Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116525 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Antonius Julio Falian
"Malaria merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi di negara tropis dan subtropis. Penyakit malaria banyak terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia, seperti Irian Jaya, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Berdasarkan data terakhir WHO pada tahun 2013, tercatat sebanyak 198 juta kasus malaria di seluruh dunia, dengan jumlah kematian sebanyak 584.000 jiwa. Pengobatan yang pernah ada untuk jenis malaria Plasmodium falciparum adalah klorokuin, sulfadoksin - pirimetamin, kinin, meflokuin dan artemisinin. Akan tetapi, meningkatnya resistensi parasit pada obat antimalaria, melemahkan upaya pengendalian malaria. Penambatan molekuler sebagai salah satu metode pendekatan in silico telah digunakan pada pencarian senyawa berkhasiat untuk menangani malaria. Dalam satu dekade terakhir, diketahui bahwa senyawa turunan kurkumin memiliki efek sinergis dengan artemisinin terhadap Plasmodium berghei secara in vivo. Pada penelitian ini, dilakukan penambatan molekuler senyawa turunan kurkumin baru terhadap enzim target antimalaria. Penambatan dilakukan menggunakan piranti lunak AutoDock. Berdasarkan hasil penambatan, didapatkan senyawa terbaik yang berpotensi sebagai obat antimalaria baru, yang dapat menyerang di sisi aktif tertentu dari Plasmodium falciparum, yaitu : 1,4-dihidrodiazepin-6-morfolinometil kurkumin pada enzim PfDHFR dan Pirimidin-2-on-5-morfolinometil kurkumin pada enzim PfDHODH.

Malaria is a disease that often occurs in tropical and subtropical countries. Prevalent of malaria in most parts of Indonesia, such as Irian Jaya, West Nusa Tenggara (NTB) and East Nusa Tenggara (NTT). Based on the WHO's last data in 2013, there were 198 million cases of malaria worldwide, with the number of deaths by 584,000 inhabitants. Treatment for this type of Plasmodium falciparum malaria is chloroquine, sulfadoxine - pyrimethamine, quinine, mefloquine and artemisinin. However, increasing parasite resistance to the antimalarial drug, making malaria control efforts become effortless. Molecular docking as one method in silico approaches have been used in the search for efficacious compounds addressing malaria. In the last decade, it is known that the compound curcumin analogues have synergistic effect with artemisinin against Plasmodium berghei in vivo. In this study, we employed docking of new molecular compounds curcumin derivates as antimalarial target enzymes. Molecular docking is performed using Autodock. Based on the docking result, best compound is obtained as a potential new antimalarial drug, which can be attacked in certain active side of Plasmodium falciparum, which is 1,4-dihydrodiazepin-6-morpholinomethyl curcumin on PfDHFR enzyme dan Pyrimidin-2-one-5-morpholinomethyl curcumin on PfDHODH enzyme.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S60580
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risdawati
"Munculnya resistansi parasit yang cepat terhadap obat antimalaria yang tersedia saat ini telah menarik perhatian dalam penemuan obat. Andrografolida (ANDRO), suatu senyawa yang diisolasi dari tanaman obat Andrographis panniculata Nees, memperlihatkan sifat antimalaria secara in vitro dan in vivo, tetapi mekanisme kerjanya yang tepat belum dipahami. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan mekanisme yang mendasari sifat antimalaria dari ANDRO terhadap parasit malaria hewan pengerat, Plasmodium berghei. Parasit diinjeksikan pada mencit BALB/c dan kemudian diberi perlakuan dengan ANDRO dan butionin sulfoksimin (BSO) sebagai kontrol pada konsentrasi berbeda secara ex vivo. Selanjutnya dilakukan pengukuran beberapa parameter status oksidatif, seperti konsentrasi GSH, rasio GSH/GSSG, rasio NADPH/NADP+, aktivitas spesifik dan ekspresi mRNA tioredoksin reduktase (TrxR), kadar malondialdehid (MDA) dan pertumbuhan parasit ex vivo. Pengaruh ANDRO terhadap detoksifikasi hem juga diukur secara in vitro ( cell-parasite free).
