Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97282 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"This research aims to reveal and describe the strategies undertaken by the driver maintain the contiuity of life survival in the urban cullture in the City Makassar, shape or form the drivers of resistance against cultural domination in Makassar, and the role of relevant institutions in the existance of the public mini-bus drivers in Makassar. This research was conducted in Makassar, the data collection method used in Library Studies, Observations, and indepth interviews. The nature and approach of this research is descriptive qualitative.
Results and discussion of this study indicate that the strategies undertaken by the driver to maintain the continuity of life is the first form of strategy in the social field are realized in patterns of social relationships that is the relationship with the owner of the vehicle, relationships with colleagues, relationships with fellow driver, relationship with passangers, and the relationship with the government. The two pronged strategy in the economic field are realized in the way of managing personal expenses income, household expenditure, spending for education and health, daily installments, the levy and social gathering. And also describes about how to cope if the income is less that by borrowing the car owner, families, and fellow driver. Further by describing the forms of the resistance public mini-bus drivers of government namely the cultural domination, by doing violations as a form of resistance, such as resistance to the tariff policy, breach of routes and route of formation of the new terminal itself onother driver agreement, and lack of beacon obedience traffic. Also described the role of institution or agencies public mini-bus related to the existence of non-formal institutions such as Organda and non-formal institutions such as your brother directed. While formal institutions such as the Department of Communications, Department of Public Works and Department of Spatial Planning, is also described according to their respective roles. "
JPUKIA 4:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfiah Dyah Aqilah
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis timbulan dan komposisi sisa makanan, menganalisis nilai jumlah emisi gas rumah kaca (CO2 eq) dari limbah makanan edible, dan memberikan rekomendasi terkait upaya pengurangan food waste (edible food) dari rumah makan di Kota Makassar yang menghasilkan jejak karbon. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan variabel bebas adalah jumlah rumah makan yang akan disampling, berat limbah makanan tiap kategori dan data kuesioner, sedangkan variabel terikatnya adalah Emisi Gas Rumah Kaca (CO2-eq) yang dihasilkan serta korelasi data responden dengan limbah makanan dan jejak karbon. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa timbulan sisa makanan edible yang dihasilkan pada 10 rumah makan adalah 26,71 g/piring/hari, dengan rata-rata fraksi edible adalah 70%. Adapun komposisi sampah makanan adalah makanan kaya karbohidrat sebanyak 34%, Buah dan Sayuran 37%, dan makanan kaya protein 29%. Besaran gas rumah kaca dari rumah makan di Kota Makassar adalah 44,69 kgCO2eq/piring/tahun, dengan komposisi terbesar berasal dari makanan kaya akan protein yaitu 62,38%. Rekomendasi yang dapat diberikan terkait upaya pengurangan food waste dari rumah makan di Kota Makassar yang menghasilkan jejak karbon adalah dengan menggunakan hierarki pemulihan makanan.

This thesis aims to analyze the generation and composition of food waste, analyze the value of the amount of greenhouse gas emissions (CO2 eq) from edible food waste, and provide recommendations regarding efforts to reduce food waste (edible food) from restaurants in Makassar City which produce a carbon footprint. This study uses a quantitative method with the independent variables being the number of restaurants to be sampled, the weight of food waste for each category, and questionnaire data, while the dependent variable is Greenhouse Gas Emissions (CO2-eq) produced and the correlation of respondent data with food waste and carbon footprint. From the results of the study, it was found that the food waste produced in 10 restaurants was 26.71 g/plate/day, with an average edible fraction of 70%. The composition of food waste is carbohydrates-rich as much as 34%, fruits and vegetables at 37%, and protein-rich at 29%. The amount of greenhouse gases from restaurants in Makassar City is 44.69 kgCO2eq/plate/year, with the largest composition coming from protein-rich, which is 62.38%. Recommendations that can be given regarding efforts to reduce food waste from restaurants in Makassar City that produce a carbon footprint are to use a food recovery hierarchy."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prihanto Rudiono
"Cerita masalah transportasi di Jakarta adalah cerita tentang kesemrawutan angkutan umum yang sepertinya tidak pernah berakhir. Sebagian besar masyarakat menganggap bahwa permasalahan itu hanyalah menyangkut ketidakdisiplinan sopir untuk mematuhi peraturan lalu lintas dan rendahnya pelayanan pada penumpang. Salah satu jenis angkutan umum darat yang dianggap sebagai penyebab utama kemacetan lalu lintas adalah sopir mikrolet. Tanpa mau tahu permasalahan yang sebenarnya terjadi, masyarakat enggan untuk mencoba mengerti tentang kesulitan yang sebenarnya dialami oleh sopir mikrolet dan mengapa mereka sampai melakukan pelanggaran lalu-lintas dan tidak melayani penumpang dengan baik. Celakanya, pemerintah pun akhirnya hanya menganggap sopir sebagai obyek yang harus mematuhi peraturan lalu-lintas yang secara dominan diproduksi oleh pemerintah.
