Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177318 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Malaria termasuk penyakit yang timbul kembali di Pulau Jawa, khususnya di Kabupaten Kebumen terjadi kejadian luar biasa dengan peningkatan kasus. Penelitian dilakukan di daerah Desa Wagirpandan, Kecamatan Rowokele, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Penelitian ini untuk mengidentifikasi pengetahuan lokal dan perilaku dari masyarakat, yang terjadi faktor penting pengendalian penyakit bersumber vektor. Metode: Penelitian dilakukan Bulan Juni 2011 hingga November 2011, menggunakan disain kualitatif dengan pendekatan etnosains. Data didapatkan melalui wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah. Hasil: Dari penelitian ini sebutan lokal untuk sakikt malaria adalah “udug-udug” dan terjadi penundaan pengobatan saat muncul gejala sakit malaria. Malaria dianggap penyakit berbahaya bila dalam seminggu tidak sembuh dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Dalam penelitian ini ditemukan kesenjangan pemahaman mengenai vektor DBD dan malaria. Kesimpulan: Kesenjangan pemahaman berdampak ke kecendrungan tindakan pencegahan yang dilakukan masyarakat untuk mengeliminasi berkembangnya jentik vektor DBD di penampungan air bersih. Ditemukan kelompok berisiko terjangkit malaria, yakni pekerja imigran musiman dan pekerjaan pencari getah pinus. Saran: Perlu informasi promosi dan pendidikan kesehatan tentang vektor nyamuk, perilaku pencegahan dan pengobatan malaria."
BULHSR 17:4 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Iqbal Ridzi Fahdri Elyazar
"Kabupaten Purworejo, khususnya Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo, belum mempunyai program aplikasi khusus untuk mendeteksi dini KLB malaria. Masalah utama yang dihadapi adalah belum dioptimalkannya pemanfaatan data malaria yang sudah dikumpulkan oleh puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten serta belum diketahuinya kemampuan metode deteksi Cullen dan metode WHO dalam mendeteksi dini KLB malaria.
Tujuan dari penelitian ini adalah dikembangkannya prototipe program aplikasi untuk mendeteksi dini KLB malaria menggunakan metode Cullen dan metode WHO untuk melengkapi sistem kewaspadaan dini KLB malaria di tingkat kabupaten dan puskesmas. Indikator utama yang digunakan adalah kemunculan tanda bahaya KLB malaria.
Metodologi yang digunakan adalah siklus hidup sistem yang terdiri atas lima tahapan utama yaitu perencanaan, analisis, rancangan, penerapan dan perawatan. Analisa data kualitatif menggunakan analisis isi, sedangkan analisa data kuantitatif menggunakan uji Kruskal Wallis dan Uji Chi-Square.
Penelitian ini telah menghasilkan prototipe program aplikasi untuk mendeteksi dini KLB malaria menggunakan metode Cullen dan metode WHO dengan memanfaatkan model basis data relasional sehingga dapat menghasilkan diagram deteksi dini KLB malaria dan diagram tree kasus malaria. Kedua metode deteksi memperlihatkan kemampuannya untuk memberikan peringatan awal sekitar 22 bulan (Cullen) dan 26 bulan (WHO) sebelum puncak KLB terjadi. Metode WHO memberikan tanda bahaya lebih banyak dibandingkan dengan metode Cullen (96% vs 70%, p = 0.011). Kesesuaian proyeksi kedua metode sebesar 74%.
Dalam menentukan kemungkinan penyeragaman nilai ambang batas antara puskesmas dan kabupaten, ambang batas Cullen di tingkat kabupaten mempunyai sensifisitas 70-100%, spesifisitas 35-91% dan nilai dugaan positif 8-96%. Sedangkan metode WHO, sensifisitasnya antara 88-100%, spesifisitas 7-67% dan nilai dugaan positif 28-98%. Oleh karma adanya variasi ketiga indikator tersebut maka nilai ambang batas KLB tidak dapat diberlakukan secara seragam untuk setiap puskesmas.