Hasil menunjukkan bahwa ANDRO mendeplesi GSH tetapi meningkatkan rasio GSH/GSSG. Rasio NADPH/NADP+ dan aktivitas spesifik TrxR mengalami penurunan pada semua konsentrasi yang diuji tetapi ekspresi mRNA TrxR sedikit meningkat pada konsentrasi yang lebih rendah dan meningkat bermakna pada 60 M. ANDRO memperlihatkan efek yang berbeda terhadap pertahanan antioksidan parasit dibandingkan BSO dan peningkatan stres oksidatif tidak menyebabkan peningkatan kadar MDA. Andrografolida juga menghambat pertumbuhan parasit ex vivo dan mengganggu polimerisasi hem dengan IC50 367±171 M serta menghambat degradasi hem bergantung GSH, hambatan maksimal dihasilkan pada konsentrasi 15 g/mL. Kesimpulan, ANDRO menghasilkan aktivitas antimalaria dengan mengganggu sistem pertahanan antioksidan parasit yang dibuktikan dengan penurunan konsentrasi GSH dan aktivitas enzim TrxR. ANDRO memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi antimalaria baru baik sebagai obat tunggal atau dalam kombinasi dengan obat antimalaria lainnya.

The rapid emergence of parasite resistance to currently available antimalarial drugs has re-newed interest on drug discovery. Andrographolides, a compound isolated from the medicinal plant, Andrographis panniculata, Nees, exhibited antimalarial properties in vitro and in vivo but its precise mechanism of action remains elusive. The present study aims to elucidate the mechanism (s) underlying the antimalarial property of the andrographolides in the rodent malarial parasite, Plasmodium berghei. The parasite was initially propagated in BALB/c mice and subsequently be propagated ex vivo in the presence of different concentrations of andrographolide and buthionin sulphoximine (BSO) as control. Several parameters of the oxidative status, such as GSH concentration, GSH/GSSG ratio, NADPH/NADP+ ratio, specific activity and mRNA expression of thioredoxin reductase (TrxR), malondialdehyde (MDA) level and the parasite growth ex vivo were measured. Effect of the andrographolide on heme polymerization and GSH-dependent heme degradation were also tested using cell-free assay system.
The results indicated that the andrographolide depleted the GSH but increased the GSH/GSSG ratio. The NADPH/NADP+ ratio and the specific activity of the TrxR were decreased at all tested concentrations but expression of TrxR mRNA slightly increased at lower concentrations and increased significantly at 60 M. Andrographolide exerted a different effect on the antioxidant defense of the parasite than that BSO and increase in oxidative stress did not result in the increase of the MDA level. Andrographolide also inhibited the parasite growth ex vivo and interfered with the heme polymerization with IC50 of 367±171 M and GSH-dependent heme degradation with maximum concentration of 15 g/mL. In conclusion, andrographolide exerted its antimalarial properties through interference with the parasite oxidant defense system as evidenced by GSH depletion and decrease thioredoxin reductase enzyme activity. Andrographolide is potentially developed into a novel antimalaria either as a single prescription or in combination with other antimalarial drug.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Aditya Rifai
"ABSTRAK
Malaria merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan korban jutaan jiwa
setiap tahun. Plasmepsin adalah enzim utama di antara enzim lain dalam siklus
hidup plasmodium penyebab malaria yang mendegradasi hemoglobin selama fase
eritrosit di dalam vakuola makanan. Dewasa ini, industri farmasi telah berupaya
untuk mengembangkan agen terapetik yang dapat menyembuhkan penyakit
malaria melalui penemuan senyawa baru penghambat plasmepsin mengingat
adanya penyebaran strain yang resisten terhadap obat antimalaria. Namun, karena
biaya yang tinggi dan waktu yang lama, metode konvensional untuk penemuan
obat baru yang dilakukan secara in vivo dan in vitro sulit terealisasikan sehingga
para ilmuwan kemudian beralih kepada metode baru yaitu penapisan in silico.
