Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 222149 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurhalina Sari
"TFR Indonesia sebesar 2,6 yang sudah berlangsung selama 10 tahun (2002-2012), ditambah dengan CPR yang masih rendah 57,9% dan unmet need yang masih tinggi 11,4%, menyebabkan tidak tercapainya tujuan KB, yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Stagnansi fertilitas ini adalah dampak dari perubahan pola determinan fertilitas yang terjadi di Indonesia. Untuk itu, peneliti ingin mengetahui lebih dalam lagi terkait perubahan pola determinan fertilitas berdasarkan wilayah dengan menggunakan indikator tingkat fertilitas dan beban KB. Penelitian ini menggunakan data SDKI 2012 dengan desain penelitian potong lintang dan jumlah sampel 23.239 WUS berstatus pernah kawin. Determinan prediktor yang diduga, yaitu (1) layanan kesehatan reproduksi (sumber pelayanan kontrasepsi KB, media informasi layanan KB, dukungan ber-KB); (2) karakteristik sosial ekonomi (pendidikan wanita, pendidikan suami/pasangan, pekerjaan suami/pasangan, pekerjaan wanita, status ekonomi keluarga, dan daerah tempat tinggal), dan (3) perilaku reproduksi wanita (umur kawin pertama, umur melahirkan pertama, jumlah anak yang diinginkan, selang kelahiran, mortalitas anak, jumlah perkawinan). Semua variabel prediktor signifikan terhadap wilayah dengan tingkat fertilitas dan beban KB, kecuali pekerjaan suami/pasangan. Kerjasama lintas sektor antara BKKBN dan Kemenkes dalam menanggulangi stagnansi fertilitas melalui peningkatan peran serta jaringan dan jejaring faskes KB dalam JKN dan meningkatkan promosi, KIE dan konseling terutama pada wilayah yang tingkat fertilitas dan beban KB tinggi.

The TFR of Indonesia is about 2,6 for 10 years (2002-2012), where the CPR is low at 57,9% and the unmet need is high at 11,4%, it caused that the goal of Family Planning (FP) to improvement the quality life of Indonesia human is not reached. The stalling of fertility is impact from the fertility changes that happens in Indonesia. For it, the reseacher want to more know about the fertility changes that is based on areas with fertility level and FP load indicator. The research uses data of SDKI 2012 with cross sectional design and 23.239 samples of women who has been married. The predictor are (1) reproductive health service (source of FP services, media of FP informations, FP support); (2) socio-economy characteristics (education of woman and spouse, working status of woman and spouse, family households, and woman living), and (3) woman reproductive behaviour (age first of married, age of first bearing, desired family size preferences, time gap fertility, mortality of child, currently in union). All of the predictor are significants, except the working status of spouse. The teamwork among BKKBN and Kemenkes can solve the stalling of fertility through improvement for participation of FP facility networking in National Health Assurance and also promotions, KIE (Communication, Information, Education) and counseling, especially to area with high of fertility level and FP loan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43729
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Lutfiah
"Tesis ini membahas mengenai determinan fertilitas antara provinsi dengan tren TFR meningkat dan menurun tahun 2002-2012 dengan membedakan determinan menjadi dua level, yaitu level individu dan level provinsi. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan Data SDKI 2002/2003, 2007, 2012, serta Data Laporan Umpan Balik dan Pengendalian Lapangan BKKBN Tahun 2012.
Hasil penelitian menyarankan bahwa Pemerintah Pusat dan Daerah harus melakukan upaya peningkatkan sosial ekonomi WUS dan peningkatan partisipasi WUS dalam pendidikan. Bagi BKKBN pada provinsi dengan TFR meningkat perlu melaksanakan intervensi khusus kepada WUS dengan suami tidak bekerja dan pendidikan rendah agar pilihan WUS berubah terkait jumlah anak ideal yang dimiliki menjadi £ 2 anak dengan selang kelahiran < 36 bulan.
Selain itu, perlu dilakukan peningkatan paparan informasi KB, persediaan alat kontrasepsi jangka panjang, dan pemberdayaan perempuan khususnya untuk aspek pengambilan keputusan dalam rumah tangga. Fokus penurunan tingkat fertilitas harus fokus pada WUS di daerah pedesaan.

