Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176601 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Silvia Ranny Wafiroh
"ABSTRAK
Penelitian korelasional ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara computer self-efficacy (CSE) dan penggunaan komputer oleh guru sekolah dasar. CSE didefinisikan sebagai keyakinan seseorang mengenai kapabilitasnya untuk menggunakan komputer (Compeau & Higgins, 1995), sedangkan penggunaan komputer didefinisikan sebagai frekuensi guru menggunakan komputer dalam bentuk preparation, professional e-mail, delivering instruction, accommodation, dan grading (Babell, Russell, & O?Dwyer, 2004). CSE diukur menggunakan alat ukur Computer Self-Efficacy milik Compeau & Higgins (1995) dan penggunaan komputer menggunakan alat ukur Teachers? Technology Use milik Babell, Russell, & O?Dwyer (2004). Data didapat dari 164 orang partisipan guru sekolah dasar di Jakarta, Bogor, dan Bekasi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif signifikan antara CSE dan penggunaan komputer pada guru sekolah dasar (r = 0,486, p = 0,000, L.o.S. 0,01). Berdasar pada hasil penelitian, peneliti menyarankan pihak guru dan sekolah untuk mengupayakan peningkatan CSE guna meningkatkan penggunaan komputernya.

ABSTRACT
This correlational study was conducted to demonstrate the relationship between computer self-efficacy (CSE) and elementary school teachers? use of computer. CSE is defined as a judgement of one?s capability to use a computer (Compeau & Higgins, 1995) and teachers? use of computer is defined as the frequency of teachers? using computer in the form of preparation, professional e-mail, delivering instruction, accommodation, and grading (Babell, Russell, & O?Dwyer, 2004). CSE was measured by Computer Self-Efficacy Scale (Compeau & Higgins, 1995) and teachers? use of computer was measured by Teachers? Technology Use Scale (Babell, Russell, & O?Dwyer, 2004). Data was collected from 164 elementary school teachers in Jakarta, Bogor, and Bekasi. The main result shows that there is a significant positive correlation between computer self-efficacy and teachers? use of computer on elementary school teachers (r = 0,486, p = 0,000, L.o.S. 0,01). Based on the study result, it is suggested for teachers and schools to work on improving the CSE in order to increase the use of computers.
This correlational study was conducted to demonstrate the relationship between computer self-efficacy (CSE) and elementary school teachers? use of computer. CSE is defined as a judgement of one?s capability to use a computer (Compeau & Higgins, 1995) and teachers? use of computer is defined as the frequency of teachers? using computer in the form of preparation, professional e-mail, delivering instruction, accommodation, and grading (Babell, Russell, & O?Dwyer, 2004). CSE was measured by Computer Self-Efficacy Scale (Compeau & Higgins, 1995) and teachers? use of computer was measured by Teachers? Technology Use Scale (Babell, Russell, & O?Dwyer, 2004). Data was collected from 164 elementary school teachers in Jakarta, Bogor, and Bekasi. The main result shows that there is a significant positive correlation between computer self-efficacy and teachers? use of computer on elementary school teachers (r = 0,486, p = 0,000, L.o.S. 0,01). Based on the study result, it is suggested for teachers and schools to work on improving the CSE in order to increase the use of computers.
"
2015
S60107
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Putri Juliana
"ABSTRACT
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara computer self-efficacy dan behavioral intention untuk menggunakan komputer pada guru. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 123 orang guru dari beberapa sekolah menengah pertama negeri SMPN di Jakarta, Depok, dan Bogor. Alat ukur yang digunakan yaitu, computer self-efficacy yang dikembangkan Compeau dan Higgins 1995 untuk mengukur keyakinan guru tentang kapabilitas dalam menggunakan komputer dan behavioral intention yang dikembangkan Soderlund 2002 untuk mengukur kemungkinan guru untuk menggunakan komputer. Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan positif yang signifikan antara computer self-efficacy dan behavioral intention untuk menggunakan komputer pada guru r = 0.246, p = 0.006. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin guru yakin mengenai kapabilitasnya menggunakan komputer, maka semakin mungkin juga guru untuk menggunakan komputer dalam proses pembelajaran di dalam kelas.

