Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 189618 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Firli Kusuma Ardiati
"Prevalensi HIV pada LSL meningkat dari 6,5% (2009) menjadi 12,8% (2013). Akan tetapi, penggunaan kondom secara konsisten pada kelompok LSL pasangan tidak tetap hanya 38%. Penelitian ini bertujuan untuk melihat model konsistensi penggunaan kondom pada LSL pasangan pria tidak tetap non komersial di Tangerang, Jogjakarta, dan Makassar tahun 2013. Data yang digunakan adalah data Survei Terpadu Biologis dan Perilaku tahun 2013. Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang dengan jumlah sampel untuk penelitian ini sebesar 263 responden. Analisis data menggunakan Generalized Structural Equation Modelling (GSEM).
Hasil analisis memperlihatkan pengetahuan komprehensif dan sumber informasi secara langsung mempengaruhi konsistensi kondom (koef path = 1,3 dan 1). Variabel persepsi setia dan penggunaan kondom untuk mengurangi risiko tertular HIV memiliki koefisien terbesar untuk membentuk variabel pengetahuan komprehensif (koef path = 3,5 dan 3,4). Secara tidak langsung, sumber informasi juga dapat mempengaruhi konsistensi kondom (koef path = 0,64).
Variabel konselor, pertunjukkan, dan poster memiliki koefisien terbesar untuk membentuk variabel sumber informasi (koef path = 7,2; 5,2; dan 5,1). Secara keseluruhan, informasi dari konselor, pertunjukkan, dan poster berpengaruh terbesar untuk mempengaruhi konsistensi penggunaan kondom pada LSL. Oleh sebab itu, pemberdayaan konselor dan akses penyebaran informasi melalui pertunjukkan dan poster dapat ditingkatkan dalam upaya konsistensi penggunaan kondom untuk mencegah penularan HIV.

HIV prevalence among MSM increased from 6.5% (2009) to 12.8% (2013). However, consistency of condom use in MSM with casual partner only 38%. This study aims to looking the model of consistency of condom use in MSM male partners on casual partner in Tangerang, Jogjakarta and Makassar in 2013. The data used is data of Integrated Biological and Behavioral Survey (IBBS) in 2013. The study design using cross sectional with total sample for this study of 263 respondents. The data analysis using Generalized Structural Equation Modelling (GSEM).
The results of analysis showed that comprehensive knowledge and resources directly affects the consistency of condom use (koef path = 1.3 and 1). Variable of faithful perception and use condoms to reduce the risk of spreading HIV have the largest coefficients of a comprehensive knowledge variable (koef path = 3.5 and 3.4). Indirectly, resources of information can also affect the consistency of condom use (koef path = 0.64).
Variable of counselor, performances, and posters have the largest coefficients to form a resources of information variable (koef path = 7.2; 5.2; and 5.1). Overall, the informations from counselor, performance, and poster are the most influential to affect the consistency of condom use in MSM. Therefore, empowerment counselors and access for disseminating information through performances and posters can be increased as consistency of condom use program to prevent HIV transmission.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Febriana Anggraeni
"Latar belakang: Hubungan seks yang berisiko menularkan HIV adalah hubungan seks dengan banyak pasangan dan berganti-ganti pasangan yang sebagian besar didominasi dengan hubungan seks komersial, baik pada kelompok heteroseksual maupun pada kelompok homoseksual atau sejenis. Kelompok yang paling berisiko tertular HIV adalah kelompok homoseksual dan biseksual yang biasa dikategorikan sebagai lelaki seks lelaki atau disebut LSL. Di banyak bagian wilayah, HIV di kalangan LSL muncul dengan penularan HIV yang sangat cepat.
Metode: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tahu status HIV terhadap penggunaan kondom konsisten pada LSL di Yogyakarta dan Makassar dan melihat adakah perbedaan hasil analisis dengan menggunakan metode RDS dan non RDS terhadap indikator program. Penelitian ini menggunakan data STBP 2013.
