Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 215276 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurul Jasmine Fauziah
"ABSTRAK
Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) secara resmi diselenggarakan sejak
tanggal 1 Januari 2014, dan pada saat itu pula, Formularium Nasional (Fornas) mulai
diterapkan sebagai acuan penggunaan obat di fasilitas kesehatan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan obat di RSU X Kalimantan Tengah dan
RSU Y Nusa Tenggara Timur pada awal penerapan JKN. Penelitian dilakukan secara
cross-sectional dengan menggunakan rekapitulasi penggunaan obat RSU X dan RSU Y
periode Januari sampai Maret 2014. Obat diklasifikasikan dalam kode Anatomical
Therapeutic Chemical (ATC) dan kuantitas obat dinyatakan dalam satuan Defined
Daily Dose (DDD). Kualitas penggunaan obat ditentukan dengan mengevaluasi Drug
Utilization 90% (DU90%) dan kesesuaian penggunaan obat terhadap Fornas.
Kuantitas penggunaan obat di RSU X pada tiga bulan awal penerapan JKN
cenderung meningkat. Obat yang memiliki kuantitas terbesar di RSU X yaitu
Amlodipin, Setirizin, Asam Mefenamat, Asam Folat, dan Kaptopril. Kuantitas
penggunaan obat di RSU Y pada tiga bulan awal penerapan JKN cenderung
menurun. Obat yang memiliki kuantitas terbesar di RSU Y yaitu Asam Folat,
Kaptopril, Fero Sulfat, Amlodipin, dan Asam Mefenamat. Kualitas penggunaan obat
di RSU X dan RSU Y pada tiga bulan awal penerapan JKN dalam kategori kurang
baik, karena masih ada beberapa obat non-Fornas yang masuk dalam segmen
DU90%. Penggunaan obat di RSU X dan RSU Y pada awal penerapan JKN masih
belum sesuai terhadap Fornas, dengan persentase kesesuaian masing-masing sebesar
84,5% dan 89,8%.

ABSTRACT
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) has been officially implemented since the first of
January 2014 and started to apply the Formularium Nasional (Fornas) as a drug use
reference. This research aims to do the drug use evaluation in RSU X Kalimantan
Tengah and RSU Y Nusa Tenggara Timur in the early of JKN implementation. This
research was conducted by cross-sectional study by using the drug use recapitulation
from RSU X and RSU Y in the period of January to March 2014. Drugs are classified
in Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) code and the quantity of drug is expressed
in Defined Daily Dose (DDD) unit. The quality of drug use was evaluated by analyzing
the Drug Utilization 90% (DU90%) and the conformity of drug use to Fornas. The
quantity of drug use in early JKN implementation in RSU X increases. Drugs that have
the largest quantity in RSU X are Amlodipine, Cetirizine, Mefenamic Acid, Folic Acid,
and Captopril. The quantity of drug use in early JKN implementation in RSU Y
decreases. Drugs that have the largest quantity in RSU Y are Folic Acid, Captopril,
Ferro Sulfate, Amlodipine, and Mefenamic Acid. Quality of drug use in both RSU X
and RSU Y in the early of JKN implementation is less good, inferred from the non-
Fornas drugs in DU90% segment. The drug use in both RSU X and RSU Y in early of
JKN implementation is not conform with Fornas, with percentage of the conformity of
each is 84,5% and 89,8%."
