Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140921 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Haekal Affandi
"[Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan pertumbuhan kredit bank umum konvensional di Indonesia baik dari sisi permintaan maupun penawaran. Bank umum kemudian dikelompokkan berdasarkan modal sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia (BI). Pertumbuhan kredit bank umum dipengaruhi oleh faktor internal perbankan, kebijakan, dan eskternal. Penggunaan dummy variable berfungsi untuk melihat perbedaan dampak pengelompokkan modal terhadap pertumbuhan kredit bank. Hasilnya menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok bank berdasarkan modal sesuai dengan ketentuan BI. Selain itu, pengaruh kebijakan moneter dalam memengaruhi pertumbuhan kredit di Indonesia bersifat ambigu, terutama pada bank dengan modal kecil., This study aims to analyse the determinants of commercial banks credit growth in Indonesia both on demand and supply side. Commercial banks are then classified based on their capital size in accordance of the provisions of Bank Indonesia (BI). Commercial banks credit growth is largely driven by internal factor of banks, policy factor and external factor. Dummy Variable is used to see the different effects of classification of capital towards banks credit growth. The results show that there is no significant difference in BI classification. Furthermore, the influence of monetary policy on determining banks credit growth is ambigious, particularly in low-capital banks.]"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S60509
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Hardiani
"Tesis ini membahas mengenai apakah Kebijakan Giro Wajib Minimum-Loan Deposit Ratio (GWM-LDR) sebagai variabel utama independen dan beberapa variabel lainnya (dana pihak ketiga, non-performing loan, produk domestik bruto, suku bunga bank Indonesia, capital adequancy ratio dan excess reserve berpengaruh terhadap volume kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumsi pada bank umum di Indonesia. Untuk menguji hipotesis tersebut, penelitian ini mengunakan data yang diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia tahun 2005-2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi data panel dengan tingkat signifikansi 5% menggunakan model fixed effect. Pengujian hipotesis menggunakan uji t, uji f, dan koefisien determinasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh variabel independen, yaitu dana pihak ketiga (DPK), risiko kredit (NPL), kebijakan Giro Wajib Minimum-Loan Deposit Ratio risiko (GWM-LDR), produk domestik bruto (PDB), Excess Reserve dan permodalan (CAR) berpengaruh signifikan secara terhadap volume kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumsi. Sedangkan variable suku bunga bank Indonesia tidak berpengaruh secara signifikan. Berdasarkan penelitian ini, maka disarankan untuk mengoptimalkan pertumbuhan kredit bank umum di Indonesia yang berupa disarankan untuk melonggarkan rasio Giro Wajib Minimum-Loan Deposit Ratio.

This thesis discusses whether the Minimum Statutory Reserves Requirement-Loan Deposit Ratio (GWM-LDR) as the main independent variable and several other variables (third party funds, non-performing loan, gross domestic product, bank Indonesia interest rate, capital adequancy ratio and excess reserve effect on the volume of working capital credit, investment credit and consumption credit at commercial banks in Indonesia.To test the hypothesis, this research using data obtained from Indonesian Banking Statistics 2005-2015.The method used in this study is the data panel regression method With significance level 5% using fixed effect model Hypothesis testing using t test, f test, and coefficient of determination. The results showed that all independent variables, namely third party funds (DPK), credit risk (NPL), Minimum Statutory Reserves Requirement-Loan Deposit Ratio (GWM-LDR), gross domestic product (GDP), Excess Reserve and capital (CAR ) Significantly affect the volume of working capital credit, investment credit and consumption credit. While the variable interest rates of Bank Indonesia have no significant effect. Based on this research, it is advisable to optimize credit growth of commercial banks in Indonesia in the form of suggested to loosen the ratio of Minimum Statutory Reserves Requirement-Loan Deposit Ratio."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T54044
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amrullah
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T27340
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
I Gede Sthitaprajna Virananda
"State-owned banks could help stabilize the business cycle if their lending is less procyclical. Such behavior might be driven by stronger reaction to monetary policy, which is likely influenced by government pressure or jawboning. This study investigates the effect of state ownership on lending cyclicality and monetary policy transmission using quarterly bank-level data covering virtually all conventional banks in Indonesia, where centrally state-owned banks are dominant and frequently subject to jawboning. State ownership is found to be associated with lower procyclicality in lending, even countercylicality by some measures, with the effect more pronounced during downcycles compared to upcycles. This might be explained by countercyclicality on their deposit side, which implies that state-owned banks are perceived to be more secure. Finally, there is some evidence that state-owned banks respond more to policy rate, which offers a novel explanation behind their lower procyclicality. These results affirm that some degree of state ownership in the banking system is beneficial for macroeconomic stability.