Hasil: Dari hasil analisis diperoleh bahwa di Yogyakarta ada pengaruh tahu status HIV terhadap penggunaan kondom konsisten dengan OR sebesar 6,6 dan 95% CI 2,1-20,9, sedangkan di Makassar belum dapat diketahui pengaruh tahu status HIV dengan penggunaan kondom konsisten dengan OR sebesar 1,6 dan 95% CI 0,6 - 4,4. Ada perbedaan hasil analisis dengan menggunakan metode RDS dan non RDS terhadap indikator program.
Kesimpulan: Terdapat pengaruh tahu status HIV dengan penggunaan kondom konsisten pada lelaki yang seks dengan lelaki di Yogyakarta sedangkan di Makassar belum dapat diketahui pengaruh tahu status HIV dengan penggunaan kondom konsisten. Terdapat perbedaan hasil analisis dengan menggunakan metode RDS dan non RDS terhadap indikator program.

Introduction : Sex which higher risk of spreading HIV is sex with multiple partners and change partners that is largely dominated by commercial sex, either on the heterosexual and homosexual group, or similar sexual behaviour. Groups most at risk of contracting HIV is a group of homosexual and bisexual men are commonly categorized as men sex with men, or so-called MSM. In many parts of the region, HIV among MSM appears with HIV infection very quickly.
Methods: This study aimed to determine the effect knowing their HIV status toward consistency condom use in MSM in Yogyakarta and Makassar and to see the differences between analysis using RDS and non RDS to indicator of program. This study uses data IBBS 2013.
Summary: From the results of the analysis showed that in Yogyakarta there was an effect Yogyakarta of knowing HIV status toward consistency condom use with an OR of 6,6 and 95%CI 2,1-20,9. while in Makassar unclear knowing HIV status toward consistent condom use with an OR of 1.6 and 95% CI 0,6 - 4,1. There is differences between analysis using RDS and non RDS to indicator of program.
Conclusion: There is Influence of knowing HIV Status to consistent Condom use in Yogyakarta while in Makassar unclear knowing HIV status toward consistent condom use. There is differences between analysis using RDS and non RDS to indicator of program.
"
Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T42956
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sidabutar, Nadya Hanna Talitha
"Infeksi HIV akibat hubungan seksual lelaki dengan lelaki telah mengalami peningkatan dan menjadi salah satu penyebab tingginya transmisi HIV di dunia saat ini. Prevalensi HIV pada kelompok LSL di Indonesia merupakan yang tertinggi dibandingkan negara lain di Asia Tenggara. Salah satu penyebab tingginya prevalensi HIV pada LSL di Indonesia adalah penggunaan kondom konsisten yang masih rendah di bawah target nasional 60 penggunaan kondom konsisten pada populasi kunci, terutama dengan perilaku seksual LSL yang berganti-ganti pasangan. Rendahnya penggunaan kondom secara konsisten pada LSL dapat dipengaruhi oleh faktor predisposisi, faktor pemungkin, serta faktor penguat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara berbagai faktor tersebut dengan perilaku penggunaan kondom secara konsisten pada LSL di Tangerang, Yogyakarta, dan Makassar tahun 2013. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan menggunakan data STBP 2013. Sampel dalam penelitian ini adalah 303 LSL di 3 kota tersebut yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi untuk kemudian dianalisis secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian yang diperoleh adalah 38 LSL selalu menggunakan kondom setiap kali berhubungan seks, 87,8 LSL berusia 25 tahun, 81,8 LSL memiliki tingkat pendidikan tinggi ge; SMA , 43,6 LSL memiliki pengetahuan baik tentang HIV/AIDS, 70,6 LSL memiliki gejala IMS, 46,5 LSL memperoleh kondom gratis selama sebulan terakhir, 49,8 LSL memiliki akses yang baik ke sumber informasi mengenai HIV/AIDS, serta 38,3 LSL telah berpartisipasi dengan baik dalam program HIV/AIDS. Berdasarkan analisis bivariat yang dilakukan, hubungan dengan penggunaan kondom konsisten yaitu umur ge; 25 tahun PR=1,154; 95 CI=0,92-1,45 , tingkat pendidikan tinggi PR=1,142; 95 CI=0,93 ndash;1,4 , pengetahuan baik mengenai HIV/AIDS PR=1,301; 95 CI=1,08-1,57 , memiliki gejala IMS PR=1,241; 95 CI=1,04 ndash;1,48, menerima kondom