Melihat fenomena di atas, tesis ini berusaha untuk menjembatani kesenjangan yang ada. Rendahnya data dan informasi yang berasal dari kehidupan sopir secara mendalam, serta minimnya literatur yang tidak meletakkan sopir sebagai objek yang hanya dianalisis dengan melupakan konteks sesungguhnya dari kehidupan sopir, mendorong penulis untuk mengadakan penelitian mendalam mengenai kehidupan sopir. Penulisan tesis ini akan menggali pertanyaan-pertanyaan seputar kehidupan sopir, baik pada saat ia menjalankan profesinya maupun pada saat sopir menjalani kehidupan sosialnya sebagaimana manusia normal lainnya, agar masyarakat bisa memberikan pemahaman tentang sopir yang berimbang dan mendalam. Untuk lebih memfokuskan pembahasan, penulis akan berusaha mendalami kehidupan sopir mikrolet M-20 Purimas Jaya. Jenis angkutan dan lokasi trayek ini dianggap memiliki beberapa karakter-karakter khas yang sangat menarik untuk diteliti, misalnya waktu trayek mereka bisa mencapai 24 jam, lokasi jalan yang strategis karena melewati Bumi Marinir Cilandak dan Jalan sekitar rumah Presiden, serta struktur organisasi koperasi yang dianggap cukup melindungi kepentingan sopir.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dan metode etnografi sebagai metode yang dianggap terbaik untuk memahami dan menafsirkan "kebudayaan khas" yang diciptakan oleh satu komunitas tertentu. Metode ini juga ditunjang oleh beberapa tinjauan literatur untuk memperkuat kerangka penafsiran atas tindakan budaya masyarakat, serta beberapa data tertulis yang terkait berikut pendataan awal terhadap subyek penelitian untuk mengetahui data dasar/primer.
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, ditemukan beberapa halpokok berkaitan dengan beberapa persoalan penulisan sebagai berikut:
1. Profesi sopir angkutan umum menjadi sangat penting dalam proses penciptaan kamtibcarlantas karena mereka menjadi ujung tombak dari mekanisme yang berjalan. Tidak adanya konsep mass rapid transport (sistem angkutan umum massal) yang terpadu dan sempurna di Jakarta, membuat posisi angkutan umum menjadi sangat signifikan sebagai alternatif utama sarana transportasi. Karena itu, secara umum dapat dikatakan bahwa masyarakat kota Jakarta sangat mendambakan keberadaan sopir yang taat pada peraturan lalu-lintas dan mampu memberikan pelayanan yang optimal pada para penumpang agar sistem transportasi tersebut dapat berjalan dengan baik.
