Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164962 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nirissa Arviana Fardani
"Ruang publik terbuka khususnya taman di dalam ruang kota memiliki potensi yang dapat memicu interaksi yang dapat dikembangkan pengguna di dalamnya. Potensi ruang dan interaksi antar pengguna dalam taman tersebut kemudian mendorong terciptanya komunitas. Skripsi ini bertujuan memahami bagaimana peran ruang publik terbuka terhadap terbentuknya aktivitas komunitas. Pembahasan mencakup taman sebagai ruang publik, persepsi pengguna terhadap ruang tersebut, aktivitas di dalamnya hingga tercipta komunitas dan studi kasus pada Taman Menteng dan Taman Suropati. Temuan skripsi ini adalah potensi dari elemen fisik ruang publik terbuka memicu persepsi dan interaksi pengguna hingga terbentuknya komunitas.

Open public space, especially parks in urban space has potential to develop user interaction. Interaction between user and potential space in the park could encourage community existance. This study aims to understand the role of open public space in order to form activities of community. The study examines furter regarding park as public space, user perception, the occur activity and how the community formed. It uses Taman Menteng and Taman Suropati. Findings show that a physical element of open public space able to encourage perception and user interaction to formed community."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59015
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Milka Vincentiya
"Skripsi ini mengenai hubungan antara aktor, dalam konteks ini antara stranger dengan stranger, dan aktor dengan lingkungan sekitarnya.  Dengan adanya perubahan makna dari stranger yang awalnya stranger adalah, orang yang tidak termasuk dalam lingkungan tempat seseorang tinggal, menjadi orang lain yang memiliki kesamaan umum dengan seseorang tersebut. Karena, sekarang kita berada pada tahap appearance dari spectacle, yang mana kita akan menilai sesuatu berdasarkan apa yang kita lihat atau tampak, skripsi ini menggunakan teori coding appearance, yang mana aktor akan beraktivitas berdasarkan tiga hal, yaitu: lokasi (location), appearance, dan sikap (behavior). Para aktor ini akan bersikap dan membawa properti menyesuaikan dengan ruang publik (lokasi), sebaliknya ruang publik juga dapat memengaruhi aktor dalam bersikap dan properti yang dibawa. Lalu, interaksi yang terjadi antar-stranger dalam ruang publik ini dapat terlihat dari keberadaan shield of privacy yang tidak bisa dilihat secara fisik namun, dapat diukur secara keruangan.

This study focusing in the relationship between actor, in this context stranger with stranger, and actor with the surrounding. Stranger then was categorized by those who did not live in someons living territory, and now stranger categorized as the people who have the same commonness with someone. With the state of appearance in spectacle, where we judge based on what we see (what appear in front of us), this study mainly use the theory about coding appearance, where actor will act based on three things: location, appearance, and behavior. They behave (behavior) and bring property (appearance) as what supposed in that public space (location), also the public space may affect the behavior and appearance of the actor. In the same location, interaction between stranger could be seen in the existence of shield of privacy, that is not physical but it is there with a measurement in space."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tamiya M.S. Kasman
"Musik merupakan salah satu karya seni yang banyak diminati, karena musik merupakan bahasa universal yang dapat dimengerti oleh setiap orang. Minat terhadap musik pun semakin besar, sehingga kegiatan bermusik dapat kita jumpai di berbagai tempat. Ruang tertutup dan terbuka pun menjadi fasilitas kegiatan tersebut. Pada umumnya kegiatan bermusik dilakukan di ruang tertutup karena memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas musik tersebut. Namun kegiatan bermusik juga sebenarnya dapat dilakukan di ruang terbuka, salah satunya ialah taman.
Skripsi ini membahas taman sebagai ruang musik terbuka yang dibahas dari segi akustik. Beberapa komunitas musik memilih Taman Suropati sebagai tempat melakukan kegiatan bermusik mereka. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas bunyi di ruang terbuka yang ditemukan di taman tersebut, antara lain temperatur, arah angin, material, dan kebisingan yang terjadi di sekitarnya.

