Ditemukan 107419 dokumen yang sesuai dengan query
Saiful Bakhri
"Penelitian ini membahas tentang pembagian adegan, identifikasi cerita, dan nilai-nilai yang diwariskan melalui relief Samkok yang terletak pada keempat sisi inner courtyard Museum Benteng Heritage. Pembagian adegan dilakukan dengan metode analisis konteks ruang dan menghasilkan 10 adegan. Dari 10 adegan tersebut, hanya dua yang dapat teridentifikasi dengan menggunakan novel Samkok. Dua cerita tersebut juga berhasil teridentifikasi karena keberadaan atribut aksara yang menunjukkan latar kejadian. Nilai-nilai yang terwariskan juga dapat diketahui setelah cerita teridentifikasi. Nilai tersebut antara lain: Kesetiaan, Bakti terhadap Saudara, Kejujuran/Keterbukaan, dan Kebajikan.
This research discusses the division of a scene, identification of the story, and values that are inherited through Samkok relief located on the four side of inner courtyard Benteng Heritage Museum. The division of scenes was done with the spacial context analysis and successfully divided into 10 scenes. From those 10 scenes, only two that can be identified by using Samkok novel. Those two stories have also been successfully identified due to the presence of a literacy attributes that shows the background of the event. Values that are heritable can also be obtained after identifying the story. Those values are: Loyality, Fraternal Piety, Honesty and Openness, and Appropriateness."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S60890
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Nabila Putri Prayudi
"Bangunan cagar budaya adalah bangunan berusia 50 tahun atau lebih yang memiliki nilai sejarah, budaya, dan pengetahuan sehingga harus dilestarikan keberadaannya. Dalam melestarikan bangunan cagar budaya, ada tujuh cara intervensi yang dapat dilakukan. Cara intervensi tersebut harus dilakukan dengan tetap memerhatikan keaslian bangunan cagar budaya, etika pelestarian, dan prinsip pelestarian. Pelestarian yang bergantung terhadap kondisi awal bangunan cagar budaya menyebabkan cara intervensi yang dilakukan akan berbeda-beda. Salah satu bentuk pelestarian bangunan cagar budaya adalah memanfaatkannya menjadi bangunan masa kini, yaitu museum. Museum adalah tempat di mana terdapat benda koleksi untuk dipamerkan dan juga dilestarikan. Untuk memenuhi kebutuhan pameran benda koleksi, dibutuhkan pola sirkulasi tertentu pada ruang pamer. Untuk memenuhi kebutuhan pelestarian benda koleksi, dibutuhkan ruang yang terhindar dari cahaya alami agar sinar ultraviolet tidak langsung mengenai benda koleksi yang sensitif dengan cahaya. Kebutuhan dan persyaratan ruang untuk arsitektur museum ini harus dapat terpenuhi selaras dengan pelestarian bangunan cagar budaya. Museum Seni Rupa dan Keramik dan Museum Fatahillah menjadi contoh yang berhasil dalam melakukan pelestarian bangunan cagar budaya dengan memanfaatkannya sebagai museum, atau disebut juga dengan adaptive reuse.