This research explains about determinant of fertility between two groups, provinces with trend up and trend down of TFR in 2002-2012, use two levels of analysis. The levels of analysis are individual and province level. This research is quantitative research, use Data?s SDKI 2002/2003, 2007,2 012 and Data Report of Umpan Balik and Pengendalian Lapangan BKKBN 2012.
This research suggests that Central and Local Government have to increase social economic of WUS and participation of WUS in education. BKKBN as a organization that handle fertility problem have to do intervention, especially for WUS with unemployment husband and has low education. This intervention be expected can change the ideal number of children of WUS to be 2 or lower with birth interval 36 month or lower.
Furthermore, BKKBN have to increase access information of contraceptive, supply of longterm contraceptive method, and increase empowerment women especially about decision in household. The intervention be focused for WUS in rural area.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46803
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donny Cahyo Wibowo
"Program Keluarga Berencana selama ini telah berkontribusi dalam penurunan fenilitas di Indonesia dan semakin lama prevalensinya semakin meningkat. Peningkatan prevalcnsi pemakaian kontrasepsi yang diikuti oleh penunman angka fertilitas mengindikasikan bahwa di antara dua indikator tersebut memiliki hubungan yang sangat erat. Pencapaian TFR di Indonesia berdasarkan SDKI 2007 ternyata lebih rendah dari yang diharapkan jika. merujuk pada pencapaian CPR-nya. Kondisi ini membawa Indonesia mengalami deiisit fertilitas, yaitu suatu kondisi pencapaian angka fertilitas yang lebih rendah daripada angka fertilitas yang diharapkan. Terjadinya defisit ini diduga karena pemakaian kontrasepsi yang makin efektif dan berlangsung lame, sehingga dugaan tersebut perlu diteliti lebih lanjut.
Melalui studi ini, ingin dipelajari pengaruh efektivitas pemakaian kontrasepsi dalam penurunan fertilitas dan kelangsungan pemakaian kontrasepsi berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan, aktivitas pekerjaan, daerah tempat tinggal, tingkat kekayaan, mnur, tingkat PDRB, dan rasio fasilitas kesehatan per pasangan usia subur. Dengan mengglmakan regresi multinomial logistik dan regresi Cox, ingin dilihat kcoenderungan pemakaian alat/metodc kontrasepsi dan detenninan kelangsungan pemakaian kontrasepsi.
Metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) ternyata masih merupakan metode yang lebih efelctif dibandingkau dengan metode lainnya. Efektivitas yang terjadi ternyata lebih efektif dari yang diduga dan sangat berkontribusi atas texjadinya deiisit fertilitas di Indonesia. Adapun karakteristik yang memiliki kecenderungan untuk menggunakan MKJP ialah mereka yang berpendidikan menengah kc atas, bekezja, tinggal di perkotaan, tingkat kekayaannya linggi, berumur 35 tahun ke atas, daerahnya kurang maju, dan rasio fasilitas kesehaian per PUS-nya makin tinggi. Karakteristik yang lebih cepat mcngalami diskontinu adalah wanita yang menggunakan non MKJP atau metode tradisional, berpendidikan menengah ke atas, tidak bekelja, tinggal di perkotaan, tingkat kekayaannya tinggi, berumur kurang dari 35 tahun, daerahnya kurang maju, dan rasio fasilitas kesehatan per PUS-nya makin tinggi.

Family Plarming Program has been contributed to decreasing number of fertility in Indonesia. Increasing prevalence of contraceptive use which was followed by decreasing number of fertility rate indicated strong association between the two indicators. It was reported in IDHS 2007 that TFR in Indonesia was lower than expected seeing 'fiom achieved contraceptive use. This condition brought deficit of fertility in Indonesia. Later, it was guess that deficit of fertility was caused by e&`e ctiveness and longer duration of contraceptive use.
