Ditemukan 54745 dokumen yang sesuai dengan query
"Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan efek mebendazol dan oksantel pirantel pamoat (OPP) terhadap telur T. trichiura yang diproduksi oleh cacing setelah pengobatan. Pemeriksaan tinja dilakukan pada 762 murid sekolah dasar dengan cara Kato Katz dan Harada Mori. Murid yang terinfeksi cacing diobati dengan OPP 10 mg per kg berat badan atau mebendezol 500 mg dosis tunggal. Angka penyembuhan, angka pengurangan telur, dan angka reinfeksi diamati pada murid yang diobati OPP. Kelompok telur T.trichiura pada kelompok mebendazol lebih lambat dari kelompok OPP. "
MPARIN 9 (1-2) 1996
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
"Prevalensi cacing-cacing yang ditularkan melalui tanah, khususnya pada anak sekolah di Jakarta masih tinggi. Demikian juga dengan hasil studi ini yaitu 73,72% dan 78,10% pada 2 kelompok murid sekolah Tsanawiyah, Pondok Pesantren Jakarta. Pada penelitian ini digunakan antihelmintikalbendazol dan mebendazol khusus untuk mempelajari efektivitasnya terhadap trikuriasis. Albendazol diberikan kepada 312 murid (kelompok I) sebagai dosis tunggal, 400 mg selama 3 hari berturut-turut, sedangkan mebendazol diberikan kepada 169 murid (kelompok II) dengan dosis 2 kali sehari, 100 mg, 3 hari berturut-turut. Terjadi penurunan prevalensi pada kelompok I yaitu 62,50% menjadi 15,32% dan 15,00%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengobatan trikuriasis dengan albendazol dan mebendazol memberikan hasil yang sangat memuaskan bilamana diberikan 3 hari berturut-turut dengan dosis seperti di atas. "
MPARIN 7 (1-2) 1994
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Yuliana
"Salah satu strategi eliminasi infeksi Soil transmitted Helminth (STH) adalah pemberian antelmintik seperti albendazol secara massal. Tetapi penggunaan antelmintik secara luas dalam jangka waktu lama dikhawatirkan dapat menyebabkan terjadinya terjadi penurunan efikasi obat. Salah satu faktor yang bisa menyebabkan penurunan efikasinya adalah single nucleotide polymorphism (SNP) kodon 200 gen beta tubulin cacing.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui susunan basa kodon 200 pada A. lumbricoides dan T. trichiura yang bisa menyebabkan adanya perbedaan efikasi albendazol. DNA dari telur dan jaringan cacing diisolasi, diamplifikasi dengan PCR kemudian dilakukan proses sekuensing. Setelah itu pada hasil sekuensing dilakukan alignment dengan sekuens referensi untuk mengetahui susunan basa pada kodon 200 gen beta tubulin. Hasilnya pada dua cacing A. lumbricoides dan satu cacing T. trichiura didapatkan susunan basa TTC pada kodon 200.
One of the Soil transmitted Helminth (STH) infection elimination strategy is mass administration of anthelmintic such as albendazol. But the anthelmintic widespread use in a long term can cause decrease in efficacy. One of the factor that can cause decrease in efficacy is single nucleotide polymorphism (SNP) codon 200 beta tubulin gene of the worm. This study aimed to determine codon 200 in A. lumbricoides and T. trichiura that can cause a difference in albendazol efficacy. DNA from worm eggs and tissue were isolated, amplificated by PCR and sequenced. Sequencing result were also aligned with the reference sequence to get the bases in codon 200 beta tubulin gene. The bases on codon 200 beta tubulin gene from two A. lumbricoides and one T. trichiura is TTC."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
"Telah dilakukan penelitian mengenai kepadatan telur Aedes aegypti dan Aedes albopictus di desa Kutowinangun, Grabag, Ngasinan Tlogorejo, Getasan dan masing-masing mempunyai ketinggian 550, 600, 620, 700, dan 1000 meter di atas permukaan laut. Kepadatan telur Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang diperoleh dengan cara memasang perangkap telur Aedes (ovitrap), menunjukkan adanya perbedaan nyata antara ketinggian daerah pemukiman dengan kepadatan telur Aedes aegypti maupun Aedes albopictus. "
MPARIN 8 (1-2) 1995
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
"Telah dilakukan penyemprotan sistem Ultra Low Volume (ULV) dengan menggunakan insektisida lorsban 100 ULV, 150 ULV (dosis 250, 500, 1000 ml/ha) dan malathion 96 EC (dosis 500 ml/ha) terhadap Aedes aegypti. Penyemprotan dilakukan pada pagi hari dengan menggunakan alat Fontan ULV di daerah pemukiman Kotamadya Salatiga pada tahun 1995. berdasarkan uji hayati (Air Bioassay) dosis yang paling efektif membunuh Ae.aegypti lebih dari 70% pada radius 0-15 meter dari rute penyemprotan adalah lorsban ULV dosis 500 ml/ha , 1000ml/ha dan malathion 96 EC dosis 500 ml/ha. "
MPARIN 9 (1-2) 1996
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
"Dalam pengendalian populasi nyamuk dewasa, insektisida telah banyak digunakan dengan berbagai cara. Meskipun secara efektif mengurangi serangan gigitan pada manusia, tetapi tidak dapat menekan perkembangan populasi nyamuk di alam. Beberapa spesies nyamuk ternyata ada yang lebih suka menghisap darah hewan, khususnya sapi dibanding manusia. Karena itu, penggunaan insektisida pada permukaan tubuh sapi merupakan salah satu cara untuk membunuh nyamuk tersebut pada saat menghisap darah. Penelitian ini dilakukan di Universitas Pertanian Malaysia pada tahun 1992. Insektisida yang digunakan adalah sihalotrin 0,005 mg/ml ; nyamuk yang diuji adalah An. Maculatus, An. Dirus ,Ma. Uniformis. Mortalitas dan persentase pengisapan darah dibaca 24 jam setelah nyamuk tersebut dipaparkan selama 10 menit ke badan sapi. Angka mortalitas dihitung pada hari ke 1, 2, 7, 14, dan 21 setelah penggunaan insektisida. Penelitian ini diulangi sebanyak 3 kali.
