Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 84614 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Avia Rizki Noordiany
"[Parameter COD dan TDS merupakan dua parameter yang nilainya paling tinggi pada limbah susu yaitu dengan kisaran 1.000-8.000 mg/L untuk COD dan 1.000-4.000 mg/L untuk TDS. Penelitian ini dilakukan untuk menurunkan kedua nilai parameter tersebut menggunakan bioreaktor Microbial Fuel Cell (MFC) yaitu merupakan sebuah teknologi alternatif pengolahan limbah yang dapat mendegradasi kandungan organik limbah serta menghasilkan energi listrik secara langsung tanpa membutuhkan konversi dan untuk melihat potensi limbah susu secara teoritis dalam menghasilkan energi listrik Penelitian dilakukan selama 2 bulan dengan membuat reaktor. MFC skala laboratorium dengan jenis single chamber tanpa membran berukuran 16/L dengan dimensi 40/20/20 cm Terdapat penambahan bakteri Escherichia coli untuk meningkatkan degradasi kandungan organik limbah. Penelitian yang dilakukan secara batch ini menunjukkan efisiensi penurunan COD sebesar 51 pada waktu tinggal 13 hari sedangkan TDS mengalami peningkatan karena adanya penambahan larutan elektrolit. Dengan konsentrasi COD influen sebesar 3.853 mg/L penurunan rata rata COD dari total yang tersisihkan adalah 7.7 setiap harinya Limbah susu ini memiliki potensi untuk dijadikan substrat dalam reaktor MFC karena secara teoritis dapat menghasilkan arus maksimum sebesar 340 mA dengan efisiensi Coulomb sebesar 13 Hasil ini lebih besar dibandingkan dengan penelitian lain yang menggunakan limbah domestik sebagai substrat.

COD and TDS are two parameters that have the highest value in dairy wastewater with a COD ranging between 1.000 and 8.000 mg/L and a TDS ranging between 1.000 and 4.000 mg/L. The aim of this study is to reduce the value of these parameters by using a Microbial Fuel Cell (MFC) bioreactor an alternative wastewater treatment technology that can degrade the organic content of the wastewater and produce electrical energy directly without the need of conversion and to see theoretically the dairy wastewater potential in power generation Research is done for 2 months by creating a laboratory scale MFC reactor with single chamber type without a membrane and has reactor volume of 16/L with dimensions of 40/20/20 cm. There is an addition of Escherichia coli bacteria to increase the degradation of the organic content of the wastewater Research which carried out in batch shows COD removal efficiency of 51 at the HRT of 13 days while TDS has increased due to the addition of an electrolyte solution As influent COD concentration is 3.853 mg/L the average decrease of the total excluded COD was 7.7 per day Therefore dairy wastewater has the potential to be used as a substrate in MFC reactor because theoretically it can produce a maximum current of 340 mA with Coulomb efficiency of 13. These result is greater than other research that use domestic wastewater as a substrate., COD and TDS are two parameters that have the highest value in dairy wastewater with a COD ranging between 1 000 and 8 000 mg L and a TDS ranging between 1 000 and 4 000 mg L The aim of this study is to reduce the value of these parameters by using a Microbial Fuel Cell MFC bioreactor an alternative wastewater treatment technology that can degrade the organic content of the wastewater and produce electrical energy directly without the need of conversion and to see theoretically the dairy wastewater potential in power generation Research is done for 2 months by creating a laboratory scale MFC reactor with single chamber type without a membrane and has reactor volume of 16 L with dimensions of 40 20 20 cm There is an addition of Escherichia coli bacteria to increase the degradation of the organic content of the wastewater Research which carried out in batch shows COD removal efficiency of 51 at the HRT of 13 days while TDS has increased due to the addition of an electrolyte solution As influent COD concentration is 3 853 mg L the average decrease of the total excluded COD was 7 7 per day Therefore dairy wastewater has the potential to be used as a substrate in MFC reactor because theoretically it can produce a maximum current of 340 mA with Coulomb efficiency of 13 These result is greater than other research that use domestic wastewater as a substrate ]"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S61384
