Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 221626 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Miftahul Jannah
"Antenatal care (ANC) merupakan program yang efektif untuk mencegah dan mengatasi anemia selama kehamilan. Studi ini bertujuan untuk menilai pelayanan antenatal care dan hubungannya dengan status anemia pada ibu hamil di Jakarta Timur. Studi potong lintang ini dilaksanakan pada 285 ibu dengan kehamilan ≥32 minggu. Pelayanan ANC dan kadar hemoglobin dinilai.
Studi menunjukkan bahwa ibu hamil dengan skor pengetahuan rendah?sedang tentang gejala berbahaya kehamilan dan peran keluarga dalam ANC, secara bermakna lebih rendah berresiko menderita anemia. Hal ini terkait dengan kecenderungan lebih baiknya konsumsi suplemen/multivitamin yang mengandung zat besi oleh subyek dengan skor rendah?sedang.

Antenatal care (ANC) is an effective program to prevent and overcome anemia during pregnancy. This study aimed to assess ANC services and its association with anemia status among pregnant women in East Jakarta. A cross sectional study was conducted among 285 pregnant women with ≥32 weeks gestation. ANC services and hemoglobin level were assessed.
This study showed pregnant women with low?medium score on education related to danger sign on pregnancy and family role on maternal care, had significantly lower risk of anemia. This contrary results was due to a tendency of better supplement/multivitamin containing iron consumption by subjects with lower-medium score.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Witri Priawantiputri
"Berat plasenta umum digunakan untuk mengukur pertumbuhan dan fungsi yang baik dari plasenta. Anemia merupakan salah satu faktor risiko dari berat plasenta yang tinggi. Namun sampai saat ini belum dapat dipastikan apakah anemia karena kekurangan zat besi mempengaruhi berat plasenta. Penelitian ini meneliti hubungan antara anemia defisiensi besi dan berat plasenta pada wanita hamil anemia di Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang yang melibatkan 90 ibu hamil anemia di 10 Puskesmas Kecamatan, Jakarta Timur. Prevalensi defisiensi besi pada ibu hamil anemia adalah 36,9%. Berat plasenta rata-rata adalah 549,3 ± 115 gr. Ada hubungan positif antara anemia defisiensi besi dan berat plasenta setelah dikontrol oleh variabel paritas, perokok pasif dan frekuensi kunjungan pemeriksaan kehamilan (B = 0,22; p = 0,038). Berat plasenta yang tinggi pada ibu hamil dengan anemia defisiensi besi menunjukkan adanya mekanisme adaptasi dari plasenta dikarenakan kurangnya oksigen dalam darah.

Placental weight is a commonly used to measure placental growth and function including nutrient transfer to the fetus. Anemia may link to a risk factor for higher placental weight, however, it is uncertain whether iron deficiency anemia influence a placental weight, and could be used a public health measure for fetal growth and healthy pregnancy. This study investigated the relationship between iron deficiency anemia and placental weight among anemic pregnant women in East Jakarta. We conducted a cross sectional study of 90 anemic pregnant women and their singleton pregnancies in 10 Primary Health Center in East Jakarta. The prevalence of iron deficiency among anemic pregnant women was 36.9%. The mean placental weight was 549.3 ± 115 gr. There was a positive relationship between iron deficiency anemia and placental weight after adjusting for parity, passive smoker and ANC visit frequency (B=0.22; p=0.038). A higher placenta weight was observed among iron deficiency anemic pregnant women, suggesting the adaptive mechanism of placenta to chronic poor oxygenation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fegga Aulia Ananda
"Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih menjadi salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat di suatu negara. Semakin tinggi angka kematian ibu dan bayi di suatu negara, maka dapat dikatakan bahwa derajat kesehatan negara tersebut buruk (Kemenkes RI, 2018). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017, Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup, dan untuk Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 24 per 1.000 kelahiran hidup. Data tersebut menunjukkan bahwa AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi apabila dilihat dari target yang ditentukan Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 yaitu AKI sebesar 70 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 12 per 1000 kelahiran hidup, dan angka tersebut masih jauh dari target yang diharapkan (Sustainable Development Goals, 2017). Angka kematian ibu pada tahun 2021, sebagian besar penyebabnya terkait COVID-19 sebanyak 2.982 kasus, dan penyebab tertinggi kedua karena perdarahan sebanyak 1.330 kasus. Perdarahan dapat disebabkan karena anemia dan kekurangan energi kronis (KEK). World Health Organization(WHO) menyebutkan bahwa sekitar 40% kematian pada ibu dinegara berkembang berkaitan dengan kejadian anemia pada masa kehamilan yang disebabkan oleh perdarahan akut dan status gizi yang buruk. Ibu hamil dengan status gizi yang buruk dapat mengakibatkan terjadinya kekurangan energi kronik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan KEK dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan metode kuantitatif. Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah menggunakan teknik simple random sampling. Diambil dari data sekunder yaitu dari bulan Januari 2023 - Juni 2023 dari Puskesmas Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan yang datanya sudah lengkap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara kekurangan energi kronik (p = 0,00), dan juga karakteristik responden meliputi usia ibu (p = 0,00), Frekuensi ANC (p = 0,00), Pendidikan (0,026) dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Untuk variabel yang berpengaruh paling dominan setelah dilakukan analisis multivariat yaitu variabel KEK dengan Odd ratio sebesar 2,727 dan p-Value sebesar 0,003 (< 0,05), yang artinya kekurangan energi kronik (KEK) memiliki resiko 2,727 kali lebih besar pada ibu hamil dengan anemia. Dari penelitian ini, diharapkan dapat memantau ibu hamil untuk melakukan ANC secara rutin agar salah satunya ibu hamil dapat terpantau dalam minum tablet tambah darah yang sudah diberikan. Serta mengajak partisipasi dari suami atau keluarga untuk mendukung ibu hamil rutin dalam mengkonsumsi tablet tambah darah, agar ibu hamil terhindar dari anemia, selain itu diharapkan dapat memberikan edukasi mengenai nutrisi makanan yang dapat dikonsumsi selama kehamilan atau diwajibkan untuk konsultasi ke ahli gizi agar ibu hamil dapat terhindar dari KEK selama kehamilan.

Maternal Mortality Rate (MMR) and Infant Mortality Rate (IMR) are still indicators of the level of public health in a country. The higher the maternal and infant mortality rate in a country, it can be said that the health status of that country is poor (Ministry of Health of the Republic of Indonesia, 2018). Based on the 2017 Indonesian Demographic and Health Survey (SDKI), the Maternal Mortality Rate (MMR) was 305 per 100,000 live births, and the Infant Mortality Rate (IMR) was 24 per 1,000 live births. This data shows that MMR and IMR in Indonesia are still high when viewed from the targets set by the Sustainable Development Goals (SDGs) 2030, namely MMR of 70 per 100,000 live births and IMR of 12 per 1000 live births, and these figures are still far from the expected target. In 2021, the majority of maternal deaths were related to COVID-19, 2,982 cases, and the second highest cause was bleeding, 1,330 cases. Bleeding can be caused by anemia and chronic energy deficiency (CED). The World Health Organization (WHO) states that around 40% of maternal deaths in developing countries are related to anemia during pregnancy which is caused by acute bleeding and poor nutritional status. Pregnant women with poor nutritional status can result in chronic energy deficiency. This study aims to determine the relationship between chronic energy deficiency and the incidence of anemia in pregnant women at the SetiabudiDistrict Health Center, South Jakarta. The research design used in this research is descriptive analytical with quantitative methods. Sampling in this research used a simple random sampling technique. Taken from secondary data, namely from January 2023 - June 2023 from the Setiabudi District Health Center, South Jakarta, where the data is complete. The results of the study showed that there was a significant relationship between chronic energy deficiency (p = 0.00), and also the characteristics of respondents including maternal age (p = 0.00), ANC frequency (p = 0.00), education (0.026) and incidence of anemia in pregnant women. For the variable that has the most dominant influence is chronic energy deficiency variable with an Odd ratio of 2.727 and a p-Value of 0.003 (< 0.05), meaning that chronic energy deficiency will have a 2.727 times greater risk of experiencing anemia in pregnant women. From this research, it is hoped that pregnant women can monitor their Antenatal Care regularly and monitor their consumption of the blood supplement tablets that have been given. As well as inviting participation from husbands or families to support pregnant women regularly in consuming blood supplement tablets, so that pregnant women avoid anemia, apart from that it is hoped that they can provide education regarding nutritional food that can be consumed during pregnancy or are required to consult a nutritionist so that pregnant women can avoid chronic energy deficiency (CED) during pregnancy."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Kurniawan Jamal
"Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu di Indonesia adalah pelayanan antenatal (antenatal care). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan kualitas pelayanan antenatal terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu hamil mengenai pemilihan tempat kelahiran. Penelitian ini juga dilakukan untuk mencari hubungan kondisi sosioekonomi dan keadaan kehamilan terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu hamil. Desain penelitian cross-sectional digunakan dalam penelitian ini yang berlangsung di Puskesmas Kecamatan Koja, Jakarta Timur, pada bulan Maret 2013. Sampel sebanyak 109 orang diambil dengan metode konsekutif. Kualitas pelayanan dinilai dengan mengisi daftar tilik selama proses pengamatan. Pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu hamil dinilai dengan menjawab kuesioner yang diberikan oleh peneliti secara terpimpin. Dalam penelitian ini, tidak ditemukan hubungan signifikan antara kualitas pelayanan antenatal terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu hamil mengenai pemilihan tempat kelahiran. Namun, ditemukan hubungan signifikan antara pendidikan dan sikap ibu hamil (p=0.048), pengalaman edukasi mengenai pemilihan tempat kelahiran dan perilaku ibu hamil (p=0.033), dan pemilihan tempat kelahiran sebelumnya terhadap perilaku ibu hamil (p=0.015). Tidak ditemukan hubungan yang signifikan pada variabel lainnya. Perlu peningkatan kualitas pelayanan antenatal untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu hamil mengenai pemilihan tempat kelahiran. Pendidikan memegang peranan penting dalam membentuk sikap dan perilaku ibu hamil.

One program that can be done to minimize high mortality rates in Indonesia is antenatal care (ANC). This study determines relationship between quality of ANC with knowledge, attitudes, and practice about birthplace preference. This study also finds relationship between socioeconomic status and pregnancy state with knowledge, attitudes, and practice. Cross-sectional method was used in this study which is taking place in Puskesmas Kecamatan Koja, Jakarta Utara, in March 2013. Sample of 109 people was taken with consecutive method. Quality of ANC was assessed by completing a checklist during the observation process. Knowledge, attitude, and behavior were assessed by filling the questionnaire asked by researcher. In this study, there was no significant relationship between the quality of antenatal care on knowledge, attitudes, and practice about birthplace preference. However, a significant relationship was found between education with attitudes (p=0.048), educational experience about birthplace preference with practice (p=0.033), and the selection of the previous birthplace with practice (p=0.015). There was no significant relationship between other variables. In conclusion, quality of ANC needs to be increased to improve the knowledge, attitudes, and practice of pregnant women about birthplace preference. Education plays an important role in shaping the attitudes and behavior of pregnant women."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Reza Prabowo
"Salah satu cara menurunkan angka kematian ibu adalah meningkatkan kualitas pelayanan antenatal. Penelitian ini mencari hubungan kualitas pelayanan antenatal dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu hamil mengenai pemeriksaan kehamilan. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Penelitian dilakukan di Puskesmas Kecamatan Koja pada Maret 2013. Sampel diambil sebanyak 109 orang dengan metode konsekutif. Kualitas pelayanan antenatal dinilai melalui daftar tilik. Sedangkan pengetahuan, sikap, dan perilaku melalu kuesioner. Data dianalisis dengan uji chi-square. Mayoritas ibu hamil dalam golongan tidak berisiko, berpendidikan lebih tinggi, tidak bekerja, beban finansial keluarga di bawah rata-rata, paritas tidak lebih dari dua, dalam trimester ketiga, memiliki kunjungan yang lebih, ditemani saat berkunjung, dan tidak memiliki pengalaman pemeriksaan kehamilan. Kualitas pelayanan antenatal yang baik 42,2% dan tenaga kesehatan belum mencuci tangan, menggunakan sarung tangan, dan memberi edukasi menyusui. Pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu hamil baik. Ada hubungan kualitas pelayanan antenatal (p=0,010) dan pendidikan (p=0,020) serta pekerjaan (p=0,039) ibu hamil terhadap pengetahuan mengenai pemeriksaan kehamilan. Ditambah, ada hubungan antara pendidikan (p=0,017) ibu hamil dengan perilaku mengenai pemeriksaan kehamilan. Kualitas pelayanan antenatal di Puskesmas Kecamatan Koja perlu ditingkatkan dengan memperketat aturan mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan serta edukasi menyusui untuk meningkatkan keamanan dan wawasan pasien.

