Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170536 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irene Darmawan
"Tuberkulosis (TB) dan diabetes mellitus (DM) merupakan dua penyakit yang telah diketahui dapat menjadi komorbiditas. TB meningkatkan risiko terjadinya DM melalui mekanisme hiperglikemia reaktif dan resistensi insulin. Indonesia merupakan negara yang memiliki beban ganda untuk kedua penyakit ini. Oleh karena itu, perlu adanya pedoman untuk skrining DM pada pasien TB. Penelitian ini dilakukan untuk melihat aplikasi skor ADA (skor risiko DM) pada pasien TB dan hubungannya dengan komorbiditas DM-TB. Studi ini adalah penelititan cross sectional pada 56 subjek di Ternate yang merupakan salah satu daerah endemik DM di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan metode kuesioner yang diadaptasi dari ADA untuk mengetahui skor risiko diabetes pasien TB. Selain itu, dilakukan juga pemeriksaan gula darah sewaktu untuk diagnosis DM. Dalam penelitian ini didapatkan proporsi DM-TB di Ternate sebesar 32.1% dan terdapat hubungan bermakna antara skor ADA dengan komorbiditas DM-TB (p < 0.001). Didapatkan pula adanya kecenderungan cut off skor ADA (untuk menyatakan risiko tinggi DM) yang lebih rendah pada pasien TB dibandingkan populasi umum. Sebagai kesimpulan, skor ADA dapat digunakan untuk mengkalkukasikan risiko DM pada pasien TB.

Tuberculosis (TB) and diabetes mellitus (DM) are two diseases that have been known to have mutual relationship. TB increases the risk of diabetes through mechanisms of reactive hyperglycemia and insulin resistance. Indonesia is one of the countries with high burden for these diseases. With this situation we need to establish a guideline for screening diabetes in tuberculosis patients. This study was conducted to test the application of ADA score (American Diabetes Association risk score) in tuberculosis patients and its relation with DM-TB comorbidity through cross sectional study. We took 56 samples in Ternate as one of the DM endemic regions in Indonesia.
The method is using a questionnaire adapted from ADA risk score to calculate tuberculosis patients’ diabetes risk score. We also screened for the presence of diabetes in these patients using fasting glucose level. In this study, we found that the proportion of diabetes comorbidity among tuberculosis patients in Ternate is 32.1%. There is a significant association between ADA score and DM-TB comorbidity (p< 0.001). We also found a tendency that the cut-off score for defining high risk for DM is lower in tuberculosis patients than in general population. In conclusion, ADA score can be used to calculate the DM risk in tuberculosis patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ceria Nurhayati
"Tingkat pengetahuan dan self management merupakan faktor yang penting dalam meningkatkan kualitas hidup pasien DM tipe 2. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan self management dengan kualitas hidup pada pasien DM tipe 2. Desain dalam penelitian ini adalah analitik cross sectional dengan jumlah sampel 75 orang yang dilakukan di Rumkital DR. Ramelan Surabaya.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan (r = 0.619; p < 0.01), self management (r = 0.685; p < 0.01) dengan kualitas hidup pada pasien DM tipe 2.
Hasil multivariat menunjukkan bahwa nilai HbA1c merupakan faktor yang paling mempengaruhi hubungan antara tingkat pengetahuan dan self management dengan kualitas hidup pada pasien DM tipe 2. Perawat dapat meningkatkan pengetahuan pasien dengan memberikan edukasi yang berfokus pada peningkatan self management dan memfasilitasi pemberian dukungan keluarga serta supervisi dan monitoring terkait self management yang dilakukan pasien DM tipe 2.

Knowledge and self management are important factor in improving the quality of life of patients with type 2 diabetes. The purpose of this research is to know the correlation of knowledge level and self management with quality of life in DM type 2 patient. The design in this study is cross sectional analytic with the sample of 75 people conducted in Rumkital DR. Ramelan Surabaya.
The results showed that there was a significant correlation between knowledge level (r = 0.619, p <0.01), self management (r = 0.685, p <0.01) with quality of life in type 2 DM patients.
