Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106712 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Edo Rinaldo
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang Pemilihan pemasok dengan pendekatan Analytical Hierarchy Process (AHP). Penerapan AHP dalam penelitian ini adalah menentukan prioritas dari pemilihan supplier di Industri Otomotif. Terdapat kelemahan pada proses pemilihan pemasok pada Industri Otomotif. Industri Otomotif hanya memilih pemasok berdasarkan satu kriteria saja yaitu harga, sehingga mengalami beberapa keluhan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemilihan pemasok dengan pertimbangan yang lebih komprehensif dan obyektif sesuai dengan kebutuhan. Tahap pertama yang dilakukan agar dapat menentukan tingkat kepentingan kriteria dalam pemilihan pemasok. Terdapat 8 kriteria untuk pemilihan pemasok pada Industri Otomotif. Tahap kedua dilakukan untuk mendapatkan bobot kriteria,subkriteria dan alternatif dengan membandingkan secara berpasangan antara kriteria, subkriteria, dan alternatif. Hasil dari penelitian ini adalah rekomendasi dalam memilih kriteria dan alternatif pada Industri Otomotif

ABSTRACT
This research discuss about supplier selection with Analytical Hierarchy Process (AHP) method. Application of AHP in this research is determine priority of supplier selection at Automotive Industry. Theres is weakness in supplier selection process at Automotive Industry. Automotive Industry chooses the suppliers with just one criteria which is price, so it had some complaints. Therefore, this study aims to perform the selection of suppliers with the consideration of a more comprehensive and objective as needed. The first phase is performed in order to determine the level of interest in the supplier selection criteria. There are 8 criterias for the selection of suppliers in the Automotive Industry. The second stage was to get the weight criteria, sub-criteria and alternatives by comparing in pairs between the criteria, sub-criteria, and alternatives. Results of this study was the recommendation in selecting the criteria and alternatives in the Automotive Industry."
2013
S61445
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Fajri
"Skripsi ini membahas tentang faktor risiko keluhan gangguan otot dan tulang rangka (Gotrak) akibat kerja di industri manufaktur PT Croda Indonesia tahun 2022. Penelitian bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor individu, faktor pekerjaan, dan keluhan Gotrak, dilakukan pada buan Februari – Mei 2022 dengan menggunakan kuesioner SNI 9901;2011, RULA, REBA, dan data sekunder yang diperoleh dari penelitian sebelumnya. Desain studi cross-sectional dengan melibatkan seluruh pekerja sebanyak 58 orang. Analisis data menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian mendapatkan 41% pekerja memiliki tingkat risiko Gotrak sedang, dengan keluhan paling banyak dirasakan berturut-turut pada bagian leher (52%), punggung bawah (45%), dan punggung atas (43%). Terdapat hubungan antara faktor individu yaitu indeks massa tubuh, faktor kerja yaitu postur kerja, gerakan berulang, dan kejadian Gotrak. Pola hidup sehat utamanya menerapkan pola makan sehat, gizi seimbang dan menu bijak sesuai kondisi kesehatan dan pola kerja sehat utamanya postur tubuh tidak menyimpang dari garis tubuh, perlu ditingkatkan untuk meminimalisir keluhan Gotrak.

