Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 98049 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Azzahra Ulya
"Kelompok LGBT sebagai kelompok minoritas seksual cenderung mengalami misrepresentasi di media arus utama sehingga menimbulkan persepsi buruk di masyarakat tentang kelompok LGBT. Keberadaan media komunitas dimanfaatkan oleh komunitas Suara Kita untuk mewadahi tulisan-tulisan pro-LGBT yang selama ini tidak terakomodir oleh media arus utama melalui situs suarakita.org. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengetahui pembentukan pesan yang terjadi dalam ruang redaksi Suarakita.org. Penelitian menemukan bahwa pembentukan pesan berlangsung secara bertahap dan bertujuan agar pesan yang disampaikan kepada khalayak melalui Suarakita.org sesuai dengan perspektif komunitas.

LGBT group as a sexual minority group tend to be misrepresented in mainstream media which make bad perception in society about LGBT people. The existence of community media is used by Suara Kita to accommodate the pro-LGBT writings that never be accommodated by mainstream media. The research was conducted under qualitative approach and aimed to understand about message establishment that occurred in editorial room of Suarakita.org. The research findings shows that message establishment consisted in several stages in order to make the purpose of the messages are in conformity with the group?s perspective."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S59397
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Farhandika
"Media sosial memungkinkan setiap orang untuk berbagi informasi dan itu termasuk ekstremis agama dan kelompok sayap kanan. Pada akhir 2010-an dan awal 2021, Negara Islam (IS) dan gerakan QAnon telah menggunakan media sosial untuk mendapatkan pendukung di seluruh dunia. Kajian ini untuk menganalisis blok fondasi media sosial yang memungkinkan narasi-narasi tersebut dirilis. Melalui tinjauan pustaka dari berbagai jurnal akademik yang didukung oleh liputan media, penelitian ini menunjukkan bahwa media sosial memiliki fasilitas dalam grouping, sharing, dan conversing. Raksasa media sosial secara aktif mengatur konten yang berisi materi yang terkait dengan ekstremisme dan gerakan sayap kanan. Namun demikian, ini menunjukkan bahwa media sosial terbukti efektif untuk menyebarkan ideologi tersebut dan tindakan untuk mencegah penyebaran ide-ide ini diperlukan dan platform media sosial yang mengatur konten ini sendiri terbukti tidak cukup, karena ekstremis dan jauh-radikal kanan dapat pindah ke platform lain.

Social media allows everyone to share information and that includes religious extremists and far-right groups. In late 2010s and early 2021, the Islamic State (IS) and the QAnon movement have used social media to gain supporters worldwide. This study is to analyze the foundation block of social media that allows these narratives to be released. Through literature reviews of various academic journals supported by media coverage, the study has shown that social media’s facility in grouping, sharing, and conversing. Social media giants have actively self-regulating contents containing materials related to extremism and far-right movements. Nevertheless, this has shown that the social media is proven to be effective to spread these ideologies and actions to prevent the spreading of these ideas is necessary and social media platforms self-regulating these contents are proven to be not enough, as extremists and far-right radicals are able to move to other platforms."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Melati Putri Dairly
"Media plays an important role in the creation phenomenon in society, one of which is the K-Beauty phenomenon. This study was conducted to determine the role of the media in the the spread of K-Beauty phenomenon in the beauty community in Indonesia. The data used is primary data in the form of accidental discoveries in the field in this case focusing on social media and secondary data through literature studies, which is then analyzed using two theories, namely media ecology theory and coordinated management of meaning theory which assisted by several concepts. The study found that social media play a role in infusing acts and actions, fixing perception, organizing experiences, and connecting the world through content of Korean Wave found on social media which ultimately forms a perception for the Indonesian beauty community to accept the entry of K-Beauty into Indonesia.