Music is an art which is preferred by many people, because music is an universal language that can be understood by everyone. The interest in music was getting bigger, so that musical activities can be encountered in various places. Closed and open space had become facilities of that activities. In general, music activities carried out in a confined space due to consider several factors that affect the quality of the music. But the musical activities can also be done in an open space, one of which is a park.
This thesis discusses about the park as an open music space that discussed in terms of acoustics. Some music community choose Taman Suropati as a place to do their musical activities. Factors that affect the quality of the sound in the open space found in the park, including temperature, wind direction, materials, and noise around the park.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52678
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Soerio Hutomo
"Well-being adalah suatu kondisi dalam hidup yang berjalan dengan baik secara perasaan (mental) dan fisik dari suatu individu. Kondisi baik itu salah satunya dapat dipicu dan dicapai melalui ruang publik yang berperan sebagai wadah pengguna dengan latar belakang yang beragam untuk berkumpul, berinteraksi, dan beraktivitas. Namun, peran ruang publik dalam memenuhi kebutuhan utuk mencapai well-being penggunanya semakin menurun. Hal tersebut terutama dikarenakan berkembangnya teknologi yang dapat memenuhi kebutuhan melalui ruang virtual hanya dari genggaman tangan, sehingga pengguna ruang publik menjadi terikat terhadap gadget dibanding daya tarik ruang publik secara fisik dan kualitas.
Tulisan ini bertujuan untuk melihat terjadinya fenomena penurunan peran dari ruang publik dalam memenuhi kebutuhan pengguna melalui aktivitasnya untuk mencapai well-being pada era teknologi ini. Untuk dapat memahami fenomena ini lebih jauh, penulis melihat hubungan antara kualitas dari Taman Suropati di Jakarta sebagai objek pengamatan, dengan terjadinya five-ways to well-being dan passive-active engagement terhadap ketercapaian well-being pengguna ruang publik berdasarkan model PERMA.
Hasil menunjukan bahwa Taman Suropati sebagai ruang publik yang baik dari segi elemen dan kualitasnya, mampu memicu aktivitas serta interaksi yang dibutuhkan pengunjungnya dan menghasilkan positive emotion sebagai indikasi dari tercapainya well-being dari subjek tersebut.

Well-being is a positive state in the life of an individual, both mentally and physically. One of the ways to trigger and fulfill the need of such condition is through public spaces, which function as a place for people with diverse backgrounds to gather, interact, and do various activities. However, the role of public space in achieving the need to reach its well-being users has been declining nowadays. This is mainly due to the development of technology that can fulfill their needs to meet and interact in virtual space only from the hands so that users of public space become more engaged to gadgets rather than the attraction of the public space.
This paper aims to examine the phenomenon of the declining role of public space for users through their activities to achieve well-being in this technological era. To be able to understand this phenomenon further, the author analyses the relationship between the quality of Taman Suropati in Jakarta as the object of observation, with the occurrence of five-ways to well-being and passive-active engagement towards the achievement of well-being users of public spaces based on PERMA Model.
The result shows that Taman Suropati as a public space with fine elements and quality, can trigger the activities and interactions that needed by its visitors and create positive emotions as an indication of the achievement of well-being from the subjects.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Azka
"ABSTRAK
Skripsi ini mengenai bagaimana ruang yang dialami oleh penyendiri mengingat
ruang publik dan privat yang semakin rancu dalam batasannya. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif dengan desain purposif. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor yang memengaruhi penyendiri dalam
mengalami ruang. Kegiatan yang dilakukan penyendiri di ruang publik
menciptakan fokus perhatian yang dapat menimbulkan ruang-ruang baru baginya
Ruang-ruang tersebut bersifat tidak kasat mata yang berada dalam ruang
interiornya sendiri. Hubungan ruang kasat mata dan tidak kasat mata ini adalah
faktor-faktor bagi penyendiri dalam mengalami ruangnya.

ABSTRACT
This study is about how space is experienced by a loner considering public and
private space is more ambiguous in the boundary. This research is using
qualitative purposive interpretive method. Results show that there are factors
affecting the loner in the experience of space. Activities conducted by a loner in
public space create a focus of attention that could produce new spaces for them.
These spaces are not visible inside their interior space of mind. The relationship of
visible and invisible space is the factor for a loner in the experience of space."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42241
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tabina Naila Subakti
"Penelitian ini mengkaji peran interioritas dalam mencapai privasi dan intimasi pada kegiatan membaca dinamis di ruang publik urban berdasarkan tiga karakteristik ruang yang berbeda. Studi kasus meliputi Taman Literasi Martha Tiahahu, Microlibrary Bandung, dan Komunitas Jakarta Book Party. Ketiga studi kasus ini dipilih untuk mewakili karakteristik yang berbeda: Microlibrary Bandung memiliki eksterior definitif dengan program ruang modern yang fleksibel, Taman Literasi Martha Tiahahu memiliki konfigurasi ruang yang lebih dinamis meski dengan batas definitif, sedangkan Jakarta Book Party menggunakan ruang baca informal di ruang terbuka. Peningkatan minat membaca di kalangan masyarakat urban telah mengubah persepsi kegiatan membaca dari aktivitas kaku menjadi rekreatif yang memungkinkan interaksi sosial. Walaupun kegiatan membaca semakin dinamis, inti kegiatan ini tetap membutuhkan konsentrasi sehingga aspek privasi dan intimasi tidak dapat diabaikan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi elemen spasial yang mendukung privasi dan intimasi serta memahami taktik pembaca untuk mencapai kebutuhan tersebut. Hasil menunjukkan berbagai taktik mempertahankan privasi dan intimasi dalam membaca, bervariasi sesuai konteks dan konfigurasi ruang yang ditawarkan. Dinamika interioritas dari konfigurasi interior, modulasi lingkungan, pencahayaan, pengaturan ruang, jenis selubung bangunan, dan pola okupasi pembaca menciptakan pengalaman membaca yang dinamis.

