Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9440 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Telah dipelajari polimerisasi emulsi vinyl acetate-butyl acrylic- acrylic acid dalam 4,4’-diaminostilbene-2,2’-disulfonic acid. Dari pengukuran spektroskopi FT-IR diperoleh bahwa tidak ada ikatan kovalen DSD di dalam rantai polimer. Kestabilan termal dan pengaruh DSD pada polimerisasi juga dipelajari."
MPI 9:1 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Polimerisasi emulsi stirena tanpa emulgator telah dilakukan dalam medium aseton-air dan methanol-air. Berbagai komposisi kedua medium ini dipelajari untuk membandingkan pengaruhnya terhadap kualitas produk lateks. Reaksi polimerisasi dilakukan dengan mencampurkan 20% monomer stirena bebas inhibitor, 0,3-0,7% kalium persulfat sebagai inisiator. Campuran tersebut dikocok pada kecepatan 180 rpm, suhu 80o C selama 1-8 jam. Konversi stirena sebesar 99% dengan berat molekul rata-rata Mv = 1,6 x 105 dan ukuran partikel rata-rata 0,4 um dapat dicapai pada kondisi reaksi di atas dalam medium aseton-air (40-60% vol.). Hasil SEM produk tersebut menunjukkan masih adanya sebagian partikel teraglomerasi. Pada kondisi reaksi yang sama, konversi sebesar 93 – 99% dengan berat molekul rata-rata Mv = 1,8 x 105 dan ukuran partikel rata-rata 0,4 um juga dapat diperoleh dalam berbagai komposisi methanol-air. Hasil SEM lateks produk ini menunjukkan bahwa partikelnya berbentuk bulat serupa dengan pembanding lateks yang diperdagangkan dan tidak terlihat adanya partikel yang teraglomerasi. Pengaruh penambahan inisiator, medium aseton dan metanol serta kondisi reaksi mempengaruhi ukuran dan distribusi partikel lateks."
MPI 1:1 (1998)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Pemintalan membran serat berongga dari bahan polisulfon dengan variasi aliran larutan polimer saat pemintalan membran telah dilakukan, untuk mempelajari pengaruhnya terhadap sifat membran yang dihasilkan. Komposisi larutan polimer yang diamati adalah sebagai berikut : 18 % polisulfon : 18% Polivinilpirolidon : dan 64% Dimetilasetamida. Pemintalan dilakukan secara proses kering dan basah, di mana air dipakai sebagai larutan koagulan tengah pada suhu kamar. Polivinilpirolidon yang dipakai sebagai aditif adalah PVP yang berberat molekul 10.000. Kecepatan aliran larutan polimer yang diamati adalah 2,5 ml/menit, 5 ml/menit dan 7,5 ml/menit, sedangkan kecepatan aliran larutan koagulan tengah tetap 2,5 ml/menit dan kecepatan alat penggulungan serat membran yang dihasilkan tetap 10 putaran/menit (1000 cm/menit).
Viskositas larutan polimer yang akan dipintal diukur sebelum proses pemintalan dilakukan dengan peralatan Viskometer Brooksfield. Membran serat berongga yang diperoleh dites fluks dan rejeksinya terhadap larutan dekstran.
Hasil percobaan memperlihatkan bahwa, kecepatan aliran larutan polimer dapat mempengaruhi fluks membran yang dihasilkan, di mana membran yang diperoleh pada kecepatan aliran polimer yang lebih tinggi cenderung menurunkan harga fluks, tetapi sedikit menaikkan koefisien rejeksi. Pengamatan dengan loupe berskala memperlihatkan bahwa membran yang dipintal dengan kecepatan aliran polimer yang lebih tinggi memberikan diameter dan ketebalan yang lebih besar disbanding dengan yang lainnya.
Kecapatan laju alir larutan polimer dapat mempengaruhi molecular weight cut-off membran di mana membran yang dipintal dengan kecepatan laju alir polimer yang tinggi memberikan molecular weight cut-off yang rendah."
MPI 2:2 (1999)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"[Formaldehid bebas yang terkandung dalam kain hasil penyempurnaan resin anti kusut berbahaya terhadap kesehatan manusia bila jumlahnya cukup besar, oleh karena itu perlu dikurangi. Salah satu cara pengurangan kadar formaldehid bebas dalam kain finish adalah dengan cara menambahkan akseptor formaldehid (scavenger) ke dalam larutan resin. Chitosan dapat digunakan sebagai scavenger formaldehid bebas, karena gugus amino yang dikandung oleh chitosan dapat mengikat formaldehid. Penelitian dilakukan menggunakan resin dimetiloldihidroksietilen urea (DMDHEU) dengan konsentrasi 60 g/l pada kain kapas, pada 3 macam suhu pemanas awetan : 140, 150, dan 160oC. Kemudian percobaan diteruskan pada suhu yang optimum dengan variasi konsentrasi chitosan yang dibuat dari limbah kepala dan kulit udang.