"
MPARIN 8 (1-2) 1995
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
"Jasad hayati Mesocycops sp dipelihara dan dikembangkan di Stasiun Penelitian Vektor Penyakit Salatiga agar dapat digunakan untuk menunjang penelitian-penelitian pengendalian vektor baik di laboratorium maupun di lapangan. Untuk mengetahui efisiensi predasi Mesocyclops sp, telah diuji kemampuan makannya terhadap jentik nyamuk An.acoinitus, Cx.quinquefasciatus dan Ae.aegypti instar I masing-masing dengan ukuran panjang berturut-turut 1,25 mm ; 1,75 mm ; 2,30 mm. Hasil pengujian selama 24 jam, 48 jam, dan 72 jam terlihat bahwa jentik nyamuk Ae.aegypti menunjukkan persentase kematian paling tinggi. Efisiensi predasi Mesocyclops sp (betina dan jantan) tidak dipengaruhi oleh panjangnya jentik nyamuk. Tidak ditemukan korelasi antara panjang jentik nyamuk (mm) dan persentase kematian jentik nyamuk.
"
MPARIN 8 (1-2) 1995
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
"Penelitian menggunakan jasad hayati B.sphaericus 2362 telah dilakukan di laboratorium stasiun penelitian vektor penyakit, Salatiga dan beberapa kolam tidak terawat milik penduduk desa Sukutukan, kecamatan Wulanggitang, kabupaten Fleres Timur. Kolam tidak terawat tersebut merupakan tempat perindukan jentik An.barbirostris. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efikasi formulasi liquid B.sphaericus 2362 terhadap jentik An.barbirostris baik di laboratorium maupun di lapangan. Pengujian di laboratorium dilakukan menurut prosedur WHO dan dimaksudkan untuk mendapatkan nilai LC50 dan LC90 yang dihitung dari analisis probit. Dari hasil pengujian di lapangan dengan dosis aplikasi sebesar 30 ppm, efikasi B.sphaericus 2362 terhadap jentik An.barbirostris dapat dipertahankan sampai hari ke-35 dengan persentase reduksi lebih dari 50%."
MPARIN 9 (1-2) 1996
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
"Pada saat ini telah dikembangkan penggunaan kelambu yang dicelup dengan insektisida sebagai suatu cara dalam penanggulangan vektor malaria. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas kelambu yang dicelup permetrin dan lamda siholotrin terhadap vektor malaria di Tipuka, Irian Jaya denagn menggunakan gubuk percobaan. Parameter yang dievaluasi adalah efek bunuh, efek iritan, dan efek halau kelambu celup permetrin dan lamba sihalotrin. Dosis permetrin yang digunakan adalah 500 mg/m2 dan lamda sihalotrin 25 mg/m2. Pengamatan dilakukan sebanyak 53 kali selama 6 bulan. Hasil penelitian menunjukkan kelambu celup lamda sihalotrin 25mg/m2 mempunyai efek deterent yang lebih besar dibanding kelambu celup permetrin tetapi efek bunuhnya lebih kecil dibanding kelambu celup permetrin terhadap vektor malaria di Tipuka, Irian Jaya. Efek excito-reppelent tidak berbeda antara kelambu celup permetrin dan lamda sihalotrin."
MPARIN 10 (1-2) 1997
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengabutan insektisida lamda sihalotrin terhadap larva Ae.aegypti pada beberapa kontainer di dalam dan di luar rumah. Pengabutan dilakukan pagi hari di daerah pemukiman desa Karangcegak, Banyumas dengan menggunakan alat Swing Fog SN II yang berisi lamda sihalotrin 25 EC dosis 40 ml/ha. Berdasarkan uji hayati (Air Bioassay) diketahui dosis 40 ml/ha lamda sihalotrin 25 EC efektif membunuh larva Ae.aegypti sebanyak 80-100% di dalam rumah dan 60-84% di luar rumah pada kontainer yang berdiameter antara 2-12 cm."
MPARIN 10 (1-2) 1997
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library