Sistem deteksi dini KLB malaria diharapkan dapat dikembangkan dengan memasukkan faktor-faktor lain yang mempunyai kontribusi dalam mendeteksi dini KLB malaria, menggunakan metode deteksi lain seperti bagan kendali dan analisis deret waktu, serta menggunakan perangkat lunak legal lain yang lebih mutakhir sehingga analisisnya menjadi lebih optimal.

Development of Malaria Epidemic Early Detection System Using Cullen and WHO Methods in Purworejo DistrictPurworejo District, especially Health District Office, didn't have special application software used for malaria epidemic early detection yet. The main problem is malaria data than been collected from primary health center to Health District Office under optimally. And beside that we want to know the ability of Cullen and WHO method to detect malaria epidemic earlier.
The goal of this research is to develop a program prototype for malaria epidemic early detection system using Cullen and WHO, then it's supporting the current early warning system in district and primary health center level. Main indicator using is appearance of alert for malaria epidemic.
Methodology used is life cycle consists five stages are planning, analysis, design, implementation and maintenance. Qualitative data analysis uses context analysis and for quantitative data uses Kruskal Wallis test and Chi-Square test.
This research produces an application prototype for malaria epidemic early detection using Cullen and WHO methods. This prototype utilizes relational database model that able to display the malaria epidemic early detection diagram and malaria case trend diagram. Both methods show ability to give early alert around 22 months (Cullen) and 26 months (WHO) before epidemic peak. WHO method appears more alert signal than Cullen method (96% vs 70%, p = 0.011). Their concordance is 74%.
To determine the possibility to standardize epidemic threshold value between primary health center and district, Cullen's threshold value in district level shows sensitivity 70-100%, specificity 35-91% and positive predictive value 8-96%. Besides that WHO method, sensitivity around 88-100%, specificity 7-67% and positive predictive value 28-98%. Because of variation among indicators, we aren't able to standardize epidemic threshold value to whole primary health center.
Malaria epidemic early detection system is expected being developed with others factors that contribute to malaria epidemic early detection, using other detection technique such as control chart and time series analysis, and also using powerful legal software then the analysis is more optimal.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T13185
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dody Freddy Stevanus Yonatan
"Pendahuluan. Malaria adalah salah satu penyakit infeksi parasit yang masih menjadi permasalahan di Indonesia. Meskipun sebagian besar daerah di Indonesia sudah bebas malaria, namun masih cukup banyak daerah yang masih endemis dengan prevalensi malaria yang tinggi.
Tujuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan, perilaku pencegahan terhadap malaria pada karyawan, adanya perbedaan tingkat pengetahuan  antara karyawan yang pernah dan belum pernah ke daerah endemis malaria dan bagaimana peran perusahaan terhadap pencegahan malaria.
Metode. Penelitian ini menggunakan Mix Method (deskriptif kualitatif dan kuantitatif). Penelitian kualitatif dilakukan dengan pendekatan melalui wawancara secara mendalam menggunakan adaptasi kuesioner untuk mengetahui pencegahan malaria dan penerapan di perusahaan yang meliputi manajer, supervisor dan dokter klinik perusahaan. Penelitian kuantitatif untuk mengukur tingkat pengetahuan serta perilaku karyawan terhadap malaria. Analisis data dilakukan dengan program statistic menggunakan uji Man-Whitney.
Hasil. Seluruh responden masuk ke dalam kategori tingkat  pengetahuan dan pencegahan malaria yang masih buruk. Tidak ada perbedaan pengetahuan yang bermakna antara karyawan yang sudah ataupun belum pernah ke daerah endemis malaria (menggunakan uji Man-Whitney, p: 0,371). Peran perusahaan dinilai masih kurang dalam melakukan pencegahan malaria.