Jenis penapisan in silico yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah
penapisan berbasis struktur dengan menggunakan Basis Data Tanaman Obat
Indonesia dan perangkat lunak GOLD. Berdasarkan penapisan ini, didapatkan
hasil 11 kandidat senyawa inhibitor yang diharapkan dapat dikembangkan sebagai
obat antimalaria. Senyawa tersebut yaitu Trimyristin; Cyanidin 3,5-di-(6-
malonylglucoside); Isoscutellarein 4?-methyl ether 8-(6?-n-butylglucuronide);
Cyanidin 3-(6?-malonylglucoside)-5-glucoside; Multifloroside; Delphinidin 3-(2-
rhamnosyl-6-malonylglucoside); Delphinidin 3-(6-malonylglucoside)-3?,5?-di-(6-
p-coumaroylglucoside); Cyanidin 3-[6-(6-sinapylglucosyl)-2-xylosylgalactoside;
Kaempferol 3-glucosyl-(1-3)-rhamnosyl-(1-6)-galactoside; Sanggenofuran A; dan
Lycopene dengan kisaran GOLDScore dari 78,4647 sampai 98,2836. Dua
kandidat di antaranya berikatan dengan seluruh residu dari sisi katalitik
plasmepsin yaitu Asp34 dan Asp214.

ABSTRACT
Malaria is one of diseases that annually emerge millions victim. Among the other
enzymes, plasmepsin is the main enzyme in plasmodium life cycle that degrades
hemoglobin during erythrocytic phase in food vacuole. Recently, pharmaceutical
industries have been trying to develop therapeutic agents that be able to cure
malaria through discovery of new plasmepsin inhibitor compounds, regarding to
the spread of drug-resistant strains for antimalarial. However, due to high cost and
long term, conventional methods for discovery of new drugs that were done in
vivo and in vitro were difficult to be realized so that the scientists then shift to the
new method called in silico screening. The chosen in silico screening method in
this experiment is structure-based screening by using GOLD software and
Indonesian Medicinal Plants Database. Based on the obtained results from this
screening, there are 11 inhibitor candidates which are expected to be developed as
antimalarial. These compounds are Trimyristin; Cyanidin 3,5-di-(6-
malonylglucoside); Isoscutellarein 4?-methyl ether 8-(6?-n-butylglucuronide);
Cyanidin 3-(6?-malonylglucoside)-5-glucoside; Multifloroside; Delphinidin 3-(2-
rhamnosyl-6-malonylglucoside); Delphinidin 3-(6-malonylglucoside)-3?,5?-di-(6-
p-coumaroylglucoside); Cyanidin 3-[6-(6-sinapylglucosyl)-2-xylosylgalactoside;
Kaempferol 3-glucosyl-(1-3)-rhamnosyl-(1-6)-galactoside; Sanggenofuran A; and
Lycopene with GOLDScore range from 78,4647 to 98,2836. Two of them bind
with all residues in catalytic site of plasmepsin which are Asp34 and Asp214.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1819
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Raja Putra Klaudius
"Malaria menjadi masalah kesehatan global utama karena banyaknya kejadian resistensi obat, sedangkan ketersediaan obat yang efektif juga terbatas, sehingga mendasari pentingnya pengembangan obat antimalaria yang baru. Berbagai penelitian perancangan obat yang mentarget berbagai enzim terus dilakukan, terutama enzim Plasmodium falciparum Enoyl Acyl Carrier Protein Reductase (PfENR). Penapisan virtual sebagai salah satu metode pendekatan in silico telah digunakan pada pencarian senyawa penuntun dari basis data senyawa ataupun dari basis data bahan alam sebagai inhibitor PfENR. Pada penelitian ini dilakukan penapisan virtual basis data senyawa tanaman obat di Indonesia pada PfENR. Penapisan dilakukan dengan menggunakan piranti lunak AutoDock dan AutoDock Vina. Pada AutoDock Vina dilakukan validasi terlebih dahulu sedangkan pada AutoDock tidak dilakukan karena telah divalidasi oleh peneliti sebelumnya. Hasil validasi AutoDock Vina diperoleh grid box terbaik yaitu 80x80x80. Berdasarkan hasil penapisan diperoleh 10 peringkat senyawa terbaik dari tiap metode dan 5 senyawa irisan dari kedua metode yaitu jacoumaric acid, beta sitosterol glucoside (lyoniside), limacine, leucadenone B, dan yuehchukene.