2. Dalam menjalankan profesinya, ternyata sopir lebih banyak dirugikan oleh kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan dirinya. Beban yang menghimpit sopir datang dari aspek internal dan eksternal. Secara internal, mereka dihadapkan pada tuntutan pemenuhan kebutuhan rumah tangga dan pribadi yang kurang dapat terpenuhi lewat penghasilan mereka dari menyupir. Sedangkan tekanan eksternal dapat dibagi dua yaitu secara struktural dan personal. Secara struktural mereka dirugikan oleh implementasi kebijakan yang tidak mendukung mereka. Kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah (dari pemerintah pusat sampai pemda), DLLAJ, Kepolisian, dan pihak terminal, melalui penelitian ini terbukti sangat merugikan posisi sopir. Belum lagi tekanan yang berasal dari tindakan-tindakan personal yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu, seperti aksi pungli yang dilakukan oleh calo, timer, petugas terminal, dan pak ogah yang semakin mereduksi penghasilan mereka. Aksi penyelewengan yang dilakukan oleh oknum tertentu seperti pihak kepolisian dan pihak DLLAJ dalam bentuk uang damai, uang jago, dan korupsi, semakin menambah penderitaan para sopir. Tindakan-tindakan tersebut belum lagi ditambah oleh beban-beban setoran yang diberikan oleh pemilik kendaraan serta retribusi dan tambahan beban retribusi yang dilakukan oleh pihak koperasi. Pada akhirnya, semua tekanan itu berimplikasi pada pelayanan sopir terhadap penumpang yang sangat buruk.
3. Untuk mengatasi atau paling tidak menyiasati tekanan-tekanan yang ada, sopir mengembangkan strategi adaptasi yang akhirnya membentuk budaya baru yang khas. Strategi adaptasi tersebut dikembangkan untuk dapat mempertahankan kehidupannya, walaupun pada batas subsistem (paling dasar). Sopir berusaha untuk mengurangi dampak buruk tekanan-tekanan tersebut agar tidak terlalu berpengaruh pada penghasilannya. Selain itu, para sopir berusaha untuk dapat hidup dalam tekanan, dan malah menyiasati agar tekanan tersebut bisa bermanfaat bagi dirinya. Contohnya, tekanan yang dilakukan oleh Pak Ogah dalam bentuk pungli "cepek" setiap saat, dituruti oleh sopir, namun sopir pun berusaha untuk mengambil keuntungan dari pihak pak ogah dengan cara bekerjasama untuk mengawasi polisi saat sopir melanggar peraturan lalu-lintas.
4. Secara internal, sopir mengembangkan strategi menghemat, menghutang dan bersabar untuk dapat memenuhi kebutuhan keluarga dan pribadinya. Secara eksternal, mereka mengembangkan pola-pola hubungan pertemanan, perantaraan dan patron-klien. Bentuk-bentuk adaptasi yang dilakukan sopir dapat dibagi dalam empat tipe yaitu akomodasi, kerjasama, persaingan dan konflik. Keseluruhan hal tersebut membentuk pola-pola hubungan baru yang khas, yaitu pola hubungan yang didasarkan atas usaha untuk bertahan dari tekanan-tekanan agar dapat tetap memenuhi kebutuhan pribadi dan rumah tangganya. Sejauh ini, jenis pola hubungan konflik berada dalam titik minimal, artinya tekanan-tekanan tersebut dapat diserap ataupun diatasi dengan baik karena tidak terlalu memberatkan kehidupan sopir. Meskipun ada konflik-konflik yang terjadi saat ini, namun ekskalasinya (penyebarannya) serta intensitas konflik tergolong rendah. Hal ini berbeda pada masa-masa awal ketika hubungan yang tercipta lebih menonjolkan sisi konflik akibat tekanan yang dirasakan tidak lagi pada batas toleransi sopir. Artinya keteraturan sosial yang terbentuk berjalan baik, meskipun tidak terlalu sesuai dengan peraturan baku yang sudah digariskan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, implikasi terhadap Polri dalam penciptaan kamtibcarlantas adalah kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyaknya pelanggaran lalu lintas oleh sopir angkutan umum serta rendahnya pelayanan pada penumpang lebih banyak disebabkan oleh faktor-faktor eksternal yang tidak mendukung profesi mereka dan tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, proses penciptaan kamtibcarlantas harus beranjak dari usaha pembebasan sopir dari beban-beban yang menghimpit mereka serta upaya untuk terus meningkatkan kesejahteraan sopir. Hal itu bisa terwujud dengan meninggalkan paradigma lama yang menempatkan sopir hanya sebagai obyek peraturan lalu-lintas, dan beralih pada paradigma baru yang menempatkan sopir sebagai faktor penting untuk menciptakan kamtibcarlantas. Salah satu langkah kongkrit yang dapat diwujudkan adalah dengan menghilangkan peraturan-peraturan yang menjadi beban buat mereka dan menggantikannya dengan peraturan-peraturan baru yang mendukung profesi sopir. Untuk lebih mengefektivitaskan keberhasilan perbaikan nasib sopir, maka segala penyelewengan (KKN) dalam implementasi kebijakan harus ditindak dengan tegas."
