of malnutrition and other complications. This case series consisted of four cases of chronic kidney disease with various etiologies and comorbid.
Patients in this case series are two patients aged between 30 to 52 years old. Generally, patients experience shortness of breath, nausea, vomiting, anorexia, edema, and based on nutritional screening results showed all patients requiring nutritional therapy. Nutritional therapy is given according to the needs, that is count by Harris Benedict equation, and each patient at the beginning, provided the basal energy needs, which gradually increased to reach the total energy needs. Protein needs are given according to the glomerular filtration rate, and increased when the patient was in hemodialysis. Nutritional therapy in one patient is monitored for seven days, while three of the patients are monitored for ten days or more. Monitoring includes food intake tolerance, functional capacity, fluid balance, anthropometric and laboratory, and nutrition education is conducted every day.
The result of treatment during monitoring period shows that, there is improvement of general status, tolerance intake, most patients could achieve total caloric needs. Examination of the levels of urea, creatinine and calculation of creatinine clearance test showed improvement, although did not reach normal levels. During the monitoring, in line with the clinical improvement, the patient's condition was generally improving, including functional capacity. Assessment of the patient's weight showed weight loss, along with the improvement of the condition of edema.
Nutrition treatment in patients with chronic kidney disease stage 5 is individualize and must be accompanied by daily nutrition education and motivation. With good nutrition governance, quality of life of CKD patients will be better, and it can also control variety of complications that may occur.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fanuva Endang Tri Setyaningsih
"Gagal ginjal kronis merupakan salah satu masalah kesehatan yang terjadi di perkotaan. Pasien gagal ginjal kronis biasanya mengalami xerosis yang merupakan gangguan pada integritas kulit dan berpengaruh pada kualitas hidup. Tujuan penulisan ini adalah untuk melakukan analisis praktik mengenai pemakaian minyak zaitun untuk mengatasi xerosis pada pasien gagal ginjal. Hasil dari pemakaian minyak zaitun sebagai emolien mendapatkan hasil yang baik dalam mengatasi xerosis. Rekomendasi dari penulisan ini adalah agar perawat menganjurkan pemakaian minyak zaitun sebagai emolien untuk mengatasi xerosis pada pasien gagal ginjal kronis.

Chronic kidney disease is one of urban health nursing problem. Chronic kidney disease patient’s usually has xerosis as one of manifestations in skin integrity that can influence quality of life. This article has purpose to analysis clinical practice about using olive oil to solve xerosis in chronic kidney disease patients. Applying olive oil as emollient is good treatment to solve xerosis. So, recommendation from this article is nurse supposed to suggest the chronic kidney disease patient using olive oil regularly for xerosis treatment.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Neli Suharti
"Pola hidup masyarakat perkotaan yang semakin komplek berdampak pada penurunan derajat kesehatan masyarakat. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perilaku, keturunan dan pelayanan kesehatan. Salah satu dampaknya adalah meningkatnya penyakit hipertensi dan diabetes melitus yang merupakan penyebab utama terjadinya Gagal Ginjal Kronis (GGK). GGK terjadi penurunan fungsi ginjal dan penimbunan sisa metabolisme protein yang disebut toksin uremik. GGK salah satunya menyebabkan gangguan integritas kulit seperti kulit kering (xerosis) yang dapat mempengaruhi kualitas hidup. Peran perawat sangat diperlukan dalam upaya promotif untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan preventif untuk menghindari suatu kejadian sebelum terjadi komplikasi lebih lanjut. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk melakukan analisis praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan pada pasien gagal ginjal kronik dengan intervensi pemberian coconut oil terhadap xerosis. Kegagalan ginjal dapat menyebabkan perubahan pada kelenjar keringat dan kelenjar minyak yang menyebabkan kulit menjadi kering. Kulit kering akan menyebabkan infeksi, apabila terluka akan membuat proses penyembuhannya lebih lambat dan menjadi penyebab gatal-gatal. Pemberian coconut oil dapat dijadikan suatu pilihan dalam mengatasi xerosis.

The complexity of urban people's lifestyle affects on decreasing health status of people. That condition is influenced by environment, behavior, genetic, and health service factor. One of the effects is high prevalence of hypertension and diabetes mellitus which can cause chronic kidney disease (CKD). CKD occurs is kidney function decrease and waste metabolism accumulation of protein named uremic toxin. CKD can cause impaired skin integrity such as dry skin (xerosis) that affects quality of life. The role of nurses is necessary in promotion to increase people health status and preventive to avoid further complication. This study aims to analyze clinical practice of urban health nursing by application of coconut oil in CKD patient with xerosis. Decreased kidney function causes change in sweat and oil glands that leads skin dryness. Skin dryness can cause itchy skin and infection when injured by affecting healing process. The application of coconut oil can be one option to overcome xerosis.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Susalit
Jakarta: UI-Press, 1998
PGB 0231
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Sukron
"Gagal Ginjal Kronis merupakan salah satu masalah perkotaan. Gaya hidup yang tidak sehat pada masyarakat perkotaan seperti konsumsi makanan dan minuman olahan, kurang aktivitas, merokok, penggunaan alkohol, dan obat-obatan meningkakan risiko masalah kesehatan seperti hipertensi dan diabetes melitus.
Kedua masalah kesehatan tersebut merupakan dua penyebab utama terjadinya Gagal Ginjal Kronis (GGK). Salah satu masalah yang terjadi pada pasien Gagal Ginjal adalah intoleransi aktifitas disebabkan kelelahan/fatigue baik fisik maupun spikologis.
Tujuan penulisan ini adalah untuk melakukan analisis praktik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada pasien GGK dan intervensi mengenai Progressive Muscle Relaxation dalam mengatasi kelelahan/Fatigue pada pasien Gagal Ginjal Kronis.
Rekomendasi penulisan ini ialah agar perawat dapat mengajarkan latihan Progressive Muscle Relaxation kepada pasien Gagal Ginjal Kronis yang mengalami intoleransi aktifitas karena kelelehan/ fatigue.