gratis PR=1,734; 95 CI=1,4 ndash;1,9, mengakses sumber informasi mengenai HIV/AIDS secara baik PR=1,401; 95 CI=1,17 ndash;1,68, serta berpartisipasi baik dalam program HIV/AIDS PR=1,323; 95 CI=1,08-1,62 . Oleh karena itu, disarankan untuk meningkatkan kembali program IPP terutama distribusi kondom, menyebarluaskan informasi HIV/AIDS melalui media sosial yang saat ini lebih sering diakses masyarakat, serta memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada anak usia sekolah yang disesuaikan dengan umur. Selain itu, penelitian kualitatif juga perlu dilakukan untuk menggali lebih dalam mengenai alasan keengganan LSL menggunakan kondom secara konsisten.

HIV infection in MSM has been increasing and becoming one of many reasons of high HIV transmission in the world recently. HIV prevalence in MSM in Indonesia is the highest among other countries in South East Asia. One of the cause of high HIV prevalence in MSM in Indonesia is the low percentage of consistent condom use under 60 national target of consistent condom use in key population, compounded by having multiple sexual partners. The low percentage of consistent condom use among MSM can be determined by predisposing factors, enabling factors, and reinforcing factors. This study aims to determine the relations among those factors with consistent condom use among MSM in Tangerang, Yogyakarta, and Makassar in 2013. This study used cross sectional design by using IBBS 2013 data. Samples in this study were 303 MSM in those 3 cities met the inclusion and exclusion criteria and analyzed by univariate and bivariate. From the result, there are 38 MSM using condom in every sexual intercourse, 87.8 MSM ge 25 years old, 81.8 MSM having high level education, 43.6 MSM having good knowledge about HIV AIDS, 70.6 MSM having STIs symptoms, 46.5 MSM getting free condom, 49.8 MSM having better access of HIV AIDS information, and 38.3 MSM with good participation in HIV AIDS program. Based on bivariate analysis, relationships with consistent condom use are MSM ge 25 years old PR 1.154 95 CI 0.92 ndash 1.45 , having high level education PR 1.142 95 CI 0.93 ndash 1.4, having good knowledge about HIV AIDS PR 1.301 95 CI 1.08 ndash 1.57, having STIs symptoms PR 1.241 95 CI 1.04 ndash 1.48, getting free condom PR 1.734 95 CI 1.4-1.9, having better access of HIV AIDS information PR 1.401 95 CI 1.17 ndash 1.68, and having good participation in HIV AIDS program PR 1.323 95 CI 1.08-1.62. Therefore, it is advised to improve IPP program especially for condom distribution, spread the information about HIV AIDS through social media which are more accessed nowadays, and give reproductive health education for students based on their age. Besides, qualitative study is also needed to dig up MSM motivation to not use condom consistently."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggi Purwaningsih
"Tren infeksi HIV di Indonesia memperlihatkan adanya peningkatan jumlah infeksi baru terutama di kalangan LSL. Tingginya laju epidemi HIV dapat ditekan dengan menerapkan perilaku seks aman yaitu dengan menggunakan kondom. Efektivitas kondommencapai 95% jika digunakan secara konsisten. UNAIDS (2016) menyebutkan bahwa penggunaan kondom secara konsisten terbukti sulit dicapai di semua populasi. Penggunaan kondom pada kalangan LSL secara global tidak mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan kondom pada LSL dilihat berdasarkan teori perilaku Green (faktor predisposisi, pemungkin, dan penguat). Desain studi yang digunakan adalah cross sectional dengan sumber data sekunder dari hasil STBP tahun 2018. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan uji chi square.Total jumlah sampel penelitian adalah 3.399 LSL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan kondom adalah umur, pendidikan, pekerjaan, persepsi risiko tertular HIV/AIDS, pengetahuan tentang HIV/AIDS, ketersediaan kondom, akses sumber informasi, program pencegahan HIV/AIDS, dan program tes HIV. Oleh karena itu perlu dilakukan pengembanganintervensi HIV/AIDS berbasis internet, memperkuat kerjasama dengan OMS dan tokoh yang dekat dengan LSL (mami/mucikari, komunitas LSL), dan mengembangkan model layanan kesehatan ramah LSL.

