Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175533 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rico Kurniawan
"Pendahuluan: Pekerja penyamakan kulit berpotensi terpajan oleh berbagai polutan pencemar udara, salah satunya kromium. Terhirupnya polutan kromium dapat mempengaruhi kesehatan seperti sesak nafas, batuk, penurunan fungsi paru, hingga kanker paru.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan pajaran konsentrasi kromium di tempat kerja dengan gangguan fungsi paru.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional terhadap 61 orang pekerja penyamakan kulit di Sukaregang Kabupaten Garut. Kapasitas vital paksa (FVC) dan volume ekpirasi paksa satu detik (FEV1) diukur menggunakan spirometri Datospris mod 120 Sibelmed. Kromium total di tempat kerja diukur menggunakan low volume sampler dan dianalisis menggunakan atomic absorbtion spectrofotometry (AAS).
Hasil: konsentrasi kromium total di tempat kerja berkisar antara 3.94-11.79 μg/m3. Kondisi fungsi paru pekera penyamakan kulit sebagaian besar masih besar masih dalam keadaan normal (FEV1/FVC>75%). Analisis multivariat menunjukkan bahwa masa kerja dan pajanan debu kromium meningkatkan risiko tejadinya fungsi paru pada pekerja, (p 0.024) dengan 95% CI (0.086-0.830).
Kesimpulan: setelah dikontrol dengan masa kerja, pekerja yang terpajan kromium lebih besar, berisiko terkena gangguan fungsi paru.

Background: tannery workers have been potentially exposed to various air pollutants, such as chromium. Exposed by chromium can affect health status, such as shortness of breath, cough, decreased lung function, and lung cancer.
Objective: to determine the relationship of chromium exposure in the workplace and worker?s pulmonary dysfunction.
Method: this study used a cross-sectional design on 61 people working at tanneries in Sukaregang, Garut district. Lung function was measured by spirometry. Low volume of sample was used to measure the chromium in the air and analyzed using atomic absorbtion spectrofotometry (AAS).
Result: the concentration of total chromium in the workplace ranged from 3.94-11.79 μg/m3, while most of worker?s pulmonary function still in normal condition. Multivariate analysis showed that length of exposure and chromium concentration increases the risk of pulmonary dysfunction in tannery workers, (p 0.024 95% CI 0.068-0.830).
Conclusion: control by lenght of exposure showed tannery worker who expose to higher concentration of chromium, have more risk to get pulmonary dysfunction.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Salsabila
"Latar belakang. PM2.5 dikenal sebagai salah satu faktor lingkungan yang paling berpengaruh terhadap beban kematian global. Pabrik dengan bahan baku semen merupakan kontributor utama dalam emisi PM tingkat global. Emisi PM2.5 dapat menurunkan fungsi paru manusia yang mengakibatkan PPOK. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara pajanan PM2.5 dengan risiko PPOK pada pekerja.
Metode. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan data primer. Jumlah sampel penelitian sebanyak 84 pekerja, metode pengambilan sampel lingkungan menggunakan metode personal sampling, sedangkan sampel responden diambil menggunakan purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner IPAG untuk skrining PPOK dan Laser Egg untuk mengukur konsentrasi PM2.5.
Hasil. Berdasarkan hasil uji Chi-square terdapat hubungan yang signifikan antara konsentrasi PM2.5 OR = 3,627; 95 CI: 1,190-11,055 dan lama kerja OR = 0,352; 95 CI: 0,144-0,858 . Dari hasil uji regresi logistik ditemukan faktor paling dominan terhadap PPOK adalah konsentrasi PM2.5 OR = 4,000 dan lama kerja sebagai variabel protektif OR = 0,323. Simpulan. Konsentrasi PM2.5 merupakan variabel yang berpotensi untuk menyebabkan PPOK, sedangkan lama kerja menjadi variabel protektif terhadap kejadian PPOK.

Background. PM2.5 is known as one of the most influential environmental agent to the global death burden. Cement plants are major contributors to global level PM emissions. PM2.5 emissions can decrease human lung function resulting in COPD. Therefore, this study was conducted to see the relationship between PM2.5 exposure and the risk of COPD on workers.
Methods. Cross sectional study using primary data with personal sampling method for the environmental agent. Subjects in this study are 84 workers taken using purposive sampling. Instrument used was Laser Egg to measure PM2.5 concentration and IPAG questionnaire for COPD screening.