One way to reduce maternal mortality rate is to improve antenatal care (ANC) quality. This research finds association between quality of ANC with knowledge, attitude, and practice about pregnancy assessment. Research design is cross-sectional. Data collection was performed at Puskesmas Kecamatan Koja on March 2013 and 109 subjects taken with consecutive sampling method. Quality of ANC is valued in checklist, while knowledge, attitude, and practice is valued by questionnaire. Data was analyzed with chi-square test. The majority of pregnant women there are in unrisk, higher education level, unemployed, below average finance, not more than two parities, in third trimester, have more visits, accompanied while visiting ANC, and no pregnancy assessment?s experience. Good quality of ANC is 42,2% and healthcare giver haven?t washed their hands, wore gloves, and given lactacy education. Knowledge, attitude, and practices is good. There is significant difference between quality of ANC (p=0,010), education level (p=0,020), and occupation (p=0,039) with knowledge about pregnancy assessment. In addition, there is siginificant differences between education level and pregnant women?s knowledge (p=0,017). Quality of ANC at Puskesmas Kecamatan Koja needs improving by strict policy in washing hands, wearing gloves, and lactacy education in order to increase patient safety and knowledge."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zalela
"Berat lahir merupakan variabel yang dapat digunakan untuk memprediksi pertumbuhan bayi sedangkan lingkar kepala bayi baru lahir mencerminkan fungsi kognitif bayi untuk perkembangan berikutnya Anemia defisiensi besi pada ibu hamil berkontribusi terhadap timbulnya keluaran buruk terhadap kedua variabel tersebut Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara anemia defisiensi besi pada ibu hamil dengan berat dan lingkar kepala bayi baru lahir di Jakarta Timur Metode penelitian adalah potong lintang yang melibatkan 96 ibu hamil trimester 3 yang berusia 19 45 tahun Hasil menunjukkan bahwa prevalensi anemia defisiensi besi pada ibu hamil sebesar 40 2 sedangkan rerata berat lahir adalah 3128 338 gram dan nilai median lingkar kepala sebesar 33 1 cm Tidak ada hubungan signifikan antara anemia defisiensi besi dan berat lahir setelah dikontrol dengan beberapa variabel pengganggu adjusted 0 182 95 CI 306 35 p 0 159 Hasil lainnya adalah adanya hubungan tren menuju signifikan antara anemia defisiensi besi dengan lingkar kepala setelah dikontrol dengan paparan rokok metode persalinan dan jenis kelamin adjusted 0 164 95 CI 1 118 0 168 p 0 099 Ibu hamil dengan anemia defisiensi besi memiliki tren untuk mendapatkan bayi dengan lingkar kepala lebih besar daripada ibu hamil dengan anemia defisiensi zat gizi lainnya akan tetapi tidak ada hubungan signifikan terhadap berat lahir Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah subjek penelitian yang lebih besar untuk mengkonfirmasi hasil penelitian ini.