This research examines the dynamics of interiority in achieving privacy and intimacy in dynamic reading activities in urban public spaces based on the degree of enclosure. The case studies include Taman Literasi Martha Tiahahu, Microlibrary Bandung, and the Jakarta Book Party community. These case studies were selected to represent different characteristics of enclosure: Microlibrary Bandung has a definitive exterior with a flexible modern space program, Taman Literasi Martha Tiahahu has a more dynamic configuration despite its definitive boundaries, while the Jakarta Book Party uses informal reading spaces in open areas. The increasing interest in reading among urban communities has transformed the perception of reading activities from rigid to recreational, allowing social interaction. Although reading activities have become more dynamic, the core activity still requires concentration, thus the aspects of privacy and intimacy must be considered. This study aims to identify spatial elements that support privacy and intimacy and to understand the tactics readers use to achieve these needs. The results show various tactics for maintaining privacy and intimacy in reading, varying according to the context and degree of enclosure of the reading space. The dynamics of interiority from interior configuration, environmental modulation, lighting, space arrangement, type of building envelope, and reader occupancy patterns create a dynamic reading experience."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rima Aisha Zahra
"Seni telah memegang peranan penting dalam kehidupan dan peradaban manusia. Penempatan dan eksistensinya di lingkup publik memengaruhi penciptaan serta interpretasinya. Public art atau seni publik juga tentu memengaruhi citra dari sebuah ruang tempat ia berada. Kehadiran estetika dari seni berkontribusi dalam menimbulkan kesan tertentu pada ruang serta penggunanya. Skripsi ini membahas bagaimana karya seni publik yang diletakkan di Taman Suropati memengaruhi citra ruang serta kegiatan pengguna. Di Taman Suropati, terdapat beberapa bentuk praktek seni publik. Dikenal sebagai lokasi bersejarah, Taman Suropati merupakan tempat diletakkannya Monumen Perdamaian ASEAN dan rumah bagi kelompok seniman serta komunitas seni. Hubungan dan dampak dari objek serta aktivitas seni ini menjadi penting dan berpengaruh bagi kegiatan pengguna taman serta pengukuhan citranya sebagai ruang publik.