Results. Bivariate analysis shows PM2.5 concentration OR 3,627 95 CI 1,190 11,055 and years of working OR 0,352 95 CI 0,144 0,858 as variables that significantly related with COPD. The result from logistic regression test found the most dominant factor for COPD is the concentration of PM2.5 OR 4 and years of working as a protective variable OR 0,323. Conclusion. PM2.5 concentration is a potential variable to cause COPD whereas the years of working comes protective variable against COPD occurence.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Apri Lyanda
"Latar belakang penelitian: Polisi lalu lintas merupakan pekerjaan yang sehari-hari berada di jalan. Pajanan polusi udara jalan raya akibat kendaraan bermotor meningkatkan risiko kesehatan khususnya kelainan faal paru. Walaupun sudah banyak penelitian mengenai hubungan nilai faal paru dengan polutan, namun belum ada penelitian mengenai gambaran foto toraks dan kadar CO ekspirasi polisi lalu lintas Jakarta Barat tahun 2012.
Metode penelitian :). Studi potong lintang dilakukan pada 107 anggota polisi LALULINTAS yang masuk dalam kriteria inklusi. Pemeriksaan status kesehatan mencakup anamnesis dan wawancara singkat dengan Kuesioner berdasarkan Pneumobile Project Indonesia dan pertanyaan lain tentang kebiasaan menggunakan APD masker, anamnesis dan pemeriksaan fisis serta status kesehatan. Selain itu diperiksa nilai faal paru menggunakan spirometri dan kadar CO ekspirasi dengan CO analyzer. Analisis statistik dilakukan menggunakan SPSS PC software version 17.
Hasil : Sebagian besar responden, 80 responden (74,8%), tidak memiliki kelainan faal paru (normal) dan 27 responden (25,2%) terdapat gangguan restriksi ringan, obstruksi ringan dan gangguan obstruksi sedang. Foto toraks responden 100% dalam batas normal. Nilai p untuk hubungan antara umur, indeks massa tubuh, kebiasaan merokok, pemakaian masker dan masa kerja dengan gangguan faal paru adalah p>0.05.
Kesimpulan : Tidak ada hubungan yang bermakna antara umur, indeks massa tubuh, kebiasaan merokok, pemakaian masker dan masa kerja dengan gangguan faal paru.

Background research : Traffic police is the day-to-day work on the road. Exposure to air pollution due to highway motor vehicles increases health risks especially pulmonary function abnormalities. Although many studies on the relationship of lung function values by pollutant, but there is no research on the radiographic image and expiratory CO levels in West Jakarta traffic police in 2012.
Methods: Cross-sectional study conducted in 107 traffic policemen in the inclusion criteria. Examination of the history and health status includes a short interview with a questionnaire based Pneumobile Project Indonesia and other questions about the habit of using PPE masks, history and physical examination and health status. Moreover examined lung function using spirometry values and expiratory CO levels by CO analyzer. Statistical analysis was performed using SPSS version 17 software PC.
Results: Most respondents, 80 respondents (74.8%), did not have lung function abnormalities (normal) and 27 respondents (25.2%) disorders are mild restriction, obstruction light and moderate obstruction interference. 100% of respondents CXR within normal limits. P value for the relationship between age, body mass index, smoking habits, use of masks and years of impaired lung function is p> 0.05.
Conclusion: There is no significant relationship between age, body mass index, smoking habits, use of masks and years of impaired lung function.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Niko Rianda Putra
"Particulate Matter (PM) terutama partikel <2,5 μg/m3 atau PM2.5, adalah komponen utama yang terkandung dalam asap dari bahan bakar biomassa. Efek yang terkait dengan paparan jangka panjang PM2,5 meliputi peningkatan gejala pernapasan bagian bawah, penyakit paru obstruktif kronik dan penurunan fungsi paru. Salah satu pengguna bahan bakar biomassa yang cukup tinggi di Sumatera Barat adalah usaha rumah makan, tujuan dari penelitian ini menganalisis asosiasi faktor lingkungan dengan konsentrasi PM2,5 pada waktu masak di dapur rumah makan Kota Solok dan menganalisis konsentrasi PM2,5 pada waktu masak dengan fungsi paru pekerja dapur rumah makan. Penelitian ini adalah penelitian dekriptif analitik dengan menggunakan desain studi cross-sectional, dengan jumlah sampel adalah 71 orang (total sampling). Analisis multivariat hubungan faktor lingkungan dengan PM2,5 pada waktu masak didapatkan hubungan signifikan ventilasi OR: 5,655 (95% CI: 0,780 - 40,994) dan lama waktu masak OR: 12,013, (CI: 1,113 - 129,714). Analisis multivariat hubungan PM2,5 pada waktu masak dengan gangguan fungsi paru, yaitu PM2,5 OR: 3,60 (CI: 95%, 0,921 - 14,072), Umur OR: 1,443, (CI 95%, 0,380 - 5,477), dan masa kerja OR: 13,854, (95% CI: 3,283 - 58,388). Terdapat hubungan bermakna antara faktor lingkungan dengan konsentrasi PM2,5 pada waktu masak yaitu variabel lama masak dan ventilasi. Sedangkan untuk konsentrasi PM2,5 pada waktu masak ada hubungan yang bermakna dengan gangguan fungsi paru pekerja dapur dengan dikontrol oleh umur dan masa kerja.

