Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153977 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syarifah Nora Andriaty
"Latar Belakang. Pendidikan yang baik sangat dibutuhkan untuk meningkatkan sumber daya manusia di bidang kedokteran dan pelayanan kesehatan di Indonesia. Uji Kompetensi (UK) berperan sebagai instrumen penilaian lulusan dokter yang memenuhi Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI). Penelitian ini mempunyai fokus dalam mengeksplorasi kemungkinan penyebab kegagalan mahasiswa FK Unaya dalam menghadapi uji kompetensi sehingga hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan dalam usaha peningkatan kualitas lulusan.
Metode. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan rancangan studi kasus. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan Focus Group Discussion (FGD) terhadap mahasiswa yang lulus dan tidak lulus uji kompetensi dan wawancara mendalam terhadap pemangku kepentingan, staf pengajar preklinik dan klinik.
Hasil. FGD dilakukan sebanyak 5 kali dan 3 wawancara mendalam terhadap pemangku kepentingan, 6 wawancara mendalam terhadap staf pengajar. Setelah data dianalisis dengan pendekatan tematik diperoleh faktor yang mempengaruhi uji kompetensi mahasiswa FK Unaya yaitu 1. Faktor yang potensial mempengaruhi keberhasilan uji kompetensi dari segi proses pendidikan terdiri dari faktor akademik (karakteristik pembelajar orang dewasa, materi pembelajaran, pengajaran dan pembelajaran, sumber daya, evaluasi hasil) dan faktor non akademik (motivasi) 2. Faktor yang potesial mempengaruhi uji kompetensi saat pelaksanaan ujian terdiri dari faktor akademik (metode belajar, materi ujian yang tidak dikuasai, bentuk soal kasus) dan faktor non akademik (internal: karakteristik pembelajaran orang dewasa, motivasi, konsentrasi, kesehatan; eksternal: metode Computer Based Test, lingkungan belajar)
Kesimpulan. Faktor yang potensial menentukan kelulusan mahasiswa yang lulus uji kompetensi adalah mahasiswa yang lulus memiliki karakteristik pembelajar dewasa dan memiliki motivasi untuk lulus uji kompetensi.

Background. Good education is strongly needed in order to improve human resources in the field of medicine and health service in Indonesia. License examination (UK) plays a role as an instrument to asses medical students competence, however the number of Unaya's students who pass the exam is still low. This research focused on exploring the possible causes of Unaya's medical students failure in the license examination. This research can be used to improve the quality of the graduates.
Method. This is a qualitative research using case study design. A series of focus group discussions (FGDs) to the students who passed and failed in the license examination and in depth interviews to the stakeholders, preclinical and clinical teachers were completed.
Result. Five FGDs involving 13 students who passed and 12 students who failed the license examination, were conducted. Three in depth interviews to the stake-holders and 6 in depth interviews to the medical teachers were also completed. Following a thematic analysis, the results are 1. Potential factors from the education process that may influence outcomes of license examination: academic factors (adult learner, content, teaching and learning, resources, and student evaluation) and non academic factor (motivation). 2. Potential factors that may influence during the examination, are: academic factors (learning method, knowledge, MCQ format) and non-academic factors (internal: adult learner characteristic, motivation, concentration, health; and external: assessment method, learning environtment).
Conclusion. Educational process and test preparation have important roles in the competency test result. Despite some obstacles in educational process in FK Unaya, there were still a few students who could pass the exam which might be due to their adult learner characteristics and self motivations.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ansari Adista
"Latar Belakang:Presentasi kasus merupakan bagian dari experiential learning dalam Kolb's learning cylce yaitu dalam fase refleksi. Pelaksanaan presentasi kasus saat ini tidak optimal sehingga terjadi penurunan kualitas. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan persepsi antara peserta didik dan dosen klinik mengenai manfaat pelaksanaan presentasi kasus. Penelitian ini menggali secara mendalam proses pelaksanaan presentasi kasus dan mengidentifikasi kendala pelaksanaannya di rumah sakit pendidikan FK Unsyiah.