The objective of this research was to investigate the influence of effectiveness of contraceptive use toward fertility and to investigate influences of factors such as level of education, working status, place of residence, wealth status, age, GDP and ratio of health care facility and couple of child bearing age toward continuation of contraceptive use. Multinomial logistic and Cox Regression were used to examine the association.
Result of the analysis showed that long term contraceptive method was the most etfective method. The eiectiveness measured was more effective than it was expected and gave much contribution toward deiicit of fertility in Indonesia. The used of long term contraceptive method were high among those couples who were 35-49 years of ae, at least middle level of education, worked, lived in urban area, high socio economic status, lived in developing area, higher ratio of health care facilities and couple of child bearing age. Prevalence of discontinuation were high among those who were used traditional method and non long term method, at least middle level of education, not worked, lived in urban area, high socio economic status, 15-34 years of age, lived in developing area, high ratio of health care facility and couple of child bearing age.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T34365
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Agrianti
"Latar belakang: Meningkatnya angka pemakaian kontrasepsi tidak diikuti tingginya angka kelangsungannya. Angka putus pakai, kegagalan, dan penggantian alat/cara kontrasepsi di Indonesia meningkat. SDKI 2012 melaporkan putus pakai lebih tinggi pada pil (41%) dan suntik (25%) dibandingkan IUD (6%) dan susuk (8%). Kegagalan dan penggantian alat/cara kontrasepsi juga lebih tinggi pada pil (masing-masing 20% dan 11%). Di Indonesia, putus pakai, kegagalan, dan penggantian alat/cara kontrasepsi bervariasi antar wilayah karena adanya perbedaan aksesibilitas, ketersediaan, dan penerimaan berbagai metode kontrasepsi. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pola dan perbedaan perilaku putus pakai, kegagalan, dan penggantian alat/cara kontrasepsi menurut wilayah di Indonesia dan faktor-faktor yang memengaruhinya.
Metode: Penelitian ini menggunakan data SDKI 2012 dengan jenis penelitian semi deskriptif analitik dan pendekatan cross sectional. Informasi tentang putus pakai, kegagalan, dan penggantian alat/cara kontrasepsi diperoleh dari data kalender SDKI 2012.
Hasil: Putus pakai kontrasepsi ditemukan lebih tinggi di wilayah Bali & Nusa Tenggara, Maluku & Papua dibandingkan Sulawesi. Kegagalan kontrasepsi ditemukan lebih tinggi di wilayah Sulawesi, Sumatera dan Jawa dibandingkan Kalimantan. Sedangkan penggantian alat/cara kontrasepsi lebih tinggi Sulawesi, Jawa, dan Kalimantan dibandingkan Bali & Nusa Tenggara.
Simpulan: Adanya pola dan perbedaan putus pakai, kegagalan, dan penggantian alat/cara kontrasepsi antar wilayah di Indonesia, maka perlu upaya meningkatkan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reprodukstif dalam hal konseling KB, meningkatkan kemampuan petugas KB, memperluas akses dan memastikan ketersedian berbagai metode kontrasepsi khususnya IUD dan susuk KB.

Background: Increasing contraceptive prevalence rate are not followed by a high rate of survival. The contraceptive drop out, failure, and swtiching in Indonesia increased. IDHS 2012 reported drop out rate for the method of pil (41%) and injection (25%) are more higher than IUD (6%) and implant (8%). The contraceptive failure and switching was also higher for the method of pil (20% and 11%, respectively). In Indonesia, contraceptive drop out, failure, and switching show the patterns and differences across regions due to differences in the accessibility, availibilty, and accpetance of contraceptive methods. The presents study examines the patterns and differences contraceptive drop out, failure, and switching by region in Indonesia and the factors that affect it.
Methods: Data used from Indonesia Demographic Health Survey 2012. This study uses a semi descriptive analitic with cross sectional approach. Information about contraceptive drop out, failure, and switching obtained from calender data IDHS 2012.
Results: The contraceptive drop out are higher for married women living in Bali & Nusa Tenggara, Maluku & Papua than in Sulawesi. Contraceptive failure are higher for married women living in Sulawesi, Sumatera, and Java than in Kalimantan. Contraceptive switching are higher for married women living in Sulawesi, Java, and Kalimantan than in Bali & Nusa Tenggara.