2015
S65716
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Novia Hadriantanella
"[Obat Off-label merupakan obat yang diresepkan tidak sesuai dengan ketentuan izin edar termasuk indikasi, dosis, kontraindikasi, usia, dan rute pemberian. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pola penggunaan obat off-label untuk pasien usia 0 sampai 2 tahun di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati periode Maret 2015. Penelitian ini menggunakan design studi cross-sectional dan data diambil dari resep dan rekam medis periode Maret 2015 dengan teknik total sampling. Sampel penelitian adalah data pasien usia 0 sampai 2 tahun yang menerima obat pada periode Maret 2015. Evaluasi dilakukan terhadap 156 terapi obat dari 25 jenis obat yang digunakan pada 64 pasien dari 113 pasien dengan pasien usia kurang dari 1 bulan (5%) dan pasien usia >1 bulan sampai 2 tahun (95%) terdiri atas laki-laki atau perempuan sebesar 50% serta diagnosis terbanyak adalah epilepsy (36%). Terdapat 8 jenis obat dengan 55 terapi obat. Proporsi kategori off-label dosis sebanyak 20 terapi obat (36%) dengan penggunaan tertinggi adalah sefiksim (50%) dan off-label usia sebanyak 35 terapi obat (64%) dengan penggunaan tertinggi adalah asam valproat (80%). Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan obat off-label lebih tinggi pada pasien 1 bulan-2 tahun dan golongan obat yang paling banyak digunakan adalah obat golongan saluran pernapasan sebanyak 5 jenis obat (63%).;Off-label drug is a prescribed drug that unsuitable with official drug information, and patient age, drug indications, dosage, and route of administration that are not appropriate. This study aimed to evaluate of off-label drugs use in under 2-year-old patients in Fatmawati General Hospital on March 2015. Sample data was data of under recieving drug therapy on march 2015. Cross-sectional was used and data were collected by total sampling from prescriptions and medical records. Sample are data 2-year-old patients that recieve drug on March 2015. Sample were 156 drug therapy of 25 item drugs that were used in 64 patients from 113 patients that consist of patient under 1 month (5%) and after 1 month until 2 years (95%) with boys as big as girls (50%) and the highest diagnostic was epilepsy (36%).There were 8 items drugs with 55 off-label drug therapy that consist of 20 (36%) off-label doses with sefiksim was the highest used and 35 (64%) off-label age with valproic acid was the highest used. Based on the results, off-label drug use was higher (63%) in babies and respiratory system drug class was the most frequently used drug in those patients which is 5 item drugs that used., Off-label drug is a prescribed drug that unsuitable with official drug information, and patient age, drug indications, dosage, and route of administration that are not appropriate. This study aimed to evaluate of off-label drugs use in under 2-year-old patients in Fatmawati General Hospital on March 2015. Sample data was data of under recieving drug therapy on march 2015. Cross-sectional was used and data were collected by total sampling from prescriptions and medical records. Sample are data 2-year-old patients that recieve drug on March 2015. Sample were 156 drug therapy of 25 item drugs that were used in 64 patients from 113 patients that consist of patient under 1 month (5%) and after 1 month until 2 years (95%) with boys as big as girls (50%) and the highest diagnostic was epilepsy (36%).There were 8 items drugs with 55 off-label drug therapy that consist of 20 (36%) off-label doses with sefiksim was the highest used and 35 (64%) off-label age with valproic acid was the highest used. Based on the results, off-label drug use was higher (63%) in babies and respiratory system drug class was the most frequently used drug in those patients which is 5 item drugs that used.]"
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S59419
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uray Sandy Kurniawan
"Berdasarakan data penyakit selama tahun 2022 dari bulan Januari-Juli di Puskemas Kecamatan Jatinegara, penyakit dispepsia merupakan penyakit paling tinggi ke-empat dengan jumlah penderita 3429 pasien. Penyakit dispepsia yang yang sering terjadi pada semua kalangan masyarakat ini perlu diberikan informasi bagi penderitanya, mulai dari penyebab, gejala serta cara mengatasi penyakit ini. Pemberian informasi obat penyakit melalui leaflet merupakan salah satu cara yang efektif untuk memberikan informasi penyakit dan obat serta mengurangi penyebaran penyakit tersebut di Puskemas Kecamatan Jatinegara. Dikumpulkan pustaka terkait penyakit seperti penyebab, gejala, cara penularan, mencegah dan mengobati penyakit tersebut. Dibuat publikasi Pelayanan Informasi Obat berupa leaflet Tujuan pelayanan informasi obat yaitu menunjang ketersediaan dan penggunaan obat yang rasional, berorientasi kepada pasien, tenaga kesehatan, dan pihak lain menyediakan dan memberikan informasi obat kepada pasien, tenaga kesehatan, dan pihak lain menyediakan informasi untuk membuat kebijakan kebijakan yang berhubungan dengan obat terutama bagi PFT/KFT. Ruang lingkup PIO menggunakan leaflet masuk dalam lingkup pelayanan dan pendidikan. Memberikan pelayanan informasi obat kepada pasien di Puskemas, khususnya penyakit dispepsia dengan cara pembuatan leaflet.