This thesis discusses the risk factors for Work-related Musculoskeletal Disorders (WMSDs) on Manufacturing Workers at PT Croda Indonesia in 2022. The study aimed to analyze the relationship between individual factors, work factors, and work-related musculoskeletal, conducted in February – May 2022 using the SNI 9901;2011 questionnaire, RULA, REBA, and secondary data obtained from the previous study. The design of the study was cross-sectional involving all 58 workers. Data analysis using chi- square test. The results of this study found that 41% of workers had a moderate risk level of Gotrak, with the most complaints felt consecutively in neck (52%), lower back (45%), and upper back (43%). There is a relationship between individual factors, namely body mass index, work factors, namely work posture, repetitive movements, and Gotrak incident. A healthy lifestyle mainly applies a healthy diet, balanced nutrition, and a wise menu according to health conditions and healthy work patterns, especially posture does not deviate from the body line, needs to be improved to minimize Gotrak complaints."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marisa Harfiani
"PM2,5 merupakan indikator penting untuk mengetahui risiko kesehatan akibat partikulat. Pajanan PM2,5 di udara dalam ruang telah banyak dikaitkan dengan kejadian gangguan fungsi paru Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi PM2,5 di udara dalam ruang lingkungan kerja dengan gangguan fungsi paru pada pekerja pabrik katup baja X Kabupaten Serang Tahun 2016.
Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional untuk melihat berapa tinggi atau berapa banyak exposure dan juga outcome serta melihat hubungan antara besarnya exposure dan juga outcome. Penelitian ini dilakukan pada bulan mei sampai dengan juni 2016. Total sampel udara pada penelitian ini adalah sebanyak 7 titik yang mewakili keseluruhan area kerja dan total sampel pekerja pada penelitian ini adalah 60 pekerja. Konsentrasi PM2,5 diukur menggunakan alat Haz-Dust EPAM-5000 menggunakan bantuan operator balai HIPERKES Jakarta.
Pengukuran fungsi paru pekerja dilakukan menggunakan spirometri chest-graph HI-101. Analisis data dilukan dengan menggunakan uji kai kuadrat untuk melihat hubungan konsentrasi PM2,5 di udara dalam ruang lingkungan kerja dengan gangguan fungsi paru pada pekerja. Prevalensi gangguan fungsi paru pada pekerja pabrik katup baja X adalah sebesar 53.3%.
Hasil analisis menunjukan tidak adanya hubungan yang signifikan antara konsentrasi PM2,5 di udara dalam ruang lingkungan kerja dengan gangguan fungsi paru pada pekerja (OR = 2,8; p-value = 0.121).

PM2,5 is an important indicator to analyze the health risk related to particulate exposure. Many research has been done to know the association between PM2,5 indoor exposure and the decrease of lung function especially in working area.
This research is aim to know the association between PM2,5 in indoor working area concentration and the impairment of lung function of valve manufacturing workers in Serang, Banten Province, Year 2016. This research is using cross sectional study to see how high the exposure and the outcome and to know the association between the exposure and the outcome. This research starts from May to June 2016. The PM2,5 concentration was taken from total 7 working area in X valve manufacturing with the total 60 workers to examine the lung function.
PM2,5 concentration measures using Haz-Dust EPAM 5000 and the workers lung function is examine using Spirometry type chest-graph HI-101. The data was analyzing using chi-square to know the association between PM2,5 concentration and the worker's lung function impairment. The lung function impairment prevalence of workers in steel valve manufacturing is 53.3%.
The analysis results shows there is no significance association between PM2,5 concentration in indoor working area and the lung function impairment of workers of steel valve manufacturing (OR = 2,8; pvalue = 0.121).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S64593
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yaser Ali Husen
"Lean Manufacturing telah menjadi pendekatan utama untuk menciptakan proses manufaktur yang sangat efisien sejak awal 1990-an. Ini mungkin sangat berhasil karena keefektifannya dalam mengurangi kompleksitas dan menghentikan pekerjaan atau pemborosan yang tidak perlu. Saat ini, istilah Industri 4.0 menggambarkan visi sistem manufaktur masa depan. Penelitian sebelumnya menunjukkan kemungkinan untuk mengintegrasikan dan menggabungkan pendekatan lean dan sistem Industry 4.0. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara kedua konsep tersebut. Selain itu, mereka menyimpulkan bahwa mengintegrasikan pendekatan lean dan Industry 4.0 mengarah pada pengurangan biaya yang lebih besar daripada hanya menerapkan salah satunya. Penelitian ini merangkum dan mengusulkan kerangka kerja (framework) yang dapat memandu implementasi integrasi Lean Manufacturing dan Industry 4.0.

