Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145875 dokumen yang sesuai dengan query
cover
R. A. Windu Cahyaningrum Handayani Notonagoro S.
"ABSTRAK
Kematian janin dalam rahim (intrauterine fetal death) pada usia diatas 20 minggu
masih merupakan masalah dalam proses kehamilan. Kematian janin dapat
disebabkan oleh berbagai gangguan kehamilan, yang dapat berasal baik dari ibu,
janin dan/atau hubungan ibu-janin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
prevalensi kematian janin di atas 20 minggu dan hubungannya dengan kadar gula
darah ibu. Dengan desain penelitian potong lintang, dikumpulkan data dari rekam
medis ibu hamil yang melahirkan di rumah sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)
pada tahun 2011 (n=1830). Didapatkan bahwa prevalensi kematian janin dalam
rahim di atas 20 minggu di RSCM tahun 2011 sebesar 4,4% (82 dari 1830). Uji
chi square untuk mengetahui perbedaan proporsi kematian janin pada ibu dengan
kadar gula darah tinggi (≥140 mg/dL) dan kadar gula darah normal (<140 mg/dL)
menunjukkan hasil yang bermakna, dengan rasio prevalensi sebesar 2,25.
Disimpulkan bahwa terdapat kematian janin di atas usia 20 minggu berhubungan
dengan kadar gula darah ibu. Ibu hamil dengan kadar gula darah tinggi beresiko
2,25 kali lebih tinggi untuk mengalami kematian janin pada usia 20 minggu.

ABSTRACT
Intrauterine fetal death at gestational age more than 20 weeks is still a problem in
pregnancy. Fetal death can be caused by various disorders of pregnancy, which
can come either from the maternal, fetal and / or maternal-fetal relationship. This
study aims to investigate the prevalence of fetal death at over 20 weeks and the
relationship with the maternal blood sugar levels. This cross-sectional study
collected data from medical records of pregnant women who give birth in Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) year 2011 (n = 1830). It was found that the
prevalence of intrauterine fetal death at over 20 weeks in RSCM year 2011
amounted to 4.4% (82 of 1830). Chi-square test to determine differences in the
proportion of fetal death in women with high blood sugar levels (≥140 mg / dL)
and normal blood sugar levels (<140 mg / dL) showed significant results, with
prevalence ratio of 2.25. In conclusion, there is association between intrauterine
fetal death at over age of 20 weeks with the maternal blood sugar levels. Pregnant
women with high blood sugar levels has 2.25 times higher risk for fetal death at
20 weeks of age."
2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Luthfiyah
"Kematian janin merupakan masalah kesehatan yang cukup besar tetapi sering diabaikan. Banyak faktor risiko yang dapat menyebabkan kematian janin, salah satunya yaitu kondisi tekanan darah ibu saat hamil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi kematian janin dan hubungannya dengan tekanan darah ibu di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2011. Penelitian menggunakan desain cross-sectional dan data diambil dari rekam medis pasien. Ibu hamil yang memiliki data tekanan darah sistolik dan diastolik di dalam rekam medisnya sebanyak 866 orang. Data diolah menggunakan program SPSS versi 21.0 dan dianalisis dengan uji Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi kematian janin sebesar 5,5% (48 per 866 kelahiran). Uji Chi-square menunjukkan tidak terdapat perbedaan proporsi kematian janin berdasarkan tekanan darah (p=0,388) secara bermakna. Rasio prevalensi untuk pre-hipertensi adalah 0,7, hipertensi tahap 1 1,4, dan hipertensi tahap 2 1,2 (IK 95%). Disimpulkan bahwa prevalensi kematian janin di atas 20 minggu di RSCM tahun 2011 adalah 5,5% dan tidak berhubungan dengan status tekanan darah ibu, dengan pre-hipertensi sebagai faktor protektif sedangkan hipertensi tahap 1 dan 2 sebagai faktor resiko.

