Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 203439 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"This research examines the impact of fundamental factors on the stock price of the consumer goods company listed at the Bursa Efek Indonesia (BEI). This study has collected consumer goods companies which are consistent in issuing stocks and completing financial reports at BEI. Statistical analysis is used to analyze data collected which consists of the classic assumption test and the hypothetical test. It is found that only ROE, PVB, and EPS are significantly and positively influenced the stock price of the consumer goods industry while PER and NPM do not. "
TEMEN 9:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmina Sofyan
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muthia Octavia Widianti
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kointegrasi dan kausalitas indeks saham negara-negara di dunia dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia. Indeks saham yang digunakan didapatkan berdasarkan hubungan perdagangan Indonesia dengan negara lain dalam sektor non-migas.  Variabel pada penelitian ini adalah Dow Jones Industries Average, Bombay Stock Exchange Sensex, Kuala Lumpur Stock Exchange, Nikkei, Korea Stock Exchange, Stock Exchange of Thailand, Shanghai Composite, Straits Times Index, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Data pada penelitian ini merupakan data time series dengan menggunakan data bulanan dari Januari 2005 hingga Desember 2017. Teknik analisis data penelitian ini menggunakan pengujian Augmented Dickey Fuller Test, Lag Optimum, Johansen Cointegration Test, Granger Causality Test, Vector Error Correction Mode (VECM), Variance Decomposition, dan Impulse Response Function. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan kointegrasi pada indeks saham negara-negara di dunia dan IHSG Indonesia, dan terdapat hubungan kausalitas indeks saham negara-negara di dunia dan IHSG Indonesia.

This research aims to analyse the cointegration and causality relationship among selected stock market indexes in the world and Indonesia Stock Exchange Composite Index (IHSG). The stock market indexes are selected based on the trading relationship among Indonesia and other countries in non oil and gas sectors. The selected stock market indexes are Dow Jones Industries Average, Bombay Stock Exchange Sensex, Kuala Lumpur Stock Exchange, Nikkei, Korea Stock Exchange, Stock Exchange of Thailand, Shanghai Composite, Straits Times Index, and Indonesia Stock Exchange Composite Index (IHSG). This research is a time series research which uses monthly data from January 2005 until December 2017 and Augmented Dickey Fuller Test, Lag Optimum, Johansen Cointegration Test, Granger Causality Test, Vector Error Correction Mode (VECM), Variance Decomposition, and Impulse Response Function. The results of the research show that there is cointegration among selected stock market indexes and Indonesia Stock Exchange Composite Index and there is  causality among selected stock market indexes and Indonesia Stock Exchange Composite Index."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Restuti Dewi Wulandari
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh bauran utang-ekuitas terhadap profitabilitas pemegang saham pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2013. Penelitian ini menggunakan dua model regresi linier berganda, dengan variabel dependen sebagai ukuran profitabilitas pemegang saham adalah : return on equity (ROE) dan earning per share (EPS). Variabel independen untuk masing-masing model sebagai ukuran bauran utang-ekuitas adalah debt ratio (DR). Data yang digunakan adalah laporan keuangan tahunan dengan sampel 85 perusahaan non-keuangan. Hasil regresi menunjukkan bahwa debt ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROE dan EPS.