Metode: Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif, dengan rancangan studi kasus. Penelitian dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam terhadap 6 koordinator pendidikan dan 18 dosen klinik, Focus Group Discussion FGD terhadap 57 peserta didik, studi dokumen dan observasi dari 6 Bagian yang diteliti, yaitu Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Kesehatan Anak, Ilmu Bedah, Obstetri dan Ginekologi, Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin dan Ilmu Penyakit Saraf. Data dianalisis melalui tiga tahapan yang meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil: Presentasi kasus merupakan metode pembelajaran yang sangat bermanfaat bagi peserta didik dan dosen klinik. Namun, dalam pelaksanaannya terdapat kendala yang dapat mempengaruhi kualitas presentasi kasus. Kendala utama yang teridentifikasi dari dosen klinik adalah kurangnya waktu yang dialokasikan untuk pelaksanaan presentasi kasus. kendala dari peserta didik yaitu kesungguhan dalam mengerjakan dan pemahaman mengenai manfaat terhadap presentasi kasus. Kendala sarana dan prasarana berupa ruangan diskusi yang masih kurang serta format penyusunan dan format penilaian belum dimiliki oleh seluruh Bagian. Kendala dari rumah sakit berupa variasi kasus yang kurang bervariasi karena sistem rujukan bertingkat.
Kesimpulan: Kendala dalam pelaksanaan presentasi kasus harus menjadi bahan evaluasi bagi pengelola program pendidikan profesi dokter, agar manfaat presentasi kasus dapat maksimal diraih oleh peserta didik tahap klinik.

Background: Case presentation is a part of reflection in experiential learning in Kolb rsquo s learning cycle. Literatures demonstrates many benefits that students can reach with a good case presentation. But, there is a mismatch between clinical educators rsquo expectation and students rsquo perceptions of case presentation, so that the students cannot obtain an optimum benefits of case presentation. This research was conducted to explore in depth process of case presentation implementation and also to identify its implementation barriers in teaching hospital of Unsyiah Medical School.
Methods: Qualitative research with case study design was used for this research. Study casetheme used is case presentation implementation in Dr.Zainoel Abidin teaching hospital Banda Aceh. Data were taken using in depth interview with 6 education coordinators and 18 clinical teachers, focus group discussions with 57 students, observation, and documentation studies, from six departments. Followed by analysis through three stages including data reduction, data presentation, and conclusions.
Results: Case presentation is an useful and effective teaching method in clinical eduation. But, there were various barriers from clinical teacher, students, teaching hospital and learning support that can influence the benefit of case presentation identified. Factors identified in the clinical teachers are lack of time allotted. Factors identified in the students are lack of preparations about case presentation, and also lack understanding about case presentation method. Factors identified in the teaching hospitals are less variation of patients in some cases. Means of learning support in the form of modules containing learning outcomes and objectives clearly, form of assessment and also comfortable rooms supporting case presentation is yet exist.
Conclussion: There are various barrier factors of case presentation implementation which have been identified in this qualitative study. This barriers must becoming parameters on monitoring and program evaluation to improve the quality of a case presentation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktavinda Safitry
"Latar Belakang: Kompetensi "mengambil keputusan terhadap dilema etika yang terjadi pada pelayanan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat" tercantum dalam SKDI 2005 sehingga harus ada dalam kurikulum dan dilaksanakan di dalam modul. Penerapan proses pengambilan keputusan etis (PKE) berkaitan dengan manajemen pasien, karena itu pembelajaran pada tahap klinis pendidikan kedokteran menjadi keharusan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran pengambilan keputusan etis di tahap klinispendidikan kedokteran di FKUI.
Metode: Penelitian merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan mengidentifikasi komponen Buku Kurikulum, Buku Rancangan Pengajaran modul praktik klinik, dan dokumen lain; wawancara mendalam pengelola program studi, pengelola modul, staf pengajar; serta Focus Group Discussion (FGD) pada mahasiswa.
Hasil: Tidak ada modul praktik klinik yang lengkap mencantumkan PKE dalam dokumen. Pengelola modul kurang memahami kompetensi PKE SKDI 2006. Sebagai klinisi, staf pengajar mampu mengidentifikasi dan mengambil keputusan penyelesaian dilema etika. Mahasiswa memahami PKE dan menemukan kasus berdilema etika dalam proses pembelajaran tahap klinik. Mahasiswa mendiskusikan dilema etika yang ditemui dengan residen dan/atau dokter penanggungjawab kasus. Mahasiswa memiliki prior knowledge yang didapat pada tahap preklinik.
Kesimpulan: Proses pembelajaran pengambilan keputusan etis di tahap klinis merupakan hidden curriculum.Perlu dilakukan peningkatan kapasitas staf pengajar di bidang teori etika kedokteran dan penyusunan modul agar PKE menjadi komponen tertulis dalam kurikulum.