Conclusion: Findings point that the presence of patterns and differences contraceptive drop out, failure, and switching by regions in Indonesia. Therefore, it necessary to improving quality of family planning and reproductive health care services across regions, improving skill providers, expanding access and ensure availibility of contraceptive methods espcesially for IUD and implant.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55751
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widyarsih Oktaviana
"Latar belakang: Total Fertility Rate (TFR) di perdesaan masih di atas TFR nasional yaitu 2.8 berbanding 2.6. Wanita perdesaan memiliki ketergantungan tinggi terhadap layanan kesehatan umum untuk mendapatkan pelayanan keluarga berencana. Total kebutuhan pelayanan kontrasepsi di wilayah perdesaan Indonesia adalah 72.5%. Wanita perdesaan perlu mendapat perhatian khusus karena 50.2% penduduk Indonesia tinggal di daerah perdesaan.
Metode: Penelitian menggunakan data SDKI 2012 dengan besar sampel 15.416 orang. Uji statistik yang digunakan adalah regresi logistik binomial, dengan subjek penelitian wanita berstatus kawin yang tinggal di daerah perdesaan, sedangkan wanita yang tidak dapat hamil atau sedang hamil saat survei dilakukan tidak diikutsertakan.
Hasil: Wanita di perdesaan yang belum menggunakan kontrasepsi sebanyak 36%. Ada hubungan antara usia, status pekerjaan suami, riwayat anak meninggal, paritas, usia menikah pertama, kunjungan petugas KB, aksesibilitas ke fasilitas kesehatan, keinginan memiliki anak, interaksi antara akses biaya dan akses jarak terhadap status penggunaan kontrasepsi oleh wanita berstatus kawin di perdesaan. Faktor yang paling dominan adalah status pekerjaan suami (OR=3.471, CI 95% 2.671-4.510), usia menikah pertama (OR1=3.277 CI 95% 1.705-6.296; OR2=2.774, CI 95% 1.444-5.328), dan akses biaya (OR=2.623, CI 95% 1.822-3.776).
Kesimpulan: Fokus sasaran peningkatan prevalensi pengguna kontrasepsi di perdesaan adalah wanita menikah di bawah usia 21 tahun, memiliki suami yang tidak bekerja, memiliki riwayat anak meninggal, dan paritas dua anak. Determinan penggunaan KB di perdesaan adalah aksesibilitas (jarak, biaya, informasi) dan keinginan memiliki anak.
Rekomendasi kebijakan dan program: melibatkan praktek bidan swasta dalam sistem jaminan kesehatan, bimbingan KB bagi pasangan menikah di bawah usia 21, pemetaan segmentasi sasaran pelayanan KB perdesaan, dan pemberdayaan petugas KB sebagai ?marketing sales? alat kontrasepsi.

Background: Total Fertility Rate ( TFR ) in rural areas is still above the national TFR is 2.8 compared to 2.6. Rural women is highly dependent on public health institutions in acquiring family planning services. Total need of contraceptive services in rural areas of Indonesia is 72.5%. Rural women need special attention because they constitute 50.2% of Indonesian women.
Method: This research used data from IDHS 2012 with a sample size of 15,416 subjects. Statistical test used was binomial logistic regression. Married women who lived in rural areas are included in the study while infertile women or pregnant women are excluded.
Results: 36% of women in rural areas have never used any contraceptive method. Age, husband's working status, history of deceased offspring, parity, age at first marriage, visit by family planning officer, accessibility to health facility, desire for more children, interaction between mobility and financial accessibility are associated with usage of contraception by married women in rural areas. The most dominant factors are husband's working status (OR=3.471, CI 95% 2.671-4.510), age at first marriage (OR1=3.277 CI 95% 1.705-6.296; OR2=2.774, CI 95% 1.444-5.328), and financial accessibility (OR=2.623, CI 95% 1.822-3.776).
Conclusion: The focus of efforts to increase the prevalence of contraception user in rural areas are married woman who is below 21 years old at first marriage, has an unemployed husband, has a history of deceased children, and has delivered children twice. Determinants of conrraception usage in rural areas are accessibility (financial, mobility, and information) and desire for more children.