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2000
T6579
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amri Marzali
"In this article, the author examines whether the matrilineal system is compatible with urban social environment. The case of Minangkabau migrant groups, particularly those from the village of Silungkang, West Sumatra, who now live in the metropolitan city of Jakarta,reveals the incompatability of the two. In Minagkabau region, the combination of the traditional matrilineal system and the residence pattern of duo local are backed up by the wet rice economy and the communal land rights system. In the metropolitan city of Jakarta, these factors are absent. As a result, the matrilineal system does not work."
2000
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyuni Pudjiastuti
"Penelitian ini bertitik tolak dari suatu asumsi bahwa penyusunan strategi pemasaran sosial yang cermat sangat diperlukan untuk mengatasi berbagai masalah sosial yang berkembang di masyarakat. Disamping itu, berhasil tidaknya pemasaran tersebut sangat tergantung pada masyarakat sebagai sasaran utama program. Karenanya tanpa adanya partisipasi dan dukungan dari masyarakat tujuan pemasaran sosial tidak akan bermanfaat sebagaimana yang diharapkan.
Mencermati hal di atas maka perlu kiranya diketahui berbagai faktor yang berpengaruh pada tinggi rendahnya tingkat partisipasi masyarakat terhadap produk sosial, khususnya bidang kesehatan dan lingkungan hidup. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh ini sangat penting sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun suatu strategi pemasaran produk sosial yang tepat untuk mengatasi masalah-masalah sosial yang ada. Faktor-faktor yang diperkirakan berpengaruh pada partisipasi masyarakat adalah (1). Kharakteristik sosiai ekonomi; (2). Aktivitas komunikasi; (3). Tingkat pemahaman akan produk sosial dan (4), Tingkat pelayanan lembaga terkait.
Untuk mengetahui keterkaitan antara faktor-faktor yang berpengaruh dengan faktor yang dipengaruhi, maka penelitian ini didesain sebagai penelitian korelational yang analisisnya menggunakan metoda regresi berganda dengan program Microsta dan SPSS. Dengan metoda ini akan dapat diketahui bagaimana faktor-faktor tersebut berpengaruh, apakah pengaruhnya nyata atau tidak nyata, apakah arahnya positif atau negatif serta seberapa besar pengaruhnya terhadap partisipasi masyarakat.
Faktor-faktor yang berpengaruh kemudian dapat dipertimbangkan untuk diperbaiki supaya dapat mendukung pemasaran produk sosial yang disampaikan. Selanjutnya penemuan-penemuan di atas dapat dipertimbangkan untuk menyusun suatu strategi pemasaran sosial yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan dan lingkungan hidup masyarakat di daerah penelitian.
Pelaksanaan penelitian ini menggunakan metoda survei dan FGD. Sampel diambil secara acak dari tiga wilayah kumuh terpilih, yaitu bantaran sungai (RW 10 Kelurahan Manggarai), gang sempit (RW 06 Kelurahan Galur) dan tepian rel kereta api (RW 02 Kelurahan Manggarai). Jumlah sampel yang diambil untuk masing-masing lokasi adalah 10 kepala keluarga, 10 ibu rumah tangga dan 10 remaja, sehingga jumlah seluruhnya 90 sampel. Sedangkan untuk FGD masing-masing kelompok terdiri dari 6 orang.
Hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : Karakteristik sosial ekonomi responden sebagian besar kepala keluarga berumur 40 < 50 tahun, ibu rumah tangga 30 < 40 tahun dan remaja 10 < 20 tahun; dengan tingkat pendidikan SD (kepala keluarga dan ibu rumah tangga) dan SLA (remaja); rata-rata jumlah tanggungan keluarga sebanyak 4-7 orang dengan jumlah belanja keluarga per bulan sebesar Rp. 374.400,﷓
Ukuran rumah tinggal responden amat kecil, rata-rata 22,82 meter persegi, yang sebagian besar berstatus tanah milik, berdinding bata atau triplek, atap terbuat dari seng, lantai dari ubin, sudah berventilasi, tidak memiliki halaman maupun tanaman.
Ditinjau dari sisi kesehatan umumnya mereka sudah memperhatikan dengan baik, umumnya mereka akan pergi ke Puskesmas setelah terlebih dahulu mencoba mengobati sendiri sakitnya. Aktivitas komunikasi responden umumnya cukup tinggi, terutama pada media televisi dan umumnya dilakukan pada sore dan malam hari. Sedangkan acara favorit mereka berkisar antara sinetron dan telenovela (para wanita) dan sinetron laga, berita, olah raga dan film luar (kepala keluarga dan remaja). Pengetahuan responden akan produk sosial relatif sangat kecil, demikian juga dengan peranan aparat terkait dan tingkat partisipasinya pada produk sosial.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada partisipasi responden adalah tingkat pendidikan, besar belanja keluarga per bulan, lama responden tinggal di daerah penelitian, aktivitas komunikasi, pengetahuan responden tentang produk sosial serta lokasi tempat tinggal responden.
Dengan mempertimbangkan hal-hal di atas kemudian disusun suatu strategi pemasaran sosial masalah kesehatan dan lingkungan hidup yang diharapkan akan mampu mengubah sikap dan perilaku sasaran kearah yang diinginkan. Strategi disusun berdasarkan tinjauan marketing mix, social marketing mix, distribusi produk, kampanye produk lewat media massa dan interpersonal."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyuni Pudjiastuti
"Penelitian ini bertitik tolak dari asumsi bahwa penyusunan strategi pemasaran sosial yang cermat sangat diperlukan
untuk mengatasi berbagai masalah sosial kesehatan dan lingkungan hidup yang berkembang di pemukiman kumuh di
DKI Jakarta. Strategi harus mempertimbangkan kondisi wilayah sasaran, target adopters serta faktor-faktor yang
berpengaruh pada partisipasi masyarakat akan berbagai produk sosial. Penelitian dilaksanakan di tiga kategori wilayah
kumuh, yaitu gang sempit, bantaran sungai dan tepian rel kereta api. Penelitian didesain sebagai penelitian deskriptif
korelational yang analisisnya menggunakan regresi berganda dan tabel distribusi frekwensi. Hasil penelitian yang
diperoleh kemudian dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun strategi pemasaran sosial. Komponen
strateginya terdiri dari tinjauan marketing mix dan unsur-unsur komunikasi.