Background: Ethical Reasoning is one of competency component stated in the ?2006 Indonesian Medical Doctor Competencies Standard? therefor it has to be taught in medical faculties. The competency should be stated in all documents related to the curriculum. The learning of ethical reasoning should be done in clinical years since it is related to patient's managements. This research was done to evaluate the ethical reasoning learning process in the clinical stage medical education in Faculty of Medicine University of Indonesia.
Method: This is a descriptive qualitative research which identifies the component of curriculum inside the curriculum documents; indepth interview to the module developer, module organizer, and teachers; and focus group discussion with clinical year medical students.
Result: Ethical Reasoning Competency was not written as the aim of any module, as seen in the Instructional Design of all documents. The module developer did not recognize this competency despite their daily practice of ethical reasoning. The students learnt ethical reasoning in clinical stage by observing the medical staff during their interaction with patient with ethical dilemma. The student were able to identify the cases based on their prior knowledge from previous stage.
Conclusion: Ethical reasoning learning process in clinical stage is part of hidden curriculum.Capacity building for faculty members in medical ethics theory and module development for the faculty member are needed to make the ethical reasoning process as a part of the curriculum.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ita Armyanti
"Latar Belakang. Contoh peran merupakan metode pengajaran dan pembelajaran yang efektif untuk pembentukan karakter profesional. Dosen kedokteran dapat berfungsi sebagai contoh peran positif dan negatif, serta sangat penting pada pembelajaran profesionalisme dokter. Penelitian ini bertujuan untuk eksplorasi contoh peran negatif dan positif dosen kedokteran pada pembelajaran profesionalisme.
Metode. Penelitian. Penelitian ini menggunakan disain studi kasus kualitatif. Sampel dipilih dengan purposive sampling pada kelompok mahasiswa dan dosen, alumni, serta pengelola program pendidikan. Pengambilan data primer dilakukan melalui diskusi kelompok terarah, wawancara mendalam, dan observasi. Analisis data dilakukan dengan analisis tematik.
Hasil. Penelitian. Diskusi kelompok terarah dilakukan empat kali pada mahasiswa akademik dan profesi. Wawancara mendalam dilakukan pada 14 responden dosen, alumni, dan pengelola program pendidikan , dan observasi dilakukan pada empat dosen akademik dan dua dosen profesi. Peran dosen sebagai contoh peran negatif cenderung lebih sering terjadi pada dosen tahap akademik.Pproses belajar dengan melihat contoh sangat dipengaruhi oleh peran dosen, mahasiswa, dan institusi. Contoh peran positif dapat dipelajari melalui proses self-learning dan coaching-scaffloding. Contoh peran negatif dipelajari melalui proses self-learning serta artikulasi. Atribut utama contoh peran negatif pada tahap akademik adalah tidak disiplin, emosional, dan non-akses, sedangkan untuk tahap profesi adalah emosional, non-akses, dan berorientasi pada uang.
Kesimpulan. Dosen kedokteran sebagai contoh peran positif dan negatif selalu ditemukan pada pelaksanaan pendidikan kedokteran. Proses pembelajaran melalui contoh positif dan negatif merupakan dua hal yang berbeda, dan dipengaruhi oleh peran dosen refleksi diri, mawas diri, umpan balik , mahasiswa motivasi internal, kemampuan identifikasi atribut, refleksi diri, feedback-seeking behaviour , dan institusi pengembangan kompentensi dosen, regulasi, reward-punishment.

Background. Role model medical teacher is the most effective teaching learning method in professionals development. At the same time, physician teacher could became positive and negative role model, and have significant meaning in medical professionalism development. The study aim was to explore positive and negative role model medical teacher in teaching learning professionalism.
Methods. This qualitative research, using a case study design, and sample chosen by purposive sampling to medical students, medical teachers, alumnae, and institution. Primary data collected by focus group discussion, in depth interviews, and nonparticipant observation, until data saturation reached. A thematic analysis was conducted to identify the atribute of positive negative role model medical teacher at pre clinic and clinical phase and the learning process beyond.
Results. Four FGDs, fourteen indepth interviews, and six non participant observations done in this research. Negative role model tend to occure in pre clinical phase. The learning outcome of role modelling can be distinguish, depend on the motivation of observer and the articulating step. Positive role model chosen due to admiration and can be taught through exploration self learning and coaching scaffloding. Learning from negative role model influenced by observer motivation and taught through exploration self learning and articulating. The main attribute of negative role model at pre clinical phase were undisciplined, emotional unstable, and non access, meanwhile at clinical phase, the main attribute were emotional unstable, non access, and money oriented.