Program and policy recommendation: inclusion of private practice midwives in health insurance system, compulsory family planning counseling for married pair below 21 years old, mapping of family planning target segmentation in rural area, and empowerment of family planning workers as "salesman" for contraception."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlaely Presty Diasanti
"Kehamilan tidak diinginkan menjadi penyebab utama aborsi tidak aman dan berdampak buruk pada wanita yang mengalaminya serta janin yang dikandungnya. Risiko kehamilan tidak diinginkan semakin meningkat pada wanita usia di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun. Penelitian ini menggunakan disain studi cross-sectional dengan menganalisis lanjut data SDKI tahun 2012.
Hasil penelitian menunjukkan 18% wanita hamil pada usia berisiko yang memiliki kehamilan tidak diinginkan. Wanita yang mengalami kegagalan kontrasepsi berkecenderungan 8,5 kali untuk memiliki kehamilan tidak diinginkansetelah dikontrol oleh variabel umur, jumlah anak, status ekonomi, pengetahuan KB, dan akses ke pelayanan kesehatan.

Unwanted pregnancy is a major cause of unsafe abortion and adverse impact on women who experience it as well as the fetus. The risk of unwanted pregnancy increased in women aged less than 20 years and more than 35 years old. This study used a cross-sectional study design to analyze further the IDHS 2012 data.
Results showed 18% of pregnant women at risk of age had unwanted pregnancies, and women who experience contraceptive failure 8.5 times tended to have an unwanted pregnancies after controlled by age, number of children, economic status, knowledge of family planning, and access to health care variables.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55174
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Gayatri
"Kecemasan akan kembalinya kesuburan pascaputus pakai kontrasepsi yang tidak pasti berdampak negatif pada penggunaan kontrasepsi di Indonesia. Banyak perempuan meyakini mitos kontrasepsi menyebabkan kemandulan termasuk Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) seperti yang ditunjukkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007, 2012 dan 2017 dimana tidak ada perempuan yang putus pakai MKJP sebelum mempunyai anak. Penelitian ini membuktikan mitos tersebut tidak benar, karena kesuburan dapat segera kembali sebelum satu tahun pascaputus pakai kontrasepsi.
Analisis kesintasan digunakan dalam mengestimasi kembalinya kesuburan pascaputus pakai kontrasepsi. Metode kontrasepsi yang diteliti pada SDKI yaitu pil, suntikan, IUD dan implant yang digunakan selama 5 tahun sebelum 2007, 2012 dan 2017. Sebanyak 4573 episode (SDKI 2007), 5183 episode (SDKI 2012) and 5989 episode (SDKI 2017) dari perempuan yang putus pakai kontrasepsi karena ingin hamil diikuti secara retrospektif.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Stata IC 15.1. Perempuan pemakai IUD hamil lebih cepat dibandingkan mereka yang menggunakan implan, pil dan suntikan. Tingkat kehamilan kumulatif selama 1 tahun pascaputus pakai kontrasepsi adalah 72%-85% untuk IUD, 75%-81% untuk pil, 72%-76% untuk implan and 65%- 67% untuk suntikan. Tingkat kehamilan pada 2 tahun pascaputus pakai pada keempat kontrasepsi mencapai 82%-92%. Tingkat kehamilan meningkat pada perempuan usia muda. Terjadinya kehamilan tidak berhubungan dengan jumlah anak, penyakit menular seksual, pengetahuan tentang masa subur, tingkat kesejahteraan dan tempat tinggal.
Penelitian ini tidak menunjukkan adanya gangguan kesuburan yang disebabkan oleh putus pakai kontrasepsi. Studi ini merekomendasikan untuk penguatan konseling pada pra dan pasca pelayanan KB, pengembangan materi KIE dan konseling yang komprehensif serta penguatan kapasitas tenaga kesehatan dan non kesehatan dalam konseling.