Particulate Matter (PM), particularly inhalable particulate ( <2,5 μm), is the main components in biomass emission. Long term exopusre of PM2,5 had been proved to increase lower respiratory disorder, chronic obtructive pulmonary disease (COPD), and decrease lung function. Padang Restaurant is one of the main user of biomass fuel in west sumatera. The aim of this research was to analize the association of PM2,5 concentration during cooking and lung function disorder among restaurant kitchen workers. This was a cross-sectional study with 71 workers were included. There was a significant association between PM2,5 and ventilation OR: 5,655 (95% CI: 0,780 - 40,994) and cooking duration OR: 12,013, (CI: 1,113 - 129,714). Multivariate analysis between PM2,5 and lung function disorder showed significant association, PM2,5 OR: 3,60 (CI: 95%, 0,921 - 14,072), age OR: 1,443, (CI 95%, 0,380 - 5,477), and working duration OR: 13,854, (95% CI: 3,283 - 58,388). There was a significant association between environmental factors (ventilation and cooking duration) and PM2,5 concentration during cooking. Meanwhile PM2,5 concentration and lung fuction showed significant association after controled by age and working duration.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43637
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Aziz Hakim Ramadhan
"Latar belakang. Pengendara ojek online berisiko terhadap gangguan fungsi pernapasan akibat pajanan polutan, khususnya PM2,5, di jalan raya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kejadian PPOK pada pengendara ojek online di Kota Bogor dan Kota Depok dan hubungannya dengan penggunaan APD, lama kerja, status gizi dan juga derajat berat merokok.
Metode. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder dengan jumlah subyek penelitian sebanyak 100 pengendara ojek online. Desain studi dalam penelitian ini yaitu cross sectional. Data dianalisis secara bivariat dengan uji chisquare dan multivariat dengan uji regresi logistik. Hasil.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa hanya derajat berat merokok yang berhubungan signifikan dengan kejadian PPOK OR= 3,482 95 ; CI: 1,231 ndash; 9,846 . Sementara itu, penggunaan APD, lama kerja, dan status gizi tidak memiliki hubungan signifikan dengan kejadian PPOK. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa merokok merupakan faktor dominan terhadap kejadian PPOK pada pengendara ojek online di Kota Bogor dan Kota Depok.
Simpulan. Untuk mencegah terjadinya PPOK pada pengendara ojek online, upaya harus difokuskan terhadap pencegahan dan pengehentian pajanan terhadap rokok dan polutan lainnya, serta menjaga status gizi.

Background. Taxibike online drivers are the population at risk of lung function impairment caused by exposure of traffic air pollutions, particularly PM2,5. This study aims to know the incidences of COPD, and its relationship with working hours behaviour, the use of PPE, nutritional status and the degree of smoking among taxibike online drivers in Bogor and Depok City.
Methods. This study used primary and secondary data with the number of research subjects as many as 100 taxibike online drivers. The design study in this research was cross sectional. Data were analyzed bivariately with chi square test and multivariately with logistic regression test.
Results. The bivariate analysis shows that only degree of smoking is significantly related to the incidence of COPD OR 3,482 95 CI 1,231 9,846 . Meanwhile, the use of PPE, length of work, and nutritional status have no significant association with COPD incidences. The multivariate analysis shows that the degree of smoking is the major cause of COPD among taxibike online drivers in Bogor and Depok City.
Conclusions. To prevent COPD among taxibike online drivers, the efforts must focus on prevention and cessation of smoking and exposure to the traffic air pollution, and also maintaining nutritional status.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
""This book opens with a comprehensive overview of the scientific basis of lung function in health and disease. It then provides detailed coverage of the broad array of diseases and disorders affecting the respiratory system, including obstructive and restrictive diseases, pulmonary vascular disorders, sleep-disordered breathing, lung neoplasms, respiratory infections, and respiratory failure, among others.""