Based on disease data for 2022 from January to July at the Jatinegara District Health Center, dyspepsia is the fourth-highest disease with a total of 3,429 patients. Dyspepsia, which often occurs in all walks of life, needs to be given information sufferers, starting from the causes, symptoms, and how to deal with this disease. Providing information on disease drugs through leaflets is an effective way to provide disease and drug information and reduce the spread of the disease at the Jatinegara District Health Center. Collected literature related to diseases such as causes, symptoms, modes of transmission, prevention, and treatment of these diseases. Publication of Drug Information Services is made in the form of leaflets. The purpose of drug information services is to support the availability and rational use of drugs, patient-oriented, health workers and other parties provide and provide drug information to patients, health workers, and other parties to provide information for making policies related to drugs, especially for PFT/KFT. The scope of PIO using leaflets is included in the scope of services and education. Providing drug information services to patients at the Health Center, especially dyspepsia by making leaflet."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sera Devina
"Pada era revolusi industri 5.0 yang ditandai dengan perkembangan teknologi secara massal dalam berbagai sektor kehidupan, segala hal dapat dilakukan dengan cepat, efektif serta efisien. Dalam sektor farmasi, masyarakat dapat dengan mudah membeli atau memperoleh obat melalui apotek, toko obat atau situs jual beli secara online. Akan tetapi, banyak pihak yang melakukan pelanggaran dengan mengedarkan obat – obatan palsu, tanpa izin edar, kedaluwarsa atau tidak bermutu. Oleh karena itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia memiliki peran penting dalam pengawasan obat yang beredar di masyarakat. Salah satu terobosan yang dikeluarkan oleh BPOM adalah Cek KLIK (Kemasan, Label, Izin Edar dan Kedaluwarsa) sebagai cara memilih obat yang dibeli agar dapat terjamin khasiat, mutu dan keamanannya. Rumah Sakit Universitas Indonesia juga berperan penting dalam menyediakan pelayanan kefarmasian sesuai mutu dan standar demi menjamin penggunaan obat yang rasional dalam rangka keselamatan pasien melalui pelayanan informasi obat (PIO). Pada tugas khusus ini, penulis membuat media informasi berupa media leaflet mengenai materi Cek KLIK BPOM untuk membantu apoteker menyampaikan informasi terkait agar pasien mengetahui dan sadar akan pemilihan obat yang aman dibeli dan digunakan. Pembuatan leaflet diawali dengan pencarian informasi materi dari referensi publikasi BPOM selama 5 tahun terakhir. Leaflet kemudian didesain semenarik mungkin. Informasi yang diberikan pada leaflet mencakup cara melakukan pengecekan kemasan, label, izin edar dan kedaluwarsa obat serta cara melakukan pengaduan apabila terdapat keluhan atau masalah terkait produk obat.
In the era of the 5.0 industrial revolution, marked by massive technological advancements across various sectors of life, everything can be done quickly, effectively, and efficiently. In the pharmaceutical sector, people can easily purchase or obtain medicine through pharmacies, drugstores, or online marketplaces. However, there are many instances of violations involving the distribution of counterfeit, unregistered, expired, or low-quality drugs. Therefore, the Indonesian Food and Drug Authority (BPOM) plays a crucial role in overseeing the circulation of drugs in society. One of BPOM's innovations is the "Cek KLIK" (Packaging, Labeling, Marketing Authorization, and Expiry Date) initiative as a way to ensure that purchased drugs are guaranteed in terms of efficacy, quality, and safety. Universitas Indonesia Hospital also plays a significant role in providing pharmaceutical services according to standards to ensure rational drug use for patient safety through Drug Information Services (PIO). In this research, the author has created informational media in the form of a leaflet regarding the Cek KLIK BPOM guidelines to help pharmacists convey relevant information so that patients are informed and aware of safe drug selection for purchase and use. The creation of the leaflet began with gathering material from BPOM publications over the last 5 years. The leaflet is designed to be as visually appealing as possible. Information provided in the leaflet includes how to check drug packaging, labeling, marketing authorization, and expiry date, as well as how to file complaints in case of issues or concerns related to drug products."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilah Putri Hadiani