HIV infection trends in Indonesia show an increasing number of new infections, especially among MSM. The high rate of the HIV epidemic can be suppressed by implementing safe sex behaviors, especially by using condoms. The effectiveness of condoms reaches 95% if used consistently. UNAIDS (2016) stated that the use of condoms consistently was difficult to achieve in all populations. Condom use among MSM globally has not increased in recent years. This study aims to determine the factors associated with condom use behavior among MSM based on Green's behavioral theory (predisposing, enabling, and reinforcing factors). This cross-sectional study was conducted among 3.399 MSM selected from IBBS 2018. Univariate and bivariate (chi square) analyses were performed to identify factors associated with condom use behavior. The results showed that the factors associated with condom use behavior were age, education, occupation, perceived risk of contracting HIV/AIDS, knowledge about HIV/AIDS, condom availability, access to information sources, HIV/AIDS prevention programs, and HIV testing programs. Therefore, it is necessary to develop internet-based HIV/AIDS interventions, strengthen collaboration with CSOs and figures close to MSM (mothers/pimps, MSM communities), and develop MSM-friendly health service models."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Dwi Kartika
"Lelaki yang Seks dengan Lelaki (LSL) merupakan salah satu kelompok populasi yang paling berisiko terinfeksi HIV. Promosi penggunaan kondom konsisten adalah strategi kunci untuk pencegahan HIV pada LSL. Skripsi ini membahas faktor-faktor yang berasosiasi dengan penggunaan kondom konsisten pada LSL yang memiliki pasangan tetap, pasangan tidak tetap, pasangan membeli seks, dan pasangan menjual seks. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dari data Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) untuk LSL di Pulau Jawa tahun 2011. Analisis regresi logistik digunakan untuk melihat determinan penggunaan kondom konsisten dari faktor sosiodemografi, persepsi, isyarat untuk bertindak, dan penggunaan kondom pada seks terakhir. Penggunaan kondom konsisten pada pasangan laki-laki berkisar 37%-49% dan 28% pada pasangan perempuan dalam sebulan terakhir. Analisis multivariat menghasilkan status belum menikah, pengetahuan komprehensif, tidak ada gejala IMS, dan penggunaan kondom pada seks terakhir berasosiasi meningkatkan penggunaan kondom konsisten. Intervensi kepada LSL harus dapat meningkatkan pengetahuan komprehensif dan mempromosikan penggunaan kondom konsisten pada semua jenis pasangan seksnya.