This study aims to examine the effect of debt-equity mix on shareholders' profitability of non-financial companies listed in Indonesian Stock Exchange during 2004-2013. This study specified two multiple linear regression models, with two dependent variables as measurements of shareholders' wealth : return on equity (ROE) and earning per share (EPS). The independent variable as measurement of debt-equity mix is debt ratio (DR). The data used is financial report with sample of 85 non-financial companies. Regression result shows that debt ratio has negative and significant effect on ROE and EPS."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S58368
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erma Rumadja, Author
"Pasar modal saat ini cukup diminati oleh masyarakat untuk tempat melakukan investasi selain melakukan investasi yang biasa seperti menyimpan dana di bank atau menyimpan dana dalam bentuk aset & properti. Selain itu Pasar modal juga merupakan tempat bagi perusahaan atau emiten untuk memperoleh sumber dana murah untuk pengembangan usaha ke depan atau untuk membayar hutang-hutang perusahaan, hal ini terbukti dengan semakin banyaknya perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Banyak tindakan korporasi (corporate action) yang dapat dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang terdaftar di pasar modal. Salah satu tindakan yang belakangan ini banyak diambil oleh emiten adalah pelaksanaan stock splits yaitu memecahkan nilai nominal saham dengan menambah jumlah saham beredar secara proporsional. Secara fundamental perusahaan tidak ada yang berubah dengan tindakan ini. Untuk itu penelitian ini dilakukan untuk meneliti apakah terdapat reaksi pasar terhadap tindakan ini yang ditandai dengan teijadinya perubahan harga secara signifikan, yaitu dengan didapatnya abnormal return secara signifikan oleh pelaku pasar.
Pada pasar yang efisien, setiap tindakan akan segera tercermin pada harga saham tersebut sebagai reaksi investor. Pengaruh tersebut bisa bersifat positif yang akan ditanggapi dengan reaksi berupa kenaikan harga saham maupun negatif yang ditandai dengan penurunan harga saham.
Kecepatan reaksi harga saham terhadap suatu kejadian berkaitan dengan informasi yang tersedia dan mencerminkan tingkat efisiensi pasar modal. Informasi yang relevan dengan kondisi pasar modal merupakan sesuatu yang dicari oleh investor untuk mengamankan investasinya. Tetapi ternyata pada kenyataannya informasi publik yang beredar di Bursa Efek Jakarta tidak menyebar secara merata bahkan sebagian besar tidak relevan dengan kondisi yang ada.
Menurut teori Efficient Market Hypothesis ( EMH), Fama (1991), suatu pasar dikatakan efisien (dalam bentuk setengah kuat) apabila harga saham secara cepat menggambarkan sepenuhnya seluruh informasi baru dan relevan yang tersedia. Berdasarkan pengertian tersebut dua unsur pokok yang merupakan ciri utama pasar modal diatas adalah tersedianya informasi yang relevan dan harga menyesuaikan secara cepat terhadap informasi baru. Untuk menguji Efficient Market Hypothesis (EMH) beberapa peneliti menggunakan metodologi penelitian yang disebut dengan event study.
Event study merupakan suatu metode penelitian mengenai pergerakan harga saham di pasar modal yang dipakai untuk mengetahui apakah terdapat abnormal return yang diperoleh pemegang saham akibat adanya tindakan. Pada penelitian ini peristiwa yang diuji adalah pelaksanaan stock splits di Bursa Efek Jakarta.
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa peristiwa pengumuman dilaksanakannya stock splits tidak terlalu mempengaruhi kinerja saham yang dapat dilihat dari return harlan yang dihasilkan oleh masing-masing saham. Kebanyakan tingkat abnormal return yang didapat berkisar di normal return, dengan tingkat signifikansi rendah. Sehingga tidak bisa dikatakan bahwa pelaksanaan stock splits mempengaruhi kinerja saham dengan timbulnya reaksi yang berlebihan dari para pelaku pasar."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Sylvia
"ABSTRAK
Dalam kondisi perekonomian Indonesia yang tengah dilanda krisis, terdapat saham-saham yang mampu bertahan dan hampir tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi politik, yang oleh para analis dan investor di pasar modal dikategorikan sebagai defensive stocks. Saham-saham ini biasanya berasal dari emiten yang bergerak di bidang komoditi utama atau yang setiap saat dibutuhkan oleh konsumen dan memiliki pasar yang luas. Beberapa saham yang termasuk dalam kategori tersebut adalah saham perusahaan sektor industri consumer goods, terutama dari sektor industri makanan-minuman dan rokok.