Media berperan penting dalam terciptanya sebuah fenomena di masyarakat, salah satunya adalah fenomena KBeauty. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran media dalam penyebaran fenomena K-Beauty di komunitas kecantikan di Indonesia. Data yang digunakan adalah data primer yang diambil dari penemuanpenemuan secara kebetulan pada media sosial dan data sekunder melalui studi literatur, yang kemudian dianalisis menggunakan dua teori yaitu teori ekologi media dan teori manajemen makna terkoordinasi yang dibantu oleh beberapa konsep. Hasil penelitian ini menemukan bahwa bahwa media sosial berperan dalam menanamkan tindakan, memperbaiki persepsi, mengatur pengalaman, dan menghubungkan dunia melalui berbagai konten tentang Korean Wave yang akhirnya membentuk persepsi bagi komunitas kecantikan Indonesia untuk menerima masuknya K-Beauty ke Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliyanto Budi Setiawan
"Studi ini mengeksplorasi ideologi dominan yang melatarbelakangi penyebab pelabelan-pelabelan atas janda di media televisi (khususnya tayangan FTV ‘Kisah Nyata’ Indosiar); sekaligus mencari data tentang konsumsi teks serta praksis sosial yang terkait dengan pelabelan-pelabelan janda di media televisi. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, peneliti menggunakan pendekatan wacana kritis dan memilih pemikiran Howart S. Becker mengenai labeling sebagai pemikiran utama, dipadukan dengan perspektif feminis sosialis dan Standpoint Theory. Paradigma dalam penelitian ini sendiri berupa paradigma kritis. Adapun hasil penelitian dalam studi ini yaitu: berdasarkan hasil temuan Analisis Wacana Kritis di level mikro menunjukkan adanya dua klasifikasi besar pelabelan, yakni pertama, adanya label identitas yang melekat (bahwa janda oleh media, selalu dilekatkan dengan karakter jahat/negatif yang tentunya berbeda dengan perempuan-perempuan pada umumnya), dan kedua, janda digambarkan sebagai sosok yang patut disalahkan. Selanjutnya, produksi teks level meso menunjukkan bahwa koordinator FTV sama sekali tidak memiliki kesadaran gender dan menilai janda memang berperilaku ‘miring’ dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan hasil temuan praktik konsumsi teks di level meso, semua informan ternyata tetap menonton tayangan sarat label atas janda tersebut, bahkan ada yang menikmatinya. Sementara itu, untuk temuan di level makro menunjukkan kuatnya praktik patriarki dan kapitalisme dalam berbagai konteks kehidupan. Adapun dua kebaruan yang ditawarkan dalam studi ini, yakni pertama, belum ada teori media yang memadai dan mampu menjawab fenomena komunikasi yang sedang peneliti kaji, sehingga peneliti menarik teori labeling Becker dari ranah sosiologi ke ranah komunikasi (media studies), karena teori ini mampu dan memadai dalam menjelaskan adanya pelabelan atas kaum minoritas (janda) di konten media massa. Hal ini didukung dengan studi-studi terdahulu yang biasa menggunakan pemikiran labeling untuk penelitian komunikasi. Kedua, Minority Labeling Theory sebagai perpaduan konsep mengenai pemikiran labeling dari Becker, dipadukan dengan perspektif feminis sosialis dan Standpoint Theory.

This study explored about dominant ideology that underlying the caused of labels toward janda on television (especially Film Television (FTV) Programme ‘Kisah Nyata’ Indosiar); and also searched data about text consumption dan social praxis that related with labeling toward janda on television. Therefore, to answer it, the researcher use critical discourse analysis and Howard S. Becker’s concept about labeling as background of way of thinking, then that was combined with sosialis feminist perspective and Standpoint Theory. This research paradigm is critical paradigm. Thus, this research result were: based on finding on micro level of critical discourse analysis stated that there are two major classified of labeling, the first, there are identity labels which attached (janda always be labeled by media as bad character/negative that different from another women’s character that has not janda status); the second, janda is depicted as a figure who deserves the blame. Beside that, on meso level analysis shown that FTV Program Production Coordinator have no gender sensitivity at all, he also thinks that janda was bad person on reality. Whereas, consumption practice on level meso found that all of the informants still watch every labeling content of janda on FTV, even there is informant who enjoy to watch it. Meanwhile, the findings at the macro level show the strong practice of patriarchy and capitalism in various contexts of life. There are two novelties on this study, the first, there are not yet media theory that capable to answer communication phenomena which the researcher did, so that the researcher picked Labeling Theory (Becker) from sosyology field to communication field (media studies), because this theory capable to explain labeling of minority (janda) on media content. Based on the prior studies, there are several research about labeling on communication field. The second, this research had resynthesis Minority Labeling Theory as fusion of Becker’s labeling and feminist socialist perspective and also Standpoint Theory."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andhika Febi Hardina
"Perkembangan media sosial ini telah membentuk praktik keputusan strategis bagi merek untuk berinteraksi, berkolaborasi, serta berbagi sehingga produsen menggunakan strategi penjualan dengan menggunakan social media influencer (SMI). Purchase intention atau niat beli tidak ditentukan secara langsung oleh adanya pengetahan konsumen mengenai produk tertentu, terlebih green product yang saat ini menjadi tren saat ini dianggap ramah lingkungan dan dibuat dari bahan daur ulang yang tidak beracun, alami, serta kemasan ramah lingkungan. Maka dari itu, untuk mencapai tujuan ini, penulis mengusulkan model konseptual yang menggabungkan teori perilaku terencana (TPB) dengan konstruksi tambahan seperti, influencers' perceived credibility, trust, expertise, and congruence.Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner secara online. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purpossive sampling dengan subjek merupakan Followers Rania Yamin sebagai Social Media Influencer yang berdomisili di DKI Jakarta dan berjumlah 100 responden. Hasil penelitian bahwa peran SMI dapat mempengaruhi dalam niat beli green product. Namun, perceived credibility tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap attitude toward the social media influencer sehingga memiliki implikasi terhadap purchase intention karena hasil T-statistics lebih kecil dari critical value (1,341 < 1,960), dan p-values lebih besar dari α (0,181 > 0,05).