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Guruh Mehra Mulyana
"Microbial Fuel Cell (MFC) merupakan salah satu teknologi yang dikembangkan untuk mendapatkan sumber energi baru terbarukan. Namun teknologi ini tergolong mahal, sehingga penelitian pun banyak diarahkan untuk menjadikan teknologi ini lebih efisien, ekonomis dan berkelanjutan. MFC yang memanfaatkan limbah industri tempe sebagai substrat, merupakan salah satu alternatif yang dapat dikembangkan. Mikroorganisme pada limbah industri tempe yang berpotensi mencemari lingkungan di sekitar dapat dimanfaatkan aktivitasnya untuk menghasilkan suatu energi listrik. Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan uji coba penggunaan reaktor dual dengan menggunakan membran dan reaktor tunggal tanpa membran (single chamber/membranless). Namun, hasil yang diberikan masih perlu dilakukan peningkatan kinerja.. Oleh sebab itu, penelitian ini difokuskan pada MFC dengan penggunaan reaktor tubular chamber/membranless dengan variasi penambahan bakteri konsorsium, substrat yang disirkulasikan serta jumlah reaktor. Hasil penelitian didapatkan listrik keluaran terbesar dari percobaan menggunakan multireaktor yang dikonfigurasikan secara paralel dengan substrat yang disirkulasikan, tegangan maksimum 301,9 mV dan 5,39 mW/m2 untuk power density. Hasil coloumbic efficiency terttinggi diperoleh dari percobaan dengan variasi penambahan sejumlah konsorsium menggunakan multireaktor. Riset lebih lanjut perlu dilakukan guna mendapatkan energi listrik yang maksimum dan efisien, supaya industri yang bersangkutan dapat mereduksi biaya operasi dengan menggunakan listrik yang dihasilkan oleh limbahnya, sehingga tujuan menjadikan MFC sebagai teknologi yang ekonomis, berkelanjutan dan ramah lingkungan dapat tercapai.

Microbial fuel cell (MFC) is a technology developed to obtain new sources of renewable energy. But this technology is quite expensive, so teh research was directed to make this technology more efficient, economical and sustainable. MFC that utilize industrial waste of tempe as a substrate, is one alternative that can be developed. Activity of microorganism in industrial waste of tempe potentially contaminate the surrounding environment can be used to produce an electrical energy. In the previous study have been done testing performance of dual chamber MFC with membrane and single chamber MFC without membrane (single chamber/membranless). However, given the result still need improve the performance. Therefore, this study focused on using a tubular reactor MFC/membranless with variations are the addition of consortium, circulating substrate and the number of reactor. The result showed the biggest electricity output obtain from the experiment using multireaktor configured in parallel with the substrate is circulated, the maximum voltage 301.9 mV and 5.39 mW/ m2 of power density. The highest coloumbic efficiency results obtained from experiments with variations of the addition of a number of consortia using multireactor. Further research needs to be done in order to obtain maximum electrical energy and efficient, so that the industry concerned can reduce operating costs by using electricity generated by waste, so the aim of making the MFC as a technology that is economical, sustainable and environmentally friendly can be achieved."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59293
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dheniza Nathalya Tiwiwijaya