Kesimpulan. Masih kurangnya nilai pengetahuan karyawan secara keseluruhan terkait malaria dan pencegahan penularannya. Dan tidak ada perbedaan bermakna antara pengetahuan karyawan yang belum dan sudah pernah bertugas ke daerah endemis malaria. Masih kurangnya peran perusahaan terhadap pencegahan malaria

Introduction. Malaria is one of the parasitic infectious diseases that remains as a main problem in Indonesia. Even though most regions in Indonesia are malaria free, there are still many areas that are endemic with high prevalence.
Objective. The purpose of this study were among others to identify the level of knowledge of malaria among employess, to determine whether there was a difference between thelevel of knowledge among those who had and never had been to Papua or other malaria endemic area and to find out company’s role towards prevention of malaria.
Method. This study was using a descriptive study with a Mix Method (qualitative and quantitative method). Qualitative research was carried out by a system approach through in-depth interviews using adaptated questionnaires as guidance to learn about malaria prevention and control practices of the company involving manager, supervisor and clinical physician. Quantitative research measures the level of knowledge and behavior of employees towards malaria. Data analysis was performed with statistical program using Man-Whitney test.
Results. All respondents had  poor  knowledge and prevention practices towards malaria There was no significant difference in knowledge between employees who had or had not been to malaria endemic areas (p: 0.371). The role of company towards malaria prevention is still not optimal.
Conclusion. Overall knowledge related to malaria and it’s prevention was poor. And there was no significant difference between the knowledge of employees who have not and have been assigned to malaria-endemic areas. The role of company towards malaria prevention is still lacking.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antonius Suprayogi
"Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan di Kalimantan Barat, terutama di daerah pedesaan yang di lingkungannya terdapat genangan air yang berpotensi sebagai tempat perindukan nyamuk Anopheles.
Di Kecamatan Mandor sebagian masyarakat bekerja di hutan, baik sebagai penebang kayu maupun penambang emas, penyadap getah, dan petani. Para pekerja ini sebagain besar ada yang menginap di hutan, dengan alasan efisiensi waktu atau karena jarak yang relatif jauh dari pemukiman sehingga akan berisiko untuk terkena gigitan nyamuk.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengestimasi berapa besar risiko pekerja terhadap kejadian malaria setelah diperhitungkan faktor tempat perindukan nyamuk, dan mengestimasi besar risiko pekerja terhadap kejadian malaria berdasarkan pemakaian kelambu, pemakaian obat anti nyamuk, penggunaan repelen, dan cara berpakain saat keluar rumah/ pondok tempat tinggal pada malam hari. Penelitian ini bersifat kuantitatif (observasional) dengan pendekatan studi kasus kontrol.
Hasil uji pengetahuan tentang gejala sakit malaria, penyakit malaria oleh gigitan nyamuk, tahu cara penularan malaria, tahu tempat perindukan nyamuk, tahu cara pencegahan malaria, dan tahu malaria dapat diobati ternyata tidak ada hubungan yang bermakna dengan kejadian malaria.
Hasil penelitian ini responden yang menginap dihutan didapat OR=3,06 (95% CI 1,66-5,61), setelah dikontrol dengan pemakaian kelambu OR--=4,53 (95% CI 2,31-8,90), setelah dikontrol dengan variabel pemakaian obat anti nyamuk OR-5,00 (95% CI 2,44-10,25), dan setelah dikontrol dengan variabel bila keluar rumah pada malam hari memakai pakaian tertutup OR=4,19 (95% CI 1,82-9,64), kemudian dikontrol dengan variabel ada tempat perindukan nyamuk OR=1,96 (95% CI 0,77-4,95).
Ada hubungan pekerja yang menginap di hutan OR-3,06, pemakaian kelambu OR=4,29 pemakaian obat anti nyamuk O1 4,42, kebiasaan keluar rumah pada malam hari memakai pakaian tertutup OR=3,14, ada tempat perindukan nyamuk OR=4,12, pekerjaan berisiko OR 5,66 dengan kejadian malaria.