Conclusion. Negative positive role model exist in medical education. The learning process through positive and negative role models were two different things, influenced by the teacher abilities to self reflection, introspection, and giving feedback students motivation, attribute role model identification skill, self reflection, and feedback seeking behaviour and institutions obligations to develop faculty development, regulation, and reward punishment among academics society.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58598
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fahd Abdurrahman
"Latar Belakang
Umpan balik menjadi salah satu bentuk interaksi yang penting antara staf pengajar dan mahasiswa. Untuk mendapatkan umpan balik tersebut, mahasiswa akan melewati suatu proses pencarian umpan balik yang dilakukan secara sadar demi mencapai tujuan yang diinginkan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pencarian umpan balik antara lain motivasi dan strategi belajar. Motivasi dan strategi belajar memiliki dampak yang besar terhadap performa mahasiswa yang selanjutnya akan menentukan tercapai atau tidaknya tujuan yang dimiliki. Sampai saat ini, masih belum ada penelitian yang menjelaskan hubungan kompleks antara motivasi dan upaya pencarian umpan balik dan antara strategi belajar dengan upaya pencarian umpan balik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menilai upaya pencarian umpan balik pada mahasiswa tingkat 3 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ditinjau dari motivasi dan strategi belajar. Metode
Penelitian ini merupakan penelitian mixed methods dengan desain sequential explanatory: rancangan analitik menggunakan desain potong lintang (cross-sectional) untuk komponen kuantitatif. Selanjutnya, pendekatan kualitatif menggunakan desain studi fenomenologi dengan tujuan mengeksplorasi pengalaman individu mahasiswa terkait pencarian umpan balik. Pengumpulan data di tahap ini dikumpulkan melalui Focus Group Discussion (FGD). Setelah pengumpulan data, dilakukan member checking dan analisis tematik berdasarkan transkripsi FGD yang dilakukan secara verbatim.
Hasil
Berdasarkan hasil kuesioner, diperoleh total 108 responden dengan rata-rata mahasiswa memiliki motivasi tinggi dan strategi belajar sedang. Tidak ditemukan satupun mahasiswa dengan motivasi yang rendah. Hasil uji korelasi ditemukan adanya hubungan yang kuat antara motivasi dan strategi belajar. Dari analisis kualitatif, diperoleh dua tema besar, yaitu (1) Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa mencari umpan balik dan (2) Cara mahasiswa mencari umpan balik.
Kesimpulan
Motivasi dan strategi belajar mahasiswa memiliki hubungan yang kuat dan hal ini dapat mempengaruhi upaya pencarian umpan balik yang dilakukan oleh mahasiswa. Hasil studi ini menggarisbawahi pentingnya peningkatan lingkungan belajar yang kondusif,
vi
dukungan staf pengajar dan peran serta mahasiswa dalam mendukung proses belajar dan keberhasilan akademis mahasiswa.

Introduction
Feedback is one of the important interactions between teaching staff and students. In order to obtain feedback, students will go through a feedback-seeking process, which is done consciously to achieve the desired goals. There are several factors that influence the process such as motivation and learning strategies. Motivation and learning strategies have a significant impact on student performance, which will determine the goal achievement. To date, there is still limited research that explains the complex relationship between motivation and feedback-seeking effort as well as learning strategies and feedback-seeking efforts Therefore, this study aims to assess feedback- seeking behavior in 3rd year medical students in the Faculty of Medicine, University of Indonesia based on motivation and learning strategies.
Method
This study is a mixed methods research using a sequential explanatory design The quantitative part was conducted using a cross-sectional method. The qualitative approach was done with a phenomenological study design to explore the individual experiences of students in seeking feedback. Data collection was collected through Focus Group Discussions (FGDs). After data collection, member checking and thematic analysis was conducted based on the verbatim transcription of the FGD.
Results
Based on the questionnaire results, a total of 108 respondents were obtained with an average of students having high motivation and moderate learning strategies. No students with low motivation were found. The correlation test results revealed a strong relationship between motivation and learning strategies. From qualitative analysis, two major themes emerged: (1) Factors influencing students in seeking feedback, and (2) Ways in which students seek feedback.