"Salah satu pelayanan farmasi klinis adalah pelayanan informasi obat (PIO). PIO dapat bersifat aktif maupun pasif. PIO secara pasif salah satunya berupa pembuatan informasi pada pricetag obat-obat Over the Counter (OTC). Obat maag termasuk obat OTC yang sering dikonsumsi oleh pasien. Walaupun begitu, tidak semua pasien telah mengetahui bagaimana cara mengkonsumsi dan aturan pakai obat yang benar. Laporan tugas khusus ini bertujuan untuk menyediakan informasi obat pada pricetag sediaan padat obat maag serta mengetahui efektivitas dari informasi obat pada pricetag saat kegiatan swamedikasi. Pelaksanaan tugas khusus dimulai dengan membuat brosur informasi obat. Pengumpulan data pasien serta evaluasi dilakukan saat pelayanan swamedikasi kepada pasien. Berdasarkan hasil evaluasi, terdapat pasien yang belum mengetahui aturan dan cara pakai obat maag. Pemberian edukasi saat swamedikasi berlangsung dilakukan dengan bantuan informasi obat yang tertera pada pricetag sehingga dapat dilihat langsung oleh pasien dan memastikan pasien telah memahami aturan pemakaian obat yang benar. Pelayanan informasi obat dengan media brosur informasi pada pricetag obat maag memberikan manfaat dalam hal kemudahan memperoleh informasi obat dengan lebih cepat bagi pasien. Selain itu, pembuatan informasi obat pada pricetag juga mempermudah apoteker dalam melakukan swamedikasi atau pemberian informasi terkait obat kepada pasien.

One of the clinical pharmacy services is drug information services (PIO). PIO can be active or passive. One of the passive ways of PIO is creating information on price tags for Over the Counter (OTC) medicines. Ulcer medication is an OTC drug that is often consumed by patients. However, not all patients know how to consume and the correct rules for using medication. This special task report aims to provide drug information on the pricetag of solid dosage forms of ulcer medicine and to determine the effectiveness of drug information on the pricetag during selfmedication activities. Implementation of special tasks begins with creating drug information brochures. Patient data collection and evaluation are carried out during self-medication services to patients. Based on the evaluation results, there were patients who did not know the rules and how to use ulcer medication. Providing education during self-medication is carried out with the help of drug information listed on the price tag so that it can be seen directly by the patient and ensures that the patient understands the correct rules for using the drug. Drug information services using information brochures on price tags for ulcer drugs provide benefits in terms of making it easier for patients to obtain drug information more quickly. Apart from that, creating drug information on price tags also makes it easier for pharmacists to carry out self-medication or provide drug-related information to patients.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Masayu Dinahya Diswanti Putri
"Apoteker memiliki peran penting dalam meningkatkan penggunaan obat secara rasional dengan memberikan informasi mengenai obat secara akurat dan jelas ketika menyerahkan obat kepada pasien. Penggunaan obat yang rasional memiliki peran penting dalam menghindari reaksi obat tidak diinginkan yang dapat dicegah, memaksimalkan hasil terapi dengan meningkatkan kepatuhan pasien, dan meminimalkan biaya terapi obat. Namun, saat ini gambaran kegiatan pemberian informasi obat dan hubungannya terhadap rasionalitas penggunaan obat pada pasien COVID-19 isolasi mandiri masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pemberian informasi obat dengan kerasionalan penggunaan obat pada pasien COVID-19 yang menjalani isolasi mandiri di wilayah Jabodetabek. Desain penelitian ini adalah cross-sectional dengan metode mixed method tipe embedded design. Metode perolehan sampel dilakukan dengan teknik consecutive sampling menggunakan kuesioner yang telah memenuhi uji validitas dan reliabilitas. Data yang dikumpulkan adalah data primer dengan total 146 sampel dan dianalisis menggunakan IBM®SPSS® versi 25. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar kegiatan pemberian informasi obat telah dilaksanakan secara maksimal (52,7%) serta responden memiliki pemahaman yang baik mengenai informasi obat yang diperoleh (65,8%) dan telah menggunakan obat secara rasional (56,8%). Terdapat korelasi positif berkekuatan sedang antara pemberian informasi obat dengan rasionalitas penggunaan obat pada pasien COVID-19 isolasi mandiri (p=0,000; r=0,458). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa semakin maksimal pelaksanaan kegiatan pemberian informasi obat kepada pasien COVID-19 isolasi mandiri, maka pasien akan semakin rasional dalam menggunakan obat.