Lean manufacturing has been the primary approach for creating highly efficient manufacturing processes since the early 1990s. It may be very successful due to its effectiveness in reducing complexity and heading off unnecessary works or waste. At present, the term Industry 4.0 depicts a vision of the future manufacturing system. Previous researches indicate the possibility to integrate and combine the lean approach and Industry 4.0 system. Previous researches suggest that there are positive relationships between the two concepts. Besides, they conclude that integrating the lean approach and Industry 4.0 leads to a greater cost reduction than implementing only one of them. The current paper summarizes and proposes a framework that can guide the implementation of the integration of lean manufacturing and Industry 4.0."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurachma Indrati Sukirno
"ABSTRAK
Teori Human Capital mengatakan bahwa tenaga kerja yang berpendidikan lebih tinggi akan mendapatkan upah yang lebih besar karena mereka memiliki produktivitas yang lebih tinggi. Namun bukti empiris menunjukkan peningkatan produktivitas tidak diikuti oleh peningkatan upah. Hal tersebut menggambarkan adanya degree of monopsony yang dimiliki perusahaan. Degree of monopsony dapat bervariasi antar sektor karena antar sektor memiliki karakteristik yang berbeda. Penelitian ini meneliti adanya degree of monopsony yang berbeda antar sektor dengan cara melihat hubungan antara komposisi tenaga kerja berdasarkan level pendidikan terhadap productivity-pay gap/rent sharing yang didapatkan oleh perusahaan pada industri manufaktur Indonesia pada kurun waktu 1996 dan 2006. Pengukuran rent sharing mengikuti metode Ours Stoeldraijer 2011 dan Kampelmann et.al 2018 yaitu selisih antara produktivitas tenaga kerja dengan rata-rata pengeluaran upah tenaga kerja yang dibayarkan oleh perusahaan. Penelitian ini menggunakan pooled cross section data yang dikontrol dengan dummy tahun, dan diestimasi menggunakan metode Ordinary Least Square OLS . Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian sektor industri manufaktur memiliki degree of monopsony terhadap tenaga kerja yang berpendidikan menengah dan tinggi, ditunjukkan dengan rent sharing positif yang didapatkan perusahaan jika menggantikan tenaga kerja yang berpendidikan rendah dengan tenaga kerja yang berpendidikan menengah dan tinggi. Semakin tinggi level teknologi produksi suatu sektor maka semakin besar degree of monopsony sektor tersebut terhadap tenaga kerja yang berpendidikan tinggi.

ABSTRACT
Human capital theory suggest that more educated worker would received higher payment because more productive than less educated worker. But empirical studies show increased productivity not in line with the increase in wage. This phenomenon reflects the existence of degree of monopsony owned by the company. Degree of monopsony can vary between sectors because the inter sector has different characteristics. This study examined the existence of different degree of monopsony between sectors by looking at the relationship between labor composition based on educational level on productivity pay gap rent sharing obtained by companies in Indonesian manufacturing industry during 1996 and 2006. We use method of Ours Stoeldraijer 2011 and Kampelmann et.al 2018 to measure rent sharing. This study use pooled cross section of data controlled by year dummy, and estimated using the Ordinary Least Square OLS method. The results show that some manufacturing industry sectors have a degree of monopsony for medium and high education workers, indicated by the positive rent sharing that firms earn when replacing a low educated workforce with a high and middle education workforce. The higher the level of production technology of a sector, the greater the degree of monopsony of the sector to a highly educated workforce. "
2018
T50315
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Al Amin