Multivariate results showed that HbA1c was the most influencing factor the relationship between knowledge level and self management with quality of life in type 2 DM patients. Nurses can improve patient knowledge by providing education that focuses on improving self management and facilitating family support and supervision and monitoring related self-management by DM type 2 patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T49254
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rantung, Jeanny
"Kemampuan self-care merupakan hal penting dalam meningkatkan kualitas hidup pasien DM. Penelitian bertujuan mengidentifikasi hubungan self-care dengan kualitas hidup pasien DM. Rancangan penelitian cross sectional, melibatkan 125 anggota PERSADIA cabang Cimahi. Alat ukur self-care adalah Summary of Diabetes Self-Care Activities (SDSCA), Diabetes Quality Of Life (DQOL) dan Beck Depression Inventory II. Hasil penelitian menunjukkan hubungan self-care dengan kualitas hidup menjadi tidak bermakna (p value 0.164) setelah dipengaruhi oleh jenis kelamin (p value 0.006) dan depresi (p value 0.001). Peningkatan satu satuan self-care, akan meningkatkan kualitas hidup sebesar 6.1% setelah dikontrol oleh jenis kelamin dan depresi. Peningkatan self-care dapat dilakukan melalui pengembangan program edukasi yang terstruktur, meningkatkan kompetensi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien DM terkait aktivitas self-care, dan melakukan screening depresi terhadap pasien DM.

Self care ability is important in improving patient?s quality of life (QOL). Using cross sectional method, this research is designed to identify the relationship between self care and patient?s QOL in PERSADIA Cimahi, West Java. A hundred twenty five PERSADIA members were recruited and examined using Summary of Diabetes Self-Care Activities (SDSCA), Diabetes Quality Of Life (DQOL) and Beck Depression Inventory II. The results showed no significant correlation between self care activity and QOL (p=0,164) as influenced by gender (p=0,006), depression (p=0,001). Increase of one unit self-care was likely to increase 6,1% QOL after controlling by gender and depression. Self care improvement can be performed through developing structured education, improving nurse's competency in diabetes care and need diabetes screening program for DM patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T33035
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erick
"Diabetes mellitus menyebabkan seseorang menjadi lebih rentan untuk terkena infeksi tuberkulosis paru. Tuberkulosis sendiri merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko yang ada, salah satunya adalah konsumsi alkohol. Studi cross-sectional analitik ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsumsi alkohol dengan prevalensi tuberkulosis pada pasien diabetes mellitus di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2010. Data yang diperlukan diperoleh melalui rekam medis, dan didapatkan 462 data. Sebanyak 89.39% pasien tidak mempunyai riwayat mengonsumsi alkohol, dan 10.61% sisanya mempunyai riwayat mengonsumsi alkohol. Dari hasil analisis dengan uji chi square, tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara konsumsi alkohol dengan tuberkulosis dengan nilai p 0.107 (> 0.005). Hasil ini sesuai dengan penelitian lain dengan populasi di India Selatan yang menyatakan bahwa pengonsumsian alkohol bukan merupakan faktor risiko penting terhadap terjadinya tuberkulosis. Meskipun demikian, untuk penelitian selanjutnya disarankan agar data diperoleh lewat pengisian kuisioner sehingga pola pengonsumsian alkohol untuk masing-masing individu dapat diketahui.
Diabetes mellitus makes someone more vulnerable to get tuberculosis infection. Tuberculosis itself can be prevented by controlling its risk factors, one of which is alcohol consumption. This analitical cross-sectional study intends to understand the associaton between alcohol consumption with tuberculosis prevalence on patient with diabetes mellitus at Cipto Mangunkusumo Hospital in 2010. Data needed for this study was obtained from medical records, and total data obtained is 462 data. As many as 89.39% patients have no alcohol cosumption record, and the rest 10.61% have it. From data analysis with chi square, the result shows no significant association between alcohol consumption with tuberucolsis (p value0.107). This result is the same with other study in South India which showed that alcohol consumption is not an important risk factor for tuberculosis. However, for the future study, it is mentioned to get the data from questionnaire so that individual pattern of alcohol consumption can be better understood."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fabianto Santoso
"Tuberkulosis (TB) dan diabetes melitus (DM) merupakan dua penyakit yang diduga memiliki kaitan erat akibat penurunan sistem imun tubuh. Salah satu metode diagnosis tuberkulosis paru adalah melalui foto polos toraks. Permasalahan pada pasien TB dan DM adalah gambaran radiologi yang tidak spesifik sehingga menyulitkan dalam penegakkan diagnosis. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran foto polos toraks pasien TB dan/atau DM di Ternate, Indonesia yang merupakan salah satu daerah yang endemis TB dan DM. Besar proporsi pasien DM-TB yang memiliki gambaran tidak spesifik adalah sebesar 80%. Namun, gambaran tidak spesifik juga dimiliki oleh pasien TB sebesar 73,53%. Hasil yang tidak berbeda bermakna ini diduga disebabkan oleh banyaknya pasien TB pasca-primer mengingat kondisi Indonesia sebagai negara endemis TB.

