Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 109784 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Untuk kebutuhan perencanaan ketahanan gempa struktur bangunan gedung diperlukan parameter desain berupa percapatan puncak dan spectra desain di permukaan tanah. Untuk mendapatkan parameter tersebut diperlukan klasifikasi kelas situs sehingga parameter gempa di permukaan dihasilkan dari percepatan di batuan dasar atau pada kelas situs B (SB) dikalikan dengan faktor koefisien situs. Klasifikasi kelas situs ditentukan oleh SNI 1726:2012 untuk lapisan tanah setebal 30 meter dapat ditentukan berdasarkan hasil uji penetrasi standar (N), kecepatan rambat gelombang (V), atau kuat geser niralir (Su). Mengingat umunya uji penetrasi standa dilakukan di Indonesia, maka pada tulisan ini disampaikan evaluasi kelas situs berdasarkan data penetrasi standar sehingga kedalaman 30 meter yang dikumpulan dari kegiatan microzonasi Jakarta. Analisis awal menggunakan metode fungsi berbasis radial dengan fungsi spline Kernel pada data uji penetrasi standar di kategori situs E (tanah lunak) dengan nilai N<15, sedangkan beberapa bagian di Jakarta Barat, Timur, dan Selatan terlihat area dengan N>15 yaitu kategori kelas situs D (tanah sedang)."
JURPEM 8:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Untuk kebutuhan perencanaan ketahanan gempa struktur bangunan gedung diperlukan parameter desain berupa percapatan puncak dan spectra desain di permukaan tanah. Untuk mendapatkan parameter tersebut diperlukan klasifikasi kelas situs sehingga parameter gempa di permukaan dihasilkan dari percepatan di batuan dasar atau pada kelas situs B (SB) dikalikan dengan faktor koefisien situs. Klasifikasi kelas situs ditentukan oleh SNI 1726:2012 untuk lapisan tanah setebal 30 meter dapat ditentukan berdasarkan hasil uji penetrasi standar (N), kecepatan rambat gelombang (V), atau kuat geser niralir (Su). Mengingat umunya uji penetrasi standa dilakukan di Indonesia, maka pada tulisan ini disampaikan evaluasi kelas situs berdasarkan data penetrasi standar sehingga kedalaman 30 meter yang dikumpulan dari kegiatan microzonasi Jakarta. Analisis awal menggunakan metode fungsi berbasis radial dengan fungsi spline Kernel pada data uji penetrasi standar di kategori situs E (tanah lunak) dengan nilai N<15, sedangkan beberapa bagian di Jakarta Barat, Timur, dan Selatan terlihat area dengan N>15 yaitu kategori kelas situs D (tanah sedang)."
JURPEM 8:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rinaldi
"Wilayah kepulauan Indonesia merupakan daerah yang rawan gempa. Berdasarkan pengalaman sejarah dan teori gempa, gempa dahsyat akan kembali terjadi di kawasan seismik yang memiliki seismic gap, dalam hal ini di Indonesia. Kondisi diatas diperburukan lagi dengan tingkat kepedulian masyarakat terhadap pentingnya peraturan peraturan gempa yang menstandarisasikan bahwa struktur bangunan untuk memiliki ketahanan terhadap gempa pada wilayah yang rawan gempa. Dleh karena itu pentingnya seorang teknik sipiI dalam mendesain bangunan maupun memperbaiki bangunan exsisting dengan memperhitungkan faktor gempa terhadap struktur tahan gempa tersebut. Dalam penulisan ini penyusun mengkondisikan pada bangunan existing dengan berpedoman pada SNI 03-1726-1989 dan dievaluasi kembali dengan peraturan Baru SNI 03-1726-2002. Dari perbedaan yang ada diperlukannya rehabilitasi bangunan existing dengan metode rehabilitasi seismik untuk menambah perkuatan struktur tersebut.