Pengaruh konsentrasi chitosan dibahas terdapat penurunan kadar formaldehid bebas, sudut kembali dari kekusutan, kekuatan tarik dan kekakuan lain. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kadar formaldehid bebas menurun 39% dari semula, pada pemakaian 12 g/l chitosan. Selanjutnya chitosan tidak mempengaruhi kekuatan tarik, sudut kembali dari lipatan, tetapi sedikit menambah kekakuan lain.;Formaldehid bebas yang terkandung dalam kain hasil penyempurnaan resin anti kusut berbahaya terhadap kesehatan manusia bila jumlahnya cukup besar, oleh karena itu perlu dikurangi. Salah satu cara pengurangan kadar formaldehid bebas dalam kain finish adalah dengan cara menambahkan akseptor formaldehid (scavenger) ke dalam larutan resin. Chitosan dapat digunakan sebagai scavenger formaldehid bebas, karena gugus amino yang dikandung oleh chitosan dapat mengikat formaldehid. Penelitian dilakukan menggunakan resin dimetiloldihidroksietilen urea (DMDHEU) dengan konsentrasi 60 g/l pada kain kapas, pada 3 macam suhu pemanas awetan : 140, 150, dan 160oC. Kemudian percobaan diteruskan pada suhu yang optimum dengan variasi konsentrasi chitosan yang dibuat dari limbah kepala dan kulit udang.
Pengaruh konsentrasi chitosan dibahas terdapat penurunan kadar formaldehid bebas, sudut kembali dari kekusutan, kekuatan tarik dan kekakuan lain. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kadar formaldehid bebas menurun 39% dari semula, pada pemakaian 12 g/l chitosan. Selanjutnya chitosan tidak mempengaruhi kekuatan tarik, sudut kembali dari lipatan, tetapi sedikit menambah kekakuan lain., Formaldehid bebas yang terkandung dalam kain hasil penyempurnaan resin anti kusut berbahaya terhadap kesehatan manusia bila jumlahnya cukup besar, oleh karena itu perlu dikurangi. Salah satu cara pengurangan kadar formaldehid bebas dalam kain finish adalah dengan cara menambahkan akseptor formaldehid (scavenger) ke dalam larutan resin. Chitosan dapat digunakan sebagai scavenger formaldehid bebas, karena gugus amino yang dikandung oleh chitosan dapat mengikat formaldehid. Penelitian dilakukan menggunakan resin dimetiloldihidroksietilen urea (DMDHEU) dengan konsentrasi 60 g/l pada kain kapas, pada 3 macam suhu pemanas awetan : 140, 150, dan 160oC. Kemudian percobaan diteruskan pada suhu yang optimum dengan variasi konsentrasi chitosan yang dibuat dari limbah kepala dan kulit udang.
Pengaruh konsentrasi chitosan dibahas terdapat penurunan kadar formaldehid bebas, sudut kembali dari kekusutan, kekuatan tarik dan kekakuan lain. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kadar formaldehid bebas menurun 39% dari semula, pada pemakaian 12 g/l chitosan. Selanjutnya chitosan tidak mempengaruhi kekuatan tarik, sudut kembali dari lipatan, tetapi sedikit menambah kekakuan lain.]"
MPI 3:2 (2000);MPI 3:2 (2000)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Amsterdam: Netherlands Elsevier, 2016
543.08 MOL
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bandung: Himpunan Polimer Indonesia (HPI), 2005
MPI 1:2 (1998)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Rendy Audy
"Limbah pertanian di negara agraris seperti Indonesia sangatlah potensial. Pengolahan limbah pertanian seperti jerami padi akan memberikan nilai tambah ekonomis bagi para petani di Indonesia. Salah satu caranya adalah dengan pembuatan biokomposit perupa papan serat jerami dan serat gelas dengan polimer PVAc. Papan serat ini berpotensi menjadi material struktur yang murah dan mudah di dapat dikarenakan jumlahnya yang melimpah dan murah. Untuk meningkatkan kekuatan jerami dalam pembuatan papan serat dilakukan proses awal berupa perendaman jerami dalam cairan NaOH. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki sifat mekanis jerami. Untuk mendapatkan komposisi yang terbaik maka dibuat beberapa komposisi serat papan jerami mulai dari 20% berat serat hingga 70% berat serat.