Fetal death is a health problem that is quite large but often overlooked. Many risk factors can cause fetal death, one of them is state of the maternal blood pressure during pregnancy. This study aimed to determine the prevalence of fetal death and its association with the maternal blood pressure at General Hospital Cipto Mangunkusumo in 2011. The study used a cross-sectional design and the data taken from the patient's medical record. Maternal who have data systolic and diastolic blood pressure in medical records were 866 people. Data were managed with SPSS version 21.0, and analyzed with Chi-square test. The results showed that the prevalence of fetal death was 5.5% (48 per 866 total births). Chi-square test have shown no significant difference between the prevalence of fetal death with maternal blood pressure (p = 0.388), with a ratio prevalence was 0.7 for pre-hypertension, 1.4 for stage 1 hypertension, and 1.2 stage 2 hypertension (IK 95%). In conclusion, the prevalence of fetal death at RSCM in 2011 was 5.5% and there was no association between the prevalence of fetal death with state of maternal blood pressure; the pre-hypertension was a protective factor, while stage 1 and 2 hypertension was a risk factor."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pupun Lufianti
"ABSTRAK
Prevalensi kematian janin di atas usia 20 minggu di Indonesia masih tinggi. Penurunan kadar hemoglobin ibu saat hamil diduga merupakan salah satu faktor risiko kematian janin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi kematian janin di atas usia 20 minggu di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) tahun 2011 dan hubungannya dengan kadar hemoglobin ibu. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional. Data yang digunakan adalah data sekunder (rekam medik) ibu yang melahirkan di RSCM tahun 2011 dan kadar hemoglobin ibu. Data ibu yang melahirkan di atas usia 20 minggu dikategorikan menjadi janin lahir mati dan janin lahir hidup. Kadar hemoglobin dikategorikan menjadi hemoglobin normal, defisiensi hemoglobin ringan, defisiensi hemoglobin sedang, dan hemoglobin tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama tahun 2011 ibu yang melahirkan di RSCM sebanyak 2046 dengan prevalensi kematian janin adalah 4,7% (n=96). Uji chi-square terhadap proporsi kematian janin pada ibu dengan defisiensi hemoglobin dan hemoglobin normal menunjukkan perbedaan tidak bermakna (p= 0,746). Disimpulkan, prevalensi kematian janin di RSCM tahun 2011 tidak berhubungan dengan hemoglobin pada ibu.

ABSTRACT
The prevalence of fetal death in Indonesia is still high. Hemoglobin deficiency becomes one of fetal death risk factors. Purpose of this study was to determine prevalence of fetal death over 20 weeks pregnancy and its association with maternal hemoglobin level in Cipto Mangunkusumo Hospital 2011. This study was conducted with analytic cross sectional study design using secondary data obtained from medical record. Data about fetus who were delivered was grouped into live and dead. Data about hemoglobin level was grouped into normal hemoglobin, mild hemoglobin deficiency, moderate hemoglobin deficiency, and high hemoglobin. This study showed that during 2011, mothers who delivered baby in RSCM were 2046. Prevalence of fetal death over 20 weeks pregnancy were 4,7% (n=96). Chi-square test against the proportion of fetal death between hemoglobin deficiency and normal hemoglobin level showed no significant difference (p= 0,746). In conclusion, there was no association between fetal death and maternal hemoglobin level in RSCM 2011.
"
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alviani Gloria Sisti
"Preeklampsia berat PEB yang berpotensi menjadi eklampsia merupakan salah satu faktor risiko yang meningkatkan kematian ibu Usia maternal merupakan salah satu faktor risiko yang diduga berasosiasi dengan kejadian PEB Namun masih terdapat perbedaan data penelitian tentang berapa usia yang berisiko tinggi Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui asosiasi usia maternal dengan prevalensi PEB Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional retrospektif Data penelitian berasal dari rekam medis pasien hamilsejak 1 Januari 31 Desember 2011 di Departemen Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo RSCM 2439 data usia pasien hamil dibagi menjadi tiga kategori yaitu 34 tahun Status PEB dikelompokkan menjadi PEB dan non PEB Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi PEB di RSCM tahun 2011 adalah 16 3 Usia 34 tahun menempati persentase tertinggi untuk mengalami PEB yaitu sebesar 22 5 diikuti oleh usia 34 tahun adalah 1 66 dan

Severe preeclampsia SPE potential to be eclampsia is a risk factor in increasing maternal mortality Maternal age is one risk factor considered to have association with SPE but there was different research data for high risk age The purpose of this study was to know the association of maternal age with prevalence of SPE Research design used here was retrospective cross sectional Data was conducted from pregnant patient medical reports from January 1 December 31 2011 in Cipto Mangunkusumo Hospital 2439 data of patient age was divided into three categories 34 years old SPE status was divided into SPE and non SPE The result showed SPE prevalence in Cipto Mangunkusumo Hospital in 2011 was 16 3 Age 34 years old had the most percentage to be SPE 22 5 followed by age 34 years old was 1 66 and
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifia Maharani Putri
"Latar belakang: Preeklamsia dengan gejala berat adalah gangguan kehamilan yang dapat berdampak buruk pada kondisi ibu dan janin. Sindrom kehamilan tersebut dapat menganggu proses pertumbuhan janin sehingga dapat meningkatan mortalitas dan morbiditas bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan preeklamsia dengan gejala berat (PEB) dan Intrauterine Growth Restriction (IUGR) disertai luaran neonatus pada kehamilan preeklamsia dengan gejala berat dan tanpa preeklamsia dengan gejala berat.