Men Who Have Sex with Men (MSM) are population at high risk for HIV infection. Promoting consistent condom use (CCU) is a key risk reduction strategy for HIV prevention among MSM. This thesis reports the factors associated with CCU among MSM with their regular, casual, client, and sex worker partners. This thesis used cross-sectional design from Integrated Biological and Behaviour Surveillance for MSM in Java Island in 2011. Binary logistic regression analyses were conducted to assess the determinants of CCU with socio-demographic, perceived, cues to action, and past condom use factors. CCU ranged from 37 to 49% with male partners and 28% with female partner. Multivariate analyses showed that MSM who had a single status, comprehensive knowledge, no STD symptoms, and past condom use were likely to be consistent condom users. HIV interventions among MSM need to increase comprehensive knowledge of HIV and promote CCU with all types of sex partners."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Wayan Putri Larassita Parwangsa
"Pendahuluan : Sebagian besar LSL merupakan orang-orang yang menjalankan prinsip hidup bebas dimana 88% gaya seksual pada LSL tidak aman yaitu memiliki pasangan seks multipel. Kecenderungan perilaku seksual berisiko dengan banyak pasangan yang dilakukan oleh kelompok LSL ini dapat dikaitkan dengan perilaku penggunaan kondom secara konsisten dalam rangka pencegahan penularan HIV dan IMS pada kelompok LSL. Penelitian ini bertujuan ntuk mengetahui hubungan Pasangan Seks Multipel dengan Perilaku Penggunaan Kondom pada kelompok LSL di 5 Kota Besar di Indonesia tahun 2015.
Metodologi : Penelitian ini menggunakan cross sectional design. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di 5 Kota Besar di Indonesia yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Denpasar dengan menggunakan data sekunder. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari data Survey Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) pada tahun 2015.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi LSL yang tidak konsisten menggunakan kondom di 5 Kota Besar di Indonesia tahun 2015 yaitu sebesar 67,55%, proporsi LSL yang memiliki pasangan seks multipel yaitu sebesar 83,80%, dan pasangan seks multipel memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku penggunaan kondom dengan nilai PR sebesar 1,571 (95% CI 1,171 – 2,108) setelah dikontrol variabel riwayat IMS.
Kesimpulan : Kesimpulan dari penelitian ini yaitu LSL yang memiliki pasangan seks multipel berisiko 1,571 kali lebih besar untuk berperilaku tidak konsisten dalam menggunakan kondom dibandingkan dengan LSL yang tidak memiliki pasangan seks multipel setelah dikontrol variabel riwayat IMS.

Background : Most MSM are people who live the principle of free life where 88% of sexual styles in MSM are unsafe, namely having multiple sex partners. The tendency of risky sexual partners with multiple partners conducted by MSM groups can be associated with consistent behavior of condom use in the context of preventing HIV and STI transmission in MSM groups. This study aims to find out the relationship of Multiple Sex Couples with Condom Use Behavior in MSM groups in 5 Big Cities in Indonesia in 2015.
Methods : This study used a cross sectional design. The location of this study was carried out in 5 major cities in Indonesia, namely Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, and Denpasar using secondary data. Secondary data in this study were obtained from data from the Biological and Behavior Integrated Survey (STBP) in 2015.
Results : The results showed that the proportion of MSM who were inconsistent in using condoms in 5 big cities in Indonesia in 2015 was 67.55%, the proportion of MSM who had multiple sex partners were 83.80%, and multiple sex partners had a significant relationship with condom use behavior with a PR value of 1.571 (95% CI 1.171 - 2.108) after being controlled by STI History.
Conclusion : The conclusion of this study is that MSM who have multiple sex partners have a risk of 1.571 times greater behavior that is not consistent in using condoms compared with MSM who do not have multiple sex partners after being controlled by STI History.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52760
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Ayu Prameswari
"Penggunaan Kondom secara konsisten merupakan salah satu cara untuk mencegah penyakit menular seksual pada populasi kunci. Rata-rata pembeli jasa seks pada populasi yang menjual seks paling banyak adalah pada WPSL, kemudian diikuti oleh WPSTL, LSL, dan penasun. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan tentang HIV-AIDS, risiko, dan pencegahannya dengan konsistensi penggunaaan kondom pada wanita pekerja seks langsung di 9 kota di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dan menggunakan data STBP 2013. Populasi penelitian ini adalah seluruh WPSL yang ada di 9 Kota yang menjadi tempat pelaksanaan survei. Sampel penelitian yang diteliti adalah WPSL yang berusia >15 tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi penggunaan kondom pada WPSL di 9 Kota di Indonesia pada tahun 2013 adalah 36,3% dan prevalensi WPSL yang memiliki pengetahuan baik adalah 55,9%. WPSL yang memiliki pengetahuan baik tentang HIV-AIDS, risiko, dan pencegahannya berisiko 3,2 kali untuk memiliki perilaku konsisten menggunakan kondom setelah dikontrol faktor konfounding. Faktor konfonding dalam hubungan pengetahuan HIV, risiko dan pencegahannya dengan konsistensi penggunaan kondom dalam penelitian ini adalah pendidikan (OR=1,732), persepsi (OR=1,305), jumlah pelanggan (OR=0,737), ketersediaan kondom (OR=1,826), akses kondom gratis (OR=1,970), dan menawarkan kondom (OR=31,523). Dibutuhkan penelitian lanjut dengan faktor-faktor tambahan yang diduga menjadi determinan perilaku penggunaan kondom secara konsisten.