The fear that resumption of fertility after discontinuation of contraception are uncertain or inconclusive has a negative impact on utilization of contraceptive methods in Indonesia. Many women belief that contraceptive methods cause infertility including Long-Acting Reversible Contraceptive (LARC), as shown by the 2007, 2012 and 2017 Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) data that not even one woman would discontinue LARC before the first pregnancy. Therefore, this study presented evidence that this belief is not true, because it took less than one year to resume fertility after the discontinuation of contraceptive methods.
A survival analysis was used to assess the time of fertility resumption after discontinuation of reversible contraceptive methods. Type of contraception analysed included pills, injectables, Intrauterine Devices (IUD) and implants within the last 5 years preceding the Indonesia Demographic and Health Survey 2007, 2012 and 2017. As many as 4573 episodes (IDHS 2007), 5183 episodes (IDHS 2012) and 5989 episodes (IDHS 2017) of women who discontinued the use of reversible contraceptive methods for the reason of planned pregnancy were followed retrospectively.
Data analysis was performed using Stata IC 15.1. Women who had been using IUD achieved faster to become pregnant than ex-implant users, ex-pill users and ex-injectable users. The 1-year pregnancy rates following contraceptive removal were 72%-85% for IUD, 75%-81% for pills, 72%-76% for implants and 65%-67% for injectables. The 2-years pregnancy rates were 82%-92% for pills, injectables, implants and IUDs. The rate of pregnancy was increased in younger women. The long duration of contraceptive used had no impact on reducing pregnancy rates. Time to pregnancy was not related to women's parity, sexually transmitted diseases, knowledge of fertile window, women's wealth status and place of residence.
The study did not show any impaired fertility caused by the reversible contraceptive discontinuation. It is recommended to strengthen pre and post service counseling, developing IEC material and strengthening the capacity of health and non-health workers in counseling.
"
2019
D2705
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zakiyatut Taufiqoh
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi kebutuhan KB yang tidak terpenuhi untuk penjarangan dan pembatasan kelahiran di Indonesia. Data yang digunakan adalah Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012, PDRB 2011 dan PODES 2011. Analisisnya menggunakan regresi multinomial logit.
Hasil penelitian menunjukkan jumlah anak masih hidup, umur, pendidikan, kunjungan ke fasilitas kesehatan, PDRB dan interaksi antara indeks kekayaan dan akses signifikan mempengaruhi Kebutuhan KB yang tidak terpenuhi untuk penjarangan kelahiran. Kebutuhan KB yang tidak terpenuhi untuk pembatasan kelahiran signifikan dipengaruhi oleh jumlah anak masih hidup, umur, daerah tempat tinggal, kunjungan ke fasilitas kesehatan, interaksi antara indeks kekayaan dengan akses.

The objective of this study is to assess determinant of unmet need for spacing and limiting services in Indonesia. The data used in this papes are from results of Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) 2012, Gross Domestic Regional Product (GDRP) 2011 and PODES 2011. The analysis using multinomial logit regression.
The results of this paper shows number of living childen, age, education, visit to health services, GDRP, and the interaction among wealth index and access are found as main determinant of unmet need for spacing. Unmet need for limiting are affected by number of living childen, age, place of residence, visit to health services, and the interaction among wealth index and access.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah
"ABSTRAK
Permasalahan kependudukan yang saat ini dihadapi di Indonesia adalah masih tingginya angka Unmet need KB. Secara umum persentase unmet need di perkotaan lebih rendah dibandingkan perdesaan, namun tren di perkotaan justru mengalami peningkatan sedangkan di perdesaan sudah mengalami penurunan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian unmet need KB di daerah perkotaan dan perdesaan. Desain yang digunakan adalah cross sectional dengan menganalisis data SDKI 2012. Sampel penelitian ini adalah WUS kawin/hidup bersama dengan rentang umur 15-49 tahun yang berjumlah 24510 responden. Analisis multivariat dilakukan dengan regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian unmet need di perkotaan 16 % dan di perdesaan 15,1%. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian unmet need di perkotaan adalah umur, pendidikan ibu, pendidikan suami, tingkat ekonomi, tempat tinggal (kebersamaan tinggal), pengetahuan dan jumlah anak ideal, dan yang paling dominan berhubungan adalah umur. Sedangkan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian unmet need di perdesaan adalah umur, pendidikan suami, tingkat ekonomi, tempat tinggal (kebersamaan tinggal), pengetahuan dan jumlah anak ideal, dan yang paling dominan berhubungan adalah tempat tinggal (kebersamaan tinggal). Sebaiknya pemberian informasi/persuasi KB lebih ditekankan pada wanita usia >35 tahun dan edukasi yang lebih intens pada kelompok ibu yang tinggal terpisah dari suami. Analisis lanjut secara komperhensif tentang berbagai faktor yang berhubungan dengan kejadian unmeetneed perlu dilakukan.