Birth weight is a reliable predictor of infant growth while head circumference reflects a cognitive function of a child in later life Recently iron deficiency anemia has been postulated to contribute as a risk factor for the adverse outcomes of these parameters The objective was to identify a relationship between iron deficiency anemia among pregnant women and their infants rsquo birth weight and head circumference A cross sectional study was conducted involving 96 third trimesters of anemic pregnant women aged 19 45 years in East Jakarta The prevalence of iron deficiency among anemic pregnant women was 40 2 The mean of birth weight 3128 338 gram and the median of head circumference was 33 1 cm Iron deficiency anemia IDA did not significantly associate with birth weight after adjusted for secondhand smoke mother rsquo s education birth spacing delivery method vitamin C and B 12 intake adjusted 0 182 95 CI 306 35 p 0 159 While there was a borderline significant relationship between IDA and head circumference after adjusted for secondhand smoke delivery method and birth sex adjusted 0 164 95 CI 1 118 0 168 p 0 099 Pregnant women with IDA tended to have infants with larger head circumference than women with other nutritional anemia but did not show a relationship with birth weight of their newborns Further study is needed with larger subjects to confirm the results of these findings."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zikrillah Yazid
"Angka kematian ibu di Indonesia masih tergolong tinggi. Penyebab langsung kematian ibu umumnya adalah trias pendarahan-infeksi-eklampsia yang berhubungan dengan rendahnya status gizi dan kesehatan ibu hamil yang diakibatkan berbagai faktor. Pelayanan antenatal merupakan komponen yang diperlukan bagi upaya mempertahankan kesehatan ibu yang perlu terus dimantapkan, bahkan lebih ditingkatkan baik cakupan maupun kualitas pelayanan dalam upaya akselerasi penurunan angka kematian ibu. Oleh karena itu, diperlukan suatu penelitian mengenai kualitas pelayanan antenatal yang kali ini dihubungkan dengan pengetahuan, sikap, perilaku ibu hamil mengenai nutrisi kemilan.
Penelitian ini menggunakan desain survei dengan pendekatan cross-sectiona lterhadap ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Koja Kodya Jakarta Utara, pada Januari 2013 hingga Juli 2013, dengan menggunakan convenience sampling. Analisis korelasi Spearman digunakan untuk melihat keterkaitan antar variabel.
Hasil menunjukan tidak terdapat hubungan antara kualitas pelayanan antenatal dengan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu hamil mengenai nutrisi kehamilan. Mayoritas ibu hamil (57,8%) belum mendapatkan pelayanan antenatal yang baik, namun demikian mayoritas ibu hamil (63,3%) sudah mendapatkan kualitas pelayanan antenatal yang baik mengenai nutrisi kehamilan. Tidak terdapat hubungan antara kualitas pelayanan antenatal mengenai nutrisi kehamilan dengan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu hamil mengenai nutrisi kehamilan. Mayoritas ibu hamil memiliki pengetahuan, sikap, dan perilaku yang baik mengenai nutrisi kehamilan.

Nowadays, Maternal Mortality Rate (MMR) in Indonesia is still high. The direct cause of maternal death is the triage haemorrhage-infection-eclampsia. Further findings show that this direct cause are related to the low nutrition and health status which caused by many factors. Antenatal care is a component needed to sustain maternal health must be established even improved. Therefore, a research on quality of antenatal care toward knowledge, attitude and practice of pregnant woman about nutrition during pregnancy is needed.
This research used survey design and cross-sectional approach toward pregnant women in Puskesmas Kecamatan Koja Kodya Jakarta Utara, from January 2013 to July 2013 by using convenience sampling. Spearman’s correlation analysis is used to measurecorrelation between variables.