Conclusion
The motivation and learning strategies of students have a strong correlation, and this can influence students' efforts in seeking feedback. The results of this study underscore the importance of improving a conducive learning environment, faculty support, and student engagement in supporting the learning process and academic success of students.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hervi Salsabila Mahkota Parentsia
"

Latar belakang: Mahasiswa fakultas kedokteran diketahui memiliki tingkat stress tinggi karena memerlukan usaha besar dalam menjalani perkuliahannya. Stress dapat menimbulkan dampak buruk bagi fisik, psikis, maupun skor nilai akademis mahasiswa. Maka dari itu dibutuhkan mekanisme koping yang efektif untuk mencegah dampak buruk tersebut. Resilience diduga menjadi hasil mekanisme koping yang baik. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara Resilience dan Coping strategies terhadap performa akademik mahasiswa program studi Pendidikan dokter FKUI tahap pre klinik. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan total sampel dari Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FKUI tahap preklinik pada tahun 2020. Hasil: Sejumlah 607 responden berpartisipasi dalam penelitian ini, dari angkatan 2017-2019 (tingkat respon 85.13%). Pada ketiga angkatan terdapat hubungan yang bermakna antara mekanisme Adaptive coping dengan tingkat Resilience (r = 0,605, p < 0,05). Sedangkan mekanisme Maladaptive coping memiliki korelasi negatif yang hubungannya tidak bermakna dengan tingkat Resilience (r = -0,053, p > 0,05). Terdapat pula hubungan yang tidak bermakna antara Resilience dengan performa akademik mahasiswa (r = 0,072, p > 0,05). Pada ketiga angkatan juga diperoleh hasil bahwa performa akademik memiliki hubungan yang bermakna dengan mekanisme Adaptive coping (r = 0,122, p < 0,05) namun tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan mekanisme Maladaptive coping (r = 0,037, p > 0,05). Kesimpulan: Performa akademik mahasiswa kedokteran tahap pre klinik merupakan sebuah hal kompleks yang ditentukan oleh berbagai faktor. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mekanisme Adaptive coping memiliki korelasi yang kuat dengan Resilience dan memiliki korelasi yang lemah dengan performa akademik. Selain itu, hubungan antara Resilience dengan performa akademik menunjukan korelasi yang tidak signifikan. Penelitian ini juga menunjukan bahwa tidak terdapatnya korelasi yang signifikan antara mekanisme Maladaptive coping dengan Resilience dan performa akademik. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa mekanisme koping yang bersifat adaptif merupakan salah satu proses yang dapat mempengaruhi performa akademik mahasiswa kedokteran tahap pre klinik.

 


Background: Undergraduate medical students are often exposed with high demand and stressful events related to their study in medicine. In order to learn well and keep the study performance, students need to employ Adaptive coping mechanisms. Resilience is suggested as the result of this process. Objectives: This study aims to assess the relationships between coping mechanisms, Resilience and academic performance in undergraduate medical students, particularly in the preclinical years (year 1-3). Methods: This was a cross-sectional study with total sampling approach. The study involved year 1-3 undergraduate medical students at the Faculty of Medicine Universitas Indonesia. The respondents were asked to complete CDRISC (for Resilience) and Brief COPE (for coping mechanism). Data on cumulative GPA on the particular year were obtained from the school central administration upon consent from the respondents. The data collection was completed in January - February 2019. Results: A total of 607 students (85.13% response rate) voluntarily participated in the study. Resilience showed statistically significant, strong, and positive correlation with Adaptive coping (r = 0,605, p < 0,05) and no correlation with Maladaptive coping (r = -0,053, p > 0,05). No significant correlation was found between Resilience and students academic performance (r = 0,072, p > 0,05). Furthermore, Adaptive coping significantly correlated with academic performance (r = 0,122, p < 0,05) whereas Maladaptive coping showed no correlation (r = 0,037, p > 0,05). Conclusion: Academic performance of undergraduate medical students is a complex construct determined by various factors. This study highlights that Adaptive coping mechanism strongly correlated with Resilience and weakly correlated with academic performance. Furthermore, there was no significant correlation between Resilience and academic performance. This study also shows that there were no significant correlations between Maladaptive coping mechanism with Resilience and academic performance. Therefore, it can be concluded that Adaptive coping mechanism can be seen as one of the process that can affect undergraduate medical students academic performance.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shakira Amirah