Metode: Studi cross-sectional ini dilaksanakan di RSCM dengan menggunakan data dari laporan jaga tindakan persalinan dan rekam medis elektronik Departemen Obstetri-Ginekologi FKUI-RSCM tahun 2019. Data diagnosis PEB pada ibu hamil dan IUGR pada bayi dianalisis dengan Uji Chi Square. Sedangkan, data luaran neonatus dari kehamilan PEB dan tanpa PEB dianalisis dengan Uji Chi Square dan uji Fischer.
Hasil: Dari keseluruhan 76 sampel, didapatkan 38 sampel ibu hamil dengan PEB dan 38 sampel ibu hamil tanpa PEB. Sebanyak 44,7% ibu hamil dengan PEB melahirkan bayi dengan IUGR dan 7,9% ibu hamil tanpa PEB melahirkan bayi IUGR. Berdasarkan analisis uji statistik, diperoleh hubungan yang signifikan antara preeklamsia dengan gejala berat dan kejadian IUGR (p=<0,001; IK 95%: 2,470-36.116; OR=9,444). Hasil penelitian juga menunjukkan adanya perbedaan luaran neonatus yang meliputi jenis kelamin (p=0,645), kelahiran bayi sesuai usia gestasi (p=<0,001), berat badan lahir (p=<0,001), dan panjang badan (p=0,001), dan skor APGAR menit ke-1 (p=0,025) pada ibu hamil dengan PEB dan ibu hamil tanpa PEB. Tipe IUGR dari kehamilan PEB adalah IUGR simetris, sementara dari kehamilan tanpa PEB adalah IUGR asimetris.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara PEB dan kejadian IUGR di RSCM. Ditemukan juga perbedaan yang signifikan antara luaran neonatus yang lahir dari ibu dengan PEB dan ibu tanpa PEB. Luaran neonatus IUGR yang lahir dari ibu dengan PEB adalah tipe simetris, sedangkan luaran neonatus IUGR dari ibu tanpa PEB adalah tipe asimetris.

Introduction: Preeclampsia with severe features is a pregnancy disorder that negatively impact maternal and fetal condition. This type of pregnancy syndrome can disrupt the process of fetal growth that will increase infant mortality and morbidity as consequences. Therefore, this research aims to determine the association between preeclampsia with severe features (PESF) and incidence of Intrauterine Growth Restriction (IUGR). Beside that, this study analyse neonatal outcomes from PESF and non-PESF pregnancy.
Method: This cross-sectional study was conducted at RSCM using medical records from delivery report and electronic health record of the Obsterics-Gynecology Departement FKUI-RSCM in 2019. Data on the diagnosis of PESF in pregnant women and IUGR in infants were analyzed by Chi Square Test. For neonatal outcome data from pregnant women with or without preeclampsia with severe features, data were analyzed by Chi Square and Fischer’s Test.
Result: From total of 76 samples, 38 samples of pregnant women with PSF and 38 samples of pregnant women without PESF were obtained. A total of 44,7% pregnant women with PESF gave birth to babies with IUGR and 7,9% of pregnant women without PESF gave birth to babies with IUGR. Based on statistical analysis, there was a significant relationship between preeclampsia and severe features with incidence of IUGR (p=<0.001; 95% CI: 2,470-36,116; OR=9,444). The results also showed that there we’re significance difference in neonatal outcomes which include gender (p=0.645), baby birth according to gestational age (p=<0.001), birth weight (p=<0.001), and body length (p=0.001), and 1 minute-APGAR score (p=0.025) in pregnant women with PESF and pregnant women without PESF. Type of neonates with IUGR on PESF is symmetrical, meanwhile type of neonates with IUGR on pregnant woman without PESF is asymmetrical.