ABSTRACT
This study aims to examine the relationship between computer self efficacy and behavioral intention to use computer in teachers. There were 123 participants from several public junior high school in Jakarta, Depok, and Bogor. The data were collected using Computer Self Efficacy CSE inventory developed by Compeau and Higgins 1995 to measure teachers rsquo beliefs about the capabilities to use computer and Behavioral Intention BI inventory developed by Soderlund 2002 to measure teachers rsquo probability to use computer. The main result shows that there is a significant positive correlation between computer self efficacy and behavioral intention to use computer on junior high school teachers r 0.246, p 0.006. This result shows when teacher believe with their ability to use computer, they tend to be inclined to use the computer in learning process. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wening Kiranasasi
"ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat apakah terdapat hubungan antara computer self-efficacy dengan technology acceptance pada Guru SMA. Variabel computer self-efficacy diukur dengan alat ukur Computer Self-Efficacy CSE yang dikembangkan oleh Compeau dan Higgins 1995 yang juga telah diterjemahkan dan diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia. Sementara itu, variabel kedua yaitu technology acceptance yang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu perceived usefulness dan perceived ease of use. Kedua faktor ini diukur dengan alat ukur Technology Acceptance Model TAM yang dikembangkan oleh Davis 1989 dan telah diterjemahkan dan diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia. Partisipan penelitian ini yaitu sebanyak 77 guru SMA baik negeri maupun swasta yang ada di DKI Jakarta. Hasil uji korelasi dengan Pearson Correlation menyatakan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara technology acceptance dengan computer self-efficacy pada guru SMA.

ABSTRACT
The purpose of this research is to see if there is any correlation between computer self efficacy and technology acceptance in high school teachers. The first variable named computer self efficacy, will be measured with the translated version of Computer Self Efficacy CSE inventory developed by Compeau and Higgins 1995 . Meanwhile, the second variable is the technology acceptance that has two factors, which are perceived usefulness and perceived ease of use. This variable will be measured with the translated version of Technology Acceptance Model TAM inventory developed by Davis 1989 . There are 77 participants from both public and private schools around DKI Jakarta area. Based on the Pearson Correlation test, we found out that there is a positive and significant correlation between the technology acceptance and the computer self efficacy in high school teachers. "
2017
S68522
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nila Prawitasari Kristyaningrum
"ABSTRAK
Perkembangan teknologi informasi semakin pesat dapat mengubah proses bisnis suatu organisasi. Begitu pula di bidang pendidikan, keberadaan teknologi informasi seperti e-learning dapat mengubah bentuk pembelajaran. Sejak tahun 2009, UKSW melalui Biro Teknologi dan Sistem Informasi (BTSI) telah memanfaatkan e-learning. Harapan UKSW dengan adanya F-learn adalah seluruh dosen dan mahasiswa memanfaatkan F-learn secara maksimal. Pada kenyataannya, penggunaan F-learn masih rendah. Berdasarkan data activity logs tahun 2011-2012, hanya 7% dari total dosen yang menggunakan F-learn, dan 2% mahasiswa yang telah menggunakan F-learn. Hal ini memicu rasa ingin tahu mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat penerimaan dosen dan mahasiswa dalam menggunakan F-learn.
Kerangka pemikiran yang dirancang pada penelitian ini mengadopsi model Academic Discipline based Unified Theory of Acceptance dan Use of Technology (AUTAUT) dengan mengurangi variabel moderator Voluntariness of Use dan Age. Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner dengan menggunakan skala likert. Jumlah responden yang didapat adalah 141 responden, tetapi setelah melalui saringan kelayakan menjadi 127 responden.Kemudian untuk pengolahan data menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) dengan bantuan software LISREL 8.80 untuk menguji hipotesis-hipotesis yang diajukan. Pengujian hipotesis dilakukan pada model umum, kemudian dilakukan pengujian terhadap setiap moderator, dalam hal ini disiplin akademik, jenis kelamin dan pengalaman.
Hasil penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi dosen dan mahasiswa UKSW terhadap penggunaan F-learn. Faktor-faktor yang ditemukan mempengaruhi dosen dan mahasiswa UKSW pada model penerimaan umum dan model ilmu humaniora dalam menggunakan F-learn adalah performance expectancy dan effort expectancy. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi dosen dan mahasiswa UKSW pada model ilmu terapan, model laki-laki, model perempuan dan model pengalaman adalah effort expectancy.