Pharmacists play an essential role in promoting rational use of medicines by giving drug information clearly and accurately while delivering medicines to patients. Rational use of medicines plays an important role in avoiding preventable adverse drug reaction, maximizing therapeutic outcomes by promoting patient adherence, and minimizing the cost of drug therapy. However, at the moment, the description of dispensing medication information and its relation to the rationality use of medicine in self-isolation COVID-19 patients is still limited. This study aimed to analyze the relationship between dispensing drug information with rationality use of medicines in COVID-19 self-isolation patients in Jabodetabek area. The design of this research is cross-sectional design with mixed method type embedded design. The data was collected by using consecutive sampling technique using questionnaire that had fulfilled the validity and reliability test. Primary data were collected with a total of 146 samples which then analyzed by using IBM®SPSS®version 25. The results showed that most of the dispensing drug information had carried out optimally (52.7%) and most of the respondents had a good comprehension of the drug information obtained (65.8%) and had used medicines rationally (56,8%). The results of the correlation test with Spearman’s rho showed that there was a moderate positive correlation between dispensing drug information with rationality use of medicines in self-isolation COVID-19 patient (p=0.000; r=0.458). Therefore, it can be concluded that the more optimal the implementation of dispensing drug information to self-isolation COVID-19 patients, the more rational the patient will be in using medicines."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angelica Bunardi
"Asupan kebutuhan nutrisi dan obat yang cukup, berperan penting dalam tercapainya kesembuhan pasien. Namun, hal ini seringkali menjadi kendala bagi pasien yang secara fisik mengalami hambatan untuk diberikan asupan secara oral. Salah satu cara yang dapat digunakan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit dalam mengatasi kendala ini adalah dengan menggunakan Enteral Feeding Tube (EFT). Salah satu contoh dari EFT sendiri adalah Nasogastric Tube (NGT) dimana selang dimasukkan melalui saluran orofaring posterior dan esofagus untuk tujuan akhir pemberian obat/nutrisi di lambung. Sediaan obat harus melewati tahap preparasi untuk disesuaikan sediaannya agar dapat disalurkan melalui NGT dan tetap dipertahankan karakteristik fisikokimia, biofarmasetik, dan faramkologis obat. Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan salah satu pelayanan farmasi klinik oleh apoteker yang dapat dilakukan di rumah sakit. PIO dapat disalurkan dalam beberapa jenis, salah satunya adalah pembuatan buku pedoman. RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo membuat buku pedoman daftar obat yang dapat diadministrasikan melalui NGT dalam rangka membantu memberikan informasi terkait jenis dan nama obat yang kompatibel untuk diadministrasikan menggunakan selang NGT. Buku pedoman tersebut terkahir diperbarui pada tahun 2018. Laporan ini menyajikan pembaruan buku pedoman yang memuat informasi terbaru terhadap beberapa obat yang tercantum dalam daftar obat yang digunakan dalam RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 2022 beserta tahapan pemberiannya untuk mencapai keberhasilan pengobatan yang tepat.