"Microbial Fuel Cell (MFC) adalah sebuah perangkat bioelektrokimia yang memiliki kemampuan untuk mengolah air limbah dan menghasilkan listrik secara bersamaan. Limbah cair tapioka yang dihasilkan dari 70% produksi tepung tapioka dari ubi kayu mengandung senyawa organik yang tinggi sehingga dapat di manfaatkan menjadi substrat pada MFC untuk menghasilkan listrik. Limbah cair tapioka mengandung COD yang tinggi sekitar 1800-10200 mg/L. Penelitian ini  menggunakan dual chamber MFC dengan membran penukar proton Nafion 117 dan elektroda grafit yang dioperasikan selama 72 jam. Variasi yang digunakan adalah jumlah inokulum Pseudomonas aeruginosa serta jenis larutan elektrolit. Penurunan konsentrasi COD diperoleh sebesar 24,26 ± 2,92%; 47,24 ± 3,08%; dan 53,65 ± 4,97% untuk variasi jumlah inokulum Pseudomonas aeruginosa 0 (kontrol), 5% v/v dan 10% v/v. Penurunan konsentrasi COD menunjukkan tren positif dengan penambahan jumlah inokulum Pseudomonas aeruginosa. Penurunan konsentrasi COD juga diperoleh sebesar 45,76 ± 8,25%; 44,11 ± 4,06%; dan 47,24 ± 3,08% untuk variasi larutan elektrolit H2O2, K2Cr2O7 dan KMnO4. Produksi listrik diraih cukup tinggi oleh penggunaan larutan elektrolit KMnO4 dan penambahan inokulum Pseudomonas aeruginosa sebanyak 5% v/v dengan tegangan maksimum sebesar 238,39 mV dan densitas daya maksimum sebesar 12.517,05 (µW/m2). Serta, nilai efisiensi coulomb tertinggi yang dicapai sebesar 56,49%.

Microbial Fuel Cell (MFC) is a bioelectrochemical device that has the ability to treat wastewater and generate electricity simultaneously. Tapioca liquid waste generated from 70% of tapioca flour production from cassava contains high organic compounds so that it can be utilized as a substrate in MFC to generate electricity. Tapioca liquid waste contains high COD around 1800-10200 mg/L. This research uses dual chamber MFC with Nafion 117 proton exchange membrane and graphite electrode which will be operated for 72 hours. The variation used is the amount of Pseudomonas aeruginosa inoculum and the type of electrolyte solution. The decrease in COD concentration was obtained as 24.26 ± 2.92%; 47.24 ± 3.08%; and 53.65 ± 4.97% for variations in the amount of Pseudomonas aeruginosa inoculum 0 (control), 5% v/v and 10% v/v. The decrease in COD concentration showed a positive trend with the addition of Pseudomonas aeruginos a inoculum. The decrease in COD concentration was also obtained as 45.76 ± 8.25%; 44.11 ± 4.06%; and 47.24 ± 3.08% for the variation of electrolyte solutions H2O2, K2Cr2O7 dan KMnO4. Electricity production was achieved quite high by the use of KMnO4 electrolyte solution and the addition of Pseudomonas aeruginosa inoculum as much as 5% v/v with a maximum voltage of 238.39 mV and a maximum power density of 12,517.05 (µW/m2). Also, the highest coulomb efficiency value achieved was 56.49%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vifki Leondo
"Microbial Fuel Cell (MFC) merupakan sebuah perangkat elektrokimia yang memanfaatkan mikroorganisme untuk menghasilkan listrik dari hasil metabolisme dalam memecah senyawa oraganik. Limbah cair industri tempe berpotensi untuk dijadikan sebagai substrat MFC. Limbah cair industri tempe masih mengandung nutrisi yang tinggi untuk mikroba. Penelitian ini difokuskan pada sisi aspek pengolahan limbah ditentukan dari penurunan kadar COD dan BOD. Variasi dalam penelitian ini adalah variasi jenis larutan elektrolit, konsentrasi penambahan mediator, waktu pembentukan biofilm, dan penambahan bakteri gram selektif. Kinerja elektrolit yang paling bagus adalah Kalium Persulfat dibandingkan Natrium Klorida dengan penurunan COD dan BOD sebesar 23,07% dan 37,02%. Penambahan mediator dengan konsentrasi 20 g/L menghasilkan penurunan kadar COD dan BOD sebesar 25,92% dan 37,44%. Variasi berikutnya tidak menggunakan mediator ekstrak ragi karena meningkatkan kadar awal limbah secara signifikan. Waktu pembentukan biofilm optimum adalah 7 hari yang menghasilkan penurunan kadar COD dan BOD sebesar 18,2% dan 35,9%.Penambahan bakteri gram negatif sebanyak 5 mL menurunkan kadar COD dan BOD sebesar 29,32% dan 51,32%. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk menghasilkan penurunan kadar limbah yang lebih besar supaya dapat memenuhi baku mutu limbah.