"Resiliensi ekonomi merupakan perbincangan di dalam ekonomi yang tidak akan berhenti. Setiap negara dan wilayah yang menjadi bagiannya akan memastikan memiliki kemampuan resiliensi ekonomi yang cukup baik. Hal ini berkaitan dengan kondisi ekonomi yang tidak dapat diprediksi secara pasti. Pada saat kondisi ekonomi sedang terguncang, maka suatu negara yang memiliki resiliensi yang lebih baik cenderung akan mampu bertahan. Aktivitas ekonomi menjadi salah satu kunci penting untuk menopang ketahanan ekonomi dari guncangan. Struktur industri merupakan cerminan atas aktivitas ekonomi. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk memetakan resiliensi ekonomi Indonesia berdasarkan persebaran regional dan menganalisis secara empiris pengaruh struktur industri diversifikasi dan spesialisasi terhadap resiliensi ekonomi pada periode 1997-2015. Sampel yang diuji sebanyak 25 provinsi. Analisis empiris pengaruh struktur industri diversifikasi dan spesialisasi terhadap resiliensi ekonomi dalam penelitian ini hanya mencakup industri manufaktur dengan menggunakan Data Industri Besar dan Sedang. Pengujian estimasi yang diaplikasikan adalah panel statis dengan model fixed effect. Hasil penelitian ini menunjukkan: pertama, adanya perbedaan kondisi resistensi dan recovery di dalam resiliensi ekonomi regional. Rata-rata resistensi regional berada di atas kondisi nasional, sementara itu rata-rata recovery regional berada di bawah kondisi nasional. Kedua, spesialisasi industri manufaktur berpengaruh positif terhadap resiliensi ekonomi regional. Ketiga, diversifikasi sub sektor industri manufaktur berpengaruh negatif signifikan terhadap resiliensi ekonomi regional. Keempat, ada beberapa spesialisasi sub sektor industri manufaktur yang berpengaruh signifikan terhadap resiliensi regional berdasarkan pembagian dua kelompok wilayah.

Economic resilience is a discourse in economics that will not stop. Each country and region that is part of it will ensure that it has sufficient economic resilience capabilities. This is related to economic conditions that cannot be predicted with certainty. When economic conditions are shaken, a country that has better resilience tends to be able to survive. Economic activity is one of the important keys to sustaining economic resilience from shocks. Industrial structure is a reflection of economic activity. Therefore, this study aims to map Indonesia's economic resilience based on regional distribution and analyze empirically the effect of diversification and specialization industrial structures on economic resilience in the period 1997-2015. The samples tested are 25 provinces. Empirical analysis of the effect of industrial diversification structure and specialization on economic resilience in this study only covers the manufacturing industry using Large and Medium Industry Data. The estimation test applied is a static panel with a fixed effect model. The results of this study indicate: that first, there are differences in conditions of resistance and recovery in regional economic resilience. The average regional resistance is above national conditions, while the average regional recovery is below national conditions. Second, specialization in the manufacturing industry has a positive effect on regional economic resilience. Third, the diversification of the manufacturing industry sub-sector has a significant negative effect on regional economic resilience. Fourth, there are several specializations in the manufacturing industry sub-sector that have a significant effect on regional resilience based on the division of the two regional groups."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Beti Agustina
"Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Average Collection Period, Inventory Turnover in Days dan Average Payable Period terhadap profitabilitas perusahaan manufaktur listed BEI tahun 2010-2011. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Average Collection Period, Inventory Turnover in Days dan Average Payable Period terbukti berpengaruh negatif secara signifikan terhadap profitabilitas perusahaan manufaktur di Indonesia. Melalui hasil yang diperoleh, sangat disarankan bagi perusahaan ? perusahaan terbuka di Indonesia untuk lebih memperhatikan dan serius dalam perihal pengelolaan modal kerja perusahaan, dimana terbukti dapat membantu dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan.