Dari perbedaan yang tetjadi itu maka dilakukan penelitian guna mengetahui ada atau tidaknya pengaruh faktor-faktor ekonomi makro dan karakteristik terhadap kinetja saham saham perusahaan sektor industri consumer goods. Dan seberapa signifikan pengaruh faktor-faktor ekonomi makro seperti IHSG, SBI, Inflasi, Uang beredar dan nilai tukar dan karakteristik seperti nilai ekspor dan impor terhadap kinetja saham saham perusahaan sektor industri consumer goods.
Analisa dilakukan dengan menggunakan model regresi berganda melalui empat tahapan. Pertama regresi terhdap pengaruh pasar (IHSG), kedua regresi untuk melihat pengaruh IHSG dengan variabel ekonomi makro. Ketiga, regresi untuk melihat pengaruh IHSG dengan karakteristik nilai ekspor dan impor industri makanan, rnnuman dan rokok. Dan Keempat regresi untuk melihat pengaruh bersama sama variable ekonomi makro, pasar (IHSG) dan tingkat kesehatan bank.
Teknik penarikan sampel silakukan pada 16 saham industri makanan dan minuman yaitu Ades Alfindo Tbk (ADES), Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA), Aqua Golden Missisipi bk (AQUA), Cahaya Kalbar Tbk (CEKA), Davomas Abadi Tbk (DA VO), Delta Djakarta Tbk (DL T A), Indo food Sukses Makmur Tbk (INDF), Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI), Mayora Indah Tbk (MYOR), Prasidha Aneka Niaga Tbk (PSDN), Sari Husada Tbk (SHDA), Sekar LautTbk (SKLT), SMART Tbk (SMAR), Siantar Top Tbk (STTP), Suba Indah Tbk (SUBA), Tunas Barn Lampung Tbk (TBLA), dan Ultra Jaya Milk Tbk (ULTJ). Serta 4 saham industri rokok yaitu BAT Indonesia Tbk (BATI), Gudang Garam Tbk (GGRM), H.M.Sampoema Tbk (HMSP), Bentoel lndonesia Inv,Tbk (RMBA).
Hasil pengolahan data menunjukan tingkat pengembalian pasar yang signifikan mempengaruhi tingkat pengembalian saham industri makanan, minuman dan rokok. V ariabel makro tidak signifikan mempengaruhi tingkat pengembalian saham. Oleh karenanya, kebijakan moneter yang dilakukan pemerintah tidak berpengaruh terhadap tingkat pengembalian saham industri makanan, minuman dan rokok. Sedangkan karakteristik nilai ekspor dan impor tidak signifikan mempengaruhi tingkat pengambalian saham. Hal ini menunjukan saham industri makanan, minuman dan rokok memang stabil dalam setiap kondisi dan keadaan."
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhiastomo Rahmanto
"Nilai harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) terkadang mengalami perubahan yang fluktuatif tergantung dari kondisi perekonomian indonesia yang juga dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global. Diversifikasi merupakan suatu hal yang tepat dalam mengatasi kondisi yang kurang tepat ketika adanya kondisi global yang tidak menentu terutama faktor perekonomian. Reksa Dana adalah instrumen pasar modal yang diatur oleh Manajer Investasi (MI) namun sifat mekanisme transaksinya diperjual belikan oleh dealer partisipan pada pasar primer. Exchange-Traded Fund (ETF), salah satu produk Reksa Dana yang karakteristiknya berbeda terutama dari segi mekasnisme jual belinya dan kehadirannya masih baru di Indonesia dan saat pengerjaan penelitian ini yang terdaftar di BEI yang berjumlah 45 ETF. Nilai Aktiva Bersih (NAB) pada ETF memiliki perbedaan dengan harga pasarnya, namun jika berdasarkan Efficient Market Hypotesis menjelaskan nilai intrinsik suatu sekuritas mencerminkan harga pasarnya. Maka untuk melihat terkait masalah tersebut pada tesis ini bertujuan untuk melakukan analisis faktor disparitas yang dapat berpengaruh antara NAB pada ETF dengan harga pasarnya dengan menggunakan data sekunder. Metode yang dilakukan dengan regresi Ordinary Least Square (OLS) dengan hipotesis penelitian yaitu faktor disparitas meliputi fund age, volume, selisih high dan low price, dan return IHSG. Hasil penelitian ini menemukan bahwa fund age, volume, selisih high dan low price tersebut berpengaruh signifikan terhadap perbedaan harga terhadap NAB (mispricing ETF) dengan R squared sebesar 3.13 % yang tidak jauh berbeda dengan peneltian Atanasova dan Weisskopf (2020) dan penelitian Shin dan Soydemir (2010). Implikasi penelitian ini memberikan gambaran pada investor, Manajer Investasi, dan dealer partisipan untuk berinvestasi dan mengembangkan ETF di Indonesia.