ABSTRACT
The development of IT is changing rapidly on the business processes of an organization. So the presence of IT such as e-learning can change the form of learning. Since 2009, SWCU through Biro Teknologi dan Sistem Informasi (BTSI) has been utilizing e-learning. Expectation of SWCU with F-learn is the lecturer and students could utilize F-learn the most. In fact, the use of F-learn is still low. Based on data activity logs in 2011-2012, only 7% of lecturers and 2% of students had used F-learn. This triggers curiosity about factors affecting level of acceptance on lecturer and students in using F-learn.
Theoretical framework designed on this research adopted from a model of Academic Discipline based Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (AUTAUT) by reducing moderator variables, which are Voluntariness of Use and Age. Data collection methods used in this research are questionnaires which using likert scale. The number of respondents obtained is 141 respondents, but after through sieve process only remains to 127 respondents. Then to process data this research by using Structural Equation Modeling (SEM) with the help of LISREL 8.80 to test hypotheses posed. The testing of hypotheses is done in general model, then tested towards any moderators, in this research composed of academic discipline, gender and experience.
This research result is factors affecting lecturers and students of SWCUthat use F-learn. Factors affecting lecturers and students of SWCU on general model acceptance and studies on humanities’ model in using F-learn are performance expectancy and expectancy effort. While factors affecting lecturers and students of SWCUon the applied science’s model, men’s model, women’s model and experience’s model is effort expectancy."
Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Dwi Astuti
"Penelitian korelasional ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara computer anxiety dan computer self-efficacy pada guru sekolah dasar (SD). Computer anxiety didefinisikan sebagai rasa takut dan khawatir untuk melakukan kesalahan saat menggunakan komputer (Heinssen, Glass, & Knight, 1987), sedangkan computer self-efficacy didefinisikan sebagai keyakinan individu atas kemampuannya dalam menggunakan komputer (Compeau & Higgins, 1995). Data yang diperoleh dari 128 guru sekolah dasar (SD) di Kota Bogor menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara computer anxiety dan computer self-efficacy (r=-0,393) pada L.o.S 0,01. Hal ini berarti guru sekolah dasar yang memiliki kecemasan yang tinggi dalam menggunakan komputer memiliki keyakinan yang rendah dalam penilaian kemampuan dirinya menggunakan komputer. Pengukuran dilakukan menggunakan alat ukur Computer Anxiety Rating Scales (CARS) dari Heinssen, Glass, & Knight, (1987) dan Computer Self-Efficacy dari Compeau & Higgins (1995) yang telah diadaptasi. Implikasi dari penelitian ini adalah perlu adanya perhatian dan tindak lanjut dari seluruh pihak untuk menurunkan tingkat kecemasan guru sekolah dasar dalam menggunakan komputer agar guru dapat menjalankan fungsi dan tugas secara optimal.

This correlational research was conducted to find the correlation between computer anxiety and computer self-efficacy among elementary teacher. Computer anxiety is defined as fear and worry to make a mistake while using the computer (Heinssen, Glass, & Knight, 1987). Computer self-efficacy is defined as judgement of one?s capability to use a computer (Compeau & Higgins, 1995). Computer anxiety was measured using Computer Anxiety Rating Scales (CARS) (Heinssen, Glass, & Knight, 1987) and computer self-efficacy was measured using Computer Self-Efficacy (Compeau & Higgins, 1995). Data was collected from 128 elementary teachers in Bogor area and main result shows that there is a significant negative correlation between computer anxiety and computer self-efficacy (r=-0,393) at L.o.S 0,01. This result means that elementary teacher who have low computer anxiety will have high computer self-efficacy. The impilcations of this research are computer anxiety in elementary teacher is expected to be reduced and a concern for techers, the schools, and goverment to optimizing the duties and functions of teachers.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60651
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oxford: Pergamon Press, 1980
530.078 COM
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fransisca Mira Hapsari
"Penelitian korelasional ini dilakukan untuk mendapat gambaran mengenai hubungan antara self-regulated learning dan computer anxiety pada mahasiswa yang mengikuti kuliah online. Self-regulated learning didefinisikan sebagai proses belajar di mana siswa secara aktif menggunakan kemampuan metakognitif, motivasional, dan tingkah laku untuk mencapai tujuan belajarnya. Computer anxiety adalah respons afektif individu yang negatif dan berlebihan pada penggunaan komputer. Pengukuran self-regulated learning menggunakan Online Self-Regulated Learning Questionnaire OSLQ yang dibuat oleh Barnard et al. 2009.
Computer anxiety diukur dengan Computer Anxiety Rating Scale CARS yang dikonstruksi oleh Heinssen et al. 1987. Partisipan penelitian berjumlah 94 mahasiswa yang mengikuti kuliah online di beberapa universitas di Indonesia. Dengan teknik statistik Pearson correlation, ditemukan bahwa tidak terdapat hubungan antara self-regulated learning dan computer anxiety r = -0,055 pada L.o.S. 0,05. Pada bagian diskusi, dijelaskan mengenai kemungkinan alasan tidak ditemukannya korelasi antara self-regulated learning dan computer anxiety. Penting untuk penelitian selanjutnya mencari faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi self-regulated learning pada mahasiswa kuliah online.