The evolution of social media has shaped strategic decision-making practices for brands to engage, collaborate, and share, leading manufacturers to employ sales strategies through social media influencers (SMIs). Purchase intentions aren't solely determined by consumers' awareness of specific products, especially with the current trend of green products being considered environmentally friendly, made from non-toxic, natural, and eco-friendly recycled materials. Therefore, to achieve this goal, the author proposes a conceptual model that merges the Theory of Planned Behavior (TPB) with additional constructs such as influencers' perceived credibility, trust, expertise, and congruence. This research adopts a quantitative approach, distributing questionnaires online. The sampling technique employed is purposive sampling, targeting 100 respondents who are followers of Rania Yamin, a Social Media Influencer based in DKI Jakarta. The research findings suggest that the role of SMI can influence the purchase intention of green products. However, the perceived credibility does not significantly impact the attitude toward the social media influencer, thus affecting the purchase intention because the T-statistics result is smaller than the critical value (1,341 < 1,960), and the p-values are larger than α (0,181 > 0,05)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alverga Feliza Reyfica
"Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengaruh media sosial terhadap fomsumerisme, yaitu sebuah konsep di mana konsumsi dilakukan tidak semata-mata untuk pemenuhan kebutuhan, melainkan akibat kekhawatiran akan tertinggal. Fomsumerisme berasal dari dua kata, yaitu FoMO (Fear of Missing Out) dan consumerism. Bauman (2005) menjelaskan bahwa masyarakat saat ini diatur oleh estetika. Masyarakat saat ini adalah masyarakat kartu kredit. Ketertinggalan suatu momen dapat dianggap sebagai pemborosan peluang. Studi-studi terdahulu menemukan bahwa terdapat pengaruh media sosial terhadap fenomena fomsumerisme, terutama untuk barang eksklusif. Peneliti setuju dengan pendapat tersebut, namun berdasarkan limitasi studi terdahulu, belum banyak studi yang membahas pengaruh media sosial terhadap fomsumerisme mahasiswa akan produk yang tidak eksklusif, seperti produk yang sedang populer. Peneliti berhipotesis bahwa makin tinggi tingkat penggunaan media sosial seorang mahasiswa, maka makin tinggi pula tingkat fomsumerismenya akan produk populer, dan sebaliknya. Hipotesis ini dirumuskan berdasarkan studi terdahulu yang menjelaskan bahwa media sosial berpengaruh pada fenomena FoMO di mana fenomena ini juga merupakan alasan atas konsumsi suatu produk baru di masyarakat, terutama di kalangan generasi muda. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan kuesioner pada responden yang merupakan mahasiswa aktif FISIP UI yang dipilih dengan teknik simple random sampling. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat hubungan signifikan antara tingkat penggunaan media sosial dengan fomsumerisme mahasiswa pada produk populer. Pengaruh dimensi apresiasi pada variabel tingkat penggunaan media sosial terhadap fomsumerisme mahasiswa merupakan yang paling kuat di antara tiga dimensi tingkat penggunaan media sosial lainnya, yaitu dimensi atensi, durasi, dan frekuensi. Sementara itu, dimensi fomsumerisme yang paling dipengaruhi oleh tingkat penggunaan media sosial adalah dimensi Desire for Belonging.