Consistency in condom usage is one of the ways to prevent sexually transmitted infection in key population. The average client of sex services in populations that provides most prostitution service is the Direct Female Sex Workers (DFSW), followed by Indirect Female Sex Workers (IFSW), MSM and IDUs. This study is conducted to identify the association between knowledge of HIV-AIDS, its risks, and its prevention with consistency of condom usage on direct female sex workers in 9 cities in Indonesia. This study used cross sectional study design and used data of IBBS 2013. Population of this study is all of DFSW in 9 cities where the survey is held. Meanwhile, the DFSW taken as samples for this study are 15 years old or above who meet the inclusion and exclusion criteria.
The result shows that the prevalence of consistency of condom usage on DFSW in 9 Cities in Indonesia is 36.3% and the prevalence of DFSW which has good knowledge of HIV-AIDS, its risk, and its prevention is 55.9%. The DFSW who has good knowledge of HIV-AIDS, its risk, and its prevention has 1=3.2 time higher chance of consistency in condom usage after the confounding factors are controlled. The confounding factors in association between knowledge of HIV-AIDS, its risk, and its prevention and consistency of condom usage are education (OR=1.732), perception (OR=1.305), number of guest (OR=0.737), condom availability (OR=1.826), free condom access (OR=1.970), and offering condom to guest (OR=31.523). Further study is needed with more factors that determine consistency of condom usage on DFSW.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S62134
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lina Fitrianti
"ABSTRAK
Infeksi menular seksual dapat menimbulkan beban morbiditas dan mortalitas terutama di negara sedang berkembang. Berdasarkan data STBP di Indonesia, kelompok LSL memiliki prevalensi HIV meningkat tajam 2,5 kali dibandingkan hasil STBP sebelumnya. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis jenis pasangan seksual dengan konsistensi penggunaan kondom pada LSL di 6 kota di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Cross Sectional. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 827 orang. Hasilnya LSL yang mempunyai pasangan waria (44%) paling konsisten dalam menggunakan kondom, LSL yang mempunyai pasangan lakilaki (39,5%) merupakan kelompok LSL yang tidak konsisten dalam penggunaan kondom, dan LSL yang mempunyai pasangan wanita paling banyak yang tidak pernah menggunakan kondom (51,5%). LSL yang mempunyai pasangan laki-laki 8,06 kali lebih konsisten dalam penggunaan kondom dibandingkan pasangan wanita.LSL yang mempunyai pasangan waria 8,58 kali lebih konsisten dalam penggunaan kondom dibandingkan pasangan wanita. Variable confounding pengetahuan, penggunaan pelumas, akses, dan sumber informasi (teman sebaya, konselor, pertunjukan, media social, dan internet) memiliki hubungan yang bermakna terhadap penggunaan kondom secara konsisten. Saran dari penelitian ini yaitu memaksimalkan pelaksanaan program pencegahan HIV yang sudah ada dan penggunaan media massa dan pendekatan yang inovatif.