Bank BUMN dapat membantu menstabilkan siklus bisnis jika penyaluran kredit mereka tidak begitu prosiklikal. Perilaku tersebut dapat disebabkan oleh reaksi yang lebih kuat terhadap kebijakan moneter, di mana kemungkinan terdapat tekanan politik. Studi ini meneliti dampak dari kepemilikan negara terhadap siklisitas kredit dan transmisi kebijakan moneter menggunakan data triwulanan tingkat bank yang mencakup hampir semua bank umum di Indonesia, di mana bank BUMN sangat dominan dan dipengaruhi oleh agenda pemerintah. Hasilnya mengindikasi bahwa kepemilikan negara berhubungan dengan prosiklisitas yang lebih rendah, bahkan sampai kontrasiklikal, dengan efeknya lebih kuat saat siklus ekonomi sedang turun. Hal ini mungkin disebabkan oleh sisi deposito yang juga kontrasiklikal, misalnya karena bank BUMN dipercaya lebih aman. Terakhir, terdapat indikasi bahwa bank BUMN merespons lebih terhadap suku bunga kebijakan, yang memberikan penjelasan baru di balik prosiklisitas kredit bank BUMN yang lebih rendah. Temuan studi ini menunjukkan bahwa kepemilikan negara di sektor perbankan dapat bermanfaat bagi stabilitas makroekonomi.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan BIsnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Friady Amaluddin
"Dalam rangka implementasi kebijakan moneter, Otoritas Moneter harus memiliki pemahaman yang mendalam mengenai mekanisme kerja perekonomian termasuk mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui berbagai saluran ke sektor ril perekonomian. Setidak-tidaknya terdapat lima saluran transmisi kebijakan moneter yang dikenal scat ini. Dalam penelitian ini efektivitas kebijakan moneter melalui perbankan konvensional dan perbankan syariah dipelajari dalam kerangka saluran transmisi pinjaman bank (bank lending channel). Data yang digunakan adalah data time series bulanan dari bulan Oktober 2000 s.d. Maret 2005. Variabel-variabel yang digunakan mewakili variabel kebijakan moneter, variabel neraca bank syariah, variabel neraca bank konvensional dan variabel nilai tukar serta variabel sektor ril perekonomian.
Setelah dilakukan pengujian data dan model, dapat disirnpulkan bahwa model ekonometrika yang paling sesuai digunakan dalam penelitian ini adalah Model Vector Error Correction (VECM). Pengujian lanjutan seperti uji kausalitas atau uji eksogenitas menghasilkan kesimpulan bahwa di dalam model VECM yang dibangun terdapat delapan variabel endogen, yaitu: LSBI, LDEPO, LSEK, LKRED, LDIM, LNBHP, LIHK dan LNT, dan dua variabel eksogen, yaitu: LPDB dan LSKS.
Selanjutnya kesimpulan yang dapat ditarik setelah dilakukan proses pengukuran dan pembandingan efektivitas kebijakan moneter antara bank syariah dan bank konvensional adalah sebagai berikut:
1. Kebijakan moneter (suku bunga SBI) mempengaruhi variabel-variabel neraca bank konvensional (suku bunga kredit, suku bunga deposito dan jumlah sekuritas yang dimiliki).
2. Pengaruh kebijakan moneter (suku bunga SBI) terhadap variabel neraca bank syariah terbatas pada tingkat bagi basil deposito investasi mudharabah.
3. Variabel neraca bank konvensional (suku bunga kredit) mentransmisikan kebijakan moneter (suku bunga SBI) ke variabel nilai tukar dan variabel sektor ril perekonornian yaitu: indeks harga konsumen.
4. Variabel neraca bank syariah tidak mentransmisikan kebijakan moneter (suku bunga SBI) ke variabel nilai tukar dan variabel sektor ril perekonornian yaitu: indeks harga konsumen.
5. Kebijakan moneter (suku bunga SBI) mempengaruhi variabel nilai tukar dan variabel sektor ril perekonornian yaitu: indeks harga konsumen.
6. Bank konvensional dan bank syariah tidak bersifat independen.
7. Variabel-variabel neraca bank syariah mempengaruhi variabel neraca bank konvensional. Sementara variabel-variabel neraca bank konvensional tidak mempengaruhi variabel-variabel neraca bank syariah.
8. Kebijakan moneter melalui bank konvensional lebih efektif daripada melalui bank syariah.
9. Pengaruh kebijakan moneter (suku bunga SBI) terhadap bank konvensional (suku bunga kredit) amat sangat kecil sehingga kebijakan moneter cenderung kurang efektif.