Microbial Fuel Cell (MFC) is an electrochemical device that uses microorganisms to produce electricity from the metabolism in the breakdown of organic compounds. Industrial wastewater of tempeh is potential to be a MFC substrate. Tempe industrial wastewater contains high nutrient for microbes. This study focused on the aspects of waste treatment which is determined by decreased levels of COD and BOD. Variations in this study are electrolyte solutions, the concentration of yeast extract addition as mediator, the formation time of biofilm, and the addition of selective gram. Potassium Persulphate result better performance than Sodium Chloride with COD and BOD removal amounted to 23.07% and 37.02%. The addition of a mediator with a concentration of 20 g/L decrease COD and BOD levels by 25.92% and 37.44%. The next variation will not use yeast extract mediator because it enhances the initial level of wastes significantly. Biofilm formation optimum time is 7 days which decrease COD and BOD levels by 18.2% and 35.9%. The addition of gram negative bacteria decrease COD and BOD levels by 29,32% dan 51,32%. Further research is needed in order to get a better result on decreasing levels of COD and BOD.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65731
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitra Suhanda
"Microbial Fuel Cel/ (IVIFC) adalan seperangkat alat yang mampu menguban energi kimia yang berasal dari metabolisme suatu mikroorganisme, menjadi energi Iistrik. |V|etabo|isme suatu mikroorganisme melibatkan transpor elektron di dalamnya, seningga dapat di manfaatkan untuk mengnasiikan listrik. Proses transpor elektron dari membran sei ke permukaan anoda dapat dibantu dengan penambanan mediator. Penelitian ini bertujuan memanfaatkan Kultur Pseudomonas aeruginosa untuk memproduksi Iistrik dalam IVIFC, tanpa penambanan mediator dari luar sistem. Pseudomonas aeruginosa adalan bakteri yang dapat mengnasilkan pigmen-pigmen berwarna knas. Salan satunya adalan pyocyanin, suatu pigmen biru nijau yang diperkirakan bersifat elektroaktif.
Pyocyanin dapat dinasilkan olen P. aeruginosa pada media pertumbunan ekstrak tauge. Hasil uji voltametri siklik ternadap ekstrak pyocyanin menunjukkan banwa senyawa tersebut bersifat elektroaktif, dengan potensial oksidasi pada 0,21825 V dan potensial reduksi pada 0,147 V. Pengukuran Iistrik IVIFC dilakukan dengan menggunakan Kultur P. aeruginosa pada media ekstrak tauge dengan pyocyanin sebagai auto-mediator. Arus yang diperolen rata-rata sebesar 23 uA, serta voltase rata-rata sebesar 260 mV. Produksi Iistrik IVIFC dengan memvariasikan konsentrasi substrat glukosa sebesar 0,5 g/L; 1 g/L; 2,5 g/L; 3 glL dan 4 glL menunjukkan bahwa pengukuran berlangsung optimal penambahan glukosa sebesar 3 g/L"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S30439
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mariana
"Bakteri telah lama diketahui dapat menghasilkan listrik. Namun, pengembangan teknologi tersebut baru dilakukan beberapa tahun terakhir. MFC (Microbial Fuel Cell) adalah salah satu teknologi yang mengadaptasi prinsip kerja tersebut. MFC berpotensi sebagai penghasil energi listrik alternatif terbarukan melalui konversi limbah menjadi energi listrik. Kenyataaannya, teknologi ini masih menghasilkan listrik yang belum mencapai target nilai voltase minimum. Penelitian ini difokuskan untuk meninjau pengaruh penambahan bakteri gram positif dan negatif serta volume optimal penambahan bakteri gram dengan menggunakan tubular single chamber membranless reactor. Penambahan selektif mixed culture adalah melakukan penambahan gram bakteri masing-masing, yaitu positif dan negatif yang terdapat dalam limbah cair tempe. Gram bakteri ini telah melalui tahap isolasi dan kultur ulang terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam substrat sistem MFC. Hasil penelitian didapatkan