This study aims to examines the Influence of Average Collection Period, Inventory Turnover in Days and Average Payable Period on Manufacturing Firm?s Profitability, Evidence from Indonesia listed manufacturing company 2010-2011. The findings indicate that Average Collection Period, Inventory Turnover in Days and Average Payable Period are negatively related to Manufacturing Firm?s Profitability. Thus, the results strongly suggest that working capital management practices work favorably to higher the manufaturing fim?s profitability."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S46135
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Metta Satyani Widjaja
"ABSTRAK
PT Astra Honda Motor merupakan perusahaan manufacturing sepeda motor merk HONDA yang berdiri sejak tahun 1971. Dalam kondisi pesaingan sekarang PT Astra Honda Motor membutuhkan alat bantu untuk proses Planning dan Budgeting karena perusahaan menghadapi masalah dan mengalami hambatan dalam proses Planning dan Budgeting. Dalam karya akhir ini dilakukan analisis sistem informasi
bagaimana yang sesuai dengan kebutuhan PT Astra Honda Motor untuk proses Planning dan Budgeting. Saat ini perusahaan masih menggunakan sistem manual menggunakan Microsoft Excel dalam menyiapkan proses Planning dan Budgeting, dan ini menyebabkan proses menjadi lambat, kurang akuratnya perencanaan dan dibutuhkan
sumber daya manusia yang lebih banyak, serta tidak real time simulation. Oleh karena itu dalam karya akhir ini akan dianalisis dengan menggunakan metode FAST (Framework for Application of System Technique) System Analysis and Design Strategies. Ada 5 tahap yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu tahap penyelidikan awal, tahap analisis masalah, tahap analisis kebutuhan, tahap desain
logikal, dan tahap analisis keputusan. Dalam tahap desain logikal, digambarkan model data , model proses, dan user interface dimana untuk model data menggunakan Entity Relationship Diagram, untuk model proses menggunakan Data Flow Diagram dan untuk User Interface menggunakan Windows User Interface. Penulis menggunakan
bantuan Microsoft Office Visio 2003 untuk menggambarkan model data, model proses dan model user interface. Metode FAST System Analysis and Design Strategies memberikan gambaran dan petunjuk yang jelas mengenai tahap yang harus dilakukan untuk menganalisis
sistem informasi. Hasil analisis ini akan menggambarkan sistem informasi yang diperlukan oleh PT Astra Honda Motor yang diberi nama Sistem Planning dan Budgeting. Sistem ini merupakan sistem informasi yang cukup kompleks, dan sangat dibutuhkan untuk itu diusulkan perusahaan segera mengaplikasian sistem informasi yang terkomputerisasi untuk mengatasi masalah dan hambatan yang dialami oleh perusahaan. Cara yang dapat dilakukan untuk mengaplikasikan sistem informasi yang dirancang adalah dengan membeli software yang sudah siap digunakan ataupun dengan membangun software yang sesuai dengan kebutuhan bisnis perusahaan. Untuk mengimplementasikan sistem informasi ini penulis menyarankan untuk
melengkapi karya akhir ini dalam tahap desain sistem analisis menggunakan metode FAST System Analysis and Design Strategies."
2007
T 23833
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hartato
"Optimalisasi penggunaan teknologi berperan dalam industri manufaktur agar mampu mencapai potensi produktifitas yang penuh di era ekonomi digital. Adanya transformasi teknologi digital ini dapat memberikan kontribusi besar pada struktur pendapatan pekerja industri manufaktur. Sementara itu, industri manufaktur yang merupakan leading sector perekonomian nasional dalam kurun waktu 2014 hingga 2018. Namun didominasi dengan pekerja berkarakteristik vertical mismatch (ketidaksesuaian antara tingkat pendidikan dengan jenis pekerjaan) yakni diatas 90 persen dan Indonesia menempati posisi tertinggi diantara negara Asia Pasifik lainnya untuk proporsi pekerja vertical mismatch. Resiko tenaga kerja yang berkarakteristik vertical mismatch, khususnya bagi pekerja overqualified adalah upah di bawah standar yang dikarenakan investasi mereka pada tingkat pendidikan tidak dipakai secara optimal. Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh teknologi digital dan vertical mismatch terhadap pendapatan pekerja industri manufaktur di Indoensia menggunakan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2019. Hasil regresi linier berganda menunjukkan bahwa teknologi digital dan vertical mismatch berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan. Pekerja underqualified cenderung memperoleh pendapatan lebih besar dibandingkan mereka yang tergolong well-matched sedangkan pekerja overqualified akan dihadapkan dengan wage penalthy atau upah yang rendah. Adanya kemampuan menguasai teknologi digital seperti komputer, smartphone, dan teknologi digital lainnya mampu menambah pendapatan pekerja vertical mismatch dengan kecenderungan lebih tinggi.