The research has a starting point from assumption that compose accurate social marketing strategy is being needed to
overcome social health and environmental problems in the sleim settlement area in Jakarta. The strategy should
consider the condition of target area, target adopters and some factors that influence in the community participation to
some social products. The research was done in three sleims area, (i) narrow street, (ii) flood plain river and along the
railway track. The research was designed as descriptive research correlation which is analyzed by multiple regression
and distribution frequency table. The result of the research is being used as material for compilling social marketing
strategy. The component strategy consist of consideration of marketing mix and communication elements."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Scavengers refer to people that have an activity of collecting used thing. They are workforces that have low payment by industries.Their activity is not protected and developed by the Departemen of manpower bacause it does have not have wrok relation and guarantee of work continuity...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Liesda Dachlan
"ABSTRAK
Studi tentang dominasi ruang sosial perkotaan di 2 dua Kecamatan dalam kota Makassar bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana proses pembentukan dan dominasi ruang sosial di Makassar. Seperti apakah pola dominasi ruang sosial yang terjadi, serta apa penyebab dominasi ruang sosial di Makassar. Untuk bisa mendapatkan informasi yang mendalam dan lebih luas yang dianggap bisa menjelaskan masalah penelitian ini, metode penelitian kualitatif, etnografi, dipilih secara purporsive. Studi ini menemukan bahwa proses pembentukan dan dominasi ruang sosial di Makassar cukup dipengaruhi oleh kebijakan para pemimpin, baik Raja, pemerintah Kolonial maupun para Walikota di era kemerdekaan. Kebijakan penataan ruang sosial di 3 tiga era ini berbeda-beda sehingga menghasilkan pola pembentukan dan dominasi ruang sosial yang juga berbeda. Dari bentuk egaliter berubah jadi sangat hierarkhis atau dari bentuk kontinuitas, era kerajaan ke era kolonial, menjadi diskontinuitas di era reformasi. Dominasi ruang sosial perkotaan di 2 dua lokasi penelitian secara etnis, terutama di 2 dua walikota terakhir, sangat tinggi. Dari 85,39 persen dan 74,06 persen di tahun 2006 berubah menjadi 74,22 persen dan 81,04 persen di tahun 2016, oleh etnis tertentu yang kuat secara ekonomi.

ABSTRACT
The domination study on the urban social space in Makassar tries to find out and describe how the construction and the domination process on the social space in Makassar in 3 three era were. What rsquo s kind of the domination pattern on the social space and the cause of domination in Makassar. The research method which is appropriately regarded, to this study, is qualitative one. This study found that the process of construction and domination on the social space in Makassar was quite influenced by the leaders policy, the King, the Colonial government and the Majors in the era of independence. The spatial structuring policies in these 3 three era were different that result a different domination type as well. An egalitarian type and a very hierarchy one are the output of their policies, from continuity form becomes discontinuity one. The egalitarian type was applied in the kingdom and colonialism periodes, then becomes a very hierarchy in the reformation era. The domination on the strategic urban social space in 2 two research locarions, especially in the last 2 two mayors, is very high. It is 85.39 percent and 74.06 percent in 2006. Then, it becomes 74.22 percent and 81.04 percent in 2016 by certain ethnic who are economically strong. "
2017
D2425
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruli Juaniarso
"ABSTRAK
Penelitian ini melihat bagaimana kehidupan seorang janda yang berjuang mempertahankan kehidupan keluarganya setalah ditinggal suami (meninggal atau pargi tanpa berita), dalam kontek nilai budaya Betawi yang melarang perempuan bekerja keluar rumah. Salama suami masih ada, perempuan Betawi tidak terbiasa bekerja mencari nafkah karena budaya patriarkhi manempatkan perempuan pada ranah domestik dan hanya boleh mengurua rumah tangga saja. Disatu sisi ia