Perlu ditingkatkan frekuensi penyuluhan oleh petugas Puskesmas Mandor tentang perlindungan diri dari gigitan nyamuk, agar dapat menunjang program pemberantasan malaria, dan penyebar luasan leaflet atau poster dalam bahasa setempat agar mudah dipahami, dan pemberian ikan pemakan jentik di rawa-rawa dengan maksud mengurangi populasi jentik

Malaria still belongs to a problem health in West Borneo, especially in villages possessing water stagnated environment which is potential for breeding of anopheles mosquito.
In the county of Mandor, a part of people work in the forest, as tree faller or gold miner, rubber taper, and farmer. Due to the time efficiency or because of the long distance from the residential place, most of these workers lodge in the forest, so they are risky to be bitten by mosquito.
The objectives of the research were to estimate the risk scale of the workers toward malaria cases after considering of mosquito breeding place, and to estimate scale of risk of the workers toward malaria cases based on the usage of mosquito net, usage of mosquito spray, usage of mosquito repellent, and the mode of dressed when they leaving the house in the night. This was a quantitative observational research using control study case approach.
Based on statistical test, there was no significant correlation between malaria cases with knowledge of the symptoms of malaria, how malaria be infected, knowledge that malaria can be cured.
The results of the research showed that respondents lodging in the forest OR= 3.06 (95% CI 1.66-5.61), after adjusted use mosquito net OR 4,53 (95% CI 2,31-8,90), after adjusted variable use mosquito spray OR--5,04 (95% CI 2,44-10,25), and after adjusted with variable Going out of home in the night wearing closed clothes
OR-4,19 (95% CI 1,82-9,64), and then adjusted with variable availability of mosquito breeding place OR=1,96 (95% CI 0,77-4,95).
There is correlation between malaria cases with workers lodging in the forest OR=3.06, usage of mosquito net OR=4.29, usage of mosquito spray OR-=4.42, habit going out of home in the night OR=4.13, wearing closed clothes when going out of home in the night OR=3.14, availability of mosquito breeding place OR= 4.12, and risky job OR=5.66.
The frequency of illumination about self protection from the bites of mosquito held by Puskesmas officers should be increased in order to support the malaria elimination program and spreading of leaflets or posters in local language to ease the understanding, and spreading of mosquito larva consuming fish in the swamps to reduce the population of mosquito larva."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T 19015
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewita Nilasari
"Upaya meningkatkan kewaspadaan terhadap malaria berhubungan dengan tingkat pengetahuan masyarakat mengenai penyebab dan penular malaria sehingga penyuluhan perlu diberikan dan dievaluasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan murid sekolah di Kecamatan Bayah mengenai penyebab dan penular malaria setelah mendapat penyuluhan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan data diperoleh dengan mewawancarai 106 murid yang dipilih secara random sampling pada tanggal 16-18 Oktober 2009.
Hasilnya menunjukkan murid yang berpengetahuan baik mengenai penyebab dan penular malaria sebanyak satu orang (0,9%), sedang 20 orang (18,9%), dan kurang 85 orang (80,2%). Kelompok usia < 12 tahun sebanyak 41,5% dan > 12 tahun sebanyak 58,5%. Jumlah murid perempuan (56,6%) lebih banyak daripada laki-laki, sebagian besar murid memiliki kegiatan sehari-hari berupa pengajian (46,2%), mendapatkan informasi dari 3 sumber (21,7%), dan sumber informasi paling berkesan adalah petugas kesehatan (57,5%). Mayoritas murid tidak memiliki riwayat menderita malaria (79,2%). Uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan mengenai penyebab dan penular malaria dengan usia (p=0,796), jenis kelamin (p=534), kegiatan sehari-hari (p=0,487), jumlah sumber informasi (p=0,970), sumber informasi yang paling berkesan (p=1,000), dan riwayat menderita malaria (p=0,537). Disimpulkan tingkat pengetahuan murid mengenai penyebab dan penular malaria tergolong kurang dan tidak berhubungan dengan semua karakteristik demografi mereka.