ABSTRACT
Sexually transmitted infections can cause a burden of morbidity and mortality, especially in developing countries. Based on STBP data in Indonesia, MSM have a HIV prevalence that has risen sharply 2.5 times compared to the previous STBP results. The purpose of this study was to analyze the types of sexual partners with the consistency of condom use in MSM in 6 cities in Indonesia. This study uses the Cross Sectional research method. The number of samples studied was 827 people. The result is MSM who have a transgender partner (44%) are most consistent in using condoms, MSM who have male partners (39.5%) are MSM groups who are inconsistent in condom use, and MSM who have the most female partners who have never use condoms (51.5%). MSM who had male partners 8.06 times were more consistent in condom use than female partners. LSL who have a transgender partner were 8.58 times more consistent in condom use than female partners. Variable confounding knowledge, use of lubricants, access, and sources of information (peers, counselors, shows, social media, and the internet) have a significant relationship to consistent condom use. Suggestions from this research are maximizing the implementation of existing HIV prevention programs and the use of mass media and innovative approaches.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51793
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sry Heniwati
"Tingkat penggunaan kondom pada kelompok Waria sebesar 39% pada tahun 2007 terjadi sedikit peningkatan sebesar 36% tahun 2011 (Kemenkes 2011), tetapi masih dibawah target (60%) (KPAN, 2010). Penggunaan kondom pada seks komersial dipengaruhi oleh kemampuan penjaja seks untuk menawarkan pemakaian kondom ketika berhubungan seks kepada pelanggannya. Dari penjaja seks yang tidak pernah menawarkan penggunaan kondom kepada pelanggannya ternyata pemakaian kondom pada seks komersial terakhir cukup rendah, hanya sekitar 10–20%. Determinan yang diduga berhubungan dengan perilaku Waria dalam menawarkan penggunaan kondom kepada pasangan seks antara lain : umur, tingkat pendidikan, pengetahuan pencegahan HIV/AIDS, riwayat IMS, kemudahan memperoleh kondom, lama melakukan seks komersil, kontak dengan petugas, konsumsi alkohol/napza sebelum berhubungan seks.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui determinan perilaku Waria dalam menawarkan penggunaan kondom kepada pasangan seks. Penelitian ini menggunakan data STBP tahun 2011 yang dilakukan di 5 kota besar di Indonesia, dengan desain studi Cross Sectional. Jumlah data yang dapat dianalisis sebanyak 684.
Hasil menunjukan bahwa proporsi Waria yang menawarkan penggunaan kondom kepada pasangan seks sebesar 81,3%. Determinan yang berhubungan signifikan adalah kontak dengan petugas (p=0,000), OR = 3,847 (95% CI= 2,507-5,902) dan kemudahan memperoleh kondom (p=0,000), OR = 3,010 (95% CI=1,934–4,685). Umur, tingkat pendidikan, pengetahuan pencegahan HIV/AIDS, riwayat IMS, lama melakukan seks komersil dan konsumsi alkohol/Napza sebelum melakukan hubungan seks tidak berhubungan.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka saran yang dapat diberikan adalah peningkatan frekuensi kontak petugas dengan Waria baik petugas dari pemerintah maupun dari LSM yang peduli terhadap masalah HIV/AIDS dengan Waria untuk membahas risiko tertular HIV dan cara pencegahannya terutama tentang pentingnya menggunakan kondom dalam hubungan seks berisiko dan menjamin agar kondom selalu tersedia dan terjangkau dalam jumlah cukup terutama di dalam tempat kerja Waria.

Levels of condom usage on MTF transgender group was found 39% at 2007, there was a increase of 36% in 2011 (Ministry of Health, 2011), still below the target (60%) (KPA, 2010). Condom usage in commercial sex is influenced by the ability to negotiation sex workers condom usage to sex patner. At sex workers who do not ever negotiation to sex patner of condom usage turns was found condom usage at last sex is quite low, only about 10-20%. Determinants related to MTF transgender behavior in condom usage negotiation to sex partner among others: age, level of education, knowledge of HIV/AIDS, STI history, ease of obtaining condoms, old of commercial sex, contact with the officer, the consumption of alcohol/drugs before sex.