Optimizing the use of technology has a role in the manufacturing industry in order to be able to reach its full productivity potential at this digital economy era. The existence of this digital technology transformation impacts on a major contribution toward income structure of manufacturing industry labors. Meanwhile, the manufacturing industry was the leading sector of the national economy from 2014 to 2018. However, it is dominated by workers with vertical mismatch characteristics (the mismatch between the level of education and the type of work) which is above 90 percent. Furthermore, Indonesia occupied the highest position among other Asia Pacific countries in terms of vertical mismatch worker proportion. The risk of labor which is characterized by a vertical mismatch, especially for overqualified workers, is wages that are below standard because their investment in education level is not used optimally. This research aims to study the effect of digital technology and vertical mismatch on the income of manufacturing industry labors in Indonesia using data from the National Labor Force Survey (Sakernas) August 2019. The results of multiple linear regression indicate that digital technology and vertical mismatch have a significant effect on income. Underqualified labors tend to earn more than those who are classified as well-matched, while overqualified labors will be faced with wage penalthy or low wages. The ability to master digital technology such as computers, smartphones and other digital technologies is able to increase the income of vertical mismatch labors with a higher tendency."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hardito Nugroho
"Penelitian ini membahas tentang Pemilihan supplier dengan pendekatan Analytical Hierarchy Process (AHP). Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang efektif untuk mengambil keputusan dalam persoalan yang kompleks. Dengan AHP persoalan kompleks yang tidak terstruktur, disederhanakan menjadi bagian-bagian yang terstruktur dalam suatu hirarki. Penerapan AHP dalam penelitian ini adalah menentukan prioritas dari pemilihan supplier di PT. SUCACO. Hasil dari analisis AHP ini diperoleh untuk pemilihan supplier PVC, Supplier 1 menjadi yang terbaik dengan bobot 0,495 diikuti oleh Supplier 2 (0,225), Supplier 4 (0,160), Supplier 3 (0,120). Sedangkan Hasil dari Pemilihan supplier dengan pendekatan Metode analytic hierarchy process untuk pemilihan supplier XLPE, Supplier 1 menjadi yang terbaik dengan bobot 0,489 diikuti oleh Supplier 2 (0,163), Supplier 5 (0,119), Supplier 3 (0,116) dan Supplier 4 (0,114).

This study discusses the selection of suppliers with the approach of the Analytical Hierarchy Process (AHP). Analytical Hierarchy Process (AHP) is one method of decision-making for effective decision making in a complex issue. With the complex question of the AHP is not structured, simplified it into pieces that are structured in a hierarchy. The application of AHP in this research is to determine the priority of the selection of supplier at PT SUCACO. The results of the analysis of AHP was obtained for the selection of suppliers of PVC, 1 being the best Supplier with weights 0,495 followed by Supplier 2 (0,225), Supplier 4 (0,160), Supplier 3 (0,120). Whereas the results of the selection of suppliers with analytic hierarchy process method of approach to the selection of suppliers for XLPE, 1 being the best Supplier with weights 0.533 followed by Supplier 2 (0,163), Supplier 5 (0,119), Supplier 3 (0,116) and Supplier 4 (0,114)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44446
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>