Indonesian archipelago is crossing a sensitive scils nic area. Base on historical experiences and seismic theories, that the great earthquake will be suffered in seismic gap area, in this case is Indonesia. This condition is getting worse by amount of people doesn't cared about the important of standard seismic rules that any building should have a seismic resistant in sensitive seismic area. Therefore, the important factor that civil engineer should capable to design and rehabilitate existing building by applying a calculation of seismic resistant factor. In this paper, writer makes condition that existing building which calculating by SNI 03-1726-1989 and evaluating by recalculated existing building by SNI 03-1726-2002. The differences of both standards seismic rules are use to the analysis existing building rehabilitation with seismic rehabilitation method, in order to strengthen the existing building structure."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S35843
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andhi
"Pada umumnya didalam melakukan analisa dinamik terhadap bangunan tinggi yang mempunyai basement, struktur basement diasumsikan sebagai satu kesatuan dengan tanah. Dengan asumsi ini maka analisa perencanaan struktur bangunan dengan basement tersebut dapat dilakukan dengan menganggap struktur terjepit pada permukaan tanah, dan analisa dinamik hanya dilakukan terhadap struktur yang berada diatas permukaan tanah saja kemudian respons struktur atas tersebut akan dikerjakan pada struktur basement. Namun pada kondisi dimana basement berada dalam tanah lunak maka asumsi ini akan memberikan hasil respons dinamik struktur yang kurang tepat (under atau over estimate terhadap respons struktur yang sebenarnya).
Dalam skripsi ini akan dianalisa besar pengaruh tanah terhadap respons dinamik struktur. Analisa ini akan dilakukan terhadap 3 buah model struktur yaitu 1 model riil (struktur yang menggunakan spring konstan) sebagai pembanding dan 2 model perencanaan (penjepitan dilakukan pada permukaan tanah dan pada dasar basement tanpa menggunakan spring konstan). Untuk mengetahui besar pengaruh jenis tanah terhadap model struktur rencana maka model riil dibuat dalam kondisi tanah keras dan tanah lunak.
Perhitungan respons dinamik struktur terhadap beban dinamik dilakukan dengan menggunakan program SAP-90 dan dianalisa dengan time history analysis (analisa riwayat waktu) akibat percepatan gempa El Centro (18 Mei 1940) dengan durasi 50 detik. Kemudian hasil respons model struktur dibandingkan dengan respons model riil.
Analisa yang dilakukan dibatasi terhadap : (1) respons kinematik, yaitu respons lendutan (displacement) dan dan respons percepatan (acceleration); dan (2) respons mekanik struktur, yaitu geser dasar (base shear) dan momen guling dasar (base moment)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S35052
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afret Nobel
"Gedung auditorium adalah sebuah bangunan besar yang digunakan untuk pertemuan umum, pertunjukan dan sebagainya. Atap gedung auditorium Universitas Negeri X direncanakan menggunakan empat pasang kolom miring beton bertulang bentang panjang yang bertemu pada satu titik sehingga membentuk bangun ruang prisma (pyramid). Menurut SNI-1726-2002, lokasi bangunan yang terletak di Manado berada pada zona gempa wilayah 5 yang merupakan wilayah gempa dengan resiko tinggi. Oleh karena itu, dalam merencanakan struktur kolom miring beton bertulang bentang panjang pada bangunan tersebut, perlu kiranya mengetahui perilaku kolom tersebut terhadap beban gempa.
Dari gambar arsitektur yang tersedia, dilakukan pemodelan struktur dan analisa menggunakan software komputer SAP V11.0.0 dengan memodelkan struktur menjadi empat varian. Perbedaan antar keempat kolom tersebut terletak pada penampang kolom dan jenis pengaku yang digunakan. Dari analisa diperoleh keuntungan dan kerugian masing-masing varian kolom.
Jika dievaluasi berdasarkan volume beton dan luas tulangan penampang, maka varian 1 lebih menguntungkan. Jika dievaluasi berdasarkan aspek arsitektural bangunan, maka varian 1 dan varian 3 lebih menguntungkan. Jika dievaluasi berdasarkan kemudahan pengerjaan di lapangan, maka varian 1 dan varian 2 lebih menguntungkan. Jika dievaluasi berdasarkan struktur bawah yang akan digunakan, maka varian 1 dan varian 2 lebih menguntungkan. Jika dievaluasi berdasarkan lendutan puncak terkecil, maka varian 4 lebih menguntungkan. Berdasarkan semua pertimbangan tersebut, maka dipilihlah varian 1.

Auditorium is a large building that used for public gatherings, performances and etc. State University auditorium X's roof is planned to use four pairs of columns reinforced concrete long spans sloping that meet at one point so as to form up space pyramid. According to SNI 1726-2002, building location (Manado) is in earthquake zone region 5, which is a region of high seismic risk. That's why in planning long-span sloping reinforced concrete columns structure is important to know columns behavioral towards the earthquake loads.
From the available architectural drawings, structure modeling and analysis using computer software has needed to be done to model the structure of SAP V11.0.0 into four variants. Differences between the four variants are on the column cross-section and type of bracing that used. From the analysis obtained the advantages and disadvantages of each variant column.