"Latar Belakang Persepsi mahasiswa berhubungan erat dengan proses pembelajaran yang ada. Seiring dengan perubahan dan peralihan sistem pembelajaran menuju sistem pembelajaran bauran, staf pengajar mengalami penyesuaian peran. Penelitian ini bertujuan untuk menggali persepsi mahasiswa preklinik pendidikan kedokteran FKUI terhadap peran staf pengajar di masa pembelajaran bauran. Metode Pendekatan kualitatif dengan desain studi fenomenologi digunakan untuk mengeksplorasi persepsi mahasiswa preklinik FKUI terhadap peran staf pengajar dalam masa pembelajaran bauran. Focus group discussion (FGD) dilakukan pada mahasiswa preklinik, dengan minimal dua FGD dari setiap tingkatannya. Setelah pengumpulan data, dilakukan member checking dan analisis tematik berdasarkan transkripsi FGD yang dilakukan secara verbatim. Hasil Hasil penelitian ini diperoleh melalui enam FGD yang melibatkan 44 narasumber dari mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UI dengan mempertimbangkan jenis kelamin dan IPK mahasiswa. Dari hasil penelitian ini didapatkan tiga tema besar, yakni (1) Komunikasi dan interaksi staf pengajar dengan mahasiswa dalam pembelajaran bauran, (2) Faktor staf pengajar dalam memfasilitasi pembelajaran bauran, dan (3) Adaptasi staf mengajar dan mahasiswa dalam pembelajaran bauran. Kesimpulan Pembelajaran bauran memberikan fleksibilitas pada staf pengajar dan mahasiswa dalam berkomunikasi dan berinteraksi. Apa pun pendekatan pembelajarannya dan peran staf pengajar yang diterapkan, mahasiswa mengharapkan staf pengajar yang mendorong partisipasi aktif mereka dalam pembelajaran di berbagai kesempatan.

Introduction Students' perceptions are closely related to the existing learning process. Along with the change and transition of the learning system towards a blended learning system, teaching staff have changing roles. This study aims to explore the perceptions of FKUI preclinical students on the role of teaching staff in the blended learning period. Method A qualitative approach with a phenomenological study design will be used to explore the perceptions of FKUI preclinical students on the role of teaching staff in blended learning environment. Focus group discussions (FGD) will be conducted for pre-clinical students, with a minimum of two FGDs from each study year. After data collection, member checking and thematic analysis will be carried out based on the FGD verbatim transcripts. Results These research results were obtained through six Focus Group Discussions (FGD) involving 44 informants, including pre-clinical students from the Faculty of Medicine at the University of Indonesia, taking into account the students' gender and GPA. From this research, three major themes were identified, namely (1) Communication and interaction between teaching staff and students in blended learning, (2) Factor of teaching staff in facilitating blended learning, and (3) The adaptation of teaching staff and students in blended learning. Conclusion The blended learning provides flexibility for teaching staff and students in communication and interaction. Regardless of the learning approach and the role of the teaching staff applied, students expect teaching staff to encourage their active participation in learning on various occasions."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilla Merdika Putri Kusuma
"ABSTRAK
Meskipun penyakit mental di masyarakat modern merupakan masalah yang terus berkembang dan ilmu psikiatri senantiasa memberikan banyak inovasi dan terobosan ilmiah, stigma terhadap disiplin ilmu psikiatri masih tinggi, khususnya bagi mahasiswa kedokteran. Mengetahui bagaimana pandangan mahasiswa kedokteran terhadap disiplin ilmu psikiatri dan hubungan antar rotasi klinik serta lama waktu studi terhadap perbedaan pandangan penting untuk memberi gambaran ketersedian sumber daya kesehatan jiwa kedepannya dan kualitas perawatan pasien dengan penyakit jiwa di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional study menggunakan kuesioner yang berjudul Perception of Psychiatry. Subjek adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun pertama, keempat, kelima, serta alumni. Data yang diperoleh diolah dengan analisis chi-square atau fisher. Peneliti melihat perbedaan dan signifikansi antara data dari dua kelompok (sebelum-sesudah rotasi klinik, tahun pertama dan keempat, serta tahun kelima dan alumni) serta diantara dua gender berbeda (total subjek = 224). Hasil menunjukkan bahwa rotasi klinik dan lama waktu studi tidak mempengaruhi pandangan mahasiswa terhadap disiplin ilmu psikiatri secara signifikan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Mayoritas dari responden yang terdiri dari mahasiswa dan alumni memiliki pandangan yang baik terhadap disiplin ilmu psikiatri dan gender memiliki peran dalam pandangan responden terhadap ilmu psikiatri, dengan responden wanita memiliki pandangan lebih positif dibandingkan pribadi.