Art has been holding a great significance in humans life and civilization. Its placement and existence in public realm occurred a difference in its making and interpretation. Public art has undoubtedly also affected the image of space. Aesthetic presence of art is contributing a certain impact to the space and its users. This thesis analyzes how public arts located in Taman Suropati affects its users perception of space and gives a certain image to the space. In Taman Suropati, there are several kind of public art practices. Known as a historical place, Taman Suropati is a place of ASEANs Monument of Peace and now widely renowned as a home for groups of artists and art community. The connection and impact between these artistic objects and activities is substantial to influence parks users and affirming its image as a public space."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Revianti Oksinta
"Remaja mempunyai kecenderungan untuk berkumpul dengan kelompoknya dalam mengisi waktu luang mereka. Kelompok remaja yang berkegiatan di kota memiliki tujuan untuk bertemu dengan kelompok remaja lainnya serta masyarakat luas sehingga mereka dapat menunjukkan identitas mereka bersama kelompoknya sekaligus belajar dari masyarakat kota itu sendiri. Kegiatan berkumpul yang dilakukan pada suatu ruang publik kota ini disebut sebagai kegiatan hang out. Umumnya kegiatan hang out ini dilakukan dengan disertai pengekspresian semangat dan ciri budaya populer melalui kegiatan atau ciri yang ditampilkan oleh mereka.
Ruang publik kota yang digunakan dalam melakukan kegiatan hang out mempunyai karakteristik tertentu yang berhubungan dengan kondisi fisik, psikologis dan sosial mereka sebagai remaja. Karakteristik tersebut bisa diklasifikasikan berdasarkan empat aspek, yaitu: aspek ukuran, batas, aksesibilitas dan lokasi, serta dimensi kegiatan. Sebagai studi kasus dilakukan survey untuk menelusuri kondisi pemanfaatan ruang publik terbuka oleh remaja pada tiga ruang publik terbuka di Jakarta, sebagai salah satu kota besar di Indonesia, yaitu ruang luar GOR Bulungan, Taman Situ Lembang dan Taman Surapati.
Berdasarkan hasil survey dan analisis, ketiga tempat tersebut memiliki karakter serta kondisi pemanfaatan yang berbeda satu sama lain. GOR Bulungan merupakan contoh dari ruang publik yang bisa memfasilitasi remaja dalam berkegiatan hang out sekaligus mengekspresikan budaya populer mereka dalam berbagai aktivitas terutama olahraga dan seni sehingga kondisi pemanfaatannya oleh remaja pun bisa dikatakan bervariasi. Sedangkan pada Taman Surapati, sesuai dengan sifatnya sebagai one dimensional space, sangat sedikit dikunjungi. Kondisi yang bertentangan terlihat pada Taman Situ Lembang sebagai one dimensional space yang tidak sesuai dengan karakteristik ruang publik bagi remaja, tetapi justru pada kenyataannya tempat ini ramai dikunjungi oleh kelompok-kelompok remaja.
Dari kondisi yang terjadi pada beberapa ruang publik di Jakarta sehubungan dengan pemanfaatannya oleh remaja, dapat disimpulkan bahwa tidak semua karakteristik dari suatu ruang publik kota bagi remaja mutlak harus dipenuhi supaya menjadi area publik yang ramai oleh remaja.

Teenagers have tendency to crowd around their peer groups during their leisure time. Groups of teenagers who crowd in the city have purpose to meet other peer groups and wide society so they can show their group identity and also learn from the society itself. This kind of gathering activity takes place in the city public space and is called hang out. Generally, in this hang out activity, teenagers do not only gathered, but also express themselves by doing the activity and showing the feature of popular culture.
The city public space that is used by teenagers has several characteristics due to the teenager's physical, psychological and social condition. As a case study, surveys are done to three public spaces in the city of Jakarta, which are outdoor space of GOR Bulungan, Taman Situ Lembang and Taman Surapati.
Based on the surveys and analysis, these three public spaces have different characters and also different condition of the usage by the teenagers. Outdoor space of GOR Bulungan is one example of public space that can facilitate teenagers in hang out activities and the expression of popular culture, especially sport and art, all at once. Meanwhile, Taman Surapati as a one dimensional space, is less visited by the teenagers. In contradiction, Taman Situ Lembang, as a one dimensional space that is not suitable for the characteristic of public space for teenagers, is visited by many of groups of teenagers.
From these conditions, we can conclude that in Jakarta, public space doesn't have to fulfill all of the characteristics of suitable public space for teenagers in order to be a teenager's place for hang out.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S48631
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gigih Muhammad Sadikin
"Kesehatan adalah aspek penting yang harus dijaga setiap manusia yang hidup di bumi. Kesehatan dapat dikategorikan dengan lima aspek yaitu fisik, mental, spiritual, sosial, dan lingkungan. Manusia perlu menjaga kesehatan melalui banyak cara, kegiatan menjaga kesehatan yang dimaksud adalah upaya menjaga kesehatan. Hal tersebut dapat dilakukan salah satunya di ruang publik yang disediakan oleh pemerintah karena berbagai alasan, salah satunya untuk masyarakat melakukan kegiatan upaya kesehatan. Dengan landasan kriteria tersebut, penelitian karya ilmiah ini ditujukan untuk mengetahui sebuah lingkungan yang dapat digunakan penggunanya untuk berupaya kesehatan. Ruang sehat (healthy space) adalah kata yang digunakan untuk penelitian ini.
Sebagai fasilitas kota dalam menyediakan ruang untuk berkegiatan, Taman Suropati sebagai objek studi kasus menjadi salah satu taman dengan beraneka ragam kegiatan yang memfasilitasi pengunjung untuk melakukan kegiatan upaya kesehatan. Taman Suropati dapat tergolong menjadi Ruang Terbuka Hijau karena fungsinya bagi lingkungan sekitarnya. Namun sebuah taman yang berfungsi sebagai ruang publik eksternal juga memiliki peran sebagai third place sebagai tempat bagi pengguna melakukan upaya kesehatan dari segi sosial maupun mental untuk bersosialisasi atau melakukan aktivitas secara bebas.
Karya ilmiah ini akan membahas bagaimana Taman Suropati berfungsi sebagai ruang sehat yang digunakan pengguna untuk kegiatan upaya kesehatan. Dengan tujuan tersebut dilakukan pengamatan terhadap objek yaitu Taman Suropati dan juga subjek yaitu penggunanya. Dengan harapan mendapatkan jawaban mengenai kualitas ruang Taman Suropati untuk memadai pengguna dan opini mereka mengenai apa yang mereka rasakan saat melakukan kegiatan di Taman Suropati.