The purpose of this study to knowing determinants of MTF transgender behavior in condom usage negotiation to sex partner. This study uses producted IBBS conducted in 2011 in 5 major cities in Indonesia, with a cross-sectional study design. The amount of data that can be analyzed as many as 684.
Results showed that the proportion of MTF transgender behavior in condom usage negotiation to sex partner was 81.3%. Determinants significantly related are contact with the officer (p = 0.000), OR = 3.847 (95% CI = 2.507 to 5.902) and the ease of obtaining condoms (p = 0.000), OR = 3.010 (95% CI = 1.934 to 4.685). Age, level of education, knowledge of HIV / AIDS, STI history, the old of commercial sex and alcohol / drugs before sex are not related.
Based on these results, the suggestions can be given are to increase the frequency of contact of the officers with MTF transgender both officers of the government and NGOs concerned with the problem of HIV/AIDS with MTF transgender to discuss the risk constracting HIV and how to prevent it, especially about the importance of condom usage in unsafe sexual behavior; and affordable in sufficient quantities, especially in the workplace MTF transgender.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35434
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferry Febriansyah
"ABSTRAK
Perkembangan jumlah kasus infeksi HIV pada kelompok berisiko Lelaki Seks
Lelaki (LSL) di Kota Bogor semakin mengkhawatirkan setiap tahunnya. Perilaku
seksual berisiko pada LSL dipengaruhi oleh berbagai faktor. Model Kepercayaan
Kesehatan sebagai konsep dalam berbagai penelitian kesehatan, telah banyak
dilakukan termasuk penelitian tentang perilaku penggunaan kondom sebagai
upaya pencegahan HIV. Meskipun hasilnya sangat beragam, namun nampak
sejumlah bukti tentang hubungan yang signifikan antara persepsi berisiko,
manfaat dan hambatan serta self efficacy terhadap penggunaan kondom. Tujuan
penelitian untuk mengetahui faktor penentu terbesar perilaku penggunaan kondom
dengan konstruksi Model Kepercayaan Kesehatan dibandingkan dengan faktor
yang lainnya. Desain studi cross-sectional dengan pengumpulan data
menggunakan teknik respondent driven sampling. Item kuesioner terdiri atas 41
pertanyaan berdasarkan konstruksi Model Kepercayaan Kesehatan yang diperoleh
dari 133 responden. Hasil penelitian uji regresi logistik ganda menunjukan
persepsi berisiko tertular HIV memiliki hubungan dengan perilaku penggunaan
kondom dibandingkan dengan faktor yang lainnya. Kesimpulan. persepsi berisiko
tertular HIV memiliki pengaruh yang paling besar terhadap penggunaan kondom,
maka program intervensi pencegahan HIV di kalangan lelaki seks lelaki perlu
ditekankan kepada perubahan persepsi diantaranya dapat dilakukan dengan
komunikasi interpersonal (peer group discussion).

ABSTRACT
The number cases of HIV infection in risk groups Men Who have Sex with Men
(MSM) in Bogor increasingly concerned each year. Sexual risk behavior in MSM
is influenced by various factors. Health Belief Model as a concept in health
research has done many research on behavior including use of condoms as an HIV
prevention efforts. Although results have varied, support for significant
relationship between perception risk of HIV, benefits and barriers and self
efficacy of condoms use are apparent. The aim of study is to find determining
factor of condom use behavior with Health Belief Model construction compared
with other factors. Cross-sectional method with collecting data using respondent
driven sampling technique. Item questionnaire consisting 41 questions based on
the construction of Health Belief Model obtained from 133 respondents. The
results of multiple logistic regressions found significant only perception risk of
HIV than other factors. Conclusion. Perception risk of HIV is the biggest
determines factor of condoms use, therefore interventions program of HIV
prevention among MSM should be emphasized to change perception risk of HIV
suggested with interpersonal communication (peer group discussion)."
2016
T45969
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>