Adequate intake of nutritional and drug needs, plays an important role in achieving patient’s recovery. However, it is often be an obstacle for patients who physically experience difficulties in taking oral medicine. One way that can be used by health workers in hospitals to overcome this problem is to use an Enteral Feeding Tube (EFT). One of the example is Nasogastric Tube (NGT), where a tube is inserted through the posterior oropharynx and esophagus for the ultimate goal of administering drugs/nutrition to the stomach. The drug preparation will go through the preparation stage where it will be adjusted so that it can be channeled through the NGT hence still maintaining the physicochemical, biopharmaceutical and pharmacological characteristics of the drug. Drug Information Service (DIS) is one of the clinical pharmaceutical practice by pharmacists that can be performed in hospitals. DIS can be carried out in several types, including the manufacturing of guidebook. RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo involved in helping to provide information regarding the types and names of drugs that are compatible to be administered via NGT by creating a guidebook for the list of drugs that can be administered through the NGT. The guidebook itself was last updated in 2018. This report presents an updated guidebook that contains the latest information on several drugs from the list of drugs used in RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo in 2022 along with the steps of administration to achieve the success of proper treatment."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lailla Krishenurfitri
"Penerapan Formularium Nasional sebagai acuan baru penggunaan obat pada program Jaminan Kesehatan Nasional berlaku pada awal tahun 2014 akan menimbulkan perubahan pola penggunaan obat. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan pola kesesuaian penggunaan obat terhadap Formularium Nasional pada tiga bulan awal penerapan Jaminan Kesehatan Nasional pada rawat inap dan rawat jalan. Penelitian dilakukan secara potong lintang terhadap data rekapitulasi penjualan obat dari Januari-Maret 2014 di RSUD X Jawa Tengah. Obat diklasifikasikan menurut kode Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) dan satuan kuantitas obat dinyatakan dengan Defined Daily Dose (DDD). Hasil penelitian menunjukkan kuantitas penggunaan obat pada bulan Januari-Maret 2014 di RSUD X Jawa Tengah terjadi peningkatan penggunaan obat secara berturut-turut sebesar 24,93% pada bulan Februari dan 13,76% pada bulan Maret. Tiga obat dengan kuantitas tertinggi pada rawat inap adalah ranitidin, omeprazole, dan deksametason, sementara pada rawat jalan adalah glimepiride, amlodipine, dan pioglitazone. Kesesuaian penulisan resep terhadap Formularium Nasional dalam DU 90% pada bulan Januari-Maret 2014 meningkat, dengan persentase secara berturut-turut adalah 89,04%; 88,73%; dan 91,18%. Biaya obat Formularium Nasional pada bulan Januari-Maret 2014 baik pada rawat jalan maupun rawat inap lebih besar dari biaya obat non Formularium Nasional. Persentase biaya penggunaan obat Formularium Nasional terhadap biaya obat keseluruhan pada bulan Januari-Maret 2014 berturut-turut adalah 88,63%; 83,51%; dan 84.60%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kuantitas dan kesesuaian penggunaan obat terhadap Formularium Nasional pada bulan Januari-Maret 2014 meningkat.

Implementation of the National Formulary as new reference drug use on the National Health Insurance (JKN) program which applies at the beginning of 2014 will lead to changing patterns of drug use. The purpose of this study was to compare the pattern of drug use on the suitability of the National Formulary in the three months of the beginning of the implementation of the National Health Insurance in inpatient and outpatient. A cross sectional study was conducted on the data recapitulation of drug sales from January to March 2014 Hospital X Central Java. Drugs are classified according to Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) code and the unit quantity of drugs represented by Defined Daily Dose (DDD). The results showed the quantity of drug use in January-March 2014 Hospital Central Java X increased respectively for 24.93% in February and 13.76% in March. Three drugs with the highest quantity in hospitalization is ranitidine, omeprazole, and dexamethasone, while at the outpatient is glimepiride, amlodipine and pioglitazone. Suitability of prescribing to the National Formulary in DU 90% from January to March 2014 increased, with a percentage respectively is 89.04%; 88.73%; and 91.18%. National Formulary drug costs in January-March 2014 either in outpatient or inpatient greater than the cost of non-formulary drugs. The percentage of the cost of the National Formulary drug use overall drug costs in January and March 2014 respectively is 88.63%; 83.51%; and 84.60%. The conclusion from this study is the quantity and suitability of drug use against the National Formulary from January to March 2014 is increased."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S61136
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandra Febrianti
"Waktu tunggu pelayanan obat racikan ≤ 30 menit dan non racikan ≤ 60 menit merupakan salah satu indikator yang terdapat didalam standar pelayanan minimal rumah sakit. Hal tersebut sangat penting untuk mengukur kinerja pelayanan kefarmasian di rumah sakit. Indikator tersebut untuk mempengaruhi ekspetasi pasien terhadap pelayanan rumah sakit dan mempengaruhi kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit. Penyusunan tugas khusus ini adalah untuk menganalisis waktu tunggu pelayanan resep racikan di instalasi rawat jalan rumah sakit universitas indonesia menggunakan 30 sampel, dengan menggunakan metode observasional dan membandingkan dengan standar pelayanan minimal farmasi menurut Permenkes 129/Menkes/SK/II/2008. Sehingga didapatkan kesimpulan bahwa Dari 30 sampel waktu tunggu pelayanan resep racikan terdapat 15 sampel racikan atau (50%) yang tidak sesuai dan 15 sampel racikan atau (50%) yang sudah sesuai. Dari 30 sampel waktu tunggu pasien terdapat 20 sampel atau (67%) yang tidak sesuai dan 10 sampel atau (13%) yang sudah sesuai.