bahwa penambahan selektif mixed culture dapat meningkatkan produksi tegangan listrik pada sistem MFC. Bakteri gram negatif mendominasi limbah cair tempe dan lebih mampu mentransferkan elektron daripada gram positif. Tegangan bertambah seiring penambahan jumlah bakteri sampai pada titik tertentu yang menyebabkan transfer elektron menurun. Penambahan bakteri gram negatif sebanyak 1 mL memberikan hasil paling optimal yang mampu meningkatkan hasil listrik mencapai 16,50 mV atau 92,14% terhadap eksperimen awal dengan tegangan rata-rata sebesar 17,91 mV. Variasi penambahan optimum ini juga memberikan hasil yang baik pada penggunaan limbah industri, yaitu tegangan dan power density listrik tertinggi sebesar 8,90 mV dan 0,02 mW/m2.

Bacteria have long been known could produce electricity. However, the development of these new technologies carried out in recent years. MFC (Microbial Fuel Cell) is one of the technologies that adapt that working principle. MFC potential as a producer of renewable alternative electrical energy through the conversion of waste into electrical energy. The fact, this technology still produces electricity that has not reached the target value of the minimm voultage. This research is focused on reviewing the effect of the addition of gram positive and negative bacteria as well as the optimal volume additions gram using a tubular single chamber membranless reactor. The addition of selective mixed culture of bacteria is adding gram respectively, the positive and negative contained in tempe liquid waste. These gram bacteria have been through the stages of isolation and culture before incorporated into the substrate MFC system. The result showed that the addition of selective mixed culture can increase the production of electric voltage on the system MFC. Gram negative bacteria dominate liquid waste tempe and better able to transfer electrons than gram-positive. The voltage increases with increasing number of bacteria up to a point that causes the electron transfer decreases. Addition of gram-negative bacteria in 1 mL provide the most optimal results that can improve the electrical results reached 16.50 mV or 92.14% against the strart experiment with the average voltage of 17.91 mV. Variations optimum additions also give good results on the use of industrial waste, with electrical voltage and power density high of 8.90 mV and 0.02 mW/m2.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63643
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Guruh Mehra Mulyana
"

Pemanfaatan limbah cair tempe yang berpotensi mencemari lingkungan dapat dimanfaatkan sebagai sumber inokulum untuk menghasilkan suatu energi listrik dengan sistem MFC. Penelitian ini menggunakan reaktor tubular single chamber dengan volume 0,5 L dan 5 L. Fokus penelitian ini adalah untuk evaluasi parameter kinetika dan efisiensi sistem, serta pengaruh perningkatan volume reaktor terhadap parameter kinetika dan efisiensi sistem. Glukosa digunakan sebagai substrat dalam mengkaji nilai parameter kinetika sistem MFC. Data hasil percobaan di laboratorium berhasil dimodelkan dengan persamaan Monod. Nilai parameter kinetika untuk sistem MFC dengan volume 0,5 L adalah Pmax 0,032 mW/m2 dan Ks 772,98 mg/L, sedangkan untuk reaktor 5 L nilai Pmax sebesar 1,59 mW/m2 dan Ks 399,97 mg/L. Nilai efisiensi Coulomb pada percobaan startup untuk reaktor 0,5 L sebesar 8,55 % dan 3,5% untuk reaktor 5 L. Sedangkan untuk percobaan dengan substrat glukosa, nilai EC tertinggi untuk reaktor 0,5 L adalah sebesar 0,435% dan 2,84% untuk reaktor 5 L. Nilai efisiensi energi tertinggi pada sistem MFC adalah 0,0152% dengan reaktor 5 L. Secara keseluruhan terjadi peningkatan nilai parameter kinetika dan nilai efisiensi pada peningkatan volume reaktor dari 0,5 L ke 5 L. Peningkatan yang terjadi cukup signifikan, pada parameter Pmax terjadi peningkatan hingga 50 kali lipat.