Heritage building is a building that has been built for 50 years or more. It has some values such as history, culture, and knowledge which make them important to conserve. There are seven ways in terms of conservation of heritage building, they are called interventions. Interventions have to be done based on the authenticity value of the heritage building, conservation’s ethics, and conservation’s principles. Conservation of the heritage building depends on its existing condition that would decide which ways are appropriate to be done. Turning the heritage building as a building that can be used for another function in this time is an example of conservations. That building can be a museum. Museum is a place where heritage stuffs are being exhibited and preserved. To fulfill the needs of exhibition, an exhibition room must have certain pattern of circulations. To preserve, spaces in museum must be avoided from direct sunlight in order to keep ultraviolet light away from the heritage stuffs. Heritage stuffs are very sensitive to ultraviolet light. Needs and requirements of architecture museum should meet the interventions of heritage building in order to make the conservation works. Museum Seni Rupa dan Keramik and Museum Fatahillah could be the role model on how heritage building turns into museums, and this is called as an adaptive reuse of heritage building."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Priyanto
Depok: [Publisher not identified], 2010
709.598 PRI k
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Shanty Roulina
"
ABSTRAKCultural tourism saat ini dapat dilihat sebagai pengungkit yang penting bagi pembangunan ekonomi, salah satunya adalah museum yang merupakan daya tarik pariwisata dan mulai melebarkan dirinya kepada aspek kebudayaan. Meskipun masih bersaing dengan daya tarik wisata yang lain, museum mulai berbenah diri untuk lebih banyak menarik wisatawan. Museum Kepresidenan adalah salah satu museum baru di Kota Bogor, keberadaannya di Bogor menambah daya tarik sebagai satu-satunya museum yang berada dalam kompleks Istana dan memiliki keunikan aspek keamanan yang tidak dimiliki museum lain. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana faktor-faktor pendorong dan penarik dari pengunjung dapat menghasilkan kepuasan dan menimbulkan loyalitas mereka untuk kembali dan merekomendasikan kunjungan ke museum. Selain itu penelitian ini juga melihat eksternalitas dari hadirnya Museum Kepresidenan di Kota Bogor. Diharapkan hasil penelitian akan menjadi masukan bagi perencanaan stratejik museum selanjutnya. Instrument penelitian menggunakan kuesioner yang disebar kepada 293 pengunjung, menggunakan Structural Equation Model dalam mengkonfirmasi dan memprediksi hubungan yang terjadi. Hasil dari penelitian adalah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara faktor pendorong dan faktor penarik kepada kepuasan, dan kepuasan kepada loyalitas.
ABSTRACTCultural tourism nowadays can be seen as an important lever for economic development. Even museum still have to compete with other tourism destinations, but many museums now are doing any effort to change the old images and trying to attract more people. Museum Kepresidenan RI is one of the latest museum in Bogor City, its existence now enhances tourism attractions on Bogor City. This study aims to reveal how visitors rsquo push factors and pull factors can meet their satisfaction, and then resulting loyalty to revisit and to recommend visiting Museum of Presidents of Republic of Indonesia. This study also tried to analyze externalities of Museum Kepresidenan for Bogor City. The result of the research can be used by the museum as a feedback for strategic planning in the future. The instrument for this research is using questionnaire seminated to 293 visitors, and then using Structural Equation Model in confirming and predicting the relations among the latent construct. The findings reveal that there is a positive relation and significant between push and pull factors to satisfaction, and satisfaction to loyalty. "
2017
T49314
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Kuswanto
"Tesis ini membahas tentang konsep open-air museum sebagai salah satu jenis museum yang berlandaskan pada paradigma new museology. Lokasi penelitian di Kawasan Cagar Budaya Trowulan, Kabupaten Mojokerto Provinsi Jawa Timur. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan strategi studi kasus dan tahapan penelitian meliputi pengumpulan data, pengolahan data, dan integrasi data (kesimpulan). Hasil penelitian ini dapat merumuskan konsep dan model open-air museum yang dapat dikembangkan di Kawasan Cagar Budaya Trowulan. Pada intinya, open-air museum tersebut berupa bangunan-bangunan monumental yang berada di situs aslinya (in situ) disertai dengan interpretasi tentang aktivitas manusia pendukungnya yang diintegrasikan dalam sebuah tema tata pamer. Tema tata pamer yang disajikan adalah tentang multikultural dari masa Kerajaan Majapahit.