harus berjuang menghidupi anak-anaknya sementara disisi lain tekanan nilai budaya dalam komunitasnya. mengharuskan dirinya untuk tatap berada di rumah. Kondisi tersebut melahirkan strategi tertentu (yang khas perempuan) dalam upaya mempertahankan kehidupan keluarganya. Penelitian ini menggunakan-pendekatan kualitatif melalui metnde wawancara mendalam yang berupaya menangkap pengalaman kéhidupan janda yang khas perempuan. Data primer penelitian ini diperoleh dari janda Betawi yang bertempat tinggal di Kampung Memandoran. Penarikansampel dilakukan melalui teknik penarikan sampel homagen. yang bertampat tinggal di Hampung Kemandnran. Penarikan sampel dilakukan melalui tahnik penarikan sampel hamagen. Sedangkan data sekunder dipermleh dari beberapa orang tokoh maayarakat Mampung Kamandnran Serta dari Kantor Kalurahan Grmgol Utara, Hecamatan Kehayoran lama, Jakarta Selatan. Data hasil penelitian dianalisis dangan memakai model analiaia jander. Fenelitian ini menamukan Bahwa umumnya iatri dalam keluarga Betawi mengaiami maaalah ekonomi ketika statuanya berubah manjadi janda. Hal ini dimungkinkan Marana nilai dan norma budaya Batawi tidak memparbolehkan perempuan bekerja keluar rumah. Naaalah lainnya adalah sikap ketergantungan janda terhadap keluarga besarnya, dan ketiadaan otonomi dalam menyelenggarakan rumah tangganya sendiri. Marasa kurang dihargai oleh masyarakat Serta tekanan nilai budaya adalah masalah lain yang mereka alami. Kondisi diataa, melahirkan strategi tertentu yang bersifat akmodatif yang khas perempuan, yaitu strategi yang tidak bersifat rasistan (menantang) nilai dan norma yang berlaku, namun juga tidak memakai nilai dan nmrma
tersebut. Pelibatan keluarga beaar, bekerja dengan menggunakan katrampilan yang khas perempuan Serta melanjutkan pendidikan anak adalah strategi yang mereka lakukan."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Islamic
"Dengan mengambil konteks diskusi perkembangan gerakan agraria, studi ini ingin menjelaskan upaya komunitas petani dalam meningkatkan daya tahan hidup di Hutan Negara berbasis kapital sosial. Studi kasus pada komunitas petani Moro-Moro di Register 45, Mesuji. Adapun kapital sosial dalam penelitian ini dilihat dari tiga aspek, yakni kapital sosial komunitarian, jaringan dan institusional. Lewat pendekatan studi kualitatif, pertama dari aspek kapital sosial komunitarian Moro-Moro memperlihatkan kemampuan menciptakan kapital sosial dengan didasari oleh sejarah kemunculan sebagai sebuah komunitas yang spontanitas; kedua dari aspek kapital sosial jaringan Moro-Moro menunjukan kemampuan untuk mengembangkan jaringan yang kemudian berkontribusi pada penguatan internal dan penggalangan dukungan dari berbagai stakeholder untuk bertahan di Register 45; ketiga secara institusional kapital sosial Moro-Moro dapat berkembang karena ada pembiaran atas kondisi Register 45 dan sementara Moro-Moro kemudian berkembang menjadi kampung. Bahkan berangsur-angsur negara mulai menunjukan keberpihakan meskipun legalitas menduduki tanah belum kunjung juga didapatkan. Secara teoritis studi ini memperlihatkan bahwa kapial sosial komunitarian ternyata mampu menjadi landasan untuk mengembangkan kapital sosial lebih lanjut yang kemudian mampu berkontribusi pada peningkatan sosial ekonomi komunitas petani.

By taking the context of the discussion of the development of the agrarian movement, this study want to explain the efforts of the farming community in improving survival in the State Forest-based social capital. Case studies on the farming community Moro-Moro in Register 45, Mesuji. The social capital in this study viewed from three aspects, namely the communitarian social capital, networks and institutional. Through a qualitative study approach, the first of the communitarian social capital aspects of Moro-Moro demonstrate the ability to create social capital based on the historical emergence as a community of spontaneity; then second, from the aspect of social capital networks Moro-Moro show the ability to develop a network which then contribute to the strengthening of internal and raising support from various stakeholders to survive in register 45; third, institutional of Moro-Moro social capital can develop because there is negligence on the condition register 45 and while Moro-Moro developed into the village. Even the state gradually began to show partiality though legality occupied land has not yet well established. Theoretically, this study shows that social kapial communitarian was able to form the basis for further developing social capital that is then able to contribute to the socio-economic improvement of the farming community."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T43225
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>