The purpose of this correlational research was to find the relation between self regulated learning and computer anxiety in online course university students. Self regulated learning is defined as a learning process in which students actively involved in using metacognitive, motivational, and behavioral skil to attain learning goals. Computer anxiety is defined as exaggerated negative affective response, such that resistance to and avoidance of computer technology. Self regulated learning was measured using Online Self Regulated Learning Questionnaire OSLQ constructed by Barnard et al. 2009.
Computer anxiety was measured using Computer Anxiety Rating Scale CARS constructed by Heinssen et al. 1987 . Participants of this research were 94 online course students from universities in Indonesia. The main result computed with Pearson correlation showed that there is no relationship between self regulated learning and computer anxiety r 0,055 in L.o.S. 0,05. In discussion section, the reasons why the relationship is not found was argued. Therefore, it is important for next research to examine other factors that correlates with self regulated learning in online course students.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67588
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gde Dharma Nugraha
"Aplikasi computer supported collaborative learning (CSCL) merupakan aplikasi yang berkembang dari aplikasi computer supported collaborative work (CSCW) namun lebih ditujukan kepada hal pendidikan. Aplikasi Java-based Collaborative Learning Application merupakan salah satu aplikasi yang termasuk aplikasi CSCL. Aplikasi ini memungkinkan teriadinya sesi kelas maya yang tidak mengharuskan dosen maupun mahasiswa untuk berada dalam satu ruang kelas yang sama. Aplikasi Java-based Collaborative Learning Application memiliki 2 komponen besar yaitu aplikasi client dan server. Aplikasi client terdiri dari shared whiteboard, text area, slide presentation dan video/audio conference. Shared whiteboard berfungsi sebagai media untuk membuat gambar atau bentuk goresan tertentu yang berhubungan dengan kuliah yang bersangkutan. Text area dapat digunakan sebagai komunikasi antara dosen dan mahasiswa dalam bentuk teks. Slide prsentation berfungsi sebagai media presentasi yang dapat menampilkan slide presentasi dalam bentuk file power point/html. Video/audio conference berfungsi sebagai media komunikasi berupa suara dan gambar bergerak secara realtime. Aplikasi server berfungsi sebagai media pengiriman data antar server. Hasil rancangan aplikasi Java-based Collaborative Learning Application dengan bahasa pemrograman Java memperlihatkan semua aspek aplikasi/software yang dibangun, baik dari desain objek data, arsitektural maupun interface. Hasil evaluasi throughput dan time delay pada aplikasi Java-based Collaborative Learning Application dan perbandingannya dengan software Windows NetMeeting 3.01 dan j'Summit, telah memperlihatkan hasil kinerja yang hampir sama baiknya. Hasil pengujian user interace dan arsitektur client/server juga memperlihatkan bahwa penggunaan aplikasi Java-based Collaborative Learning Application tergolong cukup mudah dan memenuhi kebutuhan standar bagi pengguna untuk aplikasi sejenis."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S39973
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldi Alamsyah
"Guru sebagai tenaga pendidik di Indonesia harus mampu memanfaatkan teknologi dalam kegiatan belajar dan mengajarnya. Keinginan guru dalam menggunakan teknologi dalam pendidikan disebut dengan behavioral intention. Akan tetapi, penelitian mengenai behavioral intention belum banyak dilakukan pada sektor pendidikan Chang, Lieu, Liang, Liu, Wong, 2011. Berdasarkan penelitian sebelumnya, behavioral intention berhubungan dengan technology readiness dan kepuasan Soderlund Ohman, 2002; 2003, Lin Hsieh, 2007.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran moderasi kepuasan pada hubungan technology readiness dan behavioral intention guru dalam menggunakan teknologi pada pendidikan. Adapun partisipan dalam penelitian ini berjumlah 119 guru yang berasal dari SMP di Jakarta, Depok, dan Bogor.
Pengukuran dilakukan dengan Technology Readiness Index TRI 2.0, barometer kepuasan dari Johnson, et al. 2001 ditambah dengan dua pre-liminary question dari Soderlund dan Ohman 2003, dan behavioral intention multi-item dari Soderlund dan Ohman 2002. Berdasarkan analisis, ditemukan bahwa technology readiness memiliki hubungan dengan behavioral intention secara signifikan R=0,359.

Teachers as educators in Indonesia should be able to take advantage of technology in learning and teaching activities. The willingness of teachers in using technology in education is called behavioral intention. However, research on behavioral intention has not been widely practiced in the education sector Chang, Lieu, Liang, Liu, Wong, 2011. Based on previous research, behavioral intention have relationship with technology readiness and satisfaction Soderlund Ohman, 2002 2003, Lin Hsieh, 2007.
This study aims to determine the role satisfaction as moderator on relationship of technology readiness and teacher rsquo s intention to use technology on education. The participants are 119 teachers from junior high schools in Jakarta, Depok, and Bogor.
Measurements were made with Technology Readiness Index TRI 2.0, a satisfaction barometer from Johnson, et al. 2001 added with two pre liminary questions from Soderlund and Ohman 2003, and behavioral intention multi items from Soderlund and Ohman 2002. Based on analysis, it was found that technology readiness had significant relationship with behavioral intention R 0.359.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>