Tuberculosis (TB) and diabetes mellitus (DM) are two diseases that many thought to be significantly caused by the compromised immune system. One of the methods to diagnose TB is chest x-ray. One of the challenges is from the non-specific radiological images of patient with TB and DM, which hinder the diagnosis. This research’s aimed is to present various chest x-ray images of patients with TB and/or DM in Ternate, Indonesia, which is one of the most prevalent city for TB and DM in Indonesia. In the DM-TB group, the radiological images show non TB specific is at 80%. Comparably, in the TB only group show 73.53% of the non specific radiological image. These might be caused by high number of post-primary TB infection as Indonesia is an endemic country for TB."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Triyanie
"Indonesia merupakan negara berkembang dengan risiko DM dan tuberkulosis yang tinggi. Penelitian cross sectional ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku pengendalian DM dengan tuberkulosis. Pengambilan data dilakukan pada 291 pasien DM melalui kuesioner, pemeriksaan sputum BTA dan pemeriksaan radiologi didapatkan sebesar 35,7% pasien DM dengan tuberkulosis. Pada penelitian ini didapatkan bahwa proporsi TB positif pada pasien DM yang telah didiagnosis DM <2 tahun, tidak memiliki riwayat hipertensi, mengalami gejala DM mudah lapar, berat badan turun dan lemah badan, tidak menerima edukasi dan tidak menggunakan obat antidiabetes berhubungan dengan kejadian tuberkulosis.

Indonesia is a development country with high risk of DM and tuberculosis. This research has design of cross sectional study to know association between behavior control of DM with prevalence of tuberculosis. It was applied to 291 patients with DM by using questionnaire instrument, BTA sputum, and radiology examination. 35.7% patients were diagnosed as TB. In this research, it can be concluded that proportion of positive TB in patients with DM who was diagnosed as DM <2 years, had no hypertension, had symptoms of DM (feeling very hungry, weight loss, fatigue), not accepted education and did not use oral antidiabetic have association with prevalence of tuberculosis in patients with DM."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Permata Sari
"Pemantauan Terapi Obat (PTO) adalah salah satu kegiatan Farmasi klinis yang merupakan peran apoteker di Rumah Sakit menurut PMK no.72 tahun 2016. Peran fundamental apoteker adalah mengidentifikasi ROTD yang potensial maupun aktual, memecahkan masalah ROTD aktual, dan mencegah ROTD yang potensial terjadi. Berdasarkan Global Status Report on NCD World Health Organization (WHO) pada tahun 2010, Diabetes Melitus menduduki peringkat ke-6 penyakit yang menyebabkan kematian. Peningkatan insidensi penyakit DM diiringi dengan peningkatan komplikasi dan penyakit penyerta seperti komplikasi neuropati (63,5%), retinopati (42%), nefropati (7,3%), makrovaskuler (16%), mikrovaskuler (6%), luka kaki diabetik (15%) (Purwanti, 2013). Pengamatan pada Pasien Rawat Inap dengan diagnosa Diabetes Melitus disertai dengan penyerta Ulcer DM perlu dilakukan untuk memantau terapi obat yang diterima oleh pasien tetap sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mencegah terjadinya ROTD akibat komplikasi dari pemakaian obat yang banyak. Pemantauan terapi obat dilakukan dengan metode PCNE untuk memastikan akar permasalahan (cause) yang menyebabkan masalah (problem). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, ditemukan empat permasalahan yang selanjutnya diselesaikan dengan pemberian rekomendasi kepada dokter terkait pemilihan obat.