This study aims to measure the influence of social media on fomsumerism, a concept where consumption is driven not solely by need fulfillment but by the fear of missing out. The term "fomsumerism" combines "FoMO" (Fear of Missing Out) and consumerism. Bauman (2005) posited that contemporary society is governed by aesthetics. Previous studies have established a link between social media and fomsumerism. While acknowledging these findings, it is noted that limited research has specifically addressed the impact of social media on student fomsumerism towards non-exclusive products, such as currently popular items. The hypothesis posits that higher usage of social media among students correlates with higher levels of fomsumerism towards popular products, and vice versa. Data for this research was collected through questionnaires administered to active students of the Faculty of Social and Political Sciences at the University of Indonesia (FISIP UI). The findings reveal a significant relationship between social media usage and student fomsumerism towards popular products. Among the dimensions assessed—appreciation, attention, duration, and frequency—the dimension of appreciation showed the strongest influence of social media usage on student fomsumerism."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vinka Aldavia
"Penelitian ini bertujuan untuk memahami mekanisme panoptik digital dalam pengawasan melalui media sosial. Industri transportasi publik mengalami berbagai dinamika dan perubahan dalam operasinya, salah satunya pada perilaku penumpang. Pengguna transportasi dapat memanfaatkan media sosial untuk mengawasi operasi moda transportasi publik, khususnya MRT Jakarta dalam penelitian ini. Hasil penelitian menemukan bahwa media sosial sebagai tempat yang ideal untuk melakukan pengawasan, di mana kekuasaan-pengetahuan beroperasi di dalamnya dan menciptakan mekanisme panoptik digital. Panoptikon digital memungkinkan pengawasan terhadap operasi MRT Jakarta berjalan secara efektif. Secara umum, penelitian ini dapat memberikan gambaran untuk memahami mekanisme panoptik yang terjadi pada konteks masyarakat digital.

ABSTRACT
This study aims to understand the work of panoptic as a surveillance mechanism in the digital space, focusing on social media. The public transportation industry has encountered various dynamics, internal and external changes of its operation, one of which is the behavior of passengers. Social media users can now utilize social media to monitor the operation of public transportation, especially the MRT Jakarta in this study. The results found that the characteristics of social media have rendered an ideal means for surveillance, where power and knowledge reside to facilitate a panoptic mechanism. It is suggested digital panopticon enables the supervision of MRT Jakarta to work effectively. This study also offers a framework to understand the work of panoptic in a digital society.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Brianti Hadi Savitri
"Kondisi pandemi COVID – 19 yang melanda seluruh belahan dunia menyebabkan banyak perubahan di berbagai aspek kehidupan dan pola bekerja menjadi dilakukan dari rumah. Penelitian ini akan berfokus pada bagaimana pembentukan persepsi yang termediasi oleh media komputer dan apakah pegawai yang melaksanakan pola bekerja dari rumah, dapat memahami informasi yang berkaitan dengan pekerjaan yang disampaikan melalui perangkat media sosial. Tulisan ini menggunakan strategi penelitian fenomenologi dengan paradigma konstruktivis. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat proses pembentukan persepsi pada Pegawai yang dimediasi oleh komputer dan untuk melihat sejauh mana Persepsi seorang pegawai terhadap instruksi tugas atau informasi bila instruksi maupun informasi tersebut termediasi oleh komputer. Hasil dari penelitian ini menunjukkan meskipun persepsi terbentuk dari sumber informasi yang termediasi oleh komputer namun hal ini tidak menimbulkan hambatan. Terkadang, komunikasi antar pribadi yang terjadi kurang optimal namun hal tersebut dapat diminimalisir dengan melakukan konfirmasi ulang dan menghadirkan pihak ketiga untuk menanggulangi mispersepsi yang terjadi.