Komposisi optimal papan serat jerami padi berada pada 30% berat serat dengan kekuatan tarik sebesar 4.5 MPa. Variasi subtitusi serat gelas pada komposisi optimal papan jerami padi menghasilkan kekuatan optimal pada komposisi 50% jerami padi, 50% serat gelas dan 70% PVAc yaitu sebesar 4.26 MPa. Rata- rata kadar air 10% atau dibawah 13% menunjukkan papan serat ini sesuai dengan SNI 01-4449-2006.

Agricultural waste in an agricultural country like Indonesia is very potential . Processing of agricultural wastes such as rice straw provides economic value for farmers in Indonesia. One way of agricultural processing is to manufacture biocomposites such as rice straw fiber and glass fiber hybrid boards with PVAc polymer. This fiberboard material could potentially as structural materials and can an inexpensive because the fiber source is abundant and cheap. To increase the strength of the fiberboard made an initial process of soaking hay in an NaOH solution was conducted.
From this research it was found that the optimal composition of the rice straw board was at 30 % by weight of rice straw with a tensile strength of 4.5 Mpa, increased BLA % compared to tensile strength of the pristine PVAc. Moreover, the optimal composition of the hybrid board was 50 % rice straw, 50 % glass fiber and 70 % PVAC and this composition resulted a tensile strength of 4:26 MPa . The tensile strength of the hybrid board was smaller than that of the straw board becuase of the presence of big voids in between the straw and the glass fibers. Average moisture content of 10 % met the SNI 01-4449-2006 criteria , which was below 13 %.
"
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T42673
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmawati Kusumastuti Roosadiono
"Isolasi α-selulosa dari jerami padi telah berhasil dilakukan, menghasilkan rendemen sebesar 26,95%, indeks kristalinitas 74,28% dan berat molekul relatif 28.517 g/mol. Selulosa kemudian dimodifikasi, dengan tujuan untuk menghasilkan serat penukar ion, dengan mencangkokkan monomer asam akrilat pada selulosa menggunakan teknik kopolimerisasi cangkok pra-iradiasi. Kondisi optimum reaksi pencangkokan diperoleh pada dosis radiasi 30 kGy, konsentrasi monomer 10% volum, suhu 60oC dan waktu reaksi 120 menit, dengan persen pencangkokan rata-rata sebesar 84,12 % dan berat molekul sebesar 45.295 g/mol. Kapasitas pertukaran ion selulosa-g-AA yang dihasilkan dari pencangkokan sebesar 3,54 mek/g. Selanjutnya, untuk meningkatkan ketahanan kimia dan termal dari selulosa-g-AA, dilakukan pengikatan silang menggunakan agen pengikat silang N,N?-metilenbisakrilamida (MBA).
Kondisi optimum pengikatan silang terdapat pada dosis radiasi 15 kGy dan konsentrasi MBA 5%, dengan fraksi terikat silang yang diperoleh sebesar 68,27%, swelling dalam air sebesar 346,42% dan kapasitas pertukaran ion sebesar 2,99 mek/g. Pengikatan silang dapat meningkatkan ketahanan terhadap asam sebesar 3%, indeks kristalinitas sebesar 2,12%, suhu transisi gelas sebesar 20,43oC, dan suhu dekomposisi akhir sebesar 12,14oC. Selulosa terikat silang dapat digunakan sebagai penyerap ion logam Cu2+, dengan kapasitas adsorpsi sebesar 16,5 mg/g (konsentrasi awal Cu2+ 100 mg/L), yang diperoleh dengan dosis pengikatan silang 10 kGy dan konsentrasi MBA 3%.

Isolation of α-cellulose from rice straw has been successfully carried out having 26.95% yield, with 74.28% crystallinity index and relative viscosity average molecular weight 28,517 g/mol. The α-cellulose is then chemically modified to be a fiber ion exchanger, by grafting acrylic acid monomer onto cellulose using pre-irradiation graft copolymerization technique. The optimum condition for grafting is obtained at 30 kGy radiation dose, 10% monomer concentration, 60°C grafting temperature and 120 minutes reaction time, with 84.12% grafting average and relative viscosity average molecular weight 45,295 g/mol. The ion exchange capacity of cellulose-g-AA obtained from grafting is 3,54 meq/g. Furthermore, to improve thermal and chemical resistance of cellulose-g-AA, the sampel is crosslinked using N,N?-methylenebisacrylamide (MBA) crosslinking agent.