This thesis research the concept of open-air museum as a kind of museum that is based on the paradigm of new museology. Research location in the Heritage Regions Trowulan, Mojokerto, East Java Province. This research is a qualitative research with strategy case studies, and research stages include data collection, data processing, and data integration (conclusion). The research results can formulate concepts and models of open-air museum that can be developed in the Cultural Heritage Regions Trowulan. In essence, an open-air museum in the form of monumental buildings that were on the original site (in situ) accompanied by supporting the interpretation of human activities are integrated in a theme exhibition layout. Exhibition layout theme presented is about multicultural from the Majapahit Kingdom."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
T36050
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Yusuf Setiawan
"Kelenteng Boen Hay Bio merupakan salah satu tempat peribadatan tertua dari tiga kelenteng di kawasan Tangerang. Dua diantaranya telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya. Belum ditetapkannya kelenteng ini sebagai cagar budaya menjadi dasar dilakukannya penelitian ini dengan tujuan mengidentifikasi nilai penting pada bangunan beserta peringkatnya. Penelitian ini menggunakan teknik penelitian kualitatif melalui studi pustaka, observasi lapangan, dan wawancara yang akan digunakan dalam menentukan nilai penting dan peringkat kelenteng. Hasil identifikasi nilai ini mengindikasikan bahwa kelenteng Boen Hay Bio memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai cagar budaya karena memiliki salah satu atau gabungan dari nilai sejarah, ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan agama. Penelitian ini berkontribusi dalam penentuan kebijakan pelestarian kelenteng sebagai upaya pelestarian cagar budaya.
Boen Hay Bio Temple is one of the oldest places of worship of the three temples in the Tangerang area. Two of them have been designated as cultural heritage buildings. This temple has not been designated as a cultural heritage which is the basis for conducting this research with the aim of identifying the important values of buildings and their level of significant. This study uses qualitative research techniques through literature study, field observations, and interviews which will be used in determining the importance and ranking of temples. The results of this value identification indicate that the Boen Hay Bio temple meets the requirements to be designated as a cultural heritage because it has one or a combination of historical, scientific, cultural and religious values. This research contributes to the determination of temple preservation policies as an effort to preserve cultural heritage."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian Universitas Indonesia Library
Woo, Kyu Sung
Gloucester: Rockport Publishers, 1999
727.6 WOO w
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Ina Helena Agustina
"
ABSTRAKPeraturan mengenai keperdulian Pemerintah Indonesia terhadap pelestarian ruang heritage tercantum dalam Undang-undang no 11 Tahun 2010 tentang cagar budaya. Keraton Kasepuhan merupakan ruang heritage dengan ruang permukiman yang disebut magersari. Akan tetapi ruang magersari mengalami penetrasi perubahan yang mengakibatkan hilangnya image kesatuan ruang dengan ruang keraton. Dengan demikian ruang magersari tidak menarik wisatawan pengunjung Keraton Kasepuhan. Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah mengidentifikasi simbol-simbol heritage Keraton Kasepuhan agar dapat memberikan image yang sama untuk permukiman magersari. Identifikasi dihasilkan dari penelaahan makna fenomena bangunan Keraton Kasepuhan melalui pendekatan fenomenologi Husserl. Fenomenologi Husserl adalah metode penggalian makna yang diperoleh dari pengalaman orang. Manfaat yang didapat dari hasil penelitian ini adalah memberikan arah kebijakan pembangunan rumah-rumah magersari dengan simbol Keraton Kasepuhan. Hasil dari penelitian menunjukkan adanya tipologi simbol yang muncul di Keraton Kasepuhan yaitu simbol flora, fauna, geometris dan alam. "
Bandung: Unisba Pusat Penerbitan Universitas (P2U-LPPM), 2017
600 ETHOS 5:2 (2017)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Yolanda Caroline
"[Penelitian ini berfokus pada pencitraan kota pusaka dalam laman informasi pariwisata resmi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana citra kota pusaka Indonesia ditampilkan dan dipromosikan dalam teks sumber dan teks sasaran. Citra kota pusaka yang berbeda dalam terjemahan dipengaruhi oleh faktor ekstratekstual, intratekstual dan penerapan strategi penerjemahan dalam mencapai skopos penerjemahan. Citra kota pusaka pada terjemahan menunjukkan masih kuatnya pandangan kolonial dalam promosi pariwisata kota pusaka. Penelitian kualitatif komparatif ini menggunakan sumber data dari laman Indonesia.travel dan wawancara mendalam, serta berdasarkan pada teori fungsional Nord dan model Analisis Wacana Kritis Van Dijk. Hasil penelitian menyarankan penonjolan perspektif lokal dalam terjemahan berbahasa Inggris ketika mendiseminasikan citra kota pusaka Indonesia dalam promosi pariwisata Indonesia.