Malaria is a major global public health problem. The alarming spread of its drug resistance and limited number of effective drugs available underline how important it is to discover new antimalarial drug. Various researches have been done to design drug targeting Plasmodium falciparum Enoyl Acyl Carrier Protein Reductase (PfENR) enzymes. Virtual screening as in silico approach has been used to find lead molecules from compound library or natural database as PfENR inhibitors. In this research, virtual screening of Indonesian herbal database was done to PfENR. Virtual screening was done using AutoDock and AutoDock Vina. AutoDock Vina was validated beforehand in order to obtain the best grid box while the virtual screening using AutoDock is not validated because it has been validated by previous researchers. Based on this research, the best grid box for AutoDock Vina is 80x80x80. Top ten ranked compounds were obtained for each method and five the same compound of the two methods that was jacoumaric acid, beta sitosterol glucoside (lyoniside), limacine, leucadenone B, and yuehchukene."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S46629
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Dio Naldo
"ABSTRAK
Penemuan antibakteri sangat diperlukan mengingat resistensi bakteri dan adanya efek samping yang tidak dikehendaki. Sementara, sakarin yang dikenal sebagai pemanis sintetik memiliki potensi menjadi kandidat obat baru dikarenakan telah diketahui memiliki banyak aktivitas farmakologi, memungkinkan derivatisasi serta didukung dengan ketersediaannya yang berlimpah dan ekonomis. Pada penelitian ini, dilakukan pengujian in silico secara penambatan molekuler 40 senyawa derivat sakarin terhadap enzim isoleucyl-tRNA synthetase yang bekerja pada ribosom bakteri untuk sintesis protein, DNA gyrase bekerja dengan membuat struktur DNA bakteri lebih stabil selama replikasi dan transkripsi serta dihidrofolat reduktase yang bertanggung jawab dalam pembentukan asam tetrahidrofolat untuk sintesis DNA bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan 5 besar senyawa terbaik hasil penambatan terhadap ketiga enzim serta mendapatkan situs pengikatan inhibisinya. Penambatan molekuler dilakukan dengan peranti lunak Autodock4 dan Vina. Pemilihan jenis bakteri disesuaikan dengan uji antibiotik standar yakni Staphylococcus aureus yang merupakan indikator bakteri Gram positif, Escherichia coli merupakan indikator bakteri Gram negatif dan Mycobacterium tuberculosis yang tidak termasuk keduanya. Dari hasil penambatan molekular didapatkan 5 senyawa yang memiliki aktivitas inhibisi terbaik secara in silico setiap enzim menggunakan parameter Autodock4 maupun Vina. 5 senyawa ini kemudian divisualisasi untuk melihat interaksi kompleks ligan-enzim.