The value of share prices on the Indonesia Stock Exchange (IDX) sometimes fluctuates depending on the condition of the Indonesian economy which is also influenced by global economic conditions. Diversification is the right thing to overcome inaccurate conditions when there are uncertain global conditions, especially economic factors. Mutual Funds are capital market instruments that are regulated by the Investment Manager (MI) but the nature of the transaction mechanism is traded by and participating dealers in the primary market. Exchange- Traded Fund (ETF), one of the Mutual Fund products with different characteristics, especially in terms of its trading mechanism and its new presence in Indonesia, and at the time of this research were listed on the IDX, totaling 45 ETFs. Net Asset Value (NAV) in ETF is different from its market price, however, based on the Efficient Market Hypothesis, it explains that the intrinsic value of a security reflects its market price. So to see the cause of this issue, the objective of this thesis is to analyze the disparity factors that can affect the NAV in ETFs and their market prices using secondary data. The method used is Ordinary Least Square (OLS) regression with the research hypothesis that disparity factors include fund age, volume, the difference between high and low price, and IHSG return. The result of this research found that fund age, volume, the difference between high and low price had a significant effect on the difference in price on NAV (mispricing ETF) with R squared about 3.13% which is similar to previous reseach by Atanasova dan Weisskopf (2020) and another previous research by Shin dan Soydemir (2010). The implication of this research is to provide an overview of participating investors, investment managers and dealers to invest in and develop ETFs in Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pondra Nala Permana
"Seiring dengan berkembangnya investasi di pasar modal khususnya di Bursa Efek Jakarta, informasi mengenai arah pergerakan harga-harga saham menjadi sesuatu yang sangat diminati oleh investor. Dengan mengetahui informasi tersebut investor dapat memutuskan kapan saat yang tepat dalam melakukan transaksi saham. Banyak ditemukan baik investor maupun manajer investasi mencoba melakukan peramalan arah pergerakan harga-harga saham dengan beberapa metode seperti analisis fundamental maupun teknikal. Namun menurut konsep Efficient Market Hypothesis (EMH) apabila pasar efisien maka sulit bagi investor dalam menentukan arah pergerakan harga saham karena harga saham berjalan acak (random walk). Walaupun hipotesis tersebut masih menjadi salah satu acuan bagi pelaku pasar, namun hingga kini pertentangan akan konsep tersebut masih ramai diperdebatkan oleh para peneliti yang menemukan adanya anomali-anomali di pasar modal.
Salah satu anomali atau geja!a yang cukup populer ialah anomali overreaction yang ditemukan oleh penelitian De Bondt dan Thaler (1985). Berdasarkan penelitian yang menggunakan data pasar modal Amerika Serikat (NYSE), mereka menemukan suatu anomali baru yang bertentangan dengan teori pasar efisiensi yang dikenal fenomena reaksi yang berlebihan (overreaction phenomenon). De Bondt dan Thaler menemukan bahwa saham-saham yang menunjukkan tingkat pengembalian ekstrim positif (winner) atau negatif (loser) selama suatu periode akan mengalami pembalikan tingkat pengembalian (return) pada periode berikutnya atau return dari saham loser akan mengungguli saham winner.