Utilization of liquid waste tempe potential to pollute the environment can be used as a source of inoculum to produce an electrical energy system with MFC. This study uses a single tubular reactor chamber with a volume of 0.5 L and 5 L. The focus of this study was to evaluate the kinetic parameters and system efficiency. Glucose is used as a substrate in assessing the value of kinetic parameters MFC system. Data from experiments in the laboratory successfully modeled with Monod equation. Value of kinetic parameters for the MFC system with a volume of 0.5 L is Pmax 0,032 mW/m2 and Ks 772.98 mg/L, whereas for the 5 L reactor Pmax value of 1.59 mW/m2 and Ks 399.97 mg/L. Coulombic efficiency (CE) value at the start-up experiment for a 0.5 L reactor amounted to 8.55% and 3.5% for reactors 5 L. As for experiments with glucose substrate, the highest CE value of 0.5 L reactor is equal to 0.435% and 2.84% for reactor 5 L. Rated highest energy efficiency in the MFC system is 0.0152% for 5 reactor L. Overall there was an increase the value of kinetic parameters and efficiency on enhanching the reactor volume from 0.5 L to 5 L. The increase was significant, the Pmax parameter increased up to 50 times.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T45637
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deni Novitasari
"Kebutuhan energi listrik di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat. Namun penggunaan minyak bumi sebagai sumber penghasil energi masih mendominasi, padahal cadangan minyak bumi di Indonesia kian menipis (ESDM, 2010). Oleh karena itu, perlu dikembangkan alternatif penghasil sumber energi yang berkelanjutan, yaitu Microbial Fuel Cell (MFC). Pada penelitian ini, digunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus sebagai penghasil listrik pada reaktor MFC dualchamber. Untuk memperoleh energi listrik yang maksimum, dilakukan variasi optical density (OD), waktu operasi, volume reaktor, larutan elektrolit, dan konfigurasi reaktor MFC. Dari penelitian ini, dihasilkan energi listrik maksimum berupa power density sebesar 201,9 mW/m2 pada reaktor MFC seri dengan OD 0,5 dan kalium permanganat sebagai larutan elektrolit.

Electrical energy demand in Indonesia is increasing in past few years. However, the use of crude oil as the source of energy is still dominating, while the reserve of crude oil in Indonesia is depleted (ESDM, 2010). Therefore, there is necessary to develop an alternative sustainable energy source, such as Microbial Fuel Cell (MFC). In this study, the bacteria Lactobacillus bulgaricus is used as electricityproducing in dual-chamber MFC reactor. The maximum electrical energy is reached by varying optical density (OD), operation time, reactor volume, electrolyt solution, and MFC reactor configuration. From this study, the highest electrical energy generated in term of power density is 201,9 mW/m2. This value obtained in MFC reactor series using OD 0,5 and potassium permanganate as electrolyt solution."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1155
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tarisa Amalia
"Indonesia merupakan produsen tepung tapioka terbesar kedua di Asia dengan ekspor mencapai 122 juta USD pada tahun 2021. Pertumbuhan industri ini meningkatkan masalah limbah cair, yang turut dihasilkan saat produksi tepung tapioka dilakukan. Limbah cair dapat mencapai 15-21 m³ per ton singkong dengan kadar sianida mencapai 44,40 mg/L. Berbagai teknologi telah digunakan untuk mendegradasi sianida dalam limbah cair tapioka, namun masih ada kekurangan dari segi teknis maupun ekonomi. Microbial Fuel Cell (MFC) adalah teknologi alternatif yang dapat mengatasi kekurangan ini. MFC dapat mendegradasi limbah sekaligus memproduksi listrik. Penelitian ini mengeksplorasi potensi degradasi sianida