Health is an important aspect that must be maintained by every human who lives on earth. Health can be categorized by five aspects namely physical, mental, spiritual, social, and environment. Need health assistance, lots of activities to do. This can be done one of them in public spaces provided by the government for various reasons, one of which is for people who do health activities. With this assessment base, scientific research research is proposed to study the environment that users can use to obtain health. Healthy space is the word used for this research.
As an urban infrastructure providing space for activities, Taman Suropati as a case study object becomes one of the parks with a variety of activities that facilitate visitors to carry out health business activities. Taman Suropati can be classified as Green Open Space because of its function for the Near Environment. However, parks that involve external communities also have a role as a third place where users of health assistance in terms of social and mental to socialize or do free activities.
This thesis will discuss how Taman Suropati as a healthy space that are used for activities regarding their health. With these objectives carried out the purpose of Taman Suropati and also the subject, namely its users. With the hope of getting answers about the Taman Suropati space for adequate users and their opinions about how they feel when doing activities in Taman Suropati.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Susanti
"Taman merupakan bagian dari ruang terbuka kota, yang memberi kontribusi bagi masyarakat dan lingkungannya, terutama secara sosial dan estetis. Fungsi sosial dari taman inilah yang memberi pengaruh terbesar pada kehidupan kota. Sedangkan fungsi estetis memberikan nilai tambah pada pengalaman ruang di taman dan memperindah lingkungannya. Namun kondisi taman-taman di Jakarta saat ini tidak seluruhnya baik, dan sering disalahgunakan untuk kepentingan kelompok tertentu, terutama taman lingkungan. Di sisi lain, taman yang baru dibangun maupun yang baru diperbaiki dapat menarik minat masyarakat kota untuk menggunakan taman. Fungsi dan rancangan taman ini dipahami lebih dalam melalui tiga studi kasus taman di area pemukiman kota, yaitu Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Ayodia. Kehadiran taman-taman di area pemukiman kota, baik taman lingkungan maupun taman wilayah, menggambarkan suatu pemenuhan kebutuhan rekreasi di ruang terbuka, yang disesuaikan dengan gaya hidup waktu senggang di tengah aktivitas keseharian masyarakat kota dan jarak tempuh menuju taman. Penggunanya tidak hanya yang berasal dari lingkungan perumahan tetapi juga tempat lainnya di sekitar wilayah tersebut. Rancangan taman dapat mempengaruhi seberapa banyak pengguna dan menunjukkan hierarki suatu taman. Terdapat sepuluh kriteria perancangan taman-taman lingkungan, yaitu lokasi yang baik dan strategis, akses yang memadai secara fisik dan visual, tempat untuk duduk, fasilitas untuk segala cuaca, pencahayaan malam hari, pengolahan permukaan taman, kegiatan yang beragam, aksen sebagai pusat dan pemberi vitalitas ruang, area bermain anak dan pengolahan affordance yang baik dari suatu desain taman, serta bentuk cenderung geometris.

Park is part of the urban open space that contributes to society and the environment, which primarily has social and aesthetic functions. The social function of park provides the greatest influence on urban life. While the aesthetic function are providing added value to the experience of space in the park and beautify the environment. But the condition of parks in Jakarta is currently not entirely good, and often misused for the benefit of irresponsible groups, especially the local parks. On the other hand, the new or rejuvenated parks can attract people to use the parks. That functions and park's design are understood more deeply through three case studies in urban residential areas. They are Menteng Park, Suropati Park, and Ayodia Park. The presence of parks in urban residential area, both local and district parks, describes recreational needs in the open space, which is adjusted with leisure lifestyle of urban community in the midst of their daily routines and the distance to the park. Users are not only coming from the neighborhood but also elsewhere around the area. The design of park can affect how many users and shows the hierarchy of a park. There are ten criteria for the design of local parks, which is good and strategic location, easy accessibility both physical and visual, sitting places, facilities for all weather, artificial lighting, the variety of park surface, variety of activities and events, standing accent as a center and its vitality space, then children's play areas and making a good affordance of a park design, and geometric shapes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52351
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>