Conclusion: There is a relationship between preeclampsia with severe features and incidence of intrauterine growth restriction. A significant difference was also found between the outcomes of neonates born to mothers with PESF and mothers without PESF. IUGR neonates that born to mothers with PESF had symmetrical type, while IUGR neonates that born to mothers without PESF had assymetrical type
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gisheila Ruth Anggitha N.
"Preeklampsia merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas maternal maupun perinatal di Indonesia. Suatu studi menyatakan Preeklampsia Berat (PEB) merupakan penyebab kematian ibu sebesar 1,5-25% dan bayi 45-50% di Indonesia. Status paritas dinilai menjadi salah satu faktor penting terhadap tingginya angka kejadian PEB. Walaupun sudah cukup banyak studi epidemiologi mengenai kaitan antara PEB dan paritas, sangat disayangkan RSUPN Cipto Mangunkusumo (RSCM) sebagai rumah sakit pusat rujukan nasional belum pernah melaporkan data serta analisis kasus PEB.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan informasi tentang distribusi karakteristik sosiodemografi pasien RSCM, prevalensi PEB di RSCM, serta hubungan antara status paritas dan PEB. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah potong lintang. Data dikumpulkan dengan menggunakan rekam medis pasien Departemen Obstetri Ginekologi RSCM sepanjang tahun 2011. Dari 2517 data, 2462 data memenuhi kriteria yang kemudian dianalisis dengan menggunakan uji Chi-square.
Pada penelitian ini ditemukan karakteristik sosiodemografi pasien hamil RSCM berasal dari Jakarta (79,05%), beragama Islam (87,98%), pendidikan terakhir SMA (35,2%), ibu rumah tangga (71%), dan menggunakan jaminan persalinan (44%). Prevalensi angka kejadian PEB di RSCM tahun 2011 sebesar 16,4%. Status paritas memiliki hubungan yang signifikan dengan prevalensi angka kejadian PEB di RSCM tahun 2011, dengan proporsi angka kejadian PEB paling tinggi ada pada kelompok grande multipara (24,3%).

Preeclampsia is one of the major causes of maternal and fetal morbidity and mortality in Indonesia. One study showed that severe preeclampsia caused 1,5-25% of maternal death and 45-50% of neonatal death in Indonesia. Parity seems to become one of the major risk factors that contribute to the high incidence of severe preeclampsia. Although there have been many studies about epidemiology of correlation between parity and preeclampsia, RSUPN Cipto Mangunkusumo (RSCM) as a central national refferal hospital has not yet reported any data and analysis about severe preeclampsia case.
The aim of this study was to know about the characteristics sosiodemographic of obstetric patients, prevalence of severe preeclampsia, and relationship between parity and prevalence of severe preeclampsia in RSCM in 2011. The method used in this study was cross sectional. The data were obtained from medical record of all patients from Department Obstetric Gynecologic RSCM in 2011. From 2517 data, 2462 data were fulfilled research criteria, and were analyzed using Chi-Square test.
Through this study, we obtained some characteristics of maternal in RSCM, i.e. originated from Jakarta (79,05%), Moslem (87,98%), last educational was high school (35,2%), housewife (71%), and had labor inssurance (44%). Prevalence of severe preeclampsia in RSCM in 2011 was 16,4%. There was a significant relationship between parity and incidence of severe preeclampsia in RSCM in 2011 (p=0,002), which the highest proportion of incidence severe preeclampsia was in the grande multipara group (24,3%).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernita Kusumanti
"ABSTRAK
Persalinan preterm merupakan kejadian yang disebabkan oleh multifaktorial salah satunya adalah infeksi pada ibu. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi persalinan preterm di RSCM pada tahun 2011, untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kejadian persalinan preterm dengan ibu positif ISK dan ibu negatif ISK, serta mengetahui korelasi persalinan preterm dengan ISK pada ibu. Metode penelitian cross-sectional pada 2005 sampel. Data yang diambil berupa data sekunder. Kemudian data diolah menggunakan spss 11.5 for windows dan dianalisis dengan uji chi square untuk uji perbedaan. Hasil penelitian didapat Prevalensi persalinan preterm di RSCM tahun 2011 adalah sebesar 27%. Tidak ada perbedaan bermakna kejadian persalinan preterm antara ibu positif ISK dengan ibu negatif ISK di RSCM pada tahun 2011 (P>0,05).