If it evaluated based on the volume of concrete and reinforcing crosssectional area, the variant 1 is more favorable. If evaluated on the architectural aspects of buildings, variant 1 and variant 3 is more favorable. If evaluated based on ease of workmanship in the field, the variant 1 and variant 2 is more favorable. If evaluated base on the substructure to be used, variant 1 and variant 2 is more favorable. If evaluated on the smallest peak deflection, variant 4 is more favorable. Based on all these considerations, the chosen is variant 1."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42988
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erin
"ABSTRAK
Akhir-akhir ini negara kita, Indonesia sering dilanda bencana gempa baik yang berskala kecil hingga besar, sehingga akibat dari gempa tersebut banyak rumah tinggal yang mengalami kerusakan bahkan hingga roboh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperkirakan probabilitas risiko kerusakan akibat gempa pada rumah tinggal tipe 36 di salah satu perumahaan di Kota Depok. Penelitian ini menggunakan metode experts judgement untuk memperkirakan probabilitas kerusakan rumah tinggal tersebut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kerusakan rumah tinggal tipe 36 dapat di presentasikan sebagai kurva fungsi kerapatan probabilitas tipe Gamma 1, dimana risiko kerusakan dominan pada rumah tinggal tipe 36 adalah slight damage."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S891
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kedung Soejaya
"Bencana alam dapat saja terjadi disekitar Kita pada waktu yang tidak dapat kita tentukan. Contohnya adalah bencana gempa bumi dan tsunami yang baru saja terjadi di Nanggroe Aceh Darussalam 26 Desember 2004 silam. Bencana tersebut sangatlah ganas dan menghancurkan, lebih dari 100.000 jiwa telah direnggut. Akan tetapi setelah kejadian tersebut, masyarakat harus terus melanjutkan kehidupannya. Walaupun sudah tidak ada tempat tinggal maupun wadah mata pencaharian yang tersisa, seluruh masyarakat harus terus berjuang dan berusaha agar kehidupan mereka dapat menjadi Iebih baik lagi.
Pada penulisan ilmiah kali ini, saya sebagai mahasiswa arsitektur mencoba untuk memaparkan metode panataan pemukiman yang sebaiknya dijalankan pasca-bencana. Metode ini juga termasuk tentang kondisi psikososial korban. Walau tidak ada hubungannya secara Iangsung dengan bidang arsitektur, namun hai ini sangat panting didalam merancang metode panataan pemukiman yang baik. Selain itu juga terdapat beberapa syarat permukiman yang harus dipenuhi, syarat tersebut meliputi mitigasi dan hunian pasca-bencana."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S48608
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Sani Saraswati
"Menurut teori lempeng tektonik, permukaan bumi kita serupa dengan cangkang telur retak. Retakan-retakan permukaan bumi, yang disebut lempeng tektonik, mengapung di atas campuran magma dan batuan cair, dan mengalami pergerakan yang kontinyu. Gerakan ini menimbulkan gesekan dan menyebabkan terjadinya penumpukan energi, yang pada batas tertentu menyebabkan terjadinya gempa. Gempa terjadi dalam waktu relatif singkat namun menimbulkan kerusakan di banyak aspek. Kerusakan pada struktur bangunan adalah satu dari sekian banyak kerusakan fatal yang ditimbulkannya. Penyebabnya beragam, salah satunya adalah kesalahan dalam perencanaan konfigurasi bangunan. Saat ini telah berkembang sebuah pedoman perencanaan bangunan tahan gempa yang berlaku secara universal, yang dinamakan Universal Building Codes. Pedoman ini awalnya dikembangkan di California, salah satu wilayah yang sering terkena gempa dan paling banyak melakukan penelitian tentang bangunan tahan gempa. Pada pedoman ini direkomendasikan terpenuhinya syarat keteraturan pada struktur bangunan untuk menghasilkan respon positif bangunan terhadap gempa. Namun nyatanya, ketidakteraturan pada struktur dan konfigurasi bangunan seringkali tidak dapat dihindari. Disain arsitektur dan pengaturan sistem sarana pada bangunan seringkali menjadi faktor pemicunya. Ada dua macam ketidakteraturan pada konfigurasi bangunan, yaitu ketidakteraturan horizontal dan ketidakteraturan vertikal. Kehadiran satu Baja dari dua macam ketidakteraturan ini berpotensi menimbulkan kerusakan pada struktur bangunan, terlebih jika keduanya terjadi. Perlu perencanaan struktur yang cermat untuk menghindarinya atau menyelamatkan bangunan dari efek yang ditimbulkannya. Salah satu contoh ketidakteraturan konfigurasi bangunan secara vertikal adalah soft story. Efek soft storey terjadi pada bangunan dengan lantai terbuka yang kekakuan horizontalnya kurang dari lantai-lantai di atasnya. Efek soft storey dapat terjadi pada bangunan dengan beragam struktur. la dapat menyebabkan kerusakan parah pada struktur bangunan yang membuat bangunan runtuh atau terpaksa harus diruntuhkan karena tidak memungkinkan dilakukan perbaikan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S48590