ABSTRACT
Antibacterial discovery is important because of antibacterial resistance and side effect. In other side, saccharin well known as artificial sweetener has potential to become a novel drug candidate because saccharin have many pharmacological activities, possible to derivatitation, cheap and abundant availability. In this study, we employed in silico docking of 40 saccharin derivatives for determine inhibition activity of isoleucyl tRNA synthetase that work on the bacterial ribosome for protein synthesis DNA gyrase, work by making bacterial DNA structures more stable during replication and transcription and dihydrofolate reductase, responsible for the formation of tetrahydrofolic acid for bacterial DNA synthesis. The research aim to determine 5 best compound from molecular docking results and determine the active site inhibition. Molecular docking has been doing with AutoDock4 and Vina. The selection of bacteria species was adjusted with standard antibiotic test, Staphylococcus aureus which indicator of Gram positive bacteria, Escherichia coli which indicator of Gram negative bacteria and Mycobacterium tuberculosis which not belong both. From the result of molecular docking, 5 compounds was the best inhibition in silico activity in every enzyme using AutoDock4 and Vina. The 5 compounds were then visualized to look ligand enzyme complex interactions."
2017
S69849
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ibnu Kahtan
"ABSTRAK
Malaria masih menjadi masalah kesehatan di dunia terutama negara tropis, karena angka kesakitan dan kematiannya yang tinggi. Gejala yang berat sampai kematian akibat malaria dipengaruhi respon imun setiap individu maupun ketepatan pengobatan malaria. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek respon imun (TNF-α) mencit terinfeksi Plasmodium berghei yang diberi ekstrak akar pasak bumi sebagai antimalaria. Jenis penelitian ini adalah eksperimental in vivo dengan membagi 5 kelompok perlakuan yang berbeda (kontrol, Plasmodium berghei dan akuades, CMC, Plasmodium berghei dan CMC, Plasmodium berghei dan ekstrak akar pasak bumi). Pemeriksaan tingkat parasitemia menggunakan pemeriksaan darah tipis dan tebal. Hasil pemeriksaan TNF-α menggunakan teknik bead based multiplexing technique didapatkan nilai mean flourescence intensity (MFI) yang digunakan sebagai ukuran kadar TNF-α. Hasil penelitian ini menunjukkan kemampuan ekstrak akar pasak bumi sebagai antimalarial, dengan nilai rerata growth inhibit sebesar 88,93%. Hasil uji korelasi menunjukkan adanya hubungan bermakna antara tingkat parasitemia dengan TNF-α (Uji Spearman, r= - 0,838; p=0.002). Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak akar pasak bumi dapat mengaktivasi TNF-α yang bekerja sebagai imunoproteksi. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak akar pasak bumi meningkatkan ekspresi TNF-α yang berhubungan dengan menurunnya tingkat parasitemia pada mencit yang diinfeksi plasmodium berghei.

ABSTRACT
Malaria is still the main health problem in the world, mainly in tropical countries since its incidence of illness and death is high. The severe symptoms, which may lead to death, are affected not only by the immune response of each individual but also by the efficacy in the malaria treatment. The purpose of this research is to investigate the effect of immune response (TNF-α) of the Plasmodium berghei infected mice which was treated with the pasak bumi root extract as antimalaria. This was in vivo experimental study in which the experimental animals were divided into five different groups (control, Plasmodium berghei and aquades, CMC, Plasmodium berghei and CMC, Plasmodium berghei and pasak bumi root extract). The level of parasitemia were determineted by using thin and thick blood staining. The bead based multiplexing technique was used in the TNF-α examination in order to obtain mean fluorescence intensity (MFI) which was later used as TNF-α standard. The results of this research showed the potential of the pasak bumi root extract as antimalaria with the mean percentage of growth inhibition was 88.93%. The correlation analysis showed a meaningful relation between the parasitemia level and TNF-α (Spearman test, r= - 0,838; p=0.002). This means that the pasak bumi root extract could activate TNF-α which acts as immune protector. In conclucion, the pasak bumi root extract could enhance the TNF-α expression as shown by the decline of the parasitemia level in the Plasmodium berghei infected mouse