ABSTRACT
Despite mental illnesses continue to be emerging problems in modern society, stigma towards psychiatry as a discipline is still high, especially amongst medical students. Identifying the attitudes of medical students towards psychiatry discipline also relation between exposure to psychiatric clerkship and length of medical training are very important for portraying the adequacy of mental healthcare workforces and the quality of care for mental illness patients further in Indonesia. This study used cross-sectional method, utilizing questionnaire titled Perception of Psychiatry. Subjects are students of Faculty of Medicine, Universitas Indonesia from first, fourth, fifth-year along with alumni. Attained data were analysed using chi-square or fisher method. Researchers investigated the differences between two sample groups (before- and after clinical rotation, first- and fourth-year, fifth-year and alumni) and between different genders of respondents (total subjects=224). Results showed that clinical rotation and duration of medical training did not affect the views of medical students towards the discipline of psychiatry in Faculty of Medicine, Universitas Indonesia. The majority of responses showed positive attitudes towards the discipline of psychiatry and genders do play a role in determining the views of students towards psychiatry discipline, with female tends to have more positive attitude compared to male respondents."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rena Palupi
"Latar Belakang: Masa transisi yang banyak menimbulkan stres adalah transisi dari sekolah menengah menuju perguruan tinggi, yaitu saat tahun pertama perkuliahan, khususnya pada mahasiswa kedokteran. Pendidikan kedokteran merupakan pembelajaran seumur hidup yang membuat mahasiswa menjadi rentan terhadap burnout jika mekanisme koping yang digunakan tidak memadai. Mekanisme koping yang sesuai dapat membantu mahasiswa meminimalisasi kejadian burnout. Mekanisme koping dikelompokkan menjadi problem-focused, emotion-focused, dan dysfunctional coping (Cooper dkk, 2015) serta adaptive coping dan maladaptive coping (Meyer dkk, 2015). Dimensi burnout mencakup kelelahan emosional, sinisme, dan persepsi terhadap pencapaian prestasi diri yang dapat dipengaruhi juga oleh jenis kelamin.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara jenis kelamin dan mekanisme koping terhadap burnout (kelelahan emosional, sinisme, persepsi terhadap pencapaian prestasi diri) pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan sampel total dari mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tahun Akademik 2017/2018 kelas reguler. Jumlah responden yang mengisi kuesioner Brief COPE dan MBI-Student Survey dengan lengkap dan benar adalah 167 responden (response rate = 98,9%).
Hasil: Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan masing-masing dimensi burnout (p >0,05). Sebaliknya, maladaptive/dysfunctional coping memiliki korelasi positif yang bermakna dengan kelelahan emosional (r = 0,403, p <0,001) dan sinisme (r = 0,372, p <0,001). Adaptive coping memiliki korelasi negatif yang bermakna dengan sinisme (r = -0,165, p = 0,033) dan korelasi positif yang bermakna dengan persepsi terhadap pencapaian prestasi diri (r = 0,417, p <0,001).
Kesimpulan: Hubungan jenis kelamin dengan kejadian burnout tidak didapatkan hasil yang bermakna. Namun, maladaptive/dysfunctional coping memiliki korelasi positif dengan kelelahan emosional dan sinisme. Di sisi lain, adaptive coping memiliki korelasi negatif dengan sinisme dan korelasi positif dengan persepsi terhadap pencapaian prestasi diri.

Background: The transition period which causes a lot of stress is the transition from high school to college, that is during the first year of study, especially for medical students. Medical education is a lifelong learning that makes students vulnerable to burnout if the coping mechanism is inadequate. Appropriate coping mechanism can help students to minimize burnout. Coping mechanisms are classified as problem-focused, emotion-focused, and dysfunctional coping (Cooper et al, 2015) as well as adaptive coping and maladaptive coping (Meyer et al, 2015). The burnout dimension includes emotional exhaustion, cynicism, and perception of personal accomplishment that can also be influenced by gender.
Aims: The purpose of this study is to assess the relationship between gender and coping mechanisms with burnout (emotional exhaustion, cynicism, perception of personal accomplishment) of first year undergraduate students in Faculty of Medicine Universitas Indonesia.
Methods: This study was a cross sectional study with a total sampling of first year undergraduate students in Faculty of Medicine Universitas Indonesia 2017/2018 regular class. A total of 167 respondents (response rate = 98,9%) filled completely and correctly the Brief COPE and MBI-Student Survey questionnaire.