New York : McGraw-Hill Education, 2015
616.24 FIS
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jimmy Kurniawan
"ABSTRAK
Latar belakang: Pekerja di perusahaan alat berat terutama bagian pengelasan dapat terpajan berbagai macam logam berbahaya yang terdapat pada plat yang digunakan. Salah satu logam yang dapat menyebabkan kerusakan sel bahkan dapat menyebabkan kanker adalah kromium. Hati merupakan salah satu target organ dan sering mengalami kerusakan akibat logam ini. Tujuan penelitian ini adalah mencari hubungan kadar kromium di dalam eritrosit dengan status fungsi hati pekerja.
Metode: Penelitian potong lintang komparasi dilakukan terhadap pekerja yang terpajan dengan pekerja yang tidak terpajan. Data yang digunakan berdasarkan hasil pengukuran fisik, hasil pengukuran kromium eritrosit dan Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT), serta hasil kuisioner.
Hasil: Dari 50 pekerja yang terbagi menjadi 25 orang terpajan dan 25 orang tidak terpajan, terdapat hubungan bermakna secara statistik antara kadar kromium eritrosit dengan masa kerja (p=0,044). Tidak terdapat hubungan bermakna secara statistik antara kadar kromium di dalam eritrosit dengan SGPT (p=0,814).
Kesimpulan: tidak terdapat hubungan bermakna secara statistik mengenai hubungan kadar kromium dengan kadar SGPT. Namun hasil rerata kadar kromium pekerja tidak terpajan lebih tinggi daripada populasi normal lainnya.

ABSTRACT
Background: worker in heavy equipment manufacturer especially can be exposed to a various kinds of harmful metals contained in the plate. One of metal that can cause cell damage or even cancer which are often used in workplace is chromium. Liver is one of targeted organ could be damaged due to this metal. The purpose of this study is to correlate between chromium level in erythrocytes and welder?s liver function status.
Methods: A Cross Sectional Comparative study was conducted to workers who were exposed and unexposed. The data used is based on worker?s physical measurement result, chromium level erythrocytes and Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) results, and also questionnaire.
Results: From 50 workers which are consisted of 25 exposed workers and 25 unexposed workers, there is statistically significant correlation between chromium erythrocytes level and duration of employment (p=0,044). There is no statistically significant correlation between chromium level in erythrocytes and SGPT (p=0.814).
Conclusion: There is no statistically significant correlation between erythrocytes chromium level and SGPT level. But the average result of erythrocytes chromium level of the unexposed workers were higher compare to other normally unexposed workers.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pohan, M. Yusuf Hanafiah
"Saat ini kasus kanker paru meningkat jumlahnya dan menjadi salah satu masalah kesehatan di dunia juga di Indonesia. Data yang dikemukakan World Health Organization (WHO) menunjukkan kanker pare adalah penyebab utama pada kelompok kematian akibat keganasan, bukan hanya pada laki-laki tetapi juga pada perempuan. Di Indonesia kanker paru menduduki peringkat ke-3 atau ke-4 di antara tumor ganas yang paling sering ditemukan di beberapa rumah sakit. Jumlah penderita kanker paru di RS Persahabatan 239 kasus pada tahun 1996, 311 kasus tahun 1997 dan 251 kasus di tahun 1998. Lebih dari 90% penderita kanker paru datang berobat pada keadaan penyakit yang sudah lanjut, hanya 6% penderita masih dapat dibedah.
Prognosis buruk penyakit ini mungkin berkaitan erat dengan penderita yang jarang datang ke dokter ketika penyakitnya masih berada dalam tahap awal. Hasil penelitian pada penderita kanker pare pascabedah menunjukkan bahwa rerata angka tahan hidup 5 tahun stage 1 jauh berbeda dengan mereka yang dibedah setelah stage II, apalagi jika dibandingkan dengan penderita kanker pare stadium lanjut. Masa tengah hidup penderita kanker part stage lanjut yang diobati adalah 9 bulan.