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T58772
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Wahyu Fitriana
"ABSTRAK
Malaria menjadi masalah kesehatan global utama dengan angka kejadian kemoresistensi yang tinggi, sedangkan ketersediaan obat yang efektif terbatas. Hal tersebut mendasari pentingnya pengembangan obat antimalaria baru. Pendekatan berbasis struktur digunakan untuk merancang analog triklosan dengan target enzim Plasmodium falciparum enoyl acyl carrier protein reductase (PfENR). Gugus fenol disubstitusi dengan gugus metoksi, serta gugus Cl di posisi 2? cincin B dimodifikasi menjadi gugus 2,3-dihidroksi-propionamida. Penambahan dua gugus hidroksi pada cincin B menggunakan metode dihidroksilasi asimetrik Sharpless dengan ligan kiral (DHQ)2PHAL dan (DHQD)2PHAL menghasilkan dua produk analog triklosan sebagai campuran enansiomer. Interaksi molekuler analog triklosan terhadap PfENR ditentukan dengan AutoDock. Campuran enansiomer yang dihasilkan dari ligan kiral (DHQ)2PHAL memiliki rotasi spesifik (+) 0,0833, sedangkan campuran enansiomer yang dihasilkan dari ligan kiral (DHQD)2PHAL memiliki rotasi spesifik (-) 0,0678. Nilai IC50 kedua analog triklosan ditentukan terhadap galur sensitif klorokuin, 3D7. Jumlah parasit dihitung secara mikrokopis melalui apusan darah tipis yang diwarnai Giemsa. Nilai IC50 ditentukan dengan membandingkan parasitemia senyawa uji dengan kontrol yang dianggap memiliki pertumbuhan 100%. Aktivitas antimalaria campuran enansiomer yang dihasilkan dengan (DHQ)2PHAL dan dengan (DHQD)2PHAL memperlihatkan aktivitas yang lebih poten dibandingkan triklosan (IC50 2,72 x 10-2 M), dengan IC50 berturut-turut 3,38 x 10-5 M dan 2,82 x 10-5 M.

ABSTRACT
Malaria is a major global public health problem that alarming spread of drug resistance and limited number of effective drugs. That reason underline how important it is to discover new antimalarial drug. A structure-based approach has been taken to develop substituted analogs of triclosan that target the key malarial enzyme Plasmodium falciparum enoyl acyl carrier protein reductase (PfENR). The phenol moiety was chemically substituted with methoxy group, and Cl group at posistion 2? in ring B also modified with 2,3-dihydroxy-propionamide group. Sharpless asymmetric dihydroxylation with chiral ligand (DHQ)2PHAL and (DHQD)2PHAL is used to introduce two hydroxyl groups into the ring B to give two analogs of triclosan as enantiomer mixture. The binding energies of two analogs for PfENR were determined using Autodock. The enantiomer mixture generated by chiral ligand (DHQ)2PHAL showed specific rotation of (+) 0,0833, while enantiomer mixture resulted from chiral ligand (DHQD)2PHAL have (-) 0,0678 of specific rotation. The IC50 of two analogs of triclosan were determined against Plasmodium falciparum chloroquin-sensitive strain, 3D7. The number of parasites on thin Giemsa stained smears was calculated microscopically. IC50 determined by comparing paracitemia parasite growth in the presence of compound with that of control without compound. The analog compounds, enantiomer mixture resulted by either (DHQ)2PHAL or (DHQD)2PHAL showed a higher antimalarial activity than triclosan (IC50 2,72 x 10-2 M), with IC50 3,38 x 10-5 M and 2,82 x 10-5 M, respectively."
2013
T32920
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Metode "QBC" (Quantitative Buffy Coat) malaria adalah suatu metode untuk mendeteksi adanya parasit malaria berdasarkan stratifikasi Plasmodium oleh gaya sentrifugal. Dasar sistim ini adalah pewarnaan DNA dan RNA parasit dengan zat warna jingga akridin (Acridine Orange) yang dengan cahaya ultraviolet (UV Light) inti parasit malaria tampak berfluoresensi hijau dengan sitoplasma berwarna merah.