Waiting time for concocted drug service ≤ 30 minutes and non-concocted ≤ 60 minutes is one of the indicators contained in the minimum hospital service standards. This is very important to measure the performance of pharmaceutical services in hospitals. These indicators affect patient expectations of hospital services and affect patient satisfaction with hospital services. The preparation of this special task is to analyze the waiting time for concoction prescription services at the outpatient installation at the University of Indonesia Hospital using 30 samples, using the observational method and comparing them with the minimum standard of pharmaceutical services according to Permenkes 129/Menkes/SK/II/2008. So it can be concluded that of the 30 samples of waiting time for concoction prescription services, there were 15 concoction samples or (50%) that were inappropriate and 15 concoction samples or (50%) that were appropriate. Of the 30 patient waiting time samples, there were 20 samples or (67%) that were inappropriate and 10 samples or (13%) that were appropriate."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Guntur Syahputra
"Internet merupakan media informasi yang memiliki keunggulan dibandingkan media informasi yang lainnya. Dalam sektor pariwisata, wisatawan sebagai konsumen sangat membutuhkan informasi perihal daerah wisata yang akan dikunjunginya. Selain itu Internet juga berperan dalam hal memberikan dukungan layanan, seperti pemesanan tiket dan hotel, pembayaran terhadap travel agent.
Responden dalam penelitian ini adalah wisatawan yang sedang mengunjungi daerah wisata. Wilayah sampel meliputi kawasan candi Borobudur, candi Prambanan dan keraton Kesultanan Yogyakarta. Ada 138 responden yang berasal dari 22 negara dari benua Eropa, Amerika, Asia dan Australia.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari penggunaan intemet, khususnya milik Departemen Pariwisata Indonesia oleh wisatawan yang berkunjung ke Indonesia menurut Usia, Tingkat Pendidikan dan Jenis kelamin. Jenis media informasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah Buku, Brosur agen perjalanan, Majalah, Koran dan TV. Sedangkan jenis website yang diteliti adalah website Milik pemerintah dan bukan milik pemerintah. Website yang bukan milik pemerintah terdiri atas website industri pariwisata dan bukan industri pariwisata. Website industri pariwisata terdiri atas website Hotel, Maskapai Penerbangan dan Agen Perjalanan.
Analisis data yang dilakukan dengan menerapkan metode analisis deskriptif dan analisis inferensial. Untuk metode analisis inferensial diterapkan model regresi logistik untuk menguji hipotesis tentang pengaruh Usia, Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin terhadap status penggunaan internet dan status penggunaan website pariwisata Indonesia.
Hasil penelitian adalah proporsi wisatawan yang menggunakan internet untuk mencari informasi pariwisata Indonesia tinggi untuk semua kategori yang dibentuk oleh variabel Usia, Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin. Hasil ini dikarenakan internet bukanlah sesuatu yang asing bagi wisatawan. Sedangkan untuk proporsi wisatawan yang menggunakan website pariwisata Indonesia kecil, hasil ini dikarenakan sulitnya mengakses website tersebut di luar negeri, nama domain yang tidak familiar.
Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa Faktor Usia dan Tingkat Pendidikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap status penggunaan internet untuk memperoleh informasi wisata Indonesia. Tetapi tidak memiliki pengaruh untuk status menggunakan website pemerintah Indonesia. Sedangkan untuk variabel jenis kelamin tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap status menggunakan internet untuk memperoleh informasi wisata lndonesia dan status menggunakan website Pariwisata Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T16979
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>