Chronic Kidney Disease is one of the urban health problem that related to unhealthy lifestyles such as instant packaged food consuming, less activity, smoking, alcohol consuming, and drugs consuming. Those unhealthy lifestyles increase health risk problems such as hypertension and diabetes mellitus.
Both diseases are the main causes of Chronic Kidney Disease (CKD). Activity intolerance which caused by physical and psychological fatigue is one of the problem in patient with Chronic Kidney Disease.
This study aimed to analyse the Urban Health Nursing in CKD patients and intervention of Progressive Muscle Relaxation to overcome fatigue in patient with CKD.
This study recommends nurses to teach Progressive Muscle Relaxation to patient with chronic kidney disease who experience activity intolerance which caused by fatigue.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriella Reyna Ardisa Gunawan
"

Penyakit ginjal kronis merupakan masalah kesehatan global yang dapat menimbulkan beban mortalitas dan morbiditas yang substansial. Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi dengan jumlah pasien PGK tertinggi di Indonesia, dengan prevalensi yang lebih tinggi dari nasional, yaitu 0,48%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit ginjal kronis pada penduduk usia ≥35 tahun di Provinsi Jawa Barat. Penelitian dilakukan dengan desain studi cross-sectional menggunakan data sekunder dari Riskesdas 2018. Sampel penelitian ini adalah seluruh penduduk usia ≥35 tahun di Provinsi Jawa Barat. Terdapat sebanyak 32.044 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi kejadian penyakit ginjal kronis pada penduduk usia ≥35 tahun di Provinsi Jawa Barat adalah 0,6%. Faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit ginjal kronis adalah usia ≥60 tahun (nilai p=0,001; POR=1,662; 95% CI: 1,23-2,25), jenis kelamin laki-laki (nilai p=0,013; POR=1,431; 95% CI: 1,08-1,89), diabetes (nilai p=0,000; POR=3,770; 95% CI: 2,39-5,96), penyakit jantung  (nilai p=0,000; POR=2,725; 95% CI: 1,60-4,63), dan aktivitas fisik (nilai p=0,015; POR=1,521; 95% CI: 1,08-2,14).


Chronic kidney disease is a global health problem that can cause a substantial burden of mortality and morbidity. The 2018 Riskesdas results show that West Java Province is one of the provinces with the highest number of CKD patients in Indonesia, with a higher prevalence than the national one, which is 0.48%. This study aims to determine the factors associated with the incidence of chronic kidney disease in people ages ≥35 years in West Java Province. The research was conducted using a cross-sectional study design using secondary data from the 2018 Riskesdas. The sample for this study was all residents ages ≥35 years in West Java Province. There were 32.044 samples that met the inclusion and exclusion criteria of the study. The results showed that the prevalence of chronic kidney disease in people ages ≥35 years in West Java Province was 0.6%. Factors associated with the incidence of chronic kidney disease were age ≥60 years (p-value=0.001; POR=1.662; 95% CI: 1.23-2.25), male gender (p-value=0.013; POR =1.431; 95% CI: 1.08-1.89), diabetes (p-value=0.000; POR=3.770; 95% CI: 2.39-5.96), heart disease (p-value=0.000; POR=2.725; 95% CI: 1.60-4.63), and physical activity (p-value=0.015; POR=1.521; 95% CI: 1.08-2.14).

 

 