Sebagai penutup, hal-hal yang dapat disarankan berkenaan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dalam penetapan target indikatif suku bunga SBI, Otoritas Moneter disarankan untuk lebih menitikberatkanperhatian pada suku bunga kredit daripada suku bunga deposito. Pertimbangannya adalah setidak-tidaknya terdapat 12 saluran pengaruh suku bunga SBI terhadap variabel-variabel neraca bank konvensional dan syariah, variabel nilai tukar dan variabel sektor ril perekonomian (indeks harga konsumen) melalui suku bunga kredit, sementara suku bunga deposito sama sekali tidak mentransmisikan kebijakan moneter ke variabel-variabel lainnya.
2. Dengan mempertimbangkan fakta bahwa walaupun suku bunga kredit mentransmisikan suku bunga SBI ke nilai tukar dan indeks harga konsumen, namun pengaruh suku bunga SBI terhadap suku bunga kredit amat sangat kecil sehingga Otoritas Moneter perlu meningkatkan upaya untuk menyempurnakan prosedur operasi moneter yang saat ini diterapkan danlatau mencari piranti-piranti moneter alternatif yang dapat menggantikan posisi SBI sebagai piranti moneter utama.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih ]anjut mengenai hubungan kausalitas antara suku bunga deposito dan suku bunga kredit bank konvensional dengan tingkat bagi hasil deposito investasi mudharabah dan nisbah bagi basil pembiayaan bank syariah, mengingat penelitian ini menghasilkan puzzle yang sulit dijelaskan dimana variabel neraca bank syariah mempengaruhi variabel neraca bank konvensional dan sebaliknya variabel neraca bank konvensional tidak mempengaruhi variabel neraca bank syariah."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T20389
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiharso Safuan
"One of some problematic issues of identification of the effectiveness of the monetary policy is the question on whether the monetary policy mechanism transmissions can perform fully in transmitting the changes of monetary policies into the national and regional level of economy. On earlier studies, Muelgini (2004) relatively compares the effectiveness of monetary policies of the jive mechanism transmission channels at the national level of the economy employing impulse response function.
The results show that prior to the economic crises in Indonesia credit channel is not ejective, and for after crises periods' interest rates, credit and asset price channels are becoming relatively important. Utilizing similar methodology Laksono (2005) finds that the effectiveness of monetary mechanism varies among regions. This research analyzes the findings of both Muelgini's and Laksono's employing different methodology to evaluate the channels through which monetary policies are transmitted.
"
Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia Vol. 7 No. 2 Januari 2007: 93-104, 2007
JEPI-7-2-Jan2007-93
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yosia Setiadi
"Tiongkok dan India merupakan kedua negara dengan tingkat pertumbuhan PDB tertinggi di dunia. Kesuksesan kedua negara tersebut dimulai sejak kedua negara tersebut memutuskan untuk melakukan liberalisasi pasar. Namun, kedua negara tersebut memiliki perbedaan dalam kebijakan moneter dan rezim nilai tukarnya, seperti kebijakan moneter Tiongkok yang berbasis Monetary Aggregate Targeting dan rezim nilai tukar tetap, dengan India yang kebijakan moneternya berbasis Inflation Targeting Framework dan rezim nilai tukar mengambang. Untuk melihat komparasi peranan kebijakan moneter terhadap pertumbuhan ekonomi dari Tiongkok dan India, penelitian ini menggunakan analisis VAR dan OLS dari tahun 1978 hingga 2020 terhadap pertumbuhan PDB sebagai variabel dependen dan jumlah uang beredar, tingkat inflasi, current account balance, tingkat suku bunga riil, dan policy rate sebagai variabel independen. Hasil yang didapat adalah variabel-variabel kebijakan moneter Tiongkok seperti jumlah uang beredar dan tingkat suku bunga berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan PDB Tiongkok, sedangkan variabel-variabel kebijakan moneter India tidak ada yang signifikan mempengaruhi pertumbuhan PDB India. Hasil dari penelitian ini juga memberikan referensi dan saran bagi Bank Indonesia untuk lebih memperhatikan lagi kontribusi kebijakan moneternya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, lebih meningkatkan kinerja tingkat suku bunga dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih stabil, dan menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya.

China and India are two countries with the highest GDP growth rates in the world. The success of the two countries began when the two countries decided to carry out market liberalization. However, the two countries have differences in monetary policy and exchange rate regimes, such as China's monetary policy based on Monetary Aggregate Targeting and a fixed exchange rate regime, with India whose monetary policy is based on the Inflation Targeting Framework and floating exchange rate regime. To compare the role of monetary policy on economic growth from China and India, this study uses VAR and OLS analysis from 1978 to 2020 on GDP growth as the dependent variable and the money supply, inflation rate, current account balance, real interest rates, and policy rate as an independent variable. The results obtained that China's monetary policy variables such as the money supply and interest rates have a significant effect on China's GDP growth, while India's monetary policy variables do not significantly affect India's GDP growth. The results of this study also provide references and suggestions for Bank Indonesia to pay more attention to the contribution of monetary policy to Indonesia's economic growth, further improve the performance of interest rates in promoting more stable Indonesia's economic growth, and become a reference for further research.