ABSTRACT
One of population problems currently faced in Indonesia is high rate of Unmet need for family planning. In General, the percentage of unmet need in urban areas lower than rural, but urban trends actually increased while the countryside has experienced a downturn.
The aims of this research is to identify the factors associated with the incidence of unmet need for family planning in urban and rural areas. The design used is cross sectional by analyzing the SDKI data 2012. The sample of this research is the fertile woman aged 15-49 year who marriage or live together with patner, totalling 24.510 respondents. Multivariate analysis performed with logistic regression.
The results showed that the incidence of unmet need in urban areas 16 % and in rural areas 15.1%. Factors related to the incidence of unmet need in urban areas is the mother's education, age, education, economic level, the husband's residence (togetherness), knowledge and the ideal number of children, and the most dominant touch is age. Whereas the factors associated with the incidence of unmet need in rural areas is the age, education, economic level, the husband's residence (togetherness), knowledge and the ideal number of children, and the most dominant touch is the residence (living being). Providing better information about family planning and more persuasion especially for women 35 years and more are needed. Education more intense for woman living apart from husband should be hold. Further a comprehensive analysis of various factors associated with an occurrence unmet need should been done.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2014
T41931
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Harvianti
"[ABSTRAK
Data survey SDKI 2012 menunjukkan bahwa angka kematian bayi (AKB) di Indonesia adalah 34 per 1000 kelahiran hidup. Hasil ini menunjukkan bahwa AKB belum mencapai target MDGs dan masih terjadi kesenjangan antar provinsi di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara faktor sosial ekonomi, ibu dan bayi, lingkungan, gizi, serta pengendalian penyakit pada setiap provinsi di Indonesia dengan AKB pada tahun 2012. Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain studi ekologi (multiple group comparison) dengan uji statistik yang digunakan adalah korelais dan regresi linear sederhana. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara faktor sosial ekonomi (pendidikan ibu, penggunaan kontrasepsi, dan koefisien gini), faktor ibu dan bayi (jarak kelahiran, kehamilan remaja, BBLR), faktor lingkungan (ketersediaan alat cuci tangan dan pembuangan tinja), serta faktor pengendalian penyakit (perawatan antenatal, penolong persalinan, tempat persalinan, kunjungan neonatal pertama, dan imunisasi dasar lengkap) dengan AKB di Indonesia tahun 2012. Namun, faktor-faktor bias perlu diperhatikan, sehingga perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan di tingkat individu.

ABSTRACT
, "IDHS 2012 survey data showed that the infant mortality rate (IMR) in"
"Indonesia is 34 per 1,000 live births. These results indicate that the IMR not achieve the MDGs and still be a gap between the provinces in Indonesia. The purpose of this study was to determine the correlation between socioeconomic factors, maternal and infant, environment, nutrition, and disease control in every province in Indonesia with IMR in 2012. The study design used in this research is the design of ecological study (multiple group comparison) the statistical test used was correlation and simple linear regression. The results show that there is a correlation between socioeconomic factors (maternal education, contraceptive use, and the Gini coefficient), maternal and infant factors (spacing births, teenage pregnancy, low birth weight), environmental factors (availability of hand washing and disposal of feces), as well as the controlling factor disease (antenatal care, birth attendance, place of delivery, neonatal first visit, and complete basic immunization) with IMR in Indonesia in 2012. However, these factors need to be considered biased, so more research is needed to determine the relationship at the individual level."]
"
Universitas Indonesia, 2015
S60339
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>