Kanker pare adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan tindakan yang cepat dan terarah. Penegakan diagnosis ini membutuhkan keterampilan dan sarana yang tidak sederhana serta memerlukan pendekatan multidisiplin kedokteran. Penyakit ini membutuhkan kerjasama yang erat dan terpadu antara ahli pare dengan ahli radiologi diagnostik, ahli patologi anatomi, ahli radioterapi, ahli bedah toraks dan ahli-ahli lainnya. Pengobatan atau penatalaksanaan penyakit ini sangat tergantung pada kecekatan ahli paru untuk mendapatkan diagnosis pasti. Penemuan kanker part pada stage dini akan sangat membantu penderita dan penemuan diagnosis dalam waktu lebih cepat memungkinkan penderita memperoleh kualiti hidup yang lebih baik.
Diagnosis pasti penyakit kanker ditentukan oleh basil pemeriksaan patologi anatomi. Dasar pemeriksaan patologi anatomi adalah pemeriksaan mikroskopik terhadap perubahan sel atau jaringan organ akibat penyakit. Terdapat dua jenis pemeriksaan patologi anatomi yaitu pemeriksaan histopatologi dan sitologi. Pemeriksaan histopatologi bertujuan memeriksa jaringan tubuh, sedangkan pemeriksaan sitologi memeriksa kelompok sel penyusun jaringan tersebut. Pemeriksaan histopatologi merupakan diagnosis pasti (baku emas). Pemeriksaan sitologi mampu memeriksa sel kanker sebelum tindakan bedah sehingga bermanfaat untuk deteksi pertumbuhan kanker, bahkan sebelum timbul manifestasi klinis penyakit kanker.
Diagnostik kanker paru memang tidak mudah khususnya pada lesi dini. Pemeriksaan sitologi sputum merupakan satu-satunya pemeriksaan noninvasif yang dapat mendeteksi kanker pare tetapi nilai ketajamannya rendah. Pengambilan bahan pemeriksaan sel/jaringan pare banyak dilakukan dengan cara invasif seperti biopsi pare tembus dada (transthoracic biopsy/TTB), bronkoskopi atau torakoskopi. Teknik ini jauh lebih noninvasif dibandingkan biopsi pare terbuka dengan cara pembedahan yang sudah banyak ditinggalkan. Di RS Persahabatan jumlah penderita kanker paru yang dapat dibedah masih dibawah 10%, angka ini masih sangat kecil dibandingkan negara lain yang dapat mencapai angka sekitar 30%. Data yang belum dipublikasi dari bagian bedah toraks RS Persahabatan dari tahun 2000-2004 mencatat 33 kasus kanker paru yang dibedah, rata-rata hanya sekitar 6-7 pasien pertahun, itupun bukan untuk tujuan diagnostik tetapi untuk penatalaksanaan. Hal ini menjadikan pemeriksaan sitologi masih akan tetap menjadi alat utama untuk diagnostik kanker paru.
Berbagai teknik pemeriksaan sitologi dan histopatologi memberikan akurasi basil yang berbeda-beda dan umumnya tidak membandingkan akurasi berbagai teknik pemeriksaan sitologi tersebut dengan baku emas pemeriksaan histopatologi. Perbandingan akurasi basil berbagai teknik pemeriksaan tersebut akan berguna untuk menentukan pilihan pemeriksaan yang paling efektif dan efisien."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18032
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Mais
"Tingkat paparan benzo[a]pyrene (BaP) salah satu senyawa PAH pada polusi udara dapat dihitung dengan menggunakan metode Hemoglobin-Adduct. Responden terpilih ialah polantas (individu berisiko tinggi), polisi administrasi (individu berisiko rendah), dan pasien kanker (individu yang diduga telah mengalami paparan). Produk hidrolisis asam yang dilakukan pada globin (sampel darah) ialah hidrolisat BaP-adduct berupa senyawa benzo[a]pyrene tetrahydrotetrol (BaPT), dan dianalisis dengan HPLC-Fluoresensi fasa terbalik kolom RP-18, eluen metanol-air (55:45). Hasil uji validasi metode ialah batas deteksi (LOD) dalam penelitian ini mencapai 0,31 pg/mg globin dan batas kuantifikasi (LOQ) ialah 1,03 pg/mg globin. Konsentrasi adduct BaPT pada polantas berkisar 1,36 ? 7,38 pg/mg globin, pada polisi bagian administratif berkisar 0,01 ? 1,85 pg /mg globin, sedang adduct pada pasien kanker paru berkisar 2,58 ? 50,94 pg /mg globin. Disimpulkan bahwa terdapat peranan paparan BaP dalam polusi udara terhadap tingginya tingkat konsentrasi B[a]P Hb-Adduct yang diperoleh.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30460
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>