The result shows that there is no correlation between quality of antenatal care toward knowledge, attitude and practice of pregnant woman about nutrition during pregnancy. Majority of the respondents (57.8%) do not get a good quality of antenatal care, but the majority of respondents(63,3%)have received a good quality of antenatal care about nutrition during pregnancy. Most of the respondents have good knowledge, attitude and practice about nutrition during pregnancy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zikrillah Yazid
"Angka kematian ibu di Indonesia masih tergolong tinggi. Penyebab langsung kematian ibu umumnya adalah trias pendarahan-infeksi-eklampsia yang berhubungan dengan rendahnya status gizi dan kesehatan ibu hamil yang diakibatkan berbagai faktor. Pelayanan antenatal merupakan komponen yang diperlukan bagi upaya mempertahankan kesehatan ibu yang perlu terus dimantapkan, bahkan lebih ditingkatkan baik cakupan maupun kualitas pelayanan dalam upaya akselerasi penurunan angka kematian ibu.  Oleh karena itu, diperlukan suatu penelitian  mengenai kualitas pelayanan antenatal yang kali ini dihubungkan dengan pengetahuan, sikap, perilaku ibu hamil mengenai nutrisi kemilan.  Penelitian ini menggunakan desain survei dengan pendekatan cross-sectiona lterhadap ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Koja Kodya Jakarta Utara, pada Januari 2013 hingga Juli 2013, dengan menggunakan convenience sampling. Analisis korelasi Spearman digunakan untuk melihat keterkaitan antar variabel.  Hasil menunjukan tidak terdapat hubungan antara kualitas pelayanan antenatal dengan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu hamil mengenai nutrisi kehamilan. Mayoritas ibu hamil (57,8%) belum mendapatkan pelayanan antenatal yang baik, namun demikian mayoritas ibu hamil (63,3%) sudah mendapatkan kualitas pelayanan antenatal yang baik mengenai nutrisi kehamilan. Tidak terdapat hubungan antara kualitas pelayanan antenatal mengenai nutrisi kehamilan dengan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu hamil mengenai nutrisi kehamilan. Mayoritas ibu hamil memiliki pengetahuan, sikap, dan perilaku yang baik mengenai nutrisi kehamilan.

Nowadays, Maternal Mortality Rate (MMR) in Indonesia is still high. The direct cause of maternal death is the triage haemorrhage-infection-eclampsia. Further findings show that this direct cause are related to the low nutrition and health status which caused by many factors. Antenatal care is a component needed to sustain maternal health must be established even improved. Therefore, a research on quality of antenatal care toward knowledge, attitude and practice of pregnant woman about nutrition during pregnancy is needed.This research used survey design and cross-sectional approach toward pregnant women in Puskesmas Kecamatan Koja Kodya Jakarta Utara, from January 2013 to July 2013 by using convenience sampling. Spearman’s correlation analysis is used to measurecorrelation between variables. The result shows that there is no correlation between quality of antenatal care toward knowledge, attitude and practice of pregnant woman about nutrition during pregnancy. Majority of the respondents (57.8%) do not get a good quality of antenatal care, but the majority of respondents(63,3%)have received a good quality of antenatal care about nutrition during pregnancy. Most of the respondents have good knowledge, attitude and practice about nutrition during pregnancy.

 

Keywords:  antenatal care, knowledge, attitude, practice, pregnant woman, nutrition, pregnancy

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afiffa Mardhotillah
"Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia yang masih tinggi menyebabkan sulit tercapainya salah satu poin Millenium Development Goals. Salah satu penyebab AKI yang tinggi adalah kurang baiknya kualitas pelayanan antenatal (ANC) dan ketidak tahuan ibu terhadap tanda bahaya kehamilan. Penelitian ini mencari hubungan kualitas ANC dengan pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap tanda bahaya kehamilan. Subjek penelitian ini sebanyak 109 ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas Kecamatan Koja pada Bulan Maret 2013. Kualitas ANC dinilai melalui observasi pada saat pelayanan, sementara pengetahuan dan sikap dinilai melalui kuesioner yang diajukan secara terpimpin.
Penelitian ini mendapatkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara kualitas ANC dengan pengetahuan ibu hamil terhadap tanda bahaya kehamilan (p=0,011). Ditemukan pula hubungan bermakna antara pendidikan (p=0,038) dan pengalaman mengikuti penyuluhan tanda bahaya kehamilan (p=0,043) dengan pengetahuan ibu hamil terhadap tanda bahaya kehamilan. Selain itu, terdapat hubungan bermakna antara jumlah kehamilan ≤ 2 (p=0,042) dan datang ke ANC ditemani (p=0,011) dengan sikap ibu hamil terhadap tanda bahaya kehamilan. Kualitas ANC perlu ditingkatkan agar pengetahuan ibu hamil terhadap tanda bahaya kehamilan semakin membaik.