The condition of the COVID-19 pandemic that has hit all parts of the world has caused many changes in various aspects of life and work patterns to be done from home. This study will focus on how the formation of perceptions mediated by computer media and whether employees who carry out work from home patterns can understand work-related information conveyed through social media devices. This paper uses a phenomenological research strategy with a constructivist paradigm. The purpose of this study was to see the process of forming perceptions of employees mediated by computers and to see how far an employee's perception of task instructions or information if the instructions and information were mediated by computers. The results of this study indicate that although perceptions are formed from computer-mediated information sources, this does not cause obstacles. Sometimes, interpersonal communication that occurs is less than optimal but this can be minimized by reconfirming and presenting a third party to overcome the misperceptions that occur."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Axel Putra Hadiningrat
"Media berita dalam situasi globalisasi tertantang dengan munculnya penyebaran berita palsu dan ketidakpercayaan masyrakat terhadap media. Munculnya sumber media alternatif dalam dunia digital telah menjadi sebuah tren bagi masyarakat dalam mengakses berita. Namun kredibilitas dari media alternatif masih dipertanyakan akibat dari kurangnya pengawasan dan kontrol dalam media digital. Dengan demikian, metode transparansi media dilihat dapat menjadi sebuah solusi untuk mengurangi penyebaran berita bohong di media massa. Disisi lain, dunia saat ini sedang memasuki era pasca kebenaran dimana masyarakat tidak memperdulikan fakta asli terhadap sebuah berita melainkan mengikuti emosi dan opini pribadi mereka ketika mengakses berita. Tantangan transparansi media tidak hanya datang dari masyarakatnya saja namun tanggung jawab jurnalis dalam melaporkan berita juga penting karena, masyarakat dan jurnalis adalah subyek dari transparansi. Efektivitas transparansi untuk mengurangi penyebaran berita bohong masih kompleks karena pengetahuan masyarakat terhadap konsep transparansi media masih asing. Walaupun efektivitas transparansi media untuk melawan penyebaran hoax masih dipertanyakan, transparansi media itu penting untuk membangun kredibilitas sebuah media.

News outlets in a globalization setting found themselves challenged by the spread of fake news and public distrust towards media. The emergence of alternative news outlets in digital spaces as a new news source of news media has become the trend for today rsquo s audience in accessing information. However, the credibility of alternative news outlets remains questionable as digital news media is lacking of gatekeeping and control. Therefore, Media transparency method come to be viewed as the solution to decline the spread of Hoax and fake news. On the other hand, today rsquo s world is now facing the era of post truth where people are tending to ignore the actual facts of the information and rather follow their emotion in consuming the news. Furthermore, the challenge of transparency comes not only from the audience but also from the journalist rsquo s responsibility because both audience and journalist are responsible for and subjected to transparency. The effectiveness of transparency to decline fake news is complex given that, public knowledge towards the importance of media transparency is still an extraneous concept. Moreover, even transparency effectiveness to tackle the spread of hoax remains questionable, media transparency is essential to support the credibility of news. "
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Larasati
"Pesatnya pertumbuhan media sosial dan e-commerce membuka sebuah era baru yaitu social commerce, dimana orang didorong untuk terlibat dalam berbagai interaksi sosial yang kondusif. Sociolla merupakan social commerce yang menyediakan produk skincare terpopuler di Indonesia, penelitian ini akan mengukur pengaruh technology attractiveness pada social involvement dan engagement dengan mempertimbangkan personal interest yang berperan sebagai moderasi untuk mengetahui bagaimana technology attractiveness dan community involvement berpengaruh pada social commerce, Sociolla. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik purposive sampling pada 165 responden yang didapatkan melalui kuisioner secara online. Hasil penelitian menunjukkan bahwa community involvement berpengaruh secara signifikan terhadap social commerce engagement, task dan social attractiveness berpengaruh signifikan terhadap community involvement, sedangkan physical attractiveness tidak berpengaruh signifikan terhadap community involvement. Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa personal interest tidak memoderasi antara task, social, dan physical attractiveness pada community involvement, serta community involvement pada social commerce engagement.

Growth in social media and e-commerce are opening a new era, namely social commerce, where people are involved in engaging in various conducive social interactions. Sociolla is social commerce that provides the most popular skincare products in Indonesia, this study will measure the influence of technology attractiveness on social involvement and engagement by considering personal interests that act as moderating to find out how the attractiveness of technology and community involvement affect social commerce, Sociolla. This study uses a quantitative approach with a purposive sampling technique on 165 respondents obtained through an online questionnaire. The results showed that community involvement had a significant effect on social commerce engagement tasks and social attractiveness had a significant effect on community involvement, while physical attractiveness had no significant effect on community involvement. This study also revealed that personal interest did not moderate between task, social, and physical attractiveness on community engagement, as well as community involvement on social trading engagement."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>