Pada penelitian ini telah dilakukan pemeriksaan diagnosis malaria dengan membandingkan metode baru "QBC" (Quantitative Buffy Coat) dengan metode konvensional (pulasan Giemsa) pada penduduk daerah endemi malaria di desa Berakit, Kecamatan Bintan Utara, Riau Kepulauan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas metode "QBC".
Dari 495 sampel darah yang diperiksa, sebanyak 430 (66,86%) sampel memberikan hasil: 104 {21,03%) sampel positif malaria dan 326 (65,86%) sampel negatif baik pada "QBC" maupun pada sediaan darah tebal, sedangkan sisanya 65 (13,13%) menunjukkan hasil yang tidak sama : 56 (11,31%) sampel positif pada "QBC" tetapi negatif pada sediaan darah tebal dan 9 (1,82%) sampel negatif pada "QBC" tetapi positif pada sediaan darah tebal. Angka sensitivitas pada metode "QBC" menunjukkan 92,03% dan angka spesifisitasnya 85,34%. Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa metode "QBC" hasilnya cukup sensitif dan spesifik untuk diagnosis malaria."
Depok: Universitas Indonesia, 1993
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Traviata Prakarti
"Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan, terutama di wilayah perdesaan Indonesia. Hal ini ditunjukkan dari hasil Riskesdas 2013 dimana prevalensi malaria di wilayah perdesaan Indonesia masih mencapai 7,1% lebih tinggi dibandingkan prevalensi nasional sebesar 6,0%. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria di wilayah perdesaan Indonesia. Penelitian dengan studi kuantitatif melibatkan 382.231 subjek penelitian yang diambil dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 yang berusia ≥15 tahun, berdomisili di wilayah perdesaan Indonesia, dan memiliki data yang lengkap (tidak missing).
Hasil menunjukkan prevalensi malaria berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan pada penduduk usia ≥15 tahun sebesar 3,3%. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan bermakna (nilai p<0,05) antara faktor karakteristik individu (umur, jenis kelamin, pekerjaan, status gizi), faktor lingkungan tempat tinggal (plafon, dinding rumah, jenis sumber air, tempat pembuangan akhir tinja, lingkungan kumuh), faktor perilaku pencegahan (kelambu, pemakaian kawat kasa pada ventilasi, pemakaian obat anti nyamuk bakar/elektrik, repellent, dan minum obat kemoprofilaksis). Untuk itu diperlukan peningkatan upaya pengendalian fisik untuk memutus rantai penularan vektor nyamuk Anopheles yang didukung oleh modifikasi perilaku hidup sehat oleh masyarakat.

Malaria is one of the infectious diseases that become a major health problem especially in rural areas of Indonesia. It is shown from the result of Riskesdas 2013 where malaria prevalence in rural areas of Indonesia was 7.1%, higher than national prevalence (6.0%). This study used cross sectional design which aims to determine the factors associated with the occurrence of malaria in rural areas of Indonesia. This quantitative studies involving 382,231 subject collected from the secondary data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) in 2013. Samples were population aged ≥15 years, living in rural areas of Indonesia, and had complete data.
Results showed that the prevalence of malaria based on the diagnosis of health personnel in the population aged ≥15 years was 3.3%. The results of the bivariate analysis showed there was a significant association (p value<0.05) between individual factors (age, sex, occupation, nutritional status), environmental factors (ceiling, walls of houses, types of water sources, landfills feces, seedy neighborhood), health prevention behavioral factors (use of bed nets, use of wire netting on the ventilation, use of anti-mosquito drugs/electric, repellent, and taking chemoprophylaxis). Therefore, it?s necessary to increase environmental control to break the chain of malaria transmission supported by people?s health behavior modification.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S62549
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>