Terdapat hubungan antara beberapa faktor sosiodemografis terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap tanda bahaya kehamilan. Penelitian lanjutan diperlukan untuk menguji hubungan variabel lain yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan antenatal.

The maternal mortality rate (MMR) in Indonesia that is still high causing one of the points the Millennium Development Goals becomes difficult to achieve. One of the causes is the lack of good quality of antenatal care (ANC), also the lack of knowledge of the danger signs of obstetric. This research finds relationship between quality of ANC and knowledge and attitude of pregnant woman towards danger signs of obstetric. Subjects were 109 pregnant women who visited Puskesmas Kecamatan Koja in March 2013. ANC Quality assessed through observation during the service, while knowledge and attitudes were assessed through a questionnaire guided by researcher.
It was found that there is a significant relationship between the quality of ANC and maternal knowledge about the danger signs of obstetric (p = 0.011). Also found a significant relationship between education level (p = 0.038) and experience in danger sign of obstetric counseling (p = 0.043) with maternal knowledge of the danger signs of obstetric. In addition, there is a significant relationship between number of pregnancies ≤ 2 (p = 0.042) and being accompanied while having ANC (p = 0.011) with maternal attitude toward danger signs of obstetric. Quality of ANC needs to be improved in order to increase pregnant women’s knowledge about danger signs of obstetric.
There are relationships between several sociodemographic factors of pregnant women and knowledge and attitude of pregnant women toward the danger signs of pregnancy. Further research is needed to examine the relationship of other variables that may affect the quality of antenatal care.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Indrawati
"[ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan vitamin A dan kadar retinol dengan status anemia pada dua kelompok ibu hamil trimester tiga, yaitu kelompok anemia dan non anemia. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang yang dilaksanakan di sepuluh puskesmas kecamatan Jakarta Timur dan merupakan bagian dari penelitian besar Departemen Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang berjudul “Peran Gizi, Faktor Maternal dan Pelayanan Kesehatan pada Ibu Hamil Trimester Ketiga terhadap Komposisi Mikrobiota Ibu dan Berat Lahir Bayi: Studi Kohort di Jakarta”. Pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga Mei 2015. Sebanyak 113 subjek ibu hamil trimester tiga dengan usia kehamilan diatas 32 minggu ikut dalam penelitansetelah memenuhi kriteria penelitian dan dibagi dalam dua kelompok berdasarkan kadar hemoglobin yaitu anemia (Hb<11g/dL) dan non anemia (Hb≥11g/dL). Setelah itu dilakukan pengukuran antropometri, wawancara asupan, pemeriksaan hemoglobin, dan serum retinol. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik demografi, antropometri, asupan makanan (makronutrien dan mikronutrien), kadar hemoglobin, dankadar serum retinol. Rentang usia subjek dalam penelitian ini adalah 19-44 tahun. Sebagian besar subjek (59,6%) memiliki tingkat pendidikan menengah (lulus SMP atau SMA). Rerata usia kehamilan pada subjek penelitian ini adalah 34,32 ± 1,86 minggu pada kelompok anemia dan 35,18±1,73 minggu pada kelompok non anemia.Rerata asupan protein pada kedua kelompok ibu masih berada di bawah AKG yaitu <77g/hari. Rerata asupan lemak pada kelompok anemia lebih tinggi daripada kelompok non anemia (p=0,04). Asupan Fe kedua kelompok sudah sesuai dengan AKG yaitu 40mg/hari (p=0,82). Asupan folat pada kelompok anemia lebih rendahdan kurang dari AKG dibandingkan kelompok non anemia (p=0,16).Asupan vitamin B12, hampir tidak ada perbedaan rerata antara dua kelompok dan sudah sesuai dengan AKG. Median asupan vitamin A pada kelompok non anemia lebih tinggi dari kelompok anemia (p=0,52). Rerata kadar retinol pada kelompok anemia adalah 1,40±0,50 dan pada kelompok non anemia adalah 1,45±0,44. (p=0,55).Tidak didapatkan hasil yang bermakna setelah dilakukan analisis multivariat sebagai kontrol perancu.