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhea Arinanda Dwi Putri
"Penyakit ginjal kronis merupakan masalah kesehatan utama di seluruh dunia. Mahasiswa ilmu kesehatan yang sedang menempuh pendidikan saat ini, nantinya merupakan pemberi perawatan medis masa depan yang memberikan peran penting dalam pencegahan PGK di tingkat primer, sekunder, dan tersier pada pusat kesehatan. Sebagai calon tenaga professional dalam bidang kesehatan yang berhadapan langsung dengan pasien penyakit ginjal kronis, diharapkan memiliki pengetahuan yang mempuni untuk menjalankan tugas sebagai tenaga kesehatan dan sikap yang baik sesuai dengan kemampuan yang dimiliki untuk menghadapi pasien PGK..Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengetahuan dan sikap mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan mengenai penyakit ginjal kronis di Universitas Indonesia. Desain Penelitian yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif cross-sectional dengan self-administered online questionnaire. Dari 1963 responden, 369 responden mengisi kuesioner. skor total pengetahuan memiliki nilai rata-rata 8,68 ± 2,706 dari 15 item pertanyaan (P-value 0,001). skor total sikap mahasiswa adalah 33,56 (± 2,958) dengan median 34. Terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antara skor pengetahuan dengan variabel tahun angkatan yaitu p-value 0,001 (p < 0,05). Dan terdapat perbedaan bermakna secara statistik (p < 0,05) antara skor pengetahuan dengan sumber informasi dari buku/artike/jurnal dan kongres/seminar. Nilai skor sikap terendah adalah 22 dan skor tertinggi adalah 41(P-value 0,001). Terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antara skor sikap dengan variabel jenis kelamin yaitu p-value 0,009.

Chronic kidney disease is a major global health issue. Health science students who are currently pursuing education will be the future medical care providers and play an important role in preventing CKD at the primary, secondary, and tertiary level in health centers. As future professional health workers who directly face patients with chronic kidney disease, they are expected to have adequate knowledge to perform their duties as healthcare workers and have a good attitude according to their abilities in dealing with CKD patients. This study aimed to assess the knowledge and attitude of health science students towards chronic kidney disease at the University of Indonesia. The research design used in this study was a cross-sectional descriptive design using a self-administered online questionnaire. Of the 1963 respondents, 369 responded by filling out the questionnaire. The average total knowledge score was 8.68 ± 2.706 from 15 questions (p-value 0.001). The total attitude score of the students was 33.56 (± 2.958) with a median of 34. There was a significant statistical difference between the knowledge score and the year of enrollment with a p-value of 0.001 (p < 0.05). And there was a significant statistical difference (p < 0.05) between the knowledge score and the information source from books/articles/journals and congresses/seminars. The lowest attitude score was 22 and the highest was 41 (p-value 0.001). There was a significant statistical difference between the attitude score and the gender variable with a p-value of 0.009."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Siti Nurul Apriyanti
"Rasa haus yang sering muncul, mengakibatkan pasien melanggar batasan minum dan menyebabkan potensi overload pada pasien penyakit ginjal kronik. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis kasus penggunaan es batu pada pasien dengan penyakit ginjal kronik. Perawat dalam melakukan asuhan keperawatan melakukan tindakan preventif baik primer, sekunder, ataupun tersier. Case study ini dilakukan pada pasien penyakit ginjal kronik dengan hemodialisis yang sering dirawat karena overload. Hasil dari case study ini menunjukkan bahwa mengulum 5 ml es batu dapat mengurangi rasa haus pasien yang dibuktikan dengan penurunan skor Thirst Distress Scale (TDS) dari skala 27 ke 21. Skor ini didukung dengan balance cairan pasien yang berkurang secara stabil, ditunjukkan pada hari pertama  +50 cc menjadi +10 cc pada hari keempat. Hasil karya ilmiah ini menunjukkan bahwa es batu efektif dalam mengurangi rasa haus pada pasien penyakit ginjal kronik. Rekomendasi dari penulisan ini mengulum es batu dapat menjadi salah satu alternatif bagi pasien gagl ginjal kronik

The thirst that often arises, resulting in patients breaking the limits of drinking and causing potential overload in patients with chronic kidney disease. This scientific work aims to analyze cases of the use of ice cubes in patients with chronic kidney disease. Nurses in carrying out nursing care take preventive actions both primary, secondary, or tertiary. This case study is carried out in patients with chronic kidney disease with hemodialysis which is often treated for overload. The results of this case study indicate that sucking 5 ml of ice cubes can reduce the patients thirst as evidenced by a decrease in the Thirst Distress Scale (TDS) score from the 27 to 21 scale. +50 cc to +10 cc on the fourth day. This scientific work shows that ice cubes are effective in reducing thirst in patients with chronic kidney disease. The recommendation of this writing is the sucking ice cube can be an alternative for patients with chronic kidney failure"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pinontoan, Rosnah
"ABSTRAK
Latar belakang: Penyakit ginjal kronis PGK merupakan penyakit yang perlu menjalani Hemodialisis HD . HD merupakan suatu prosedur yang bersifat katabolik, sehingga memerlukan asupan energi dan protein yang adekuat untuk menghindari risiko malnutrisi.Kasus: Total pasien PGK dalam serial kasus ini berjumlah empat orang, berusia 36 ndash;54 tahun, telah menjalani HD dalam rentang waktu yang berbeda. Seluruh pasien mempunyai riwayat asupan protein
ABSTRACT Introduction As one of primary treatment for end stage renal disease patients, hemodialysis HD is a catabolic procedure. Unless having adequate energy and protein intake, dialysis patients will be at risk for malnutrition. Cases Four dialysis patients in this case series, aged 36 54, have undergone HD at different timescales. All patients had high risk of malnutrition, due to protein intake "
2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>