Berdasarkan hal tersebut, penulis akan mencoba mengamati apakah keberadaan anomali overreaction terdapat di Bursa Efek Jakarta khususnya pada saham-saham yang tergabung dalam perhitungan indeks LQ 45 selama tahun 2002 sampai dengan tahun 2005 serta melihat apakah anomali overreaction yang terdapat di BEJ memiliki ciri-ciri yang sama dengan anomali overreaction yang ditemukan dalam penelitian sebelumnya oleh De Bandt-Thaler.
Penelitian ini menggunakan data return saham yang terdapat pada indeks LQ 45 sesuai dengan periode penelitian yang dilakukan dengan menggunakan perhitungan saham-saham winner dan loser yaitu dengan menggunakan metode market adjusted excess returns dimana Ujt - Rjt - Rmt, dimana winner dan loser portofolio dibentuk berdasarkan penerimaan return yang berlebihan dimasa lampau. Penulis membagi periode penelitian menjadi tiga yaitu periode tiga bulanan, enam bulanan dan periode tahunan untuk setiap periode pembentukan portofolio dan periode observasi portofolio. Kemudian untuk membuktikan apakah teijadi gejala overreaction, penulis, penguji tingkat pengembalian yang diamati dengan uji signifaksi t-student.
Berdasarkan perhitungan yang diperoleh, dalam penelitian yang dilakukan dengan menggunakan periode tiga bulanan menunjukan beberapa kali teijadi gejala overreaction. Berdasarkan pengamatan penulis gejala overreaction tersebut terjadi pada observasi periode bulan ke tiga. Walaupun faktanya demikian, uji signifikansi gejala overreaction pada ACAR winner< 0, ACAR loser> 0 dan selisih ACAR loser winner > 0 tidak terbukti secara statistik dan tingkat konsistensi anomali overreaction sangat rendah.
Pengamatan pada replikasi periode enam bulanan pun mendapatkan hasil yang relatif sama dengan periode replikasi 3 bulanan dimana terdapat beberapa kali gejala overreaction namun dengan tingkat konsistensi yang rendah. Beberapa gejala overreaction yang terjadi kemudian dilakukan uji statistik pada seluruh ACAR winner, ACAR loser dan nilai selisih ACAR loser winner yang menunjukan nilai dihitung 0.553 (bulan 1), 0,07723 (bulan 3) dan 0.338 (bulan 4) tidak masuk dalam area penerimaan altematif hipotesis sehingga overreaction tidak terjadi pada penelitian periode replikasi enam bulanan.
Observasi dilanjutkan pada replikasi tahunan yang juga ditemukan beberapa gejala overreaction. Pada periode observasi ini terbukti apa yang dikemukakan De Bondt dan Thaler bahwa efek dari overreaction sangat berpengaruh pada portofolio loser. Hal ini tergambar dalam grafik pergerakan ACAR periode tahunan yang menunjukan lonjakan pembalikan arah yang ekstrim pada ACAR loser. Observasi ini pun memiliki tingkat konsistensi gejala overreaction yang relatif tinggi. Namun hasil pengujian statistik pada nilai ACAR winner, ACAR loser dan ACAR loser winner pada periode obseryasi ini masih memiliki t-hitung yang tidak masuk ke dalam tingkat signifikansi uji statistik sehingga gejala overreaction tidak terbukti.
Dengan tidak terjadinya anomali overreaction pada penelitian ini khususnya pada saham-saham LQ 45, maka dapat disimpulkan bahwa pasar modal di Indonesia memiliki bentuk pasar yang efisien.