The optimum condition is obtained at 15 kGy radiation dose and 5% MBA concentration producing 68.27% crosslinked fraction, 346,42% swelling in water and 2,99 meq/g ion exchange capacity. The crosslinking process increases acids resistance by 3%, crystallinity index by 2.12%, glass transition temperature by 20.43°C, and final decomposition temperature by 12.14oC. Crosslinked cellulose-g-AA can be used as Cu2+ adsorbent having adsorption capacity of 16.5 mg/g (initial concentration of Cu2+ 100 mg/L). This capacity is achieved with crosslinking dose of 10 kGy and MBA concentration of 3%.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T34799
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patterson, Gary
"The prehistory of polymer science helps to provide key insights into current issues and historical problems. The story will be divided into an ancient period ( from Greek times to the creation of the molecular consensus), a nascent period (from Dalton to Kekule to van’t Hoff) and a period of paradigm formation and controversy (from Staudinger to Mark to Carothers). The prehistory concludes with an account of the epochal 1935 Discussion of the Faraday Society on “polymerization”. "
Heidelberg : Springer, 2012
e20405783
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Dzul Fadli Alimin
"Nanogel responsif pH dan temperatur merupakan material hidrogel berukuran nano yang berpotensi diaplikasikan dalam sistem pengikatan dan pelepasan obat terkontrol. Poli(Nvinilkaprolaktam) (PNVCL) telah banyak dibuktikan bersifat termoresponsif dengan temperatur cloud point transition (Tc) berkisar 32-38˚C. Poli(N-metilolakrilamida) (PNMA) di lain sisi dapat merupakan polimer yang diduga memiliki sifat responsif terhadap pH dan juga telah digunakan untuk mengatur Tc pada kopolimer termoresponsif. Pada penelitian ini dilakukan sintesis polimer nanogel responsif pH dan temperatur poli(N-vinilkaprolaktam-ko- N-metilolakrilamida) (P(NVCL-ko-NMA)) melalui polimerisasi emulsi mengikuti mekanisme free radical polymerization (FRP) dengan memvariasikan komposisi monomer N-vinilkaprolaktam (PNVCL) dan N-metilolakrilamida (NMA) serta konsentrasi agen pengikat silang N,N’-metilenbisakrilamida (MBA) untuk mempelajari pengaruhnya terhadap respons nanogel tersebut pada berbagai pH dan temperatur. Analisis FT-IR dan 1H-NMR membuktikan terbentuknya nanogel dari sintesis yang dikerjakan. Karakterisasi UV-Vis dan particle size analyzer (PSA) menunjukkan bahwa nanogel dengan komposisi monomer 75% NVCL dan 25% NMA dengan 4% MBA menunjukkan Tc di sekitar 37˚C pada pH 7,4. Selain itu, Tc nanogel meningkat dengan bertambahnya konsentrasi monomer NMA dalam nanogel. Adapun peningkatan persen MBA akan menurunkan Tc dari nanogel yang disintesis. Nanogel P(NVCL-ko-NMA) juga terbukti menunjukkan respons pH dengan meningkatnya nilai Tc pada pH asam.

Temperature and pH responsive nanogels are nano-sized hydrogel materials that have potentials to be applied in controlled drug binding and release systems. Poly(Nvinylcaprolactam) (PNVCL) has been proven to be thermoresponsive with cloud point transition (Tc) temperatures ranging from 32-38˚C. Poly(N-methylolacrylamide) (PNMA) on the other hand is considered to have pH responsive properties and has also been used to regulate Tc in thermoresponsive copolymers. In this study, a pH and temperature responsive nanogels of poly(N-vinylcaprolactam-co-N-methylolacrylamide) (P(NVCL-co-NMA)) were synthesized by emulsion polymerization via free radical polymerization (FRP). In this study, the monomer composition and concentration of N,N'-methylenebisacrylamide (MBA) as crosslinking agent were varied to study their effect on the responsivity of nanogels to temperature and pH.. FT-IR and 1H-NMR analysis proved the polymerization was successfully conducted. UV-Vis characterization and particle size analyzer (PSA) showed that nanogels with a monomer composition of NVCL and NMA of 75% and 25%, respectively, and using 4% of MBA showed Tc around 37˚C at pH 7.4. In addition, Tc nanogels increased with increasing concentration of NMA monomers in nanogels. The increase in MBA percent will decrease the Tc of the synthesized nanogels. P(NVCL-co- NMA) nanogel was also shown to show pH response with increasing Tc value at acidic pH."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>