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rabecca Theresia Jinkar
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat tren dan menganalisis faktor penentu kebijakan cash holding perusahaan manufaktur di Indonesia yang didasarkan pada teori finansial seperti agency theory, pecking order theory, trade off theory, free cash flow theory, dan signaling theory. Sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2007 - 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan cash holding perusahaan manufaktur di Indonesia dipengaruhi oleh growth opportunity, leverage, net working capital, dividend payment. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan operasional dan kegiatan pembiayaan perusahaan adalah kegiatan yang mempengaruhi kebijakan cash holding.

This research aims to see the trend and analyze the factors of manufacturing companies? cash holding policy in Indonesia that based on financial theory such as agency theory, pecking order theory, trade off theory, free cash flow theory, and signaling theory. Manufacturing companies that listed in Jakarta Stock Exchange on period of 2007 - 2011 are used as sample. The result of this research shows that manufacturing companies? cash holding policy in Indonesia is significantly influenced by growth opportunity, leverage, net working capital, dividend payment. In conclusion, operating and financing activities are activities that influence cash holding policy.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S46829
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Pradityanto
"Krisis keuangan global tahun 2008 silam menarik perhatian berbagai pelaku pasar atas berbagai kebijakan moneter yang diterapkan untuk menstabilkan pasar saham dan ekonomi secara keseluruhan. Kondisi moneter dari negara-negara maju tersebut berdampak pergesaran investasi secara global ke negara-negara berkembang dan menciptakan ketidakstabilan pasar termasuk di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kondisi moneter domestik dan kondisi moneter internasional terhadap likuiditas saham yang menjelaskan kestabilan pasar keuangan di Indonesia pada tahun 2007-2013.
Penelitian ini melakukan estimasi dengan panel fixed-effect model dengan tujuan menangkap karakteristik individual saham dalam pengaruhnya terhadap likuiditas. Penelitian ini menemukan bahwa kebijakan moneter domestik ekspansif yang direpresentasikan oleh Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR) dapat efektif meningkatkan likuiditas saham. Namun, kondisi moneter internasional yang direpresentasikan oleh Federal Funds Rate masih belum dapat dibuktikan hubungannya terhadap likuiditas saham di Indonesia. Selain itu, karakteristik individual saham terbukti mempengaruhi likuiditas saham secara signifikan. Imbal hasil saham berpengaruh positif, volatilitas saham berpengaruh negatif, sedangkan kapitalisasi pasar emiten saham juga berpengaruh positif.

The recent global financial crisis in 2008 has been under the spotlight by monetary policy interventions to stabilize the stock market and the economy as a whole. Monetary conditions from developed countries has impacted global shift in investment to emerging markets countries and created financial market instability, including in Indonesia. This study is aimed to analyze the influence of domestic monetary conditions and international monetary conditions on stock liquidity which explains the stability of financial markets in Indonesia in 2007-2013. This study is estimated by panel fixed-effect model to also capture the characteristics of individual stocks in its effect on liquidity.
This study results suggest that the domestic expansionary monetary policy which is represented by the Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR) can effectively improve stock liquidity. However, the influence of international monetary conditions, represented by the Federal Funds Rate, to stock liquidity in Indonesia still can not be proven. In addition, the characteristics of individual stocks are proved significantly affecting stock. Stock returns affect positively, stock volatility affects negatively, while the market capitalization of listed stocks also have positive influence.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S60522
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syofriza Syofyan
"Kebijakan moneter Indonesia sampai saat ini pada dasarnya masih menggunakan paradigma lama yang mengandalkan mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui pengendalian jumlah uang beredar dalam mempengaruhi kegiatan ekonomi. Mekanisme transmisi kebijakan moneter adalah jalur yang dilalui oleh sebuah kebijakan moneter untuk mempengaruhi kondisi perekonomian. Mekanisme transmisi kebijakan moneter selama ini menyatakan bahwa Bank Indonesia (BI), dapat mengendalikan M (0) dan dengan asumsi multiplier uang (Money Multiplier) tetap, BI akan dapat mengendalikan M(1} dan M(2). Melalui pengendalian M(1) dan M(2), BI dapat mempengaruhi PDB Nominal atau permintaan agregat."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T20107
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>