Medication Therapy Monitoring (MTM) is one of the clinical pharmacy activities that falls under the role of pharmacists in hospitals, as stated in Ministerial Regulation No. 72 of 2016. The fundamental role of pharmacists is to identify potential and actual Drug-Related Problems (DRPs), resolve actual DRPs, and prevent potential DRPs from occurring. According to the World Health Organization's (WHO) Global Status Report on Non-Communicable Diseases (NCD) in 2010, Diabetes Mellitus ranked 6th among the diseases causing death. The increasing incidence of diabetes is accompanied by an increase in complications and comorbidities such as neuropathy (63.5%), retinopathy (42%), nephropathy (7.3%), macrovascular (16%), microvascular (6%), and diabetic foot ulcers (15%) (Purwanti, 2013). Observations on hospitalized patients diagnosed with Diabetes Mellitus, accompanied by Diabetic Ulcers, need to be conducted to monitor the medication therapy received by patients in accordance with applicable regulations and to prevent DRPs resulting from the use of multiple medications. Medication therapy monitoring is performed using the PCNE method to ensure the identification of the root cause that leads to a problem. Based on the observations conducted, four problems were identified and subsequently addressed by providing recommendations to the relevant doctor regarding medication selection.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lina Erlina
"ABSTRAK
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolik akibat kelainan sekresi
insulin, kerja insulin, atau keduanya. WHO menyimpulkan Indonesia menempati
urutan ke-4 terbesar penderita DM di dunia, 90-95% adalah DM tipe 2. Latihan
jasmani/ senam diabetes merupakan upaya awal dalam mencegah, mengontrol, dan
mengatasi DM. Senam direkomendasikan 3-5 kali/ minggu. Penelitian bertujuan
menjelaskan pengaruh senam diabetes terhadap kadar glukosa darah pasien DM tipe
2. Desain penelitian menggunakan metoda quasi experiment. Rancangan penelitian
yang digunakan adalah pretest and post test group design tanpa kelompok kontrol.
Sampel berjumlah 15 orang. Teknik pengambilan sampel purposive sampling.
Responden diberikan intervensi senam diabetes 3 kali perminggu selama 8 minggu.
Alat yang digunakan glukometer untuk mengukur kadar glukosa darah, kuesioner
data responden untuk data karakteristik, kuesioner Holmes & Rahe Stress Scale
untuk data stres, microtoice untuk tinggi badan, dan timbangan badan untuk berat
badan. Hasil penelitian menunjukkan senam diabetes berpengaruh terhadap kadar
glukosa darah pasien DM tipe 2 (P=0,006). Stres menunjukkan hubungan yang
kuat dengan kadar glukosa darah sebelum intervensi (r=0,688, P=0,005), hubungan
berpola positif. Stres menunjukkan hubungan yang kuat dengan kadar glukosa
darah sesudah intervensi (r=0,575, P=0,025), hubungan berpola positif.
Penggunaan OHO tidak berhubungan dengan kadar glukosa darah sebelum
intervensi (P=0,285). Penggunaan OHO berhubungan dengan kadar glukosa darah
sesudah intervensi (P=0,002). Saran penelitian adalah manager keperawatan dapat
memprogramkan senam diabetes minimal 3x perminggu atau tiap hari di RS dengan
penanggung jawab khusus dan dievaluasi secara berkala, senam diabetes dapat
dijadikan terapi komplementer dengan sistem rujukan yang terstruktur, dan
penelitian dapat dijadikan landasan kerjasama lintas sektor dengan instalasi yang
berbeda dalam lingkungan rumah sakit (poliklinik diabetes, kesehatan masyarakat,
dan instalasi gizi).

ABSTRACT
Diabetes mellitus (DM) is a metabolic disease because disparity of insulin secretion,
insulin work, or both of them WHO concludes that Indonesia is the fourth biggest
of patient with Diabetes Mellitus in the world, 90-95% is Diabetes Mellitus Type 2.