ABSTRACT
Preterm labor is an incident caused by a multifactorial one of which is an infection in the mother. This study was conducted to determine the prevalence of preterm delivery in RSCM in 2011, to determine whether there are differences of preterm labor in positive UTI’s mother and negative UTI’s mother, to determine the correlation of preterm labor with maternal UTI . Methods Cross-sectional study in 2005 samples. Data taken the form of secondary data. Then the data is processed using the SPSS 11.5 for Windows and analyzed by chi-square test for testing the differences. Research results obtained prevalence of preterm birth in the RSCM in 2011 amounted to 27%. There is no significant difference of preterm delivery between positive UTI’s mother and negative UTI’s mother in RSCM in 2011 (P> 0.05). And the results showed no significant correlation between preterm labor and maternal UTI in the RSCM in 2011"
2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Risandi Priatama
"Kelahiran preterm sebagai penyebab morbiditas dan mortalitas yang utama pada neonatus memiliki prevalensi kejadian yang tinggi khususnya di Indonesia yang mencapai 15,5%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kelahiran preterm dan keputihan pada kehamilan.
Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Subjek penelitian yaitu ibu yang melahirkan di RSCM tahun 2011 yang memenuhi kriteria pemilihan penelitian. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi kelahiran preterm di RSCM pada tahun 2011 sebesar 26,4% dan prevalensi keputihan pada ibu hamil di RSCM tahun 2011 sebesar 29,9%.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan terdapat hubungan yang berbeda bermakna antara kelahiran preterm dengan keputihan pada kehamilan di RSCM tahun 2011 dengan nilai p<0,001 dan keputihan pada kehamilan merupakan risiko terjadinya kelahiran preterm dengan nilai rasio prevalens lebih dari 1 (1,5) serta interval kepercayaan 0,40-0,60.

Preterm birth as causes of morbidity and mortality in neonates have a major high prevalence, especially in Indonesia, which reached 15.5%. This study aims to determine the relationship between preterm birth and vaginal discharge in pregnancy.
The study design used is cross-sectional. Subject of research is the mother who gave birth in the RSCM in 2011 that meets the selection criteria for the study. Results from this study showed that the prevalence of preterm births in the RSCM in 2011 amounted to 26.4% and the prevalence of vaginal discharge in pregnant women in the RSCM in 2011 amounted to 29.9%.
From the results of this study concluded that there is a significant difference in the relationship between preterm birth with vaginal discharge in pregnancy in the RSCM in 2011 with a value of p <0.001 and vaginal discharge in pregnancy is a risk of preterm birth prevalence ratio with a value of more than 1 (1.5) as well as the confidence interval 0.40 to 0.60."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Fauzi Suskhan
"Latar belakang: Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya kantung ketuban sebelum persalinan. KPD dapat menyebabkan komplikasi yang dapat mengancam nyawa baik bagi ibu maupun bayi. Penelitian ini akan memberikan gambaran yang faktual, sistematis, dan terbaru mengenai fakta terkait kejadian ketuban pecah dini di RSCM dengan karakteristik demografi yang diselidiki. Metode: Penelitian observasional deskriptif ini mengggunakan desain potong lintang. Populasi penelitian adalah Ibu hamil yang bersalin di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta selama periode Agustus hingga Desember 2021 dengan besar sampel sebanyak 80 subjek yang dalam rekam medis terdiagnosis mengalami ketuban pecah dini, diambil dengan teknik purposive sampling. Hasil: Pada penelitian ini didapatkan umur pasien diantara 16—46 tahun dengan rata-rata 29.4541 6.559. Lama pendidikan formal yang ditempuh mayoritas pasien maupun pasangannya, yakni 7 – 12 tahun baik pasien (60%) maupun pasangannya (72.5%). Jenis pekerjaan pasien didominasi oleh yang tidak bekerja (62.5%) sedangkan untuk pasangan didominasi oleh karyawan swasta (52.5%). Alamat asal tempat tinggal pasien yang memiliki persentase terbesar berasal dari Jakarta Timur (33.8%). Sebagian besar pasien multigravida (63.7%), tetapi hampir setengahnya nullipara (46.3%), dan hampir seluruh pasien tidak memiliki riwayat KPD sebelumnya (96.3%). Kesimpulan: Mayoritas pasien KPD pada penelitian ini memiliki ciri-ciri: lulusan SMA/sederajat (48.8%), tidak bekerja (62.5%), bertempat tinggal di Kota Jakarta Timur (27%), multigravida (63.7%), nullipara (46.3%), dan tidak memiliki riwayat KPD (96.3%).