dalam limbah cair tapioka menggunakan MFC kompartemen ganda dengan variasi konsentrasi awal sianida dan jenis larutan elektrolit. Hasil menunjukkan degradasi sianida terbesar terjadi pada konsentrasi 20,50 mg/L sebesar 53,17 ± 14,85% dan degradasi terkecil pada konsentrasi 41,50 mg/L sebesar 23,13% ± 4,12%. Perbedaan degradasi disebabkan oleh keracunan bakteri oleh sianida. Produksi listrik bervariasi, pada variasi konsentrasi awal didapatkan tegangan maksimum 96,45 mV dan densitas daya 2048,82 μW/m² pada konsentrasi 20,50 mg/L. Sedangkan, pada variasi larutan elektrolit tegangan maksimum adalah 64,81 mV dengan densitas daya 925,04 μW/m² pada KMnO4. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan teknologi yang lebih efisien dalam mendegradasi sianida pada limbah cair tapioka.

Indonesia is the second-largest producer of tapioca starch in Asia, exporting 122 million USD in 2021. The industry's growth has led to an increase in wastewater production, reaching 15-21 m³ per ton of cassava used dan cyanide levels up to 44.40 mg/L. Various technologies have been applied to degrade cyanide in tapioca wastewater, dan still encountered technical dan economic limitations. A microbial fuel cell (MFC) offers an alternative technology that addresses the issues of waste degradation dan simultaneous production of electricity. This study investigates cyanide degradation in tapioca wastewater using a dual-chamber MFC, with variations in the initial cyanide concentration dan types of electrolyte solutions. The highest cyanide degradation occurred at the concentration of 20.50 mg/L, with a 53.17 ± 14.85%. In contrast, the lowest cyanide degradation was observed at 41.50 mg/L, with degradation percentage reaching 23.13% ± 4.12%. These differences of degradation are attributed to cyanide poisoning of the bacteria. The electricity produced varied within variation. At a cyanide concentration of 20.50 mg/L, the maximum voltage was 96.45 mV with a power density of 2048.82 μW/m². In contrast, with KMnO4 as the electrolyte, the maximum voltage was 64.81 mV with a power density of 925.04 μW/m². These findings may contribute to the development of a more efficient cyanide degradation technologies for tapioca wastewater."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Puri Hardiyani
"Microbial Fuel Cell (MFC) merupakan teknologi pengolahan limbah cair yang menjanjikan karena dapat menghasilkan energi listrik sekaligus menurunkan kandungan organik dalam limbah. Penelitian ini menentukan kinerja seluruh penelitian MFC yang dilakukan di Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia periode Februari hingga Juni 2013 sebagai pengolah limbah ditentukan dari penurunan kadar Chemical Oxygen Demand (COD) dan tegangan listrik yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan reaktor single-chamber MFC tanpa membran penukar ion serta limbah model dan limbah industri tempe. Sebagian besar penelitian MFC tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tegangan listrik yang dihasilkan, semakin tinggi pula persentase kadar COD yang diturunkan.

Microbial Fuel Cell is a promising technology for wastewater treatment because of its capability for both electricity generation and organic compound reduce. This study determines performances of whole MFC research conducted in Departemen of Chemical Engineering, Universitas Indonesia from February until June 2013 as wastewater treatment based on relation of COD removal and electricity generated. This research use membrane-lees single-chamber MFC, synthetic wastewater and tempeh industry wastewater. Most of the MFC research shows that the higher voltage of electricity produced, the higher COD removal percentage."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46604
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>