The focus of this research is the image of Indonesia`s heritage cities on the official tourism website, Indonesia.travel. The aim of this research is to study how Indonesia?s heritage cities are showed and promoted in the source texts and their English translations. Through the analysis of extratextual and intratextual factors along with the application of translation strategies to achieve the skopos of translation, it showed how the translation have made a different image of the heritage cities. Thus, it indicates that the colonialism perspective still dominating the promotion of Indonesia?s heritage cities. This qualitative comparative research, which collected data from the website of Indonesia.travel and in-depth interview, applied Nord?s functional theory and Van Dijk?s Critical Discourse Analysis. It suggests the emphasis on local perspective in English translation when disseminating heritage cities? image in Indonesia?s tourism promotion.;The focus of this research is the image of Indonesia’s heritage cities on the official tourism website, Indonesia.travel. The aim of this research is to study how Indonesia’s heritage cities are showed and promoted in the source texts and their English translations. Through the analysis of extratextual and intratextual factors along with the application of translation strategies to achieve the skopos of translation, it showed how the translation have made a different image of the heritage cities. Thus, it indicates that the colonialism perspective still dominating the promotion of Indonesia’s heritage cities. This qualitative comparative research, which collected data from the website of Indonesia.travel and in-depth interview, applied Nord’s functional theory and Van Dijk’s Critical Discourse Analysis. It suggests the emphasis on local perspective in English translation when disseminating heritage cities’ image in Indonesia’s tourism promotion, The focus of this research is the image of Indonesia’s heritage cities on the official tourism website, Indonesia.travel. The aim of this research is to study how Indonesia’s heritage cities are showed and promoted in the source texts and their English translations. Through the analysis of extratextual and intratextual factors along with the application of translation strategies to achieve the skopos of translation, it showed how the translation have made a different image of the heritage cities. Thus, it indicates that the colonialism perspective still dominating the promotion of Indonesia’s heritage cities. This qualitative comparative research, which collected data from the website of Indonesia.travel and in-depth interview, applied Nord’s functional theory and Van Dijk’s Critical Discourse Analysis. It suggests the emphasis on local perspective in English translation when disseminating heritage cities’ image in Indonesia’s tourism promotion]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
T44561
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Saufika Fuadianti
"Museum adalah tempat dimana kita dapat mengetahui kultur sebuah wilayah. Pameran adalah media museum untuk mengkomunikasikan kulturnya. Pameran museum pada umumnya menggunakan media visual untuk mengkomunikasikan informasinya, seperti memperlihatkan koleksinya pada kotak-kotak kaca, menggunakan layar LED, proyeksi
visual, dan lainnya. Sehingga dengan media- media visual tersebut, pengunjung tunanetra seringkali tidak dapat menikmatinya. Pengunjung tunanetra sering sekali merasa tidak dianggap ketika mengunjungi museum karena terlalu banyak halangan untuk mereka dapat memahami informasi dari pameran. Lalu bagaimana pameran museum dapat menjadi inklusif dan informatif bagi pengunjung tunanetra? Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mempelajari media-media yang dibutuhkan pameran museum untuk dapat memberikan informasi kepada pengunjung tunanetra dengan melakukan studi kasus di Museum Bank Indonesia.
Museum is a place where we can learn about culture of a place. In communicating their culture, museums relies on its exhibition. Museum exhibitions mostly use visual media in communicating its information--they store their collections inside glass boxes, use LED screens, visual projections, and so on--made the visually impaired visitors cannot enjoy the exhibitions. Visually impaired visitors often feel left out in terms of visiting museums because there’s too much barrier for them to get the informations. Then how museums can be adapted to be more inclusive to people with visual disability? The purpose of my writing is to investigate how one of museum exhibition in Indonesia, Museum Bank Indonesia, able to give information to visually impaired visitors and give recommendations for its exhibition design to become an informative exhibition for visually impaired visitors"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library