Introduction: Premature rupture of membrane (PROM) is defined as the rupture of the amniotic sac before the onset of labor. PROM may cause complications that threaten the mother's and her baby's lives. This research will give factual, systematic, and newest information on the case of premature rupture of membrane at RSCM. Methods: This cross-sectional study used a descriptive observational approach. The population are pregnant women that gave birth at RSCM from August to December 2021. Total of 80 samples was obtained using purposive sampling from secondary data in the medical records that were diagnosed with premature rupture of membrane. Result: In this study, the patient's age was between 16 and 46 years with an average of 29.4541 ± 6.559. The length of formal education taken by the majority of patients and their partners is 7-12 years, both patients (60%) and their partners (72.5%). The type of jobs of patients is dominated by those who do not work (62.5%) while for couples it is dominated by private employees (52.5%). The patient's residence address which has the largest percentage comes from East Jakarta (33.8%). Most of the patients were multigravida (63.7%), but almost half were nulliparous (46.3%), and almost all patients had no previous history of PROM (96.3%). Conclusion: The majority of PROM patients in this study had the following characteristics: high school graduates/equivalent (48.8%), not working (62.5%), residing in East Jakarta City (27%), multigravida (63.7%), nullipara (46.3%), and had no history of PROM (96.3%)"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fildzah Hilyati
"Ketuban pecah dini (KPD) menempati peringkat ke-11 dari 20 penyebab morbiditas pada ibu melahirkan di dunia. Kasus KPD di Indonesia mencapai 10% dari jumlah kelahiran dan berpotensi untuk meningkatkan morbiditas dan mortalitas neonatal. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi karakteristik sosiodemografi pasien di rumah sakit Cipto Magunkusumo (RSCM), prevalensi KPD di RSCM, serta hubungannya dengan APGAR score buruk bayi yang dilahirkan. Desain yang digunakan adalah studi potong lintang dengan menggunakan data rekam medis pasien Departemen Obstetri dan Ginekologi RSCM tahun 2011 (n=2171). Proporsi kasus KPD di RSCM diketahui sebesar 25% serta APGAR score buruk menit 1 sebesar 11% dan menit 5 sebesar 3,3%. Hasil uji Chi-square menunjukkan tidak ada perbedaan proporsi APGAR score buruk secara bermakna antara kelompok KPD dan tanpa KPD, yakni p=0,477 untuk menit 1 dan p=0,332 untuk menit 5. Disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara ibu melahirkan dengan KPD dengan APGAR score buruk menit 1 dan menit 5 bayi yang dilahirkan.

Premature rupture of membranes (PROM) is the 11th rank out of 20 most common causes of death during labor. PROM cases affect 10% labor in Indonesia and increase morbidity and mortality of neonates. The aim of this study was to achieve information about sociodemographic characteristics of obstetric patients, prevalence of PROM, and relationship between PROM and low APGAR score in RSCM in 2011. The method of this study was cross sectional using data obtained from all medical records of patients in Obsteric and Gynecology Department RSCM in 2011 (n= 2171). From this study, we obtained the proportion of PROM in RSCM in 2011 was 25% while proportion of low minute-1 APGAR score was 11% and low minute-5 APGAR score was 3,3%. Data analysis using Chi-square test showed there was no significant difference of PROM and low APGAR score in minute 1 (p=0,477) and minute 5 (p=0,332). In conclusion, there is no relationship between PROM and low APGAR score in minute 1 and minute 5 of neonates.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>