Results: There was no significant relationship between gender with each burnout dimensions (p >0.05). Otherwise, maladaptive/dysfunctional coping was significantly correlated with emotional exhaustion (r = 0.403, p <0.001) and cynicism (r = 0.372, p <0.001). There was a significant negative correlation between adaptive coping with cynicism (r = -0.165, p = 0.033) and significant positive correlation with perception of personal accomplishment (r = 0.417, p <0.001).
Conclusions: The relationship between gender with burnout does not get significant results. However, maladaptive/dysfunctional coping positively correlated with emotional exhaustion and cynicism. On the other hand, adaptive coping negatively correlated with cynicism and positively correlated with perception of personal accomplishment.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoanita Widjaja
"Latar Belakang: Umpan balik merupakan komponen penting dalam pendidikan kedokteran yang dapat meningkatkan pembelajaran. Umpan balik pada tahap akademik memegang peran penting dalam pembelajaran konsep dasar untuk persiapan tahap klinik. Banyak faktor yang mempengaruhi efektivitas proses umpan balik ini, salah satu di antaranya yaitu aspek budaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi aspek budaya dalam proses umpan balik pada peserta didik dan staf pengajar di pendidikan kedokteran tahap akademik.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi. Pengumpulan data dilakukan selama bulan Februari sampai Maret 2016 melalui Focus Group Discussion (FGD) peserta didik angkatan 2009 hingga 2014, observasi latihan KKD dan wawancara mendalam staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (FK UNTAR). Hasil FGD dan wawancara dituliskan dalam bentuk transkrip verbatim, kemudian dilanjutkan dengan analisis tematik dan koding. Analisis hasil observasi dilakukan dengan analisis tematik. Selanjutnya dilakukan reduksi dan penyajian data.
Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan banyaknya faktor yang berperan dalam proses umpan balik, baik pada saat pencarian maupun pada saat penerimaan dan pemberian umpan balik yang selanjutnya akan menentukan efektivitasnya. Aspek budaya berperan dalam beberapa hal. Budaya collectivism, high power distance dan sopan santun berperan dalam perilaku mencari umpan balik. Budaya femininity, masculinity pada peserta didik, serta terdapatnya kompetensi budaya pada staf pengajar dan dipegangnya prinsip pendidikan nasional Indonesia, Tut Wuri Handayani, berkontribusi dalam efektivitas umpan balik.
Kesimpulan: Aspek budaya memegang peran penting dalam proses umpan balik. Peran budaya tampak pada perilaku mencari umpan balik dan merupakan faktor penting untuk meningkatkan efektivitas umpan balik. Institusi perlu meningkatkan kemampuan staf pengajar dan peserta didik dalam memaknai proses umpan balik yang sadar budaya. Kompetensi budaya merupakan salah satu kemampuan yang dapat mendukung hal tersebut. Selain itu, institusi perlu menyusun kebijakan untuk membudayakan umpan balik pada lingkungan pendidikan kedokteran.

Background: Feedback is an important element in medical education since it can improve learning. Feedback has a significant role in learning in basic concepts during undergraduate medical program as a preparation for learning in the clinical years. A lot of factors influencing feedback process effectiveness, one of them is cultural aspect. This research was aimed at exploring cultural aspect related to feedback process within medical students and faculty in undergraduate medical education program.
Method: A qualitative study using an ethnography approach was applied as a research method. Data collection was conducted between February and March 2016 through Focus Group Discussion (FGD) with 2009-2014 batch of medical, direct observation of skills teaching in clinical skills laboratory and in-depth interview with the faculty members of Faculty of Medicine Tarumanagara University. Thematic analysis and coding were used to analyze FGD and in-depth interview transcripts and also observational data. Data reduction and presentation were then conducted.
Results: The themes emerged are related to influencing factors in feedback-seeking behaviour, feedback process and feedback effectiveness. Cultural aspects play an important role at some points within the feedback process. Collectivism, high power distance and politeness are cultural aspects found in feedback-seeking behaviour. Femininity-masculinity in medical students along with cultural competence of faculty members and also the principle of ?Tut Wuri Handayani? (the identity of Indonesian national education) are contributing factors in feedback effectiveness.
Conclusion: Cultural aspects are the key to understand the influencing factors in feedback-seeking behaviour and feedback effectiveness. There is a need for medical education institution to encourage faculty and medical students‟ cultural awareness within the feedback process. Cultural competence is an important component fit for that purpose. Moreover, institution needs to set a policy in order to establish feedback culture in medical education.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T55671
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>