Walaupun ditemukan beberapa kali gejala overreaction dalam penelitian ini, strategi kontrarian belum dapat sepenuhnya dilakukan untuk mendapatkan abnormal return. Hal ini disebabkan tingkat konsistensi gejala overreaction pada penelitian ini sangat rendah sehingga sulit bagi investor dalam memprediksi kapan saat yang tepat menentukan pembelian atau penjualan portofolio winner-loser."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melissa Esther Meditya
"Penelitian ini membahas mengenai pengaruh kepemilikan asing dan komponennya terhadap corporate risk taking pada perusahaan yang bergerak di sektor manufaktur dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2014-2016. Pengujian dilakukan dengan model regresi data panel pada 74 perusahaan manufaktur. Untuk mengukur nilai variabel dependen corporate risk taking dilakukan dengan dua proksi, yaitu volatilitas laba dan volatilitas ROA, sedangkan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepemilikan asing serta variabel kontrol yang digunakan adalah ukuran perusahaan, return on asset, leverage serta capital expenditures. Hasil penelitian ini menemukan bahwa kepemilikan asing, leverage dan capital expenditure memiliki pengaruh terhadap corporate risk taking.

This research discusses the influence of foreign ownership and its components on corporate risk taking in companies engaged in the manufacturing sector and listed on the Indonesia Stock Exchange during the period 2014 2016. The test was performed by panel data regression model on 74 manufacturing companies. To measure the value of the dependent variable, corporate risk taking is done by two proxies, namely profit volatility and ROA volatility, while the independent variables used in this research are foreign ownership, for control variables used are firm size, return on asset, leverage and capital expenditures. The results of this study found that foreign ownership, leverage and capital expenditure have an influence on corporate risk taking."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ridwan
"Konsep Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) telah banyak menyita perhatian sebagai sebuah bentuk baru dari penilaian kinerja keuangan. Kedua konsep ini telah dipublikasikan pada tahun 1993 oleh Stern Steward Management Service sebuah perusahaan konsultan keuangan di Amerika. Stern Steward Management Service meyakini bahwa EVA adalah kunci dari penciptaan penambah nilai perusahaan dan sekaligus juga kunci dari maksimalisasi MVA. Berdasarkan konsep tersebut penelitian terhadap perusahaan di Indonesia dilakukan untuk menguji kekuatan korelasi antara Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) dan kemampuan EVA sebagai proksi untuk MVA yang mewakili kepentingan¬-kepentingan pemegang saham.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kramer dan Pusher terhadap Stern Steward 1000 database periode 1982-1992 dengan menggunakan analisis regresi OLS (Ordinary least squares) menunjukkan bahwa korelasi antara EVA dan MVA tidak begitu tinggi hanya sebesar 31%. Kemudian juga tidak menemukan bukti-bukti yang jelas untuk mendukung pendapat bahwa EVA adalah tolok ukur internal terbaik untuk keberhasilan perusahaan dalam memberikan nilai tambah bagi investasi pemegang saham. Penelitian ini mengadopsi metodologi penelitian di atas terhadap perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya periode 2002-2004 dilakukan untuk menguji kekuatan korelasi antara Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) serta kemampuan EVA sebagai proksi untuk MVA. Analisis empiris ini untuk membuktikan apakah EVA layak digunakan sebagai proksi untuk MVA. Dari populasi data tersebut diambil sampel sebanyak 100 perusahaan yang terdiri dari 50 perusahaan mewakili perusahaan besar yang mempunyai aset diatas Rp 1 trilyun dan 50 perusahaan yang mewakili perusahaan menengah yang mempunyai aset dibawah Rp 1 trilyun. Pemilihan perusahaan dan penghitungan nilai EVA dan MVA dilakukan oleh MarkPlus & Co bekerjasama dengan majalah SWA dan MAKSI-UI. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan data sekunder sebagaimana yang tersedia dalam publikasi.
Hasil analisis didasarkan pada output yang dikeluarkan oleh program E-Views 5.0, melalui regresi analisis OLS panel (Ordinary least squares) dan pengujian asumsi klasik. Korelasi antara EVA dan MVA cukup besar, yaitu 75.4% yang rnenuniukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan searah antara EVA dan MVA.