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sastro Achmad Apriyanto
"Dari berbagai sumber media massa, dikatakan bahwa gempa yang sering terjadi di Indonesia mengakibatkan rumah-rumah roboh, penduduk kehilangan harta benda dan bahkan nyawa. Seringnya, korban yang tewas dikarenakan tertimpa oleh bangunan rumahnya yang roboh saat mereka berada didalamnya. Robohnya rumah- rumah disebabkan kurangnya prasyarat teknis bangunan dalam menghadapi guncangan gempa bumi. Ini menjadi sebuah indikasi bahwa di Indonesia, pengetahuan tentang gempa bumi masih minim. Peraturan-peraturan pemerintah tentang syarat pembangunan gedung yang tahan gempa juga tidak kuat mengikat, apalagi untuk daerah pedesaan. Kondisi ini terus mengancam penduduk yang berada di daerah-daerah rawan gempa dan tidak memiliki pengetahuan tentang bagaimana seharusnya menghadapi gempa yang terjadi, baik preventif maupun progresif.
Lemahnya perekonomian rata-rata penduduk bukan berarti tidak bisa menggunakan struktur tahan gempa pada bangunan rumah tinggalnya. Karena struktur tahan gempa tidak harus mahal dan menggunakan teknologi mutakhir. Struktur ini pun masih dapat dibuat dari material lokal. Dengan penerapan material murah meriah dan banyak terdapat di tanah Indonesia, diharapkan dapat mereduksi bahaya gempa, khususnya untuk daerah-daerah rawan gempa.
Hal utama yang menjadi perhatian terhadap masalah ini adalah bagaimana merancang suatu bangunan yang bila terjadi gempa, tidak mengalami kerusakan struktural yang berarti. Ini berarti bahwa bangunan masih dapat berdiri dan keselamatan penghuninya masih tetap terjaga.
Saya tertarik untuk melakukan suatu studi terhadap penyelesaian desain struktur tahan gempa. Masalah konfigurasi struktur secara keseluruhan tampaknya menjadi poin yang bisa dipecahkan oleh seorang arsitek secara prinsipil.
Dalam studi ini ini akan dilihat beberapa kasus kerusakan bangunan yang terjadi akibat gempa. Analisa yang diadakan akan berdasarkan teori-teori umum tentang gempa dan perilaku struktur bangunan ringan. Sehingga dapat diperoleh hasil perbandingan yang dapat menjadi salah satu acuan dalam desain arsitektur bangunan ringan yang tahan gempa."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S48547
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tommy Pandi
"Akhir-akhir ini negara kita, Indonesia sering dilanda bencana gempa baik yang berskala kecil hingga besar, sehingga akibat dari gempa tersebut banyak rumah tinggal yang mengalami kerusakan bahkan hingga roboh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperkirakan probabilitas risiko kerusakan akibat gempa pada rumah tinggal tipe 142 di salah satu perumahaan di Kota Depok. Penelitian ini menggunakan metode experts judgement untuk memperkirakan probabilitas kerusakan rumah tinggal tersebut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kerusakan rumah tinggal tipe 142 dapat di presentasikan sebagai kurva fungsi kerapatan probabilitas tipe Gamma 1, dimana risiko kerusakan dominan pada rumah tinggal tipe 142 adalah slight damage.

Lately our country, Indonesia is frequently hit by earthquakes from small to large scale, where the quake caused a lot of houses that were light damaged even to collapse. The purpose of this research is to estimate damage risk probability of 142 type landed house in one of the Real Estate in Depok City due to earthquake. This research used experts judgement method to estimate the damage risk probability of the landed house. The result of this research has shown that the damage of 142 type landed house could be represented as probability density function gamma 1 type, where the dominant damage risk for the 142 type of landed house is shown by slight damage category."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S645
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>