Physical exercise or diabetes gymnastic is the first way on prevention, control, and
overcome Diabetes Mellitus. Gymnastic is recommended 3-5 times a week. The
purpose of this research to explain the effect of diabetes gymnastic on blood
glucose rate of patient with diabetes mellitus type 2. Research design used a quasi
experiment method. This study used pretest and post test group design without
control group. Sample numbers are 15 peoples. Samples are taken by purposive
sampling technique. Respondents are given a diabetes gymnastic intervention for
three times a week during 8 weeks. Appliance which is used are glukotest for
measuring blood glucose rate, respondent data questionnaire for characteristic data,
questionnaire Holmes & Rahe Stress Scale for stress data, microtoice for body tall,
and body weight machine for body weight. Research result indicated that diabetes
gymnastic has an effect on blood glucose rate of patient with diabetes mellitus type
2 (P=0,006). Stress indicated a strong relationship with blood glucose rate before
intervention (r=0,688, P=0,005), the relation of positive design. Stress indicated a
strong relationship with blood glucose rate after intervention (r=0,575, P=0,025),
the relation of positive design. Usage of OHO don't relate to blood glucose rate
before intervention (P=0,285). Usage of OHO relates to blood glucose rate after
intervention (P=0,002). Research suggestion for nursing manager can program
diabetes gymnastic for three times a week or every day at hospital with special
responsibility and periodic evaluation, diabetes gymnastic can be made a
Pengaruh senam..., Lina Marlina, FIK UI, 2008
complementary therapy with structural reference system and this research can
become basic for the next research of nursing."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Fitriani Haque
"Skripsi ini membahas hubungan antara faktor pelayanan kesehatan dan faktor lainnya dengan kepatuhan menjalankan diet DM pada anggota Persadia penyandang DM tipe 2 di wilayah Depok Tahun 2013. Penelitian ini dilakukan berdasarkan kenyataan tingkat pengontrolan penyandang DM di daerah Depok yang masih tergolong buruk, sehingga kepatuhan menjalankan diet sebagai salah satu cara penanganan diabetes perlu diteliti.
Penelitian ini menggunakan disain cross sectional dengan melibatkan 90 anggota Persadia penyandang DM tipe 2 di wilayah depok yang didapat dengan purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan kuesioner form food recall 24 jam dan kuesioner daftar makananan yang tidak dianjurkan serta pengukuran antropometri.
Kunjungan konsultasi gizi merupakan satu satunya variabel yang memiliki hubungan dengan kepatuhan menjalankan diet DM. Responden yang memilliki kunjungan konsultasi gizi teratur memiliki peluang 4 534 kali lebih patuh mengikuti rekomendasi diet dibandingkan responden dengan kunjungan konsultasi gizi tidak teratur.
Disarankan adanya peran aktif penyandang DM tipe 2 keluarga Persadia Cabang Depok Puskesmas maupun Rumah Sakit untuk membantu meningkatkan jumlah kunjungan gizi yang dilakukan oleh penyandang DM baik, itu dengan memberikan dukungan maupun menyelenggarakan kegiatan bersifat edukatif dan aplikatif untuk meningkatkan motivasi dan efikasi diri penyandang DM untuk menjalankan anjuran diet. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52737
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiq
"Latar Belakang: Studi epidemiologi menunjukkan bahwa DM merupakan salah satu faktor dalam proses terjadinya aterosklerosis dan mempengaruhi secara nyata kesaldtan dan kematian akibat PIK. Dibandingkan dengan penderita bukan DM, penderita DM 2-4 kali lebih banyak menderita P3K dan 2-4 kali lebih banyak mengalami kematian jangka pendek setelah menderita serangan infark miokard akut Dewabrata mendapati 23,2% penderita infark miokard akut yang di rawat di RSCM selama periode 1994-1999. Data di Indonesia tersebut belum banyak menggambarkan bagaimana karakteristik penderita DM tersebut saat terbukti menderita infark miokard akut. Dengan demildan, gambaran penderita DM yang mengalami sindrom koroner akut merupakan ha! yang renting untuk diketahui, baik karakteristik klinis maupun komplikasi yang muncul akibat S1CA tersebut.
Tujuan. Penelitian ini ingin mengetahui prevalensi SKA pada penderita DM tipe-2. Penelitian ini juga ingin mengetahui karakteristik klinis dan komplikasi SKA pada penderita DM tipe-2 serta perbandingannya dengan penderita bukan DM. Metodologi. Studi potong lintang retrospektif untuk mengetahui prevalensi dan karakteristik klinis serta studi kohort retrospektif untuk mengetahui perbandingan komplikasi SKA pads penderita DM tipe-2 dan penderita bukan DM, terhadap penderita yang dirawat di ICCU RSCM periode 1 Januari 2001 s.d. 31 Desember 2005.