ABSTRACT
The aim of the study was to determine the relationship between vitamin A and retinol levels with anemia status in two groups of three trimester pregnant women, namely the anemic and non anemic. This was a cross-sectional study conducted in ten sub-district Government Health Centre in East Jakarta and which part of a large research department of Nutrition Faculty of Medicine, University of Indonesia, entitled "The Role of Nutrition, Maternal Factors and Maternal Health Services with the Composition of the Microbiota in Third Trimester Maternal and Infant Birth Weight : The study cohort in Jakarta". Data was collected from April untill May 2015. A total of 113 third trimester pregnant women with gestational age above 32 weeks (35.0 ± 1.8) were participated in research after met the study criterions. They were divided into two groups based on the levels of hemoglobin which were anemic (Hb<11g /dL) and non anemic(Hb≥ 11g / dL), and continue with anthropometric examination, interview and Hb measurement. The data collected included demographic characteristics, anthropometry, food intake (macronutrients and micronutrients), hemoglobin, and serum retinol. The age range of the subjects in this study was 19-44 years old. Most subjects (59.6%) had secondary education (graduated from high school or high school). The mean gestational age of the subjects was 34.32 ± 1.86 weeks in anemic group and 35.18 ± 1.73 weeks in non anemic. Mean of protein intake in both groups are still under RDA which < 77g/day. The mean of fat intake in anemic group was higher than non-anemic group (p=0.04). Iron intake in both groups are in accordance with the RDA which 40mg/day (p=0.82). Folate intake was lower in anemia group than non-anemic group (p=0.16). There was no difference between vitamin B12 intake in both group andwere in accordance with RDA. The median of vitamin A intake in non-anemic group was higher than non-anemic group (p = 0.52). The mean retinol serum levels in anemic group was 1.40 ± 0.50 and non-anemic group was 1.45 ± 0.44. (P = 0.55). No significant results obtained from multivariate analysis in order to control the confounders., The aim of the study was to determine the relationship between vitamin A and retinol levels with anemia status in two groups of three trimester pregnant women, namely the anemic and non anemic. This was a cross-sectional study conducted in ten sub-district Government Health Centre in East Jakarta and which part of a large research department of Nutrition Faculty of Medicine, University of Indonesia, entitled "The Role of Nutrition, Maternal Factors and Maternal Health Services with the Composition of the Microbiota in Third Trimester Maternal and Infant Birth Weight : The study cohort in Jakarta". Data was collected from April untill May 2015. A total of 113 third trimester pregnant women with gestational age above 32 weeks (35.0 ± 1.8) were participated in research after met the study criterions. They were divided into two groups based on the levels of hemoglobin which were anemic (Hb<11g /dL) and non anemic(Hb≥ 11g / dL), and continue with anthropometric examination, interview and Hb measurement. The data collected included demographic characteristics, anthropometry, food intake (macronutrients and micronutrients), hemoglobin, and serum retinol. The age range of the subjects in this study was 19-44 years old. Most subjects (59.6%) had secondary education (graduated from high school or high school). The mean gestational age of the subjects was 34.32 ± 1.86 weeks in anemic group and 35.18 ± 1.73 weeks in non anemic. Mean of protein intake in both groups are still under RDA which < 77g/day. The mean of fat intake in anemic group was higher than non-anemic group (p=0.04). Iron intake in both groups are in accordance with the RDA which 40mg/day (p=0.82). Folate intake was lower in anemia group than non-anemic group (p=0.16). There was no difference between vitamin B12 intake in both group andwere in accordance with RDA. The median of vitamin A intake in non-anemic group was higher than non-anemic group (p = 0.52). The mean retinol serum levels in anemic group was 1.40 ± 0.50 and non-anemic group was 1.45 ± 0.44. (P = 0.55). No significant results obtained from multivariate analysis in order to control the confounders.]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>