The measures taken to increase the vigilance to malaria are related to the community's level of knowledge regarding the causes and transmitters of malaria. Therefore, a health education and its evaluation is necessary. The purpose of this study to acquire the knowledge level of students in Bayah District regarding the causes and transmitters of malaria after a health education was given. We conducted a cross sectional by interviewing 106 students through random sampling October 16-18, 2009.
The results showed that the number of students with good, fair, and poor level of knowledge were 1 (0.9%) , 20 (18.9%) and 85 (80.2%) students, respectively. We included students with < 12 age group (41.5%) and >12 years old (58.5%). There were more female students (56.5%) than male students, and most students attend religious class daily (46.2%), received information from 3 sources (21.7%), and chose the information from health care provider (57.5%) as the most impressive information source. The majority of the students have never had malaria (79.2%). Kolmogorov-Smirnov test did not show statistically significant difference between the level of knowledge with age (p=0.796), sex (p=0,534), daily activity (p=0,487), the number of information sources (p=0,970), the most impressive source of information (p=1,000), and history of malaria (p=0,537). We concluded that the students had poor knowledge level regarding the causes and transmitters of malaria and their level of knowledge was not associated with all of their demographic characteristics."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eni Yuwarni
"Penelitian menggunakan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 untuk mengetahui hubungan karakteristik individu, lingkungan fisik dan perilaku pencegahan dengan kejadian malaria di daerah endemis malaria di wilayah Indonesia Bagian Timur. Desain penelitian ini adalah potong lintang, dengan besar sampel sebanyak 23.451 orang..Hubungan ditentukan dengan analisis multiple logistic regression.
Hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi kejadian malaria sebesar 11,7% (95% CI: 10,6-12,8), masyarakat di Papua berisiko mengalami kejadian malaria 4,21 kali (OR=4,21; 95%CI=3,47 ? 5,11), responden yang bertempat tinggal dekat peternakan hewan besar mempunyai risiko 1,87 kali lebih tinggi (OR=1,87; 95% CI=1,46 ? 2,40), laki-laki berisiko 1,22 kali (OR=1,22; 95%CI=1,10-1,36) dan tidur tidak menggunakan kelambu berisiko lebih kecil terhadap kejadian malaria ((OR = 0,71; 95%CI=0,60 ? 0,85). Perlu dilakukan pengendalian lingkungan.

A further analysis of Primary Health Research 2010. The objective was to know the correlation between malaria with Characteristics, Environment and Behaviour in Malaria-Endemic Areas in Eastern Indonesia Region. This study was a crosssectional study with 23, 451 responden as sample. Correlation was determined using multiple logistic regression.
The result of this study showed the proportion of malaria was 11.7% (95% CI: 10.6 - 12.8), variables was significantly associated with malaria were people who lived in Papua [OR = 4, 21; 95% CI= 3.48 - 5.11], close to large animal farms [OR = 1.87; 95% CI= 1.46 -2.40], male [OR = 1.22 ; 95% CI 1.10 - 1.36] and sleep without mosquito nets [OR = 0.71; 95% CI =0.60 -0,85]. Necessary to control the environment.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Markani
"Penyakit malaria merupakan penyakit yang dapat menyerang siapa saja, baik pada ibu hamil, bayi, balita, dan orang dewasa maupun tua. Penyakit ini apabila dilakukan penanganan secara serius dan komprehensip berbasis masyarakat sesuai dengan faktor spesifik daerah maka angka kesakitan dan kematian bisa ditekan serendah mungkin, jika tidak maka sebaliknya dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria. Kecamatan Dusun Hilir salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Barito Selatan, merupakan daerah endemis malaria. Pekerja yang menginap di hutan karena pekerjaannya dan lingkungan masyarakat berisiko untuk terkena malaria.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian malaria, hubungan faktor lingkungan rumah, upaya pencegahan, karakteristik individu dan pekerja yang menginap di hutan karena pekerjaannya dengan kejadian malaria, serta faktor dominan, di Kecamatan Dusun Hilir Kabupaten Barito Selatan. Rancangan penelitian adalah studi potong lintang (cross sectional). Penelitian dilakukan pada bulan Mei - Juni 2004. Unit analisis yaitu individu yang berumur 19 - 55 tahun yang berada di Kecamatan Dusun Hilir. Jumlah sampel sebanyak 300 dan pengolahan data dengan uji kai kuadrat dan regresi logistik ganda.