Hubungan regresi antara EVA dan MVA menunjukkan bahwa EVA sebagai proksi untuk MVA. Untuk memperdalam penelitian, penulis melanjutkan dengan uji terhadap persamaan model regresi (3.1) yang memenuhi kriteria uji secara keseluruhan dan parsial dengan menggunakan F-uji dan T-uji, terhadap perbedaan besarnya aset dan kelembaman waktu (timelag), serta hubungan antara EVA terhadap perubahan MVA. Selanjutnya penelitian dilanjutkan dengan melakukan transformasi pada variabel yang akan diuji.
Dari hasil pengujian slatistik terhadap persamaan model regresi tersebut selelah ditransformasi ternyata tidak memenuhi kriiteria T-uji, yaitu bahwa besarnya konstanta tidak memenuhi kriteria karena rnelewati tingkat kesalahan a = 5 % yakni sebesar 5,6%. Kemudian dalam pengujian asumsi klasik, persamaan model regresi tersebut tidak memenuhi homoskedastisitas, hal ini mengakibatkan bahwa persamaan yang digunakan mempunyai masalah dan akibatnya hasil pengujian hipotesis tidak dapat dipercaya.
Melalui penelitian ini yang berdasarkan pada pengujian dengan menggunakan beberapa model persamaan regresi yang dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan EVA sebagai proksi untuk MVA tidak dapat dibuktikan.

The Economic Value Added (EVA) and Market Value Added (MVA) concept often drawn attention as a new form of the assessment of the finances performance. The two concepts were published during 1993 by Stern Stewart Management Service a company of the financial consultant in America.
Stern Stewart Management Service presume in that EVA was the key from the creation of added value and also the key of the company from MVA maximalitation as well. Based on this concept the research into the companies which operated in Indonesia carried out to test the strength of the correlation between Economic Value Added (EVA) and Market Value Added (MVA) and EVA's capacity as proxy for MVA that representing the interests of shareholders.
The beforehand research that was carried out by Kramer and Pusher against Stern Steward 1000 database period of 1982-1992 by using of the analysis of regression OLS (Ordinary least squares) showed that the correlation between EVA and MVA were not so high but only 31%.
Afterwards also did not find clear proof to substantiate the opinion that EVA was the best internal benchmark for the success of the company in giving added value for shareholder's investment.
This research adopts the methodology of the above research into the companies that were listed in the Jakarta Stock Exchange and the Surabaya Stock Exchange period of 2002-2004 conducted to test the strength of the correlation between Economic Value Added (EVA) and Market Value Added (MVA) as well as EVA's capacity as proxy for MVA. This empirical analysis to prove whether EVA appropriate was used as proxy for MVA. From this population data was taken the sample totalling 100 companies that consist of 50 companies represent the big company that had assets exceed Rp 1 trillion and 50 companies represent the middle company that had assets under by Rp I trillion. The election of the company and counting EVA's value and MVA were carried out by MarkPlus & Co, in co-operation with the SWA magazine and MAKSI-Ul. Technique of the data collection which used is the secondary data available in the publication.
Results of the analysis were based on the output produced by the program of E-Views 5.0, through OLS (Ordinary least squares) analysis regression panel and the testing of the classic assumption.
The correlation between EVA and MVA quite significant, that is 75.4% which showed by significant correlation and same direction between EVA and MVA.
Regression correlation between EVA and MVA showed that EVA as proxy for MVA. To explore the research, researcher continued and the test against the equation of the regression model (3.1) that filled the test criterion on the whole and partial with used F-test and T-test, towards the difference of the assets size and timelag, as well as correlation between EVA towards the change MVA. Furthermore the research was continued by doing the transformation to the variable that will be tested.
From results of the testing of statistics towards the equality of this regression model after transformased evidently did not meet criteria T-test, that is that the constant size did not fill the criterion because of passing the level of the mistake a = 5 % that is as big as 5,6%. Afterwards in the testing of the classic assumption, the equation of this regression model did not meet homoscedasticity, this resulting the used equation had the problem and as consequence the result of the testing of the hypothesis is not realible.
Through this research which based on the testing with various equation of regression model to know EVA's strength as proxy for MVA could not be proved.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22476
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>