Hasil. Didapatkan data: Prevalensi SKA penderita DM tipe-2: 34,2%. Awitan nyeri penderita DM lebih lama, 70,7% vs 53,4%, p=0,001; 1K 95%; DR=2,259 (1,372-3,719). Nyeri dada tidak khas, didapati penderita DM lebih banyak, 17,3% vs 9,8% p~ 0,041; 1K 95%; OR=1,713 (1,019-2,881)_ Komplikasi: Gagal jantung: penderita DM tipe-2 Iebih banyak: 39,35% vs 16,8%, p=0,001; 11(95%; RR-3,213 (1,992-5,182). Untuk komplikasi syok kardiogenik, didapati penderita DM tipe-2 Iebih banyak, 16,2% vs 8,9%, p= 0,031; IK 95%; RR==1,983 (1,057-3,721). Sedangkan komplikasi kematian didapati penderita DM tipe-2 lebih banyak, 17,3% vs 6,3%, dengan p= 0,001; 1K 95%; RR= 3,116 (1,556-6,239).
Simpulan. Didapatkan perbedaan karakteristik klinis SKA antara penderita DM tipe-2 dengan penderita SKA bukan DM. Awitan nyeri lebih lama dan keluhan nyeri dada yang tidak khan, Iebih banyak didapati Dada penderita DM tipe-2. Didapatkan juga perbedaan dalam hat komplikasi SKA. Kejadian gagal jantung, syok kardiogenik dan kematian didapatkan lebih tinggi pada penderita DM tipe-2.

Background. Epidemiologic studies revealed diabetes mellitus (DM) as one of the factors involved in atherosclerosis process. DM also influence morbidity and mortality-related to coronary artery disease (CAD). Compared to non diabetic patients, type -2 DM patients suffer CAD 2-4 times more often and had increased short term mortality rate due to acute myocardial infarction 2-4 times more likely. During 1994-1999, Dewabrata found 23.2% of all acute myocardial infarction patients was diabetic patients treated in ICCU Cipto Mangunkusumo hospital. Unfortunately these data did not describe the clinical characteristic and complication ACS in type -2 DM patients. Therefore it is important to know the clinical characteristics and ACS related complications in type-2 DM patients.
Objectives. To know the prevalence of type-2 DM among ACS patients, to learn clinical characteristics and ACS related complications in type-2 DM compared to non diabetic patients.
Methods. A cross sectional retrospective study was performed to know the prevalence of ACS in type -2 DM patients and their clinical characteristics_ A retrospective cohort study was performed to compare the differences in ACS related complications in type -2 DM and non diabetic patients who were hospitalized in ICCU Cipto Mangunkusumo hospital during 5 years period (January 1st, 200I December 31st, 2005).
Results. Prevalence of Type-2 DM among ACS patients : 34.2%. The onset of chest pain in type-2 DM patients was longer, 70.7% vs 53.4%, p=0.40l; CI 95%; OR=2.259 (1.372-3.719). Aypical chest pain were often in type-2 DM patients, 17.3% vs 9.8%; p= 0.041; CI 95%; OR 1.713 (L019 2.881). Heart failure as complications were more often found in type-2 DM patients, 39.35% vs 16.8%, p=0.001; CI 95%; RR=3.213 (1.992-5.182), cardiogenic shock were more often found in type-2 DM patients, 16.2% vs 8.9%, p= 0.031; CI 95%; RR 1.983 (1.057-3.721), and death were more often found in type-2 DM patients, 17.3% vs 6.3%, p= 0.001; CI 95%; RR= 3.116 (L556-6.239).
Conclusions. There are differences in clinical characteristics of ACS between type-2 DM patients and non diabetic patients; which are longer onset of chestpain and atypical chestpain more often in type-2 DM patients. There are also differences in complications related ACS between Type-2 DM patients and non diabetic patients; heart failure, cardiogenic shock, and death more often in Type-2 DM patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18162
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>