Hasil penelitian didapatkan yaitu: variabel yang berhubungan dengan kejadian malaria di Kecamatan Dusun Hilir adalah: Lingkungan rumah; hutan/rawa (nilai p = 0,000, OR = 5,2), upaya pencegahan; penggunaan kawat nyamuk (nilai p = 0,005, OR = 0,4), penggunaan obat penolak nyamuk/repellent (nilai p = 0,009, OR= 2,3), Kelambu (nilai p = 0,016, OR = 1,9), pekerja yang menginap di hutan/pedagang menggelar dagangan di malam hari (nilai p = 0,000, OR = 3,1). Faktor yang dominan berhubungan dengan kejadian malaria adalah: hutan/rawa pekerja menginap di hutan atau pedagang yang menggelar dagangan malam hari, penggunaan repellent dan penggunaan kelambu.
Kesimpulan penelitian bahwa pekerja yang menginap di hutan atau pedagang yang menggelar dagangan malam hari, dengan lingkungan rumah di sekitar hutan/rawa, dan tidak menggunakan repellent/kelambu berpeluang lebih besar untuk terkena malaria. Disarankan bahwa kepada mereka yang berisiko untuk terkena malaria (penebang rotan, penebang kayu, penyadap karet, bertani dan berkebun yang pernah menginap di hutan dan pedagang yang menggelar-dagangan malam hari) agar menggunakan baju lengan panjang, celana panjang, sepatu, dan penutup kepala, dan jika bermalam di hutan agar menggunakan kelambu/obat penolak nyamuk. Rumah yang berada di lingkungan berisiko (hutan/rawa) gunakanlah kelambu waktu tidur malam hari/penggunaan kawat nyamuk/obat penolak nyamuk(repellent).

Dynamics of Infection and Factors Concern with Occurrences of Malaria in Sub District Dusun Hilir Regency of South Barito Year 2004Malaria disease can attack pregnant women, babies, children, adults and also old ages. This disease if handled seriously and comprehensive base on society according to specific area factor will reduce morbidity and mortality number as low as possible, if not, it can generate Extraordinary Occurrence (KLB) of Malaria. Sub district Dusun Hilir, one of sub district in Regency of South Barito, represents an endemic area of malaria. Labors stayed in forest, because of their work and society environment have a risk of being infected by malaria.
This research's aim is to have a description about malaria occurrences, the connection of house environmental factor, prevention effort, individual characteristic and labors stayed in forest with malaria occurrences, and also its dominant factor, in Sub district Dusun Hilir Regency of South Barito. The research uses a (cross sectional) method and it is conducted in May - June 2004. Analyzing unit is an individual between 19 - 55 years stayed in Sub district Dusun Hilir. The amount of sample is 300 and processed with kai square test and double logistic regression.
The research shows that the variables relate to occurrence of malaria in Subdistrict Dusun Hilir is: House environment; forest/swamp (p value = 0,000, OR value = 5,2), prevention effort; the use of Klement for mosquito (p value = 0,005, OR value = 0,4), the use of repellent (p value = 0,009, OR value = 2,3), kelambu (p value = 0,016, OR value = 1,9), labors stayed in forest or merchant performing nighttime merchandise (p value = 0,000, OR value = 3,1). Dominant factors relate to malaria occurence is: Forest/swamp, labors stayed in forest or merchant performing nighttime merchandise, the use of repellent and net for mosquitoes.
The research concludes that labor stayed in forest or merchant performing nighttime merchandise, who stays in swampy area and do not use repellent/net have higher risk of being incurred by malaria. It s better for those who have high risk to be incurred malaria (cane hewer, woodcutter, farmer and gardener stayed in forest or merchant performing nighttime merchandise) to use long arm clothes, long pants, shoe, and helmet. If they should spend the night in forest, it is recommend that they would use kelambu or mosquitoes' repellent. House in swampy environment should use kelambu or filement for mosquito or mosquito?s' repellent during night sleep.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T13157
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zakharias Giay
"Irian Jaya merupakan propinsi dengan masalah malaria tertinggi (SPR pelita V 54,05%), selain sebagai penerima transmigrasi cukup besar di Indonesia. Jayapura adalah kabupaten penerima transmigrasi ke-2 terbesar setelah Merauke dan memiliki masalah malaria lebih tinggi dari kabupaten Merauke. Kecamatan Arso juga sebagai penerima transmigrasi terbesar di kabupaten Jayapura dengan masalah malaria paling tinggi (AMI, Desember 1994: 579,48 per 1000 penduduk).
Jenis penelitian adalah "kasus kontrol', untuk mempelajari pengaruh tindakan pencegahan perorangan terhadap kejadian malaria. Selain itu untuk mengetahui pengaruh tindakan pencegahan perorangan terhadap kejadian malaria setelah dikontrol faktor-faktor kovariat. Populasi study yaitu kelompok umur 15 - 50 tahun. Analisis statistik dengan uji odds ratio dan kai kuadrat serta multiple regresi logistik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tindakan pencegahan gigitan nyamuk mempengaruhi kejadian malaria. Jika tindakan pencegahan gigitan nyamuk tergolong kurang maka risiko kejadian malaria sebesar 2,464 kali dibandingkan yang memiliki tindakan pencegahan tersebut yang tergolong baik (p = 0,0126, 95% CI : 1,196-5,078). Sedangkan faktor kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari dan kebiasaan berpakaian pada waktu tidur malam tidak mempengaruhi kejadian malaria.
Faktor yang berperan sebagai kovariat yaitu status penyemprotan rumah dengan IRS dan lama bermukim di unit pemukiman transmigrasi. Risiko kejadian malaria akan meningkat menjadi 3,066 kali jika penduduk memiliki tindakan pencegahan gigitan nyamuk tergolong kurang setelah dikontrol oleh 2 faktor kovariat tersebut (p = 0,0075, 95% CI : 1,350-6,966 dan likelihood ratio = 0,0425).

Malaria incident and individual prevention action at transmigration settlement of sub-distrct Arso, district Jayapura, Province of Irian Jaya.Irian Jaya is made up of a Province which is susceptible against malaria - the highest among other Provinces in Indonesia (SPR of pelita [five years development plant] V was 54,05%), apart from a big transmigrant sites in Indonesia. Jayapura is the number two biggest transmigrant receiver after Merauke but having the higher malaria matters than Merauke district. Sub-district Arso is the biggest receiver city of transmigrant as well as Jayapura county by having the highest rate of malaria matters (AMI, December 1994: 579,48 per 1000 people).
Type of this research is 'case control' to learn the impact of individual prevention action against malaria incident. Apart from that, it is to find out the impact of individual prevention action against malaria incident after controlled by covariates factors. Study's subject was population under age group 15-50 years. Statistic analysis by means of odds ratio, chi square and multiple logistic regression as well.
The result of this research indicated that prevention action of mosquito bite impact on malaria incident. When such preventions is classified less so the malaria incident will be 2.464 times compared with one classified good (p = 0.0126,95% Cl :1,196-5,078). While other factors such as stay outside of house at night time and dressing habit on bed time do not effect malaria incident.
Factor is considered as covariat factor are house spraying activities status with IRS and the length of dwelling at transmigration settlement. The risk of malaria incident will increase to be 3.066 times if the population has less prevention action of mosquito bite after controlling by the two covariat factors (p = 0.0075,95% CI :1,350-6,966 and